Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
ANALISIS KEPEMIMPINAN TERHADAP KEMAMPUAN
ANGGOTA JEMAAT MENYELESAIKAN MASALAH DALAM JEMAAT BERDASARKAN KELUARAN 18:21 DI
GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH JEMAAT GENTRA KARAHAYUAN BANDUNG
Anwar
Jenris Tana, Milton T. Pardosi
Fakultas Filsafat, Universitas Advent Indonesia, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pemimpin harus siap
dalam segala situsi, dan kondisi dalam jemaat nya sebagai upaya untuk membangun
gereja. Keberhasilan dalam kepemimpinan akan sangat berpengaruh bagi kehidupan
banyak�� orang yang ada di bawah sebuah kepemimpinan.
Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap
kemampuan anggota jemaat menyelesaikan masalah dalam jemaat berdasaarkan
keluaran 18:21. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah
metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Gereja Masehi Advent
Hari Ketujuh Jemaat Gentra Karahayuan Bandung dengan teknik pengumpulan data
berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini kepemimpinan yang
benar dapat berpengaruh pada kemampuan anggota jemaat dalam menyelesaikan
masalah dalam jemaat berdasarkan keluaran 18:21 yang bertumpu pada asas-asas
kepemimpinan yang Alkitabiah berupa memiliki kecakapan, mempunyai rasa takut
akan Tuhan, dapat dipercaya, dan membenci pada pengajaran suap.
Kata kunci: Kepemimpinan, Kemampuan Anggota, Keluaran 18:21.
Abstract
The leader must be ready in all situations, and conditions in his
congregation as an effort to build the church. Success in leadership will
greatly affect the lives of many people who are under a leadership. The purpose
of the study was to determine the effect of leadership on the ability of church
members to solve problems in the church based on output 18:21. The research
method used in this study is a qualitative research method with the research
location in the Seventh-day Adventist Church of the Gentra
Karahayuan Congregation in Bandung with data
collection techniques in the form of interviews, observation and documentation.
While the data analysis techniques used in this study include data reduction,
data presentation and drawing conclusions and verification. The results of this
study that correct leadership can affect the ability of church members to solve
problems in the congregation based on output 18:21 which is based on biblical
leadership principles in the form of having skills, having the fear of God,
being trustworthy, and hating the teaching of bribery.
Keywords: Leadership, Member Ability, Exodus 18:21
Pendahuluan
Seorang pemimpin
haruslah memiliki kepribadian yang jelas dan punya komitmen yang teguh. Kondisi mentalitas seorang pemimpin sangat mempengaruhi bahkan menentukan efektivitas dan kinerja kepemimpinannya. Artinya, jika pemimpin
yang memiliki mentalitas
yang kuat, ia pasti akan menjalankan
kepemimpinan yang kuat, berkualitas, dan efektif. Sebaliknya, jika kondisi mentalitasnya pemimpin lemah, maka seluruh aktivitas
kepemimpinannya pun akan menjadi lemah, lamban, bahkan bisa� terhambat (Tandiassa,
2010). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa sebagai suatu
bangsa, gereja-gereja yang tumbuh dan berjuang di tengah dunia dengan goncangan dan krisis membutuhkan kepemimpinan yang kokoh yang kekuatannya bergantung pada prinsip-prinsip kepemimpinan yang alkitabiah. Kepemimpinan dengan landasan Alkitabiah menjadikan pemimpin mempunyai arah dan tujuan dalam perkembangan
dan kemajuan ke arah yang lebih baik untuk jemaatnya.
Para teolog melihat
dalam Alkitab, itu muncul dalam
Keluaran 18:21, yaitu ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Dalam
kedudukan Musa sebagai pemimpin dan hakim bangsa Israel,
mertua Musa, Yitro, berpesan
kepada Musa untuk memilih orang-orang yang terampil/hikmat, takut akan
Tuhan, amanah, dan membenci kejahatan untuk diangkat.� menjadi pemimpin
seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.� (Kel. 18:21). Sementara itu, Keluaran 18:21 menekankan empat kriteria sebagai kualifikasi yang dapat dijadikan pemimpin yang benar yaitu kecakapan, takut akan Tuhan,
dapat dipercaya, dan melawan suap. Empat
kriteria dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemilihan
pemimpin, selain itu pemimpin juga dapat melakukan perubahan, komunikatif, dan memiliki pengaruh yang baik bagi jemaatnya.
Baik dalam mengambil keputusan ataupun dalam menyelesaikan
masalah dalam jemaatnya.
Keberhasilan indikator
pemimpin dalam melakukan pengelolaan manajemen kepemimpinan dapat sangat berpengaruh pada kehidupan jemaat dan lingkungan sekitar yang ada di bawah sebuah
kepemimpinan tersebut.
Salah satunya Pemimpin dalam mempengaruhi kemampuan anggota jemaatnya dalam menyelesaikan masalah dalam jemaat. Permasalahan
yang terjadi bukan hal aneh yang berasal
dari anggota gereja setempat seperti bertengkar sesama dengan anggota
gereja, dan anggota gereja bertengkar dengan dewan gereja. Penyelesaian permasalahan yang belum menemukan solusi yang terjadi dari beberapa sidang
yang telah dilakukan dapat menyebabkan terpecah belahnya gereja karena dapat
menurut anggota jemaat tidak dapat
dipercaya dalam menyelesaikan konflik.
Akibat konflik tersebut, jemaat dapat menjadi diam, menyimpan dendam, tidak pernah datang
ke gereja, bahkan membuat antar jemaat gereja
yang bermusuhan. Padahal permasalahan tersebut menimbulkan dampak bukan hanya gereja
yang dihina, Tuhan juga dihina oleh setiap pertengkaran di antara sesama warga Tuhan.
Ini konsisten dengan pernyataan alkitabiah dalam 1 Korintus 6:7
Perselisihan yang terjadi
dalam kehidupan gereja adalah noda
yang dapat digunakan kekuatan jahat untuk membawa gereja
ke dalam stigma kebenaran dan bahkan menyebabkannya gagal. Ketika peluang konflik terbuka, serangan untuk menghancurkan gereja datang dari
segala penjuru. Gereja perlu menganggap
ini serius, ini bukan lagi
masalah umum. Setiap konflik yang muncul harus segera
ditangani dan ditangani dengan serius, namun sesuai dengan
prinsip dan kehendak Tuhan.
Menurut ajaran
Alkitab dalam Keluaran 18:21, ini adalah pandangan seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang benar. Pendeta sebagai pemimpin perlu terlibat dalam interaksi yang bersahabat dalam kegiatan jemaat sambil memastikan bahwa semua bawahan
atau pekerja dan pihak terkait bekerja
sesuai dengan tanggung jawab dan perannya masing-masing. Yesus Kristus adalah pemimpin sejati sepanjang masa.
Seorang� pemimpin harus� memiliki beberapa� perpaduan� penting seperti perpaduan karakter kuat dan saleh dengan kecakapan
memimpin;� perpaduan kepemimpinan visi; perpaduan keseimbangan �people�
oriented� dan �task oriented� (Mangalik,
2020). People oriented dan� task� oriented�
yang dimaksudkan adalah
integritas seorang pemimpin. Artinya perilakunya (people oriented) dan perkataan
(task oriented) searah atau
tidak berlawanan dengan makna apa
yang dikatakannya sesuai dengan apa yang dilakukannya.
Pemimpin gereja
lokal dapat belajar dan mengambil inspirasi dariNya sebagai pelayan, pendeta, dan administrator dengan
kemampuan untuk menjelaskan, memberdayakan, memberdayakan, dan mendorong. Agaknya dengan spiritualitas yang mendalam dan keterampilan kepemimpinan yang memadai, para pemimpin gereja dapat mendorong
proses pastoral yang tepat untuk
membawa perubahan yang bermanfaat dalam komunitas dan gereja. Maka petingnya penyelesaian masalah dalam jemaat di gereja maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap kemampuan anggota jemaat menyelesaikan masalah dalam jemaat berdasaarkan
keluaran 18:21.
Metode Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian
kualitatif dengan lokasi penelitian di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Jemaat Gentra Karahayuan Bandung.
Perreault dan McCarthy (Miles & Huberman, 1984) mendefinisikan Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dirancang untuk menggali informasi secara mendalam, terbuka terhadap semua jawaban, bukan hanya jawaban ya
atau tidak. Studi ini mencoba
membuat orang berbagi pemikiran mereka tentang suatu topik
tanpa memberi mereka terlalu banyak arahan atau
bimbingan. Juga, karena situasi saat ini
berubah dan berkembang berdasarkan apa yang terjadi di lapangan, pendekatan penelitian kualitatif tepat. Oleh karena itu, desain
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat fleksibel dan terbuka (Rukin, 2019).
Peneliti mengumpulkan dan mengolah data
yang berkaitan dengan topik penelitian dengan mengamati secara seksama keadaan di lapangan, menggunakan teknik wawancara, observasi, dan pencatatan, kemudian mempresentasikan hasilnya dalam suatu diskusi.
Setiap pembahasan yang disajikan tentunya sesuai dengan apa
yang terjadi di lapangan,
dan peneliti memberikan
ide-ide yang relevan. Analisis
data mengadopsi model analisis
data Miles & Huberman (Miles & Huberman, 1984), yaitu reduksi
data, penyajian data, serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi
���������������������������������������
Hasil dan Pembahasan
Pemimpin harus siap dalam segala situsi, dan kondisi dalam jemaat nya sebagai upaya untuk membangun gereja. Sehingga pemimpin memerlukan hubungan ikatan yang erat dengan warga geraja dan orang-orang di sekitarnya dalam menangani dan mengembangkan gereja. Relasi tersebut dibutuhkan sebagai upaya pemimpin untuk mempererat ikatan untuk memperkuat kesatuan gereja (Saidurrahman & Arifinsyah, 2018). Keberhasilan pemimpin dalam kepemimpinan akan berpengaruh bagi kehidupan banyak orang yang ada di bawah sebuah kepemimpinan. Salah satunya Pemimpin dalam mempengaruhi kemampuan anggota jemaatnya dalam menyelesaikan masalah dalam jemaat.
Setelah penulis melakukan penelitian di GMAHK Jemaat Gentra Karahyuan Bandung dengan metode wawancara dan dokumentasi maka dapat di paparkan temuan penulis sebagai berikut :
Wawancara
Penulis dalam menyelsaikan penulisan ini melakukan beberapa wawancara terhadap para anggota GMAHK jemaat Gentra Karahyuan dengan pertemuan secara langsung di rumah Pdt Austin Situmorang.
Berikut ini penulis memaparkan hasil wawancara dari para informan yang menjadi sumber data penting dalam penelitian ini. Melalui pertanyaan
yang di sampaikan kepada anggota jemaat Gentra Karahyuan, maka penulis mendapati
jawaban kesimpulan dari wawancara sebagai berikut:
1.
Seorang pemimpin yang baik dan benar harus memiliki kemampuan sebagai pemimpin, menaungi anggota jemaat dan harus paham dengan
keadaan anggota jemaatnya .
Hal ini disampaikan oleh : Saudara Kevin.
2.
Seorang pemimpin harus cakap dan takut akan Tuhan
yang berarti seorang pemimpin harus beriman, memiliki kerendahan Hati bahwa bukan karena
kepemimpinannya yang unggul
tetapi karena Tuhan yang bekerja dan seorang pemimpin harus bijaksana. Hal ini disampaikan oleh : Ibu Rosmawati
3.
Seorang pemimpin haruslah orang yang dapat dipercaya dan memiliki teladan� baik yang dapat dilihat orang lain, jujur , tulus dan bijaksana. Hal ini disampaikan oleh : Ibu Sastra.
4.
Seorang pemimpin haruslah jujur melaksanakan tugas dan tidak mau menerima
suap. suasana harmonis akan
membuat anggota-anggota merasa ayaman dalam bekerja, mencegah terjadinya
konflik, dan menumbuhkan kebersamaan Pemimpin
harus siap dalam segala situsi, dan kondisi dalam jemaat nya sebagai upaya
untuk membangun gereja.
Hal ini disampaikan oleh : Bapak Rajagukguk.
5.
Seorang pemimpin harus sabar, bisa
mengayomi jemaat, harus mengenal anggotaa jemaatnya. Hal ini disampaikan oleh : Ibu Siregar.
Permasalahan yang sering terjadi pada lingkungan gereja bukan permasalahan yang baru terjadi, konflik terebut dapat berasal dari sesama jemaat dalam gereja tersebut. Beberapa jemaat di gereja dapat terpecah belah karena konflik yang tidak terselesaikan, padahal kekuatan, kesatuan dan keutuhan anggota sangat dibutuhkan untuk memperkuat gereja. Oleh karena itu, perlu adanya pengaruh kepemimpinan terhadap kemampuan anggota jemaatnya agar dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan kekeluargaan agar terjalin lingkungan jemaat yang sehat dan menjalin hubungan yang solid. Kualitas kepemimpinan ini lah yang dibutuhkan, apa dan seperti apa seorang pemimpin yang dibutuhkan oleh jemaatnya.
Kualitas seorang pemimpin gereja/Kristen tidak hanya tergantung pada kebijaksanaan atau keterampilan kepemimpinannya, tetapi juga pada ketulusannya dalam melayani, menggembalakan, dan merawat orang-orang yang dipercayakan kepadanya. Bagi Calvin, perilaku terpenting seorang Kristen bukanlah kesempurnaan, melainkan ketulusan (Arpels-Josiah, 2006). Inilah sebabnya mengapa kepemimpinan di gereja bukanlah pertunjukan kekuasaan, tetapi latihan pelayanan.
Ketika peluang konflik terbuka, serangan untuk menghancurkan gereja datang dari segala penjuru. Gereja perlu menganggap ini serius, ini bukan lagi masalah umum. Setiap konflik yang muncul harus segera ditangani dan ditangani dengan serius, namun sesuai dengan prinsip dan kehendak Tuhan (Gibbs, 2010).
Ketika berhadapan dengan pemecahan masalah/pencarian solusi, kepemimpinan sejati dapat diukur dari Keluaran 18:21, yang menekankan empat kriteria, yaitu memiliki keterampilan (ability), takut akan Tuhan (spiritualitas), dapat dipercaya (credibility), dan Benci untuk mengajar. Suap (itikad baik).
Yitro, mertua Musa, dalam posisi Musa sebagai pemimpin dan hakim bangsa Israel, menasihati Musa untuk memilih mereka yang memiliki keterampilan/kebijaksanaan, takut akan Tuhan, dapat mempercayai dan membenci hal-hal jahat untuk diangkat". � Make seribu pemimpin dari seratus, pemimpin lima puluh, pemimpin sepuluh.� (Ningtyas & Sriyati, 2021).
Menurut Ningtyas dan Sriyati (Ningtyas & Sriyati, 2021) Kepemimpinan yang memberdayakan adalah upaya untuk menolong individu yang dipimpin mencapai tahapan yang lebih baik sehingga lebih meringankan dibanding dengan kepemimpinan tunggal Musa. Prinsip kepemimpinan yang dibahas meliputi mendelegasikan kepemimpinan, meningkatkan tanggung jawab, meningkatkan kapasitas, melatih kemandirian serta mau belajar dan diajar. Dengan demikian, kepemimpinan� tersebut� dapat� membawa� pengaruh� yang lebih luasdan� menciptakan individu yang berdaya, tidak bergantung pada situasi ataupun organisasi tertentu.
Sukses
kepemimpinan masa kini membutuhkan untuk membentuk pemimpin yang unggul menghadapi kompetisi, inovasi, serta kemampuan suksesi kepemimpinan yang dapat diwujudkan dalam kepemimpinan memberdayakan. Pemimpin yang memberdayakan merupakan solusi atas permasalahan
kepemimpinan di bangsa
Indonesia, gereja dan keluarga
sebagai unit terkecil dalam organisasi (Yuliana, 2021).
Pemimpin akan selalu berusaha bagaimana untuk membangun relasi dan komunikasi yang harmonis, baik antara dirinya dengan anggota-anggota maupun antara anggota-anggota
itu sendiri. suasana harmonis akan membuat anggota-anggota
merasa nyaman dalam bekerja, mencegah terjadinya konflik, dan menumbuhkan kebersamaan (Mangalik, 2020).
Kiranya dengan spiritualitas/ rasa takut akan Tuhan yang mendalam dan keterampilan-keterampilan/ kapabilitas yang memadai dalam kepemimpinan, pemimpin jemaat dapat mendorong terjadi proses penggembalaan yang benar guna mencapai perubahan-perubahan yang bernilai dalam komunitas dan Gereja.
Kemudian prinsip yang berikutnya seorang pemimpin yang baik harus memiliki kapasitas atau kemampuan untuk menunjukkan arah kepada pengikutnya, dan mampu menggerakkan potensi dalam menggapai sasaran yang telah ditentukan. Pemimpin yang berhasil lebih banyak bergantung pada bakat konseptual daripada operasional. Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai pola pikir yang berorientasi ke masa depan, melampaui rentang waktu yang panjang.
�Pada Keluaran 18:21a (TB) tertulis di samping itu kaucarilah� dari seluruh bangsa yaitu� orang-orang� yang� cakap� dan� takut� akan� Allah,� orang -orang� yang dapat dipercaya,dan yang benci kepada pengejaran suap;� Kata �dapat dipercaya� pada ayat ini merujuk pada indikator tanggung jawab sebagai pemimpin. Proses kepemimpinan juga tidak luput dari melatih tanggung jawab orang yang sedang dipimpin atau bahkan pemimpin� tersebut.Tangung jawab yang dikerjakan dapat berupa membuat keputusan yang berdampak bagi lingkungan sekitar (Ulum, 2016).
Tanggung jawab disini dapat dimaksudkan pemimpin memberikan pelayanan pada jemaat nya dalam memberikan alternatif keputusan dalam memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah yang berdampak positif bagi jemaat nya. Memberikan pelayanan yang komunikatif agar jemaatnya dapat merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam mengemukakan permasalahan yang ada
Seperti contoh cara Musa memilih pemimpin untuk mengadili perkara bangsa dapat memberikan akses kepada pemimpin untuk saling diskusi dalam penyelesaian konfik kepemimpinan agar� mencapai kemandirian dalam kelompok kecil meskipun perkara-perkara yang sulit masih diperhadapkan kepada Musa. Memahami persoalan-persoalan yang sulit dan menyelesaikannya dalam kelompok pasukan akan melatih pemimpin menjadi pribadi yang lebih mandiri (Octaria, Fitriasari, & Sari, 2020).
Selain itu pemimpin menyampaikan adalah perpaduan keseimbangan �people oriented� dan �task oriented�. Untuk mencapai hal ini, maka kita perlu meneladai kehidupan Yesus yang berhasil. Hidup Yesus berhasil karena penyertaan Allah, ketaatan mutlak kepada Allah, kehidupan yang diwarnai dengan doa, hidup dalam kerendahatian, serta megasihi Allah dan manusia dengan sepenuh hati dan kekuatanNya. Artinya perilakunya (people oriented) dan perkataan (task oriented) searah atau tidak berlawanan dengan makna apa yang dikatakannya sesuai dengan apa yang dilakukannya (Mangalik, 2020). Oleh karena itu, kepemimpinan yang benar berdasarkan keluaran 18:21 dapat berpengaruh pada kemampuan anggota jemaat dalam menyelesaikan masalah dalam jemaat yang bertumpu pada asas-asas kepemimpinan yang Alkitabiah berupa memiliki kecakapan (kapabilitas), mempunyai rasa takut akan Tuhan (spiritualitas), dapat dipercaya (kredibilitas), dan membenci pada pengajaran suap (integritas)
Kesimpulan�������������������������������������������������
Pemimpin harus
siap dalam segala situsi, dan kondisi dalam jemaat
nya sebagai upaya untuk membangun
gereja. Keberhasilan dalam kepemimpinan akan sangat berpengaruh bagi kehidupan banyak orang yang ada di bawah sebuah kepemimpinan.
Maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap kemampuan anggota jemaat menyelesaikan masalah dalam jemaat
berdasaarkan keluaran
18:21. Kepemimpinan yang benar
dapat berpengaruh pada kemampuan anggota jemaat dalam menyelesaikan
masalah dalam jemaat berdasarkan keluaran 18:21 yang bertumpu pada
asas-asas kepemimpinan yang
Alkitabiah berupa memiliki kecakapan (kapabilitas), mempunyai rasa takut akan Tuhan
(spiritualitas), dapat dipercaya (kredibilitas), dan membenci pada pengajaran suap (integritas).
Arpels-Josiah, Ariane Nicole. (2006). Justification
By Grace Through Faith From An Ecological Perspective: Reformed Theology,
Environmental Ethics, And Social Justice. Princeton Theological Seminary.
Gibbs, Eddie. (2010). Kepemimpinan
Gereja Masa Mendatang. Bpk Gunung Mulia.
Mangalik, Lisdayanti Anita. (2020). Implementasi
Gaya Kepemimpinan Pendeta Dalam Jemaat Yang Di Pimpin Dalam Menyikapi/Mengatasi
Masalah Dalam Jemaat.
Miles, Mattheu B., & Huberman, A.
Michael. (1984). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook Of New Methods. In Qualitative
Data Analysis: A Sourcebook Of New Methods (P. 263).
Ningtyas, Hergyana Saras, & Sriyati,
Sriyati. (2021). Refleksi Pemimpin Yang Memberdayakan Berdasarkan Keluaran 18:
18-24. Harvester: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen, 6(1),
20�37.
Octaria, Dina, Fitriasari, Putri, &
Sari, Novita. (2020). Blended Learning Dengan Macromedia Flash Untuk Melatih
Kemandirian Belajar Mahasiswa. Jurnal Elemen, 6(1), 25�38.
Rukin, S. Pd. (2019). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Saidurrahman, Saidurrahman, &
Arifinsyah, Arifinsyah. (2018). Nalar Kerukunan; Merawat Keragaman Bangsa
Mengawal Nkri.
Tandiassa, Samuel. (2010). Kepemimpinan
Gereja Lokal. Tangerang: Mori El.
Ulum, M. Chazienul. (2016). Perilaku
Organisasi Menuju Orientasi Pemberdayaan. Universitas Brawijaya Press.
Yuliana, Kharisma Novi. (2021). Implementasi
Kepemimpinan Kiai Dalam Meningkatkan Prestasi Santri Di Pondok Pesantren
Al-Multazam Mojoanyar Mojokerto. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Copyright holder: Anwar Jenris Tana, Milton T. Pardosi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |