Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

PERAN KOMITE DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ORANGTUA DI SEKOLAH AL FIRDAUS SURAKARTA

 

Nadjibah Yahya, Setyo Dwi Rahardjo, Andi Arif Rifa�i, Giyoto

UIN Raden Mas Said, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran komite sekolah dalam hal pendidikan orangtua siswa di Sekolah Al Firdaus Surakarta. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Subyek penelitiannya yayasan, komite sekolah guru, pengurus Aorta dan orangtua. Tehnik pengumpulan data dengan wawancarara, observasi dan dokumen. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan metode. Metode analisis datanya menggunakan analisa data interaktif. Hasil penelitian menunjukkan komite sekolah sudah melaksanakan ke empat fungsinya dengan lengkap, baik sebagai pemberi pertimbangan, agen pendukung, agen pengawas dan sebagai mediator dalam hal mengadakan pendidkan orangtua siswa. Ada beberapa kekurangan berupa komite sekolah belum menjalankan peran sebagai pemberi pertimbangan dalam usulan sarana prasarana. Dalam peran sebagai pengawas, komite sekolah memiliki kekurangan dalam hal pengawasan tenaga dosen dalam Aorta. Ini disebabkan karena para orangtua pekewuh memberikan masukan pada dosen yang berasal dari guru. Dalam hal manajemen komite sekolah, langkah-langkah manajemen sudah dilakukan dengan baik dalam hal mengadakan parenting bagi orangtua, kecuali dalam hal pengawasan masih kurang rutin dilakukan dan beberapa dosen Aorta yang berasal dari guru jarang mendapat pengawasan.

 

Kata kunci: Peran Komite, Pendidikan, Orangtua

 

Abstract

The purpose of this study was to analyze the role of the school committee in terms of parental education at the Al Firdaus School, Surakarta. This research is a qualitative research with a descriptive approach. The research subjects were foundations, teacher school committees, Aorta administrators and parents. The technique of collecting data is by interviewing, observing and documenting. The validity of the data was checked by triangulation of sources and methods. The method of data analysis used interactive data analysis. The results showed that the school committee had carried out its four functions completely, both as a giver of considerations, supporting agents, supervisory agents and as mediators in terms of parental education . There are several shortcomings in the form of the school committee not carrying out its role as a giver of consideration in the proposed infrastructure. In its role as supervisor, the school committee has shortcomings in terms of supervision of lecturers in the Aorta. This is because parents are reluctant to give advice to lecturers from teachers. In terms of school committee management, management measures have been carried out well in terms of parental education except in terms of supervision which is still not routinely carried out and some Aorta lecturers who are teachers rarely receive supervision.

 

Keywords: Committee Roles, Education, Parents

 

Pendahuluan

Komite sekolah adalah bagian penting bagi sebuah sekolah. Keberadaan komite sekolah sangat dibutuhkan bagi siswa untuk proses pembelajaran di sekolah. Komite sekolah sebagai perwujudan dari keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan. Peran komite sekolah sesungguhnya sangat banyak bagi sekolah, bukan hanya bekerja saat ada pengumpulan sumbangan dan mengawasi pelaksanaan pendidikan. Peran komite sekolah yang penting adalah meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan perencanaan sekolah yang dapat meningkatkan mutu sekolah. Komite sekolah juga harus mampu bekerja sama dengan beberapa lembaga untuk mendekatkan kondisi sekolah dengan lingkungan. Peran komite sekolah ini dapat diperluas dan diperkuat jangkauan manfaatnya agar dapat ikut andil dalam mendidik generasi. Komite sekolah juga harus bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dalam sistem manajemen pemberdayaan sekolah. Komite sekolah diharapkan juga mampu mendidik orangtua agar mampu mendampingi anak-anaknya.

Berdasarkan besarnya harapan terhadap peran serta komite sekolah, maka perlu dilakukan perbaikan dalam komite sekolah guna tercapainya tujuan di atas. Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 4 2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan komite sekolah di tingkat satuan pendidikan. Menurut keputusan Mendiknas, komite sekolah merupakan sebuah badan yang berdiri sendiri sebagai tempat yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, pendidikan selama sekolah SD, SMP dan SMU, maupun pada pendidikan luar sekolah. (Sari, Kaharuddin, & Hassan, 2020).

�� Sejak tahun 1997, kebijakan pemerintah telah berubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Artinya kini daerah punya kewenangan mengurus masalahnya sendiri. Hal ini menyebabkan masyarakat juga memiliki peluang untuk ikut serta dalam pendidikan. Bentuknya melalui komite sekolah sebagai wadah usulan dari masyarakat ke sekolah. Diharapkan sekolah dan masyarakat baik itu komite sekolah, tokoh masyarakat, pengusaha dan lain lain bisa ikut terlibat aktif dalam pendidikan. tentu saja dengan pembatasan yang jelas dari sisi kompetensi, dan sejauh mana keterlibatannya. Jika masyarakat ikut berperan aktif maka diharapkan masyarakat akan merasa memiliki keberadaan sekolah di daerah tersebut (Wahjosumijo, 2002).��

Fenomena yang ada saat ini ternyata dalam pelaksanaannya komite tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini terjadi karena masih adanya paham masyarakat terhadap pola lama dimana seluruh program sekolah selalu bersifat dari atas ke bawah tidak menghiraukan keinginan dari masyarakat sekitarnya yang diwujudkan berupa komite sekolah dalam hal ini. Sering kali terjadi kesalahpahaman bahwa pendidikan hanyalah tugas guru dan pemerintah, sedangkan masyarakat tidak pernah merasa memiliki. Masyarakat tidak pernah merasa bertanggung jawab, padahal sekolah merupakan milik bersama, kewajiban bersama dan tanggung jawab bersama yang harus dipikul bersama-sama. Sebagian komite sekolah masih belum merasa memiliki tanggung jawab terhadap program sekolah sehingga perannya sangat minim bagi sekolah (Sari et al., 2020).

Berkaitan dengan peran dan fungsinya sebagai mitra penyelenggaraan pendidikan, maka perlu adanya manajemen komite sekolah yang baik agar dalam kemitraan bisa menempatkan tugas pokok dan fungsinya, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komite sekolah diharapkan tidak sekedar hanya papan nama, stempel, pelengkap organisasi, atau hanya sebagai alat pengumpul dana dari masyarakat. Selama ini karena adanya dana BOS (bantuan operasional sekolah) yang melibatkan komite sekolah, beberapa sekolah memggunakan tanda tangan komite sekolah hanya untuk melegalkan pencairan dana BOS. Tugas-tugas lain yang penting justru tidak dilaksanakan. Komite sekolah di beberapa tempat belum menjadi organisasi yang mandiri (Helmi, 2018).

Dalam pandangan pendidikan Islam, pondasi terpenting dari pendidikan adalah orang tua dalam lingkungan keluarganya. Keluargalah yang menanamkan dasar dari pendidikan spiritual dan moral paling dini pada anak. Sekolah adalah rumah kedua, tempat anak memperoleh pendidikan formal.

Partisipasi masyarakat termasuk komite sekolah dalam pendidikan ini dirasa sangat diperlukan, dan sekarang diharapkan tidak hanya dalam bentuk rencana, tetapi lebih pada aplikasinya di lapangan. Namun dalam realitasnya selama ini partisipasi masyarakat dalam pendidikan masih pada tataran rencana dan masih jauh dari apa yang diharapkan (Sukmadinata, 2008). Untuk itu dibutuhkan sebuah peran komite sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan bagi orangtua agar dapat mendidik anak-anaknya dengan benar.

Sebagian besar orangtua tidak memiliki bekal ilmu parenting sejak bersekolah. Untuk itu penting bagi orangtua siswa mendapatkan pelatihan parenting. Terutama pada saat pandemi Covid-19. Orangtua kini jarang bisa ke sekolah karena pembelajaran jarak jauh dan dari faktor anak pun banyak sekali permasalahan yang dihadapi, Mulai dari kejenuhan saat belajar online sampai penurunan motivasi belajar siswa. Sebagian siswa kini mengalami burnout student (Christy, Sahrani, & Heng, 2020).

Pelatihan parenting sesungguhnya saat pandemi Covid-19 lebih banyak dibutuhkan bagi orangtua. Menurut beberapa penelitian saat pandemi Covid-19 terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kegiatan parenting menurun di masa pandemi Covid-19 (Ramadhan, Diwan: Alawiyah, 2021).

Komite sekolah di Yayasan Pendidikan Lembaga Al Firdaus memiliki sebuah wadah untuk mengadakan parenting bagi orangtua siswa yang di sebut akademi orangtua surakarta. Sepertinya belum semua sekolah memiliki wadah parenting dalam tubuh sekolah. Meneliti lebih dalam tentang peran serta komite sekolah dalam meningkatkan pendidikan bagi orangtua adalah hal yang penting.Untuk itulah tujuan dari penelitian ini adalah meneliti tentang sejauh mana peran serta komite sekolah dalam meningkatkan pendidikan orangtua siswa di Yayasan Pendidikan Lembaga Al Firdaus.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, berbentuk analisis diskriptif (Moleong, 2021). Metode pengumpulan data dengan observasi, dokumen dan wawancara . Subyek dan informan penelitian adalah Yayasan Pendidikan Lembaga Al Firdaus, guru, komite sekolah, pengurus Aorta dan orangtua. Keabsahan data didapat dengan melakukan triangulasi sumber dan metode agar didapat data yang benar-benar valid. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif yaitu analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas (Miles, 2007).

 

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil wawancara dan melihat dokumen didapatkan hasil bahwa di dalam tubuh Yayasan Pendidikan Al Firdaus terdapat sebuah wadah pendidikan otangtua yang dinamakan Akademi Orangtua Indonesia Surakarta yang disingkat AORTA. Aorta didirikan pada Maret tahun 2015, oleh Yayasan Pendidikan Al Firdaus dan Komite Sekolah mulai dari unit TPP, SD dan Sekolah Menengah Al Firdaus. Peserta atau mahasiswa di akademi ini terdiri dari para orangtua atau calon orangtua baik di dalam maupun di luar sekolah Al Firdaus. Dosen pengajar dalam Aorta adalah yayasan, guru dan orangtua murid yang aahli di bidangnya masing-masing.

Aorta mengemban visi mewujudkan orang tua yang bisa menjadi idola bagi anak-anak. Sedangkan rumusan tujuannya adalah menyelenggarakan program parenting secara kontinu dan terjadwal bagi para orang tua, dengan kurikulum yang sudah terstruktur dan para narasumber yang kompeten di bidang nya masing-masing sebagai wujud.

Dari hasil observasi, wawancara danmempelajari dokumen yang ada maka didapatkan beberapa temuan sebagai berikut. Temuan-temuan itu dikelompokkan sesuai dengan ke empat peran komite sekolah.

1.   Peran sebagai pemberi pertimbangan

Peran sebagai pemberi pertimbangan sekolah dan yayasan ini terlihat sudah dilakukan, Pada tahun 2015 didapat hasil koordinasi sekolah, yayasan dan komite ditemukan masalah bahwa belum ada yang bisa memberi ilmu parenting ke orangtua dengan rutin dan menyeluruh. Jikapun ada belum detail dan runtut, beluam da kurikulum yang jelas. Sedangkan dirasa banyak orangtua belum memahami cara mendidik anak dengan benar sesuai aturan yang ada dalam Islam. Selain itu sebagian orangtua menginginkan adanya sebuah lembaga yang dapat rutin mengajarkan konsep pendidikan yang benar. Orangtua pun sebagian terutama untuk orangtua siswa di taman kanak kanak dalam haal ini di Al Firdaus bernama Taman Pendidikan Pra sekolah (TPP) punya banyak waktu senggang. Mereka mengantar anak kemudian menunggu anak selesai sekolah dengan melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Untuk itu komite memberikan saran bagi sekolah dan yayasan untuk mengadakan sebuah lembaga pendidikan khusus untuk orangtua. Saran tersebut diterima dengan syarat komite sekolah menjadi penyelengara utamanya dengan melibatkan semua komite sekolah di semua unit yang ada di Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdaus. Yayasan dan sekolah juga menilai sepak terjang dan kepedulian komite sekolah saat itu memang sudah layak diberi tugas tersebut karena dinilai komite sekolah kali ini sudah melaksanakan perannya dengan baik. Akhirnya mulailah dibuat perencanaan untuk membahas anggaran dan program kerja.

Saat pandemi Covid-19 melanda, Aorta juga ikut meliburkan kelasnya. Komite sekolah mengusulkan pada Aorta ini untuk diadakan pendidikan pada orangtua dalam bentuk virtual. Maka dibuatlah kurikulum Aorta baru dengan mengangkat topik yang sesuai dengan pandemi Covid-19 sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh para orangtua.��

Ini dituturkan oleh semua yang diwawancarai mulai dari yayasan, komite sekolah, pengurus Aorta, guru dan orangtua murid. Hampir tidak ada perbedaan yang besar hasil wawancara ke beberapa sebyek dan informan penelitian. Ini salah satu cara menilai keabsahan data melalui triangulasi sumber. Dalam dokumen yang ada ditemui beberapa notulen rapat yang juga membahas beberapa hal yang sama dengan hasil wawancara artinya keabsahan metode pun menghasilkan hasil yang sama. Dokumen pendirian Aorta pun didapat alasan pendirian lembaga ini sama dengan hasil wawancara. Begitu juga hasil observasi dari tempat pelaksanaan Aorta.

Dalam data yang ada ditemukan kekurangan yaitu komite sekolah belum banyak turut serta dalam pengusulan sarana prasarana yang ada di Aorta, sedang di bidang sumber daya manusia, lingkungan dan kurikulum komite sekolah sudah cukup banyak memberikan pertimbangan. Hal ini dilakukan karena komite sekolah merasa bahwa dana terbesar dalam penyelenggaraan Aorta sebagian besar dari yayasan sehingga komite sekolah tidak banyak mengusulkan penyediaan saran prasarana. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian sebelumnya justru komite sekolah hanya berperan aktif di sarana dan prasarana dan untuk urusan lain belum berperan aktif (Rita, 2018).

2.   Peran sebagai agen pendukung

Peran sebagai agen pendukung kegiatan sekolah sudah dilaksanakan yaitu komite sekolah dengan sekolah dan yayasan membentuk organisasi yang diketuai oleh komite sekolah untuk menjalankan tugas sebagai penyelenggara Aorta. Dosen Aorta terdiri dari yayasan, guru, yayasan dan orangtua yang kompeten di bidangnya masing-masing.Selain itu komite sekolah juga menghimpun dana dari para orangtua untuk berjalannya kegiatan Aorta ini. Walau dana yang terkumpul belum besar dan sebagian besar dana Aorta memang bersumber juga dari orangtua. Ini sebagai bentuk pendukung dari segi pemikiran, tenaga dan finansial. Adanya Aorta ini diharapkan dapat memberikan pendidikan cara mendidik anak yang baik menurut Islam dengan kurikulum yang jelas dan dapat menjelaskan konsep dan ide sekolah dan yayasan ke orangtua dengan lebih baik.

Komite sekolah ikut juga mendukung adanya program kurikulum selama masa pandemi Covid-19 dengan mengadakan survei pada masyarakat dan orangtua khususnya akan permasalahan yang dihadapi dan usulan judul Aorta.

Tentang masalah ini disampaikan oleh beberapa subyek penelitian. Hal yang sama juga didapat lewat observasi dan mengamati dokumen.Ini juga merupakan bukti keabsahan data dari penelitian ini.

3.   Peran sebagai pengawas

Komite sekolah mengawasi jalannya peogram ini dengan cara mengadakan rapat dengan sekolah dan yayasan rutin sebulan sekali dan melihat langsung ke lapangan apa yang sudah dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar dapat memastikan program berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Komite sekolah juga mempelajari laporan pertanggungjawaban yang dibuat olehpengurus Aorta tiap tahun anggarannya. Jika ada masukan dari komite sekolah, biasanya disampaikan saat ada pertemuan rutin antara pengurus Aorta, komite sekolah, dan yayasan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan komite sekolah sudah melakukan peran sebagai kontrol (Rita, 2018).

Tentang masalah ini disampaikan oleh beberapa subyek penelitian. Hal yang sama juga ditemukan dengan cara observasi dan mengamati dokumen.

Peran komite sekolah dalam hal pengawasan masih dinilai ada kekurangan saat komite sekolah tidak bisa mengawasi dan memberi masukan para dosen yang mengisi jika dosen Aorta berasal dari guru. Komite sekolah masih merasa pekewuh jika memberi masukan dan mengkritik dosen yang dari guru.Hal ini sesungguhnya sangat penting guna meningkatkan kinerja Aorta dan peran komite sekolah dalam hal ini harus ditingkatkan.

4.   Peran sebagai mediator

Peran komite sekolah sebagai mediator menurut beberapa subyek dan informasi penelitian sudah dilaksanakan. komite sekolah sudah dapat mensosialisasikan informasi seputar adanya Aorta ke masyarakat. Buktinya peserta sebagian berada dari luar lingkungan sekolah Al Firdaus. Komite sekolah juga mengadakan survei untuk bisa menangkap aspirasi masyarakat agar bisa disampaikan ke sekolah.

Komite sekolah bersama Aorta dan Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdauspernah mengadakan Parent Conference. Parent Conference adalah sebuah konferensi yang dihadiri oleh ratusan orangtua baik dari dalam maupun luar Al Firdaus. Pada saat Parent Conference dilakukan Parent Declaration yang berikrar untuk terus aktif mengikuti dan mengadakan kegiatan parenting demi untuk lebih mampu mendidik anak-anak di rumah. Dalam Parent Conference juga diadakan diskusi antar para orangtua untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam mendidik anak anak. Hasil diskusi dipresentaasikan di tiap kelompok. Jalannya diskusi dipandu oleh seorang fasilitator yang memandu jalannya siding diskusi. Masyarakat sangat menerima baik adanyaa kegiatan ini sebagai mediator/penghubung masyarakat dengan sekolah.

Hasil wawancara antar beberapa subyek dan informan penelitian ini menunjukkan hasil yang sama. Peneliti juga melihat foto-foto saaat diadakannya acara dan naskah deklarasi yang ditangan tangani oleh 10 wakil dari orangtua.���

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan komite sekolah serta pengurus Aorta, semua aktifitas yang sudah dilakukan komite sekolah dalam ikut berperan serta mengadakan pendidikan bagi orangtua tersusun melalui beberapa langkah manajemen sebagai berikut :

A.  Perencanaan

Sebelum memulai program kerjanya dalam mengadakan pendidikan bagi orangtua ini, komite sekolah menagdakan perencanaan. Perencanaan disusun oleh komite sekolah dan Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdaus dalam hal visi, misi dan tujuan pembentukaan Aorta. Kemudian menyusun anggatraan dan program kerja. Dalam tahap perencanaan juga dibuat perencanaan jangka panjang dan pendek pendidikan orangtua. Tahap ini juga menyusun kurikulum dana para dosen pengajar.

B.  Pengorganisasian

Setelah tahap perencanaan dibuatlah struktur organisasi dan uraian tugas masing-masing.Komite, sekolah dan Yayasan berbagi personil untuk duduk di dalam kepengturusan organisasi ini.

C.  Pelaksanaan

Setelah tahap ini mulailah melakukan sosialisasi ke masyarakat dan menghimpun data peserta Aorta. Setelah terkumpul data peserta maka mulailah dilakukan pembelajaran satu angkatan. Tiap angkatan tidak lebih dari 20 orang.��� Satu angkatan biasanya dilakukan selama enam bulan.

D.  Pengawasan��

Selama jalannya pendidikan, komite sekolah melakukan pengawasan rutin ke lokasi juga melalui laporan. Saat adanya pengawasan ini, komite memberikan masukan ke Aorta.���

Dengan langkah-langkah yang sudah dijalankan di atas oleh komite sekolah di sekolah Al Firdaus sudah sesuai tahap-tahap manajemen. Kekurangan dari langkah-langkah manajemen ini adalah di pengawasan. Pengawasan belum bisa dilakukaan rutin setiap waktu tertentu karena kesibukan beberapa pengurus komite sekolah.Selain itu pengawasan terhadap dosen Aorta yang berasal dari guru jarang mendapat masukan. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang didapatkan hasil yang sama. Ini menunjukkan keabsahan data dari penelitian ini.

Itulah yang sudah dilakukan oleh komite sekolah di sekolah Al Firdaus dalam menyelenggarakan pendidikan bagi orangtua.

 

 

 

 

Kesimpulan

Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa komite sekolah sudah melaksanakan ke empat fungsinya dengan lengkap, baik sebagai pemberi pertimbangan, agen pendukung, agen pengawas dan sebagai mediator. Ada beberapa kekurangan berupa komite sekolah belum menjalankan peran sebagai pemberi pertimbangan dalam usulan sarana prasarana. Dalam peran sebagai pengawas, komite sekolah memiliki kekurangan dalam hal pengawasan tenaga dosen dalam Aorta. Ini disebabkan karena para orangtua pekewuh memberikan masukan pada dosen yang berasal dari guru.

�� Dalam hal manajemen komite sekolah langkah-langkah manajemen sudah dilakukan dengan baik kecuali dalam hal pengawasan masih kurang rutin dilakukan dan beberapa dosen Aorta yang berasal dari guru jarang mendapat masukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Christy, Sahrani, Riana, & Heng, Pamela Hendra. (2020). Academic Burnout In Digital Era: Examining The Role Of Problematic Smartphone Use, Core Self-Evaluations, And Academic Achievement On Academic Burnout Among Medical Students. 439(Ticash 2019), 586�590. Https://Doi.Org/10.2991/Assehr.K.200515.098

 

Helmi, Jon. (2018). Implementasi Program Kerja Komite Sekolah. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, 10(1), 22.

 

Miles, Mattew B. Dan Amichael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia.

 

Moleong, Lexy J. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif. Pt Remaja Rosdakarya.

 

Ramadhan, Diwan: Alawiyah, Tuty: Septian Nuggy. (2021). Pelatihan Pendidikan Parenting Bagi Orang Tua Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19.

 

Rita, Hasna. (2018). Peran Komite Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Palembang (Studi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Conciencia, 17(1), 70�80. Https://Doi.Org/10.19109/Conciencia.V17i1.1583

 

Sari, Nurindah, Kaharuddin, Kaharuddin, & Hassan, Zainudin. (2020). Komite Sekolah Dan Pengembangan Pendidikan: Studi Kasus Sma Makassar. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 7(1), 82. Https://Doi.Org/10.22146/Jps.V7i1.57677

 

Wahjosumijo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik Dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Copyright holder:

Nadjibah Yahya, Setyo Dwi Rahardjo, Andi Arif Rifa�i, Giyoto (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: