Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
7, Juli 2022
DETERMINAN PEMILIHAN HUNIAN PEKERJA INDUSTRI DI KAWASAN BATAMINDO INDUSTRIAL PARK
Riska Lestari, Ahmad Gamal
Universitas Indonesia, Department of Architecture,
Jakarta, Indonesia
Universitas
Indonesia, Graduate Program of Urban & Regional Planning, Jakarta,
Indonesia
Email: �[email protected], [email protected]
Abstrak
Perkembangan kawasan industri dan pertumbuhan jumlah pekerja industri berimplikasi pada peningkatan kebutuhan hunian di sekitar kawasan industri. Perbedaan latar belakang dan kebutuhan pekerja menyebabkan munculnya keberagaman preferensi dalam memilih hunian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat preferensi hunian pekerja industri berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi hunian seperti; faktor fisik rumah, kualitas, lokasi, ketersediaan fasilitas pendukung, dan faktor kondisi lingkungan sekitar. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa lokasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan hunian pekerja industri, karena semakin jauh lokasinya maka semakin besar biaya dan waktu tempuh yang dibutuhkan. Namun studi lainnya membuktikan bahwa pekerja industri lebih memilih menjadi commuter dibandingkan tinggal di hunian sewa dan menetap di kota. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan survey dalam bentuk kuesioner. Hasil penelitian merupakan analisis deskriptif dan analisis skoring. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi lngkungan yang aman menjadi faktor terpenting dalam pemilihan hunian bagi pekerja industri dengan tingkat kepentingan sebesar 98,4%.
Kata Kunci: kawasan industri; pekerja industri; preferensi hunian
Abstract
The development of industrial
estates and the growth in the number of industrial workers have implications
for increasing the need for housing around industrial areas. The different
backgrounds and needs of workers lead to the emergence of a diversity of preferences
in choosing a housing. This study aims to look at the occupancy preferences of
industrial workers based on factors that influence the choice of housing such
as; physical house, house quality, location, availability of supporting
facilities, and environmental conditions. Previous studies have shown that
location is the most influential factor in choosing residential workers for
industrial workers, because the farther away the location is, the greater the
cost and travel time required. However, other studies have shown that
industrial workers prefer to be commuters rather than living in rental housing
and living in cities. The method used is a qualitative method with the results
of qualitative descriptive analysis and scoring analysis. The results of this
study state that the most important factor in choosing a house for industrial
workers is the condition of the surrounding environment, namely a safe
environment with an importance level of 98.4%.
Keywords: industrial area; industrial
workers; home preferences
Pendahuluan
Berkembangnya sektor industri
berpengaruh terhadap kebutuhan akan tenaga kerja yang juga meningkat. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan lahan akan hunian. Perkembangan
sektor industri juga menciptakan peluang kerja, akibatnya daerah sekitar kawasan industri tersebut dipadati pendatang yang membutuhkan rumah, prasarana dan fasilitas lainnya (Indra, 2010).
Ryser dkk (2020) juga menambahkan
bahwa adanya pengembangan kawasan industri pada suatu kota dapat memberikan
tekanan pada penyediaan rumah.
Preferensi adalah keinginan
atau kecenderungan seseorang untuk memilih dan memiliki sesuatu. Preferensi perumahan dapat juga diartikan sebagai keinginan untuk memilih dan memiliki suatu kondisi atribut
perumahan dengan penghuni sebagai subyek pengambil keputusan (decision making) sehingga
didalamnya terkandung makna suatu proses penghuni mewujudkan kondisi rumah yang diinginkannya (Wienty, 2010).
Preferensi perumahan masyarakat berhubungan dengan skala prioritas
masyarakat terhadap perumahan dimana masyarakat yang bekerja lebih mementingkan skala prioritas lokasi perumahan yang dekat dengan tempat
kerjanya daripada status kepemilikan tanah dan kualitas perumahan (Turner, 1976).
Tempat tinggal untuk
pekerja industri merupakan sebuah hal yang masih kurang mendapatkan perhatian, baik dari pemerintah, perusahaan maupun pengelola kawasan industri. Padahal penyediaan tempat tinggal untuk pekerja
industri sangat berpengaruh
terhadap kinerja dan kesejahteraan pekerja industri tersebut. Hunian dan tempat tinggal menjadi hal yang penting bagi pemerintah dan para pengembang agar pembangunan perumahan menjadi tepat sasaran. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa preferensi terkait tempat tinggal meliputi aksesibilitas dan lokasi, tipe dan desain bangunan, karakteristik fisik lingkungan, ketersediaan fasilitas dan faktor harga (Anindyajati, Soemarno, & Soemardiono, 2014);
(Nadiya, 2017);
(Tambunan, 2012).
Faktor lainnya yang juga menjadi preferensi terkait hunian adalah faktor kenyamanan
dan keamanan baik fisik maupun secara
non fisik seperti lingkungan sosial yang stabil dan kedekatan dengan keluarga (Anindyajati et al., 2014);
(Dokmeci, Berkoz, Levent, Yurekli, & Cagdas, 1996);
(Nadiya, 2017).
Standar sarana dan prasarana
lingkungan perumahan dan permukiman adalah dasar-dasar perencanaan perumahan yang harus diperhatikan. Sarana permukiman misalnya berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan fasilitas RTH. Sedangkan prasarana permukiman meliputi drainase, persampahan, sanitasi, air bersih, listrik, telepon, dan jalan (Surtiani, 2006).
Pemenuhan preferensi harus
dapat menyesuaikan perspektif sosial ekonomi dalam kaitannya
yaitu dengan siklus hidup, status ekonomi dan gaya hidup sedangkan perspektif kelas sosial dan etnis lebih menekankan pengelompokkan berdasarkan kelas, jenis pekerjaan
dan kesukuan. Komposisi
status sosial konomi berupa pendidikan, pendapatan dan pekerjaan (Winter, 2011).
Preferensi setiap orang terhadap kualitas rumah berbeda menurut
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan� (Sariffuddin & Susanti, 2011).
Kualitas lingkungan pada tempat tinggal tergantung pada ketersediaan atribut permukiman yang meliputi ketersediaan lokasi, lingkungan dan rumah. Kualitas lingkungan tempat tinggal juga ditentukan oleh faktor aksesibilitas, transportasi dan jarak ke fasilitas kota,
penataan lingkungan hunian yang meliputi penataan kondisi fisik dan sosial serta permukiman dengan perencanaan bangunan yang memperhatikan penggunaan bahan konstruksi, tipe dan ketersediaan fasilitas rumah (Amos, 1977).
Faktor lingkungan pun dapat mempengaruhi pemilihan dimana orang akan tinggal. Seperti
lingkungan yang tenang, dekat dengan kota
dan fasilitas umum, infrastruktur yang baik akan menjadi pilihan
yang dominan. Selain kondisi lingkungan yang nyaman, memiliki tetangga yang ramah juga menjadi perhatian dalam memilih tempat
tinggal (Kuswartojo, 2005).
Terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi hunian menurut (Lichfield & Darin, 1980),
yang meliputi:
a) Aksesibilitas, yang meliputi kemudahan transportasi dan jarak antara hunian ke pusat kota.
b) Lingkungan, dalam hal ini meliputi lingkungan sosial dan fisik
seperti polusi, kebisingan, dan lingkungan yang aman.
c) Ketersediaan peluang pekerjaan, yaitu
kemudahan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan.
d) Tingkat pelayanan, yaitu lokasi yang memiliki pelayanan yang baik seperti dalam
hal sarana dan prasarana dan lainnya.�
Menurut (Bourne, 1982),
lingkungan juga menjadi faktor penting dalam pertimbangan untuk memilih lokasi
hunian, yang meliputi:
a) Aksesibilitas ke pusat kota, yaitu adanya jalan raya
utama, sekolah dan tempat rekreasi.
b) Karakteristik fisik dan lingkungan permukiman seperti kondisi jalan, pedestrian, pola jalan dan ketenangan lingkungan.
c) Fasilitas dan pelayanan, yaitu kualitas bangunan, sekolah, polisi dan pemadam kebakaran.
d) Lingkungan sosial, yaitu seperti permukiman yang bergengsi, sosial ekonomi,
etnis dan demografi.
e) Karakteristik site rumah, seperti luas lahan dan bangunan,
jumlah ruang dan biaya pemeliharaan.
Banyaknya serapan tenaga
kerja pada perusahaan dalam Kawasan Industri Batamindo, berdampak pada peningkatan kebutuhan pokok seperti rumah
yang layak bagi pekerja industri. Perusahaan mencoba untuk memudahkan
pekerjanya dengan menyediakan dormitori dalam kawasan industri
tersebut. Namun yang menjadi masalah adalah banyaknya unit dormitori yang masih kosong jika dibandingkan
dengan jumlah pekerjanya. Ini mungkin disebabkan karena hunian tersebut
tidak sesuai dengan preferensi hunian para pekerja industri. Untuk mengetahui bagaimana hunian yang diinginkan pekerja industri, maka perlu dilakukan
identifikasi terkait preferensi hunian pekerja industri Batamindo Industrial Park.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. (London & Ostwald, 2004)
menyatakan, Penelitian kualitatif merupakan metode berganda yang berfokus, melibatkan latar belakang fakta (interpretive) kejadian
yang ada di lapangan, baik secara buatan
maupun secara alamiah (naturalistic). Menurut
(Moleong LexyJ, 2011),
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku
yang diamati dengan menggunakan latar alamiah untuk menafsirkan
fenomena yang terjadi melalui wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
Data yang digunakan terdiri dari data primer. Teknik pengumpulan data primer dilakukan
dengan melakukan observasi di lingkungan kawasan Batamindo Industrial Park,
dan membagikan kuesioner dengan pekerja industri.
Teknik sampling yang
digunakan untuk penentuan responden kuesioner pekerja industri adalah Simple Random
Sampling. Data yang sudah diperoleh
akan dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis skoring.
Penelitian dilakukan di Kawasan Batamindo Industrial Park, dimana
para pekerja industri sebagai target responden. Mereka mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dengan variable penelitian yang sebelumnya disusun dan diterjemahkan ke dalam kuesioner.
Hasil dan Pembahasan
A. Profil Kawasan Batamindo Industrial Park
Batamindo Industrial Park merupakan
kawasan industri terbesar di Kota Batam dengan total luas kawasannya adalah 320 hektar. Kawasan ini berlokasi di Mukakuning, Kec. Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau. Didalamnya sudah terbangun dan telah diisi oleh 74 tenant yang sebagian
besar perusahaannya bergerak dibidang manufaktur, sehingga menyerap banyak tenaga kerja yang mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal
di kawasan tersebut cukup tinggi. Pengembangan
kegiatan industri di
Kawasan Batamindo menyerap banyak tenaga kerja
dengan jumlah �60.000 karyawan pekerja industri yang tercatat di tahun 2021.
Gambar 1
Kawasan Batamindo Industrial Park
B. Faktor Penentu Preferensi Hunian
Hasil survey kuesioner
menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden memilih untuk memprioritaskan faktor kondisi lingkungan sekitar dalam preferensi mereka memilih hunian di sekitar kawasan industri dengan tingkat kepentingan sebesar 95,2%. Kemudian disusul dengan faktir kualitas
rumah, faktor ketersediaan fasilitas pendukung, faktor lokasi, dan terakhir faktor fisik rumah
dengan tingkat kepentingan sebesar 82,5% (Gambar
2).
Gambar 2
Diagram Faktor Preferensi
Jika dilihat
nilai dari masing-masing atribut pada setiap faktor, ditemukan bahwa faktor lingkungan
aman menjadi prioritas pekerja industri sebagai preferensi hunian yang diinginkannya dengan skor penilaian 492 yaitu sebesar 98,4% tingkat kepentingannya. Hal ini tidak sesuai
dengan teori (Turner, 1976)
yang menyatakan bahwa pekerja biasanya akan lebih mementingkan
lokasi yang dekat dengan tempat kerjanya
dibandingkan dengan variabel lainnya. Sedangkan nilai terendah adalah pada faktor lokasi yaitu
dekat dengan bandara dengan skor 352 atau sebesar
70,2%. Ini menunjukkan bahwa faktor lokasi
dekat bandara menjadi faktor terendah pekerja industri dalam memilih hunian mereka. Ini juga dapat dilihat dari
hasil diagram skala prioritas (Gambar 3), yang mana faktor
lingkungan yang tenang menjadi faktor kedua tertinggi responden dalam memilih hunian. Hal ini bisa terjadi
karena hunian yang berada dekat atau
tidak jauh dari bandara memiliki
frekuensi kebisingan yang lebih tinggi sehingga
lingkungan hunian menjadi relatif tidak tenang dan berising.
Gambar 3
Diagram Skala Prioritas
Preferensi Hunian
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
terkait preferensi hunian pekerja industri maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan
yang aman menjadi faktor terpenting dalam memilih hunian.
Ini disebabkan karena kawasan Batamindo Industrial Park merupakan
daerah yang rentan terjadinya aksi kejahatan, sehingga mereka menilai bahwa lingkungan aman akan menjadi
hunian yang baik untuk mereka tinggali
di sekitar kawasan industri. Serta tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap usia, status pernikahan, dan
status pekerjaan dalam menentukan preferensi hunian pekerja industri. Namun berdasarkan pada jenis kelamin terdapat beberapa perbedaan preferensi hunian antara laki-laki dan perempuan. Pekerja berjenis kelamin laki-laki menilai bahwa lokasi yang dekat dengan jalan
utama, dekat dengan bandara, dan dekat dengan pusat
perbelanjaan tidak begitu penting, sedangkan pekerja perempuan menilai faktor-faktor tersebut penting sebagai preferensi hunian yang mereka inginkan.
Amos, Rapoport. (1977). Human aspects
of Urban form towards a man environment approach to urban form and Design. Amos
Rapoport, Urban and Regional Planning Series, 15. Google Scholar
Anindyajati, Dyah Juwita, Soemarno, Ispurwono, &
Soemardiono, Bambang. (2014). Preferensi Keluarga Muda Dalam Memilih Rumah
Tinggal Di Surabaya Berdasarkan Atribut Fisik Dan Infrastruktur Perumahan. Prosiding
Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX, B-18 Sd B-19. Surabaya: Program Studi
MMT-ITS. Google Scholar
Bourne, Larry S. (1982). Internal structure of the
city: readings on urban form, growth, and policy. Oxford University Press,
USA. Google Scholar
Dokmeci, V., Berkoz, L., Levent, Haluk, Yurekli, H.,
& Cagdas, G�len. (1996). Residential preferences in Istanbul. Habitat
International, 20(2), 241�251. Google Scholar
Indra, Beny. (2010). Pengaruh Keberadaan Industri
Perikanan Djayanti Terhadap Perkembangan Perumahan Dan Permukiman Di Kelurahan
Puday Kota Kendari. Seminar Nasional Perumahan Permukiman Dalam Pembangunan
Kota.
Kuswartojo, Tjuk. (2005). Housing and Human
Settlement in Indonesia: Effort for Sustainable Living Development (Perumahan
dan Permukiman di Indonesia: Upaya membuat Perkembangan Kehidupan yang
Berkelanjutan). Penerbit ITB, Bandung. Google Scholar
Lichfield, D., & Darin, Drabkin H. (1980). Land
Policy and Urban Growth. Google Scholar
London, Kerry, & Ostwald, Michael. (2004). Linda
Groat and David Wang: Architectural Research Methods, New York: John Wiley and
Sons, 2002. Nexus Network Journal, 51�53. Google Scholar
Moleong LexyJ, Prof. Dr. M. .. (2011). Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Nadiya, Elzsa. (2017). Studi Preferensi Generasi Y
Dalam Memilih Hunian di Jakarta Barat. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis,
1(1), 145�152. Google Scholar
Sariffuddin, Sariffuddin, & Susanti, Retno.
(2011). Penilaian kesejahteraan masyarakat untuk mendukung permukiman
berkelanjutan di Kelurahan Terboyo Wetan, Semarang. Makara Human Behavior
Studies in Asia, 15(1), 29�42. Google Scholar
Surtiani, Eny Endang. (2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terciptanya kawasan permukiman kumuh di kawasan pusat kota (studi
kasus: kawasan pancuran, salatiga). program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Google Scholar
Tambunan, Damelina B. (2012). Atribut yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk perumahan penelitian dan analisis
conjoint. International Research Journal of Business Studies, 2(2). Google Scholar
Turner, John F. C. (1976). Housing by People (London,
Marion Boyars). Urban Foundation,(1980) Soweto (Johannesburg, Urban
Foundation). Google Scholar
Wienty, Triyuly. (2010). Identifikasi Prefrerensi
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kota Palembang Berdasarkan
Metode Hierarchical Cluster Dan Discriminat Analysis. Prosiding Seminar
Nasional Metode Riset Dalam Arsitektur Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia
Berbasis Riset, 3�107. Udayana University Press. Google Scholar
Winter, Caroline. (2011). Battlefield visitor
motivations: Explorations in the Great War town of Ieper, Belgium. International
Journal of Tourism Research, 13(2), 164�176.
Google Scholar
Copyright holder: Riska Lestari, Ahmad Gamal (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |