Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

PENGARUH ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ISLAM PADA MASJID PENINGGALAN FATAHILAH DI JAKARTA

 

Lia Rosmala Schiffer

Universitas Gunadarma, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Sejarah Jakarta atau dulu dikenal dengan nama Jayakarta tidak bisa dilepaskan dari Fatahillah, kesultanan Demak, kesultanan Cirebon, para wali dan Islam dan masjid-masjid tua, yang bertebaran di seantero kota. Dalam masa penyerbuan Sunda Kelapa (22 Juni 1527) pasukan Fatahillah yang ketika itu berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa membangun dua masjid bersejarah yang seumur dengan Kota Jakarta. Dua masjid itu dikenal dengan nama masjid Al Alam Marunda (1527) dan masjid Al Alam Cilincing (1527). Pada penelitian ini kedua masjid tersebut diatas yang akan menjadi objek penelitian tentang pengaruh akulturasi arsitektur Islam dan arsitektur nusantara. Tujuan dari penelitian adalah untuk melestarikan warisan Masjid-masjid tua di Kota Jakarta sebagai bagian dari sejarah dan proses akulturasi arsitektur Islam dan kebudayaan Lokal Nusantara yang awalnya dibawa oleh para pedagang Timur tengah dan atau melalui persebaran Islam melalui walisongo di Jawa. Pengaruh arsitektur Islam dan Nusantara terhadap masjid-masjid tua tersebut perlu ditelisik di bagian mana saja yang dipegaruhi arsitektur Islam dari Timur tengah dan di bagian manakah yang dipengaruhi oleh kebudayaan lokal Nusantara dan percampuran atau akulturasi arsitektur yang dominan yang terjadi pada bangunan masjid ini.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, analitik dan interpretative dengan menggunakan teori archetype, teori ordering principle, teori fungsi, bentuk dan makna (FBM) dan teori budaya Nusantara (Betawi dan Jawa/Sunda), dengan demikian teori dan metodologi yang digunakan dapat menangkap fenomena arsitektur melalui penelusuran wujud akulturasi dari aspek fungsi, bentuk dan maknanya melalui filosofi tata ruang, kesakralan dan pengaruh budaya pada sebuah bangunan masjid. Dari penelusuran yang dilakukan diharapkan dapat membuktikan bahwa masjid Al�Alam Marunda dan masjid Al�Alam Cilincing merupakan ekspresi akulturasi antara budaya Nusantara dengan budaya Islam. Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, serta pengetahuan teori akulturasi arsitektur pada aspek fungsi, bentuk dan maknanya.

 

Kata Kunci: akulturasi, masjid, arsitektur islam, arsitektur tradisional nusantara.

 

Abstract

The history of Jakarta or formerly known as Jayakarta cannot be separated from Fatahillah, the Sultanate of Demak, the Sultanate of Cirebon, the saints and Islam and old mosques, which are scattered throughout the city. During the Sunda Kelapa raid (June 22, 1527) Fatahillah's troops who at that time managed to defeat the Portuguese in Sunda Kelapa built two historical mosques that were the same age as the city of Jakarta. The two mosques are known as the Al Alam Marunda mosque (1527) and the Al Alam Cilincing mosque (1527). Therefore, the three mosques mentioned above will be the object of research on the influence of acculturation of Islamic architecture and archipelago architecture. The purpose of the study is to preserve the heritage of the old mosques in the city of Jakarta as part of the history and process of acculturation of Islamic architecture and local culture of the archipelago which was originally brought by Middle Eastern traders and or through the spread of Islam through walisongo in Java. The influence of Islamic and Nusantara architecture on these old mosques needs to be examined in which parts are influenced by Islamic architecture from the Middle East and in which parts are influenced by the local culture of the Archipelago and the dominant mixing or acculturation of architecture that occurs in this mosque building.

This research was conducted using descriptive, analytical and interpretive methods using archetype theory, ordering principle theory, function theory, form and meaning (FBM) and nusantara cultural theory (Betawi and Javanese / Sundanese), thus the theory and methodology used can capture architectural phenomena through tracing the form of acculturation from aspects of function, form and meaning through spatial philosophy, sacredness and cultural influence on a mosque building. From the search carried out, it is hoped that it can prove that the Al'Alam Marunda mosque and the Al'Alam Cilincing mosque are expressions of acculturation between the culture of the archipelago and Islamic culture. Research is expected to provide benefits, as well as knowledge of the theory of architectural acculturation in aspects of function, form and meaning.

 

Keywords:��� acculturation, mosques, islamic architecture, traditional architecture of the archipelago.

 

Pendahuluan

Jakarta adalah ibu kota dan kota terbesar Indonesia. Terletak diestuari Sungai Ciliwung, di bagian barat laut Jawa, daerah ini telah lama menopang pemukiman manusia. Bukti bersejarah dari Jakarta berasal dari abad ke-4 M, saat ia merupakan sebuah permukiman dan pelabuhan Hindu.  Jakarta telah dikenal dengan beberapa nama. Ia disebut Sunda Kelapa selama periode Kerajaan Sunda dan Jayakarta, Djajakarta, atau Jacatra selama periode singkat Kesultanan Banten.

Sejarah Jakarta atau dulu dikenal dengan nama Jayakarta tidak bisa dilepaskan dari Fatahillah, kesultanan Demak, kesultanan Cirebon, para wali dan Islam dan masjid-masjid tua, yang bertebaran di seantero kota. Dalam masa penyerbuan Sunda Kelapa (22 Juni 1527) pasukan Fatahillah yang ketika itu berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa membangun dua masjid bersejarah yang seumur dengan Kota Jakarta. Dua masjid itu dikenal dengan nama masjid Al Alam Marunda (1527) dan masjid Al Alam Cilincing (1527). dan Masjid Luar Batang Penjaringan, Jakarta yang dibangun tahun 1736.

 

Proses akulturasi kebudayaan di masa Fatahillah ini terjadi antara bangsa-bangsa Eropa yang mencari rempah-rempah sampai ke sunda kelapa dan juga di masa ini terjadi persebaran agama Islam yan dibawa oleh pedagan Timur tengah dengan budaya penduduk lokal itu sendiri. Arsitektur dalam hal ini peninggalan sebuah bangunan merupakan bukti nyata proses akulturasi kebudayaan tersebut. Masjid Al� Alamsi PitungMarunda, dan masjid Al Alam Cilincing yang di bangun di kawasan Sunda Kelapa atau Jakarta sekarang merupakan salah satu bukti akulturasi arsitektur sebuah masjid.

Pada masa kini penggunaan masjid tidak lah berbatas hanya pada penggunaan fungsi keagamaan tapi juga sebagai fungsi lain contohnya adalah sabagai salah satu situs cagar budaya. Masjid Al-Alam atau Masjid Si Pitung ini memang bukan dibangun oleh Si Pitung, Pahlawan di tanah Betawi yang begitu melegenda. Tapi nama Bang Pitung sudah begitu melekat ke masjid tua ini. Masjid tua yang sudah dijadikan bangunan cagar budaya oleh pemerintah sejak tahun 1975 ini, ukurannya memang tidak terlalu besar dan bukanlah bangunan mewah, tapi sejarah yang melekat padanyalah yang menjadikan Masjid ini begitu istimewa. Begitu pun dengan masjid Al�Alam Cilincing yang dibangun di periode yang sama dengan masjid Al�Alam �si Pitung� Marunda tahun 1527.

Masjid Al�Alam Marunda dan masjid Al�Alam Cilincing ini kental dengan akulturasi arsitektur Islam dan Nusantara, yaitu diantaranya arsitektur Betawi dan juga menggunakan tiang-tiang Sokoguru dan mempunyai serambi sebagaimana arsitektur Jawa. Proses akulturasi Masjid-masjid ini akan diteliti lebih lanjut pada seberapa jauh percampuran antara arsitektur islam dan arsitektur nusantara dan seberapa banyak identitas dari masing-masing kebudayaan diperatahankan dan tetap ada pada bangunan tersebut dan objek apa yang paling dominan dalam wujud akulturasi arsitekturnya.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, analitik dan interpretative dengan menggunakan teori archetype, teori ordering principle, teori fungsi, bentuk dan makna (FBM) dan teori budaya Nusantara (Betawi dan Jawa), dengan demikian teori dan metodologi yan digunakan dapat menangkap fenomena arsitektur melalui penelusuran wujud akulturasi dari aspek fungsi, bentuk dan maknanya melalui filosofi tata ruang, kesakralan dan pengaruh budaya pada sebuah bangunan masjid.

Proses pencarian data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a.     Study Literatur

Yaitu dengan mempelajari literature baik dari buku-buku maupun browsing internet mengenai teori, konsep dan standar fasad arsitektur betawi dan arsitektur islam pada bangunan fasad Masjid �Si Pitung� Al alam, Marunda, Jakarta Utara yang di bangun tahun 1527, dan Masjid Al Alam Cilincing, 1527.

b.     Metode Dokumentatif

Yaitu mendokumentasikan data yang menjadi bahan penyusunan penulisan ini. Cara pendokumentasian data adalah dengan memperoleh gambar visual dari foto-foto yang di hasilkan.

c.      Study Banding

Melakukan perbandingan terhadap hasil-hasil observasi yang dilakukan pada beberapa bangunan yang berfungsi sama untuk analisa dan kriteria yang diterapkan pada penerapan nilai-nilai arsitektur tradisional betawi dan arsitektur islam pada fasad Masjid �Si Pitung� Al alam, Marunda, Jakarta Utara yang di bangun tahun 1527, dan Masjid Al Alam Cilincing, 1527 di yang akan di amati.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    State Of The Arts

Bangunan merupakan salah satu hasil dari kebudayaan manusia. Terjadinya pencampuran kebudayaan pada pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu contoh akulturasi kebudayaan. Hasil dari akulturasi kebudayaan tersebut adalah sebuah bangunan masjid Al�alam Marunda dan masjid Al�Alam Cilincing yang merupakan ekspresi sebuah akulturasi arsitektur antara arsitektur Lokal (Nusantara) dengan arsitektur pendatang (Islam) yang dibawa pedagang pada masa penyebaran agama Islam di abad XVI.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori archetype, teori ordering principle, teori fungsi, bentuk dan makna (FBM) dan teori budaya Nusantara (Betawi dan Jawa), dengan demikian teori dan metodologi yan digunakan dapat menangkap fenomena arsitektur melalui penelusuran wujud akulturasi dari aspek fungsi, bentuk dan maknanya melalui filosofi tata ruang, kesakralan dan pengaruh budaya pada sebuah bangunan masjid.

B.    Peta Penelitian

Upaya penelitian atau riset yang dilakukan arsitek untuk melakukan sintesis arsitektural baik secara fisik maupun konsep, terhadap bangunan bersejarah atau heritage dilakukan untuk mendapatkan hasil atau formulasi dan variasi atau ragam sintesis arsitektural secara kualitatif. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dala upaya:

1.     Perlunya melakukan sintesis elemen arsitektural dalam kegiatan merancang

2.     Mengembangkan ilmu arsitektur dalam cakupan filosofis, teoritis dan metodologi tentang tema sintesis arsitektural

3.     Menambah perbendaharaan arsitektur tentang sintesis arsitektural.

 

No

Pengarang/penelitidan tahunnya

Judul

ket

Deskripsi fisik dalam konteks arsitektural

Budaya nusantara sebagai pengaruh

Islam sebagai pengaruh

 

Koentjaraningrat (1990)

Antropologi social , beberapa pokok.

buku

Mengupas tentang definisi dan pemahamanakulturasi budaya beserta proses akulturasi.

 

 

 

Levebre (1991)

The production of space

buku

Menekanka interaksi social sebagai aspek penting dalam pengelompokkan ruang

 

 

 

Doloris Hayden (1995)

The Power of Places : Urban landscapes as public history

buku

Penggunaan ruang pada kawasan multi etnis dipengaruhi oleh aspek dominasi dan penguasaan kelompok pengguna ruang.

 

 

 

Y.B.Mangunwijaya (1995)

Wastu citra, pengantar ilmu budaya bentuk arsitektur sendi-sendi filsafatnya beserta contoh-contoh praktis.

buku

Mengupasdalam karya arsitektur terkandung citra arsitektural, bahwa karya arsitektur selain memliki citra guna juga memiliki citra visual

 

 

 

Adrisjanti (2000)

Bentuk pusat kota kraton Mataram Islam

disertasi

Komponen yan penting : alun-alun, keratin,makan. Pasar dan benteng

 

Identifikasi komponen dan bnetuk kota pusat pemukiman Islam dari sudut arkelogis

 

Tjandrasasmita (2000)

Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota muslim di Indonesia

disertasi

Kota-kota Islam di Jawa merupakan pusat penyebaran agama islam, memilki morfologi dan struktur yang khas. Komponen yang penting : alun-alun, kraton, masjid, makam dan pasar. Sedangkan detail asritekturnya mengikuti tradisi Hindu.

 

Idetifkasi perkembangan fungsi dan bentuk pusat permukiman islam dari sudut arkeologis.

 

Rahadian (2008)

Transformasi arsitektur permukiman tradisional di Jawa

disertasi

Detail asritektur Jawa banyak dipengaruhi Hindu-Budha, tetapi permukiman yang dikenal sampai sekarang dan diperhitungakn dala arsitektur Jawa dimulai dari kerajaan Mataram-Islam

 

Konsep dasar lanskap pusat permukiman di Jawa telah ditetapkan oleh kerajaan Mataram Islam ( menjadikan Islam sebagai dasar pemerintahannya )

 

Lasmiyati (2009)

Penyebaran agama islam di Jakarta abad XVII-XIX

Jurnal

Penyebaran agama islam di Jakarta dimulai sejak jaman Fatahillah mengalahkan Portugis di Pelabuhan Sunda Kelapa.

 

Para tokoh penyebar agama islam disamping melakukan syiar agama mereka juga mendirikan masjid.

 

Handinoto (2010)

Arsitektur dan kota-kota di Jawa pada masa kolonial

buku

 

Mengupas tentang masalah arsitektur dan perkotaan pada jaman pra colonial dan colonial di Jawa

 

 

Martini (2011)

Teori ruang gender

disertasi

Tata ruang rumah da permukimannya mengakomodir ruang-ruan usaha dan kehidupan bagi perempuan

 

Nilai-nilai Islam tentang pengharagaan bagi kaum perempua secara nyata diaplikaskan pada tata ruang rumah dan pola sirkulasi permukimannya.

 

Budiarto (2012)

Kontrol protektif ruang

disertasi

Konservasi kawasan perdagangan muslim di Kauman dilakukan dengan mengusai/membeli lahan yang ada.

 

Nilai-nila Islam diaplikasikan dalam bentuk jihad ruang di Kauman.

 

Bachtiar fauzy (2012)

Konsep kearifan lkal dalam asritektur rumah tinggal masyarakat kota pesisir Utara Jawa ;kasus studi arsitektur rumah tinggal di kampong Sumber Girang, Lasem

Laporan penelitian

Menerapkan teori budaya, strukturalisme, tipomorfo dan relasi fungsi, bentuk dan makna yang digunakan untuk menganalisis

mengungkap konsep kearifan local dalamarsitektur rumah tinggal masyarakat kota pesisir utara Jawa

 

 

Bachtiar Fauzy (2013)

Dinamika relasi makna fungsi dan bentuk arsitektur ruma tinggal masyarakat pesisir. Kasus studi : ruma tinggal di kawasan Sumber Girang, Lasem, kawasan Tlogobendung Gresik dan kawasan Sendangharjo Tuban di pesisir utara Jawa Timur.

Disertasi

Dinamika relasi makna fungsi dan bnetuk arsitektur ruma tinggal masyarakat pesisir Utara Jawa Timur di tiga kawasan

 

KawasaN Sumber Girang, Lasem dipengaruhi budaya Cina, kawasan Tlogobendung di Gresik dipengaruhi budaya arab,

Kawasan Sendangharjo di Tuban dipengaruhi gaya colonial.

 

Purnama Saluran dan Bachtia Fauzy (2013)

Sintesis elemen arsitekturlocal dan non local.

Laporan penelitian

Relasi yang terjalin antara Fungsi, Bentuk dan Makna Rektorat Unpad

Sintesis arsitektural antara unsur Sunda dengan unsurModern pada gedung Rektorat universitasPadjajaran

 

 

Nurjayanti (2014)

Teori aplikasi arsitektur Islam pada rumah-rumah Kauman

disertasi

 

 

Nilai-nilai Islam diaplikasikan pada desain rumah-rumah di Kauman dalam wujud yang beragam

 

Bachtiar Fauzy dan Amira Arraya (2015)

Dinamika akulturasi arsitektur pada Masjid Ploso kuning di Sleman, Yogyakarta

Laporan penelitian

Telaah tentang arsitektur yang berlatar-belakang bangunan

peninggalan perlu diteliti lebih mendalam berdasarkan elemen-elemen pelingkupnya.

Uraian elemen bangunan menjadi penting agar mendapatkan esensi dasar dari karakter

bangunantersebut

 

Masjid Sulthoni Plosokuning di Sleman Yogyakarta merupakan salah

satu bangunan yang telah mendapatkan pengaruh akulturasi budaya Hindu.

 

 

Lusia Savitri Setyo Utami (2015)

Teori-teori adaptasi antar budaya

Jurnal

Proses adaptasi antar budaya merupakan proses interaktifyang berkembang melalui kegiatan komnikasi individu pendatang dengan lingkngan sosialnya yang baru.

 

 

 

Bachtiar Fauzy dkk (2016)

Sintesis akulturasi arsitektur masjid Al�Muttaqun di Klaten

Laporan penelitian

Sejauh mana terjadinya akulturasi arsitektur antara fungsi masjid dengan ragam budaya dan arsitektur Jawa dan masjid di Spanyol

 

Akulturasi Islam pada masjid di Kalten

 

Rangga Firmansyah (2016)

Konsep akulturasi budaya dalam pembentukangaya arsitektur

Laporan penelitian

Konsep dasar Asimilasi dan Akulturasi dalam pembelajaran budaya

 

 

 

Agung Nugraha, Bachtiar Fauzy (2017)

Ragam bentuk akulturasi local dan modern pada bangunan Islamic center di Kabupaten Tulang Bawan, Lampung.

jurnal

Ragam bentuk akulturasi lokal dan modern pada bangunan Islamic center

Akulturasi budaya Lampung dengan arsitektur modern

 

 

Renate Arlen , Bachtiar Fauzy (2017)

Kajian elemen geometri pada Masjid Salman di Bandung

jurnal

Masjid Salman dibanguna pada era arsitektur modern yang berpedoman pada elemen geometri

 

Elemen geometri pengaruh Islam pada sebuah mesjid

 

Diah Ayuningrum (2017)

Akulturasi budaya Cina dan Islam dalam arsitektur tempat ibadah di Kota Lasem, Jawa tengah

jurnal

Arsitektur masjid Jami Lasem yang didirikan tahun 1588, di bagian atapnya, ujung atap, ukiran di dekat mimbar, kubah masjid dan menara

 

 

 

Noor Cholis Idham (2018)

Javanesse vernacular architecture and environmental synchronization based on the regional diversity of Joglo and Limasan

Jurnal

 

Menunjukan bahwa dalam kategori yang sama, rumah-rumah di masing-masing daerah sebagaimana arsitektur adat setempat sesuai dengan sifat local dan keadaan social masyarakat.

 

 

C.    Metodologi Riset

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, analitik dan interpretative dengan menggunakan teori archetype, teori ordering principle, teori fungsi, bentuk dan makna (FBM) dan teori budaya Nusantara (Betawi dan Jawa/Sunda), dengan demikian teori dan metodologi yan digunakan dapat menangkap fenomena arsitektur melalui penelusuran wujud akulturasi dari aspek fungsi, bentuk dan maknanya melalui filosofi tata ruang, kesakralan dan pengaruh budaya pada sebuah bangunan masjid.

Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah Metode deskriptif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data. Pengumpulan data ini ditempuh melalui studi pustaka/studi literature dan observasi lapangan, untuk kemudian dianalisa dan dilakukan suatu pendekatan yang menjadi dasar penyusunan konsep program perencanaan dan perancangan. Tahap pengumpulan data yang dimaksud dilakukan melalui:

a.     Study Literatur

Yaitu dengan mempelajari literature baik dari buku-buku maupun browsing internet mengenai teori, konsep dan standar fasad arsitektur betawi dan arsitektur islam pada bangunan fasad Masjid �Si Pitung� Al alam, Marunda, Jakarta Utara yang di bangun tahun 1527, Masjid Al Alam Cilincing, 1527 dan Masjid Luar Batang Penjaringan, Jakarta yang dibangun tahun 1736.

b.     Metode Dokumentatif

Yaitu mendokumentasikan data yang menjadi bahan penyusunan penulisan ini. Cara pendokumentasian data adalah dengan memperoleh gambar visual dari foto-foto yang di hasilkan.

c.      Study Banding

Melakukan perbandingan terhadap hasil-hasil observasi yang dilakukan pada beberapa bangunan yang berfungsi sama untuk analisa dan kriteria yang diterapkan pada penerapan nilai-nilai arsitektur tradisional betawi dan arsitektur islam pada fasad Masjid �Si Pitung� Al alam, Marunda, Jakarta Utara yang di bangun tahun 1527, Masjid Al Alam Cilincing, 1527 dan Masjid Luar Batang Penjaringan, Jakarta yang dibangun tahun 1736 yang akan di amati.

 

D.    Pembahasan

Sejarah Jakarta atau dulu dikenal dengan nama Jayakarta tidak bisa dilepaskan dari Fatahillah, kesultanan Demak, kesultanan Cirebon, para wali dan Islam dan masjid-masjid tua, yang bertebaran di seantero kota. Dalam masa penyerbuan Sunda Kelapa, pasuka Fatahillah membangun dua masjid bersejarah yang seumur dengan Kota Jakarta. Dua masjid itu dikenal dengan nama masjid Al Alam Marunda dan masjid Al Alam Cilincing. Serta 1 buah masjid lagi yang kental dengan arsitektur Islam dan Betawi yaitu masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta. Oleh karena itu ketiga masjid tersebut diatas yang akan menjadi objek penelitian tentang pengaruh akulturasi arsitektur Islam dan Nusantara.

a.     Masjid �Si Pitung� Al AlamMarunda, Jakarta Utara

 

Gambar 1

Peta lokasi masjid Al�Alam Marunda

 

Gambar 2

Tampak dari gerbang Masjid Al�Alam Marunda


Masjid Al-Alam Marunda

Masjid Al Alam terletak di tepi pantai Marunda, Jalan Marunda Besar RT 09/RW 01, Kampung Marunda Besar Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Untuk menjangkau masjid ini dari Tanjung Periok ada angkutan umum yang menuju ke Pasar Cilincing, pengunjung harus berganti angkutan yang menuju ke arah Marunda. Dapat pula dipilih angkot jurusan Bulak Turi, yang melintas ke jalan masuk wilayah perkampungan Marunda.

Masjid Al-Alam atau Masjid Si Pitung ini memang bukan dibangun oleh Si Pitung, Pahlawan di tanah Betawi yang begitu melegenda. Tapi nama Bang Pitung sudah begitu melekat ke masjid tua ini. Masjid tua yang sudah dijadikan bangunan cagar budaya oleh pemerintah sejak tahun 1975 ini, ukurannya memang tidak terlalu besar dan bukanlah bangunan mewah, tapi sejarah yang melekat padanyalah yang menjadikan Masjid ini begitu istimewa.

Saat penyerbuan ke Sunda Kelapa tersebut, Fatahillah bersama pasukannya sempat mendirikan sebuah masjid kecil di kawasan Marunda, Jakarta Utara, sebagai tempat mereka beribadah. Masjid tua berukuran kecil itu dikenal dengan nama Masjid Al Alam. Meski ukurannya tidak terlalu besar, masjid berarsitektur tradisional ini cukup kokoh dengan tiang tiang beton antik berukuran besar dan tembok yang cukup tebal.

 

Gambar 3

Tampak depan Masjid Al�Alam Marunda

 

Di bangunan masjid terdapat lubang kecil berbentuk setengah oval di bagian kiri masjid. Konon, kala itu lubang tersebut sering digunakan untuk mengintai tentara musuh. Telepas dari semua kisah legenda pada masjid ini, bila melihat tahun pembangunannya, Masjid Al Alam ini merupakan masjid tertua di Jakarta, wajar bila kemudian di tahun 1975 pemerintah provinsi DKI Jakarta menetapkan Masjid Al Alam sebagai Cagar Budaya.

b.     Masjid Al Alam Cilincing

 

Gambar 4

Masjid Al�Alam Cilincing

 

Gambar 5

Peta lokasi masjid Al�Alam Cilincing

 

Masjid Al Alam Cilincing Jakarta

Masjid ini mungkin tidak setenar "kembaranya" Masjid Al Alam Marunda yang lebih dikenal dengan nama masjid si pitung, namun masjid yang juga didirikan oleh fatahillah saat akan merebut sunda kelapa dari Portugis ini sangat besar nilainya bagi sejarah jakarta dan indonesiaKini masjid ini sehari hari dikelola oleh �Yayasan Masjid Al-Alam Cilincing Jakarta Utara�.

Berdasarkan versi sejarah Dinas purbakala DKI Jakarta, masjid ini dibangun pada 22 Juni 1527, persis sama dengan HUT kota Jakarta.  Menjadikannya sebagaimasjid tertua yang ada di jakarta bersama dengan masjid Al-Alam Marunda yang dibangun ditahun dan oleh orang yang sama. Letaknya berada di jalan rekreasi cilincing Jakarta utara, tepatnya di sebelah pasar ikan cilincing atau 18 Km dari pusat kota jakarta.

 

Gambar 6

Masjid Al�Alam Cilincing Di Malam Hari

 

Masjid Al Alam Cilincing memiliki lima pintu masuk, masing masing dua pintu di utara dan selatan serta satu pintu di sisi timur. Serambi berada di sisi Selatan, Timur, dan Utara dengan lantai keramik berwarna merah hati. Pada serambi sisi timur terdapat kentongan kayu dan bedug yang ditopang empat kayu penyangga. Serambi terbuka di sisi Utara ditopang oleh 11 tiang.

Ruang utama Masjid Al Alam Cilincing berukuran 10 x 10 m, dengan empat soko guru dari kayu jatiDilengkapi dengan mihrab yang menjorok ke luar bangunan menyerupai sebuah relung dengan dinding dari keramik putih yang berhiaskan kaligrafi bertuliskan dua kalimat syahadat, Sebuah mimbar berada di relung yang lebih kecil yang juga terbuat dari keramik warna putih.

Atapnya yang berbentuk limas dan tidak memiliki langit-langit tetapi langsung ditutupi dengan papan berplitur coklat. Dindingnya juga setengah tembok dan setengah kayu. Bagian luarnya ditutup genteng berbentuk limas tumpang dua dengan puncak memolo berbentuk mahkota raja.

Dan di salah satu sisi masjid terletak sebuah kayu berukir yang bertuliskanWasiat Sunan Gunung Jati�. Di bawahnya tertulis dalam aksara hanacaraka dan Latin �Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin� dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia �Aku Tititpkan Masjid dan Fakir Miskin�.

 

Gambar 7

Ruang Dalam Masjid Al�Alam Cilincing

 

Arsitektur masjid merupakan gaya asli masjid masjid Nusantara. Tiang, soko guru, pintu, dan kayu-kayu induk kabarnya masih asli. Empat soko guru melambangkan iman, Islam, ilmu, amal. Sedangkan jendela yang berjumlah 8, melambangkan jumlah surga.

Di bagian luar di sisi timur laut terdapat sebuah ruangan yang dipergunakan untuk kantor Sekretariat Ikatan Remaja Masjid. Di samping ruangan ini terdapat tempat wudhu dan kamar kecil, berupa bangunan baru. Pada dinding bagian luarnya terdapat tujuh buah kran air. Di bagian belakang masjid juga terlihat deretan kuburan yang sebagian konon sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun.

Sebuah bangunan serambi ditambahkan di sisi timur bangunan asliLantai serambi berlapiskan keramik warna coklat dengan tiang tiang berukir dan dicat warna emas. Atapnya berbentuk limas bersusun dua dan kalau diperhatikan mirip dengan atap bangunan utama masjid.  Bangunan masjid yang asli agak sulit dilihat secarah utuh karena sudah ditutupi oleh serambi tambahan ini yang lebih tinggi.

 

Kesimpulan

Masjid Al/Alam Cilincing dan Masjid Al, Alam Marunda dibangun oleh Fatahillah dan pasukannya ketika singgah menuju Sunda Kelapa. Secara fungsi masjid ini dibangun untuk mewadahi kegiatan tempat beribadah pasukan yang dibawa Fatahillah menuju Sunda Kelapa. Dan juga sebagai syiar agam Islam olef Fatahillah dalam penyebaran agam islam di Pulau Jawa dari masa Walisongo menyebarkan Islam di Jawa Timur (Ampel), Jawa Tengah (Demak) sampai ke Jawa Barat (Cirebon, Banten).

Secara fisik kedua masjid tersebut mewakili arsitektur Betawi dimana lokasi masjid didirikan yaitu di Sunda Kelapa. Ditandai dengan bentuk asritektur pintu dan jendela serta pagar dari rumah tradisional Betawi. Sedangkan pengaruh dari arsitektur Jawa tempat dimana Fatahillah dan pasukannya berasal, bisa dilihat dari ditemukannya 4 tiang sokuguru pada masjid, ditemukannya serambi dan atapnya yang berbentuk limas dengan menolo dipuncaknya. Tiang sokoguru, serambi dan atap limas merupakan ciri khas bangunan berarsitektur Jawa dan masjid-masjid yang ditemukan di daerah pesisir Jawa tengah dan timur.

Sementara arsitektur islami lebih kepeda filosofi atau makna dari bentuk-bentuk yang ditemukan pada masjid seperti contohnya jendelan masjid Al�Alam Cilincing yang berjumlah 8 melambangkan surga, ditemukannya mihrab yang menjorok keluar, tempat wudhu dan tempat bedug merupakan salah satu ciri arsitektur Islam.

 

 

 


BIBLIOGRAFI

 

Arlene, Renate, Bachtiar Fauzy (2017). Kajian elemen Geometri pada Masjid Salman, Bandung. Jurnal Riset Arsitektur ISSN: 2548-8074 Vol. 01 No. 04, Oktober 2017.

 

Ashadi (2017). Metode Hermeneutik dalam penelitian sinkretisme bentuk arsitektur. Arsitektur IMJ Press, November 2017.

 

Dewi, Pancawati (2011). Peran perapian dalam rumah tinggal masyarakat Tengger, studi kasus: Desa Ngadisari, Tengger. Sidan terbuka promosi Doktor ITS, Surabaya, 2011.

 

Fauzy, Bachtiar, Amira Arraya (2015). Dinamika akulturasi Arsitektur pada Masjid Sulthoni Plosokuning di Sleman Yogyakarta. Laporan penelitian Universitas Parahyangan. Bandung 3 September 2015.

 

Fauzy, Bachtiar (2017). Tektonika dan ragam akulturasi rumah tinggal di Sendangharjo, Tuban. Jurnal permukiman Vol.12 No. 2, 2 november 2017.

 

Fauzy, Bachtiar, Purnama salura, Agnes Kurnia (2013). Sintesis Langgam arsitektur colonial pada gedung restaurant �Hallo Surabaya� di Surabaya. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katholik Parahyangan, 2013.

 

Fauzy, Bachtiar (2015). Dinamika dan kebertahanan arsitektur masyarakat Lokal (Jawa pesisir) dalam konteks perubahan: menuju pembelajaran berdasarkan nila kearifan local. Orasio Dies Fakultas Teknik ke-55 Universitas Katholik Parahyangan, Nopember 2015.

 

Fauzy, Bachtiar, Purnama Salura, Qori Amelia nasution, clarissa Stephanie (2016). Sintesis akulturasi arsitektur pada Masjid Al Muttaqun di Klaten. Laporan penelitian arsitektur Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Universitas Parahyangan, November 2016.

 

Fauzy, Bachtiar (2014). Seminar Nasional Rumah Tradisional. Proceeding rangkaian seminar jelajah arsitektur VI, 2014. Kementerian Pekerjaan Umum, badan penelitian dan pengembangan. Pusat penelitian dan pengembangan permukiman, Mataram 19-20 Nobember 2014.

 

Gustiana, Lia (1999). Morfologi Perkampungan Betawi. Skripsi Jurusan arsitektur, UI, 1999.

 

Grijns, Kees, Peter J. M. Nas (2007). Jakarta Batavia Esai Sosio Kultural. Banana KITLV- Jakarta 2007.

 

Hart, Chris. Doing a literature review, releasing the social scienceresearch imagination

 

Karima, RR cininta Tiana (2014). Rumah tradisional Betawi di Condet Jakarta pada awal sampai pertengahan abad XX: Pengaruh budaya yang membentuknya. Skripsi UI, 2014.

 

Kautsar, Al (1999). Terhadap perubahan arsitektur Tradisional Betawi. Skripsi jurusa arsitektur UI, 1999.

 

Kusumawardhani, Ratu Arum (2012). Liyan dalam arsitektur Betawi, studi kasus pada rumah Betawi Ora di Tangerang selatan. Tesis FTUI, 2012.

 

Mandour, M. Alaa, Yulia Eka Putrie (2012). Contemporary architecture of Islam Societies. UIN Malik Press, Malang 2012.

 

Novita, Reni (1998). Penerusan arsitektur Hindu Jawa pada bangunan Sitinggil masa Pra-Islam, studi kasus: bangunan Sitinggil Keraton kesepuhan Cirebon. Skripsi UI, 1998.

 

Nugraha, Agung, Bachtiar Fauzy. (2017). Ragam bentuk akulturasi arsitektur Lokal dan Modern pada bangunan Islamic Center di kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Jurnal Itenas Rekarupa, ISSN :20088-5121 FSRD Itenas No. 2 Vol.4.

 

Nurmaningtyas, Anggia R (2010). Ringkasan Materi kuliah Teori Arsitektur

 

Prijotomo, Josef (2008). Arsitektural Nusantara: arsitektur perteduhan dan arsitektur liyan. Pembacaan arsitektural atas arsitektur masyarakat tanpa tulisan. Pidato pengukuhan untuk jabatan Guru Besar dalam bidang ilmu/ mata kuliah Teori dan Metode Rancangan pada Fakultas Teknik Sipil da Perencanaan. ITS, 19 April 2008.

 

Ridley, Diana. The Literatre Review, a step by step guide for students.

 

Roesmanto, Totok, Agung Dwiyanto. Masjid. Jurusan arsitektur Fakultas teknik Universitas Diponegoro.

 

Salura, Purnama, Bachtiar fauzy (2013). Sintesis elemen arsitektur local dengan non local, studi kasus: Gedung Rektorat Universitas Padjajaran, di Jatinangor, Sumedang. Lembaga penelitian dan pengabdian masyrakat Universitas Katholik Parahyangan, 2013.

 

Santosa, Revianto Budi (2017). Ketidak-panggahan dalam arsitektur kajian tentan arsitektur Kramat Buyut Trusmi. Sidang terbuka promosi Doktor, ITS Surabaya, 2017.

 

 

 

 

 

 

Copyright holder:

Lia Rosmala Schiffer (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: