Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 6, Juni
2022
ANALISIS KELAYAKAN HALTE BRT BAGI PENYANDANG
DISABILITAS DI KECAMATAN SEMARANG BARAT KORIDOR V
Kemmala Dewi,
Aris Krisdiyanto, Slamet Budirahardjo, Archi Rafferti Kriswandanu, Prama Pamungkas
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok pengguna layanan transportasi publik yang perlu di perhatikan khusus, karena banyaknya akses yang tidak sesuai dengan standart yang sudah di tetapkan peraturan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kelayakan fasilitas halte BRT bagi penyandang disabilitas di Kecamatan Semarang Barat Koridor V serta tingkat kelayakan halte BRT bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini berpedoman pada Peraturan PUPR Nomor 14 Tahun 2017 dan DRJD Nomor 271 Tahun 1996 Tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Tahapan dalam penelitian ini yaitu survey langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan pengisian form penelitian. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan bantuan Software SPSS versi 25. Target dalam penelitian ini yaitu Halte BRT di Kecamatan Semarang Barat Koridor V. Hasil dari analisis dan pembahasan didapatkan untuk kondisi Halte BRT di Semarang Barat Koridor V mempunyai nilai prosentase sebesar 38% dan termasuk kedalam kategori kurang lengkap. Fasilitas halte BRT bagi penyandang disabilitas memiliki nilai prosentase sebesar 51% untuk variabel yang tidak memenuhi dan termasuk kedalam kategori masih belum memenuhi kriteria berdasarkan standar PM No. 30/PRT/M/2006. Sedangkan tingkat kenyamanan halte BRT bagi penyandang disabilitas berdasarkan analisis regresi linier berganda yaitu halte BRT di Semarang Barat Koridor V kurang memenuhi untuk penyandang disabilitas.
Kata Kunci: Disabilitas,
Halte BRT, Kelayakan.
Abstract
People with disabilities are one of the groups of users of public
transportation services that need to be considered specifically, because the
number of access that is not in accordance with the
standards set by government regulations. This research aims to find out the
feasibility conditions of BRT stop facilities for people with disabilities in
West Semarang District Corridor V as well as the level of eligibility of BRT
stops for people with disabilities. This research is guided by PUPR Regulation
No. 14 of 2017 and DRJD Number 271 of 1996 concerning building facilities
requirements.
This research uses quantitative descriptive analysis research methods.
Data analysis techniques use multiple linear regression analysis. The stage in
this research is a direct survey at the research site using the filling out of
the research form. Processing data results from research using the help SPSS
Software version 25. The target in this study is the BRT Stop in West Semarang
District Corridor V.
The results of the analysis and discussion obtained for the condition of
the BRT Stop in West Semarang Corridor V has a percentage value of 38% and
falls into the incomplete category. BRT stop facilities for people with
disabilities have a percentage value of 51% for variables that do not meet and
fall into the category still do not meet the criteria based on PM Standard No.
30 / PRT / M / 2006. While the comfort level of BRT stops for people with
disabilities based on multiple linear regression analysis, namely BRT stops in
West Semarang Corridor V is less fulfilling for people with disabilities.
Keywords: Disability, BRT Stop,
Eligibility
Penyangdang disabilitas
pada umumnya memiliki keterbatasan yang lebih besar dalam menjalankan
aktivitas sehari � harinya, mereka memiliki beberapa keterbatasan termasuk dalam mengakses berbagai fasilitas publik. Kondisi penyandang disabilitas berdampak paada kemampuan untuk berartispasi di tengah masyarakat, sehingga memerlukan dukungan dan bnatuan orang lain.
Kota Semarang merupakan salah satu kota sekaligus menjadi Ibukota di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan sumber data dari DTKS Dinas Sosial, Terdata terdapat sekitar 3.191 orang penyandang disabilitas. Dan di wilayah Semarang Barat khususnya menjadi yang paling tinggi sekitar 345 orang penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas tersebut terdiri dari disabilitas fisik. Oleh Karena itu pemerintah wajib menyediakan fasilitas terhadap layanan publik bagi penyandang
disabilitas, seperti yang dijelaskam pada PM 98 Tahun 2017 tentang Penyediaan Aksesibilitas pada Pelayanan Jasa
Transportasi Publik bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus, salah satunya fasilitas publik di bidang transpotasi. Saat ini kota
Semarang telah memiliki transpotasi publik yang di distribusikan oleh Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia yaitu Halte BRT.
Halte BRT (Bus Rapid Trans) merupakan fasilitas pelayanan transportasi publik dengan yang berbasis system transit yang cepat, nyaman dan biaya terjangkau untuk membantu mobilitas perkotaan. Yang mulai beroperasi pada tahun 2010 sampai sekarang. Di Semarang, terdapat sebanyak 445 halte BRT. Dimana belum sepenuhnya memadai dari sisi kualitasnya, karena terdapat berbagai kendala yang seharusnya dapat mendukung transportasi baik bagi masyarakat umum maupun penyandang disabilitas.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat terlihat masih banyak dari desain halte yang belum ramah bagi penyandang disabilitas, dan di karenakan penyandang disabilitas tertinggi berada di wilayah Semarang Barat Koridor V. Maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut dan mengangkat sebagai Tugas Akhir dengan judul �Analisis Kelayakan Halte BRT Bagi Penyandang Disabilitas Di Kecamatan Semarang Barat Koridor V�
Penulisan ini bersifat penelitian berdasarkan batasan masalah dalam penulisan agar semua langkah- langkah penelitian tersebut tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Penelitian (survei) dilakukan dalam waktu sebagai berikut: Hari Sabtu (1 Mei 2021 dan 5 Juni 2021), mulai pukul 09:00�21:00 WIB. Hari Sabtu ini mewakili akhir pekan dengan alasan parkir ADA Swalayan Setiabudi mengalami peningkatan volume dibandingkan hari lainnya, dengan alasan pada awal bulan pegawai negeri menerima gaji, sedangkan pada akhir bulan pegawai swasta menerima gaji. Hari Minggu (2 Mei 2021 dan 06 Juni 2021), mulai pukul 09:00�21:00 WIB. Hari Minggu ini mewakili hari libur dengan tingkat aktifitas dan kunjungan yang padat. Hari Senin (3 Mei 2021 dan 07 Juni 2021), mulai pukul 09:00�21:00 WIB. Hari Senin ini mewakili hari kerja dengan alasan sebagai hari normal atau hari non puncak.
Berpijak dari latar belakang maka dapat disusun rumusan permasalahan yang ada di lokasi penelitian
dan tujuan dari studi ini
yang ditunjang oleh literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan. Adapun tujuan dari
penelitian
ini adalah untuk
mengetahui
kelayakan halte BRT bagi penyandang disabilitas di Semarang Barat Koridor
V, yang meliputi:
Gambar
1
Alur
Metode Penelitian
�Pembangunan Halte BRT berdasarkan peraturan Direktur Jendral Dinas Perhubungan Darat No.271/HK.105/DRJD/99 dan kebutuhan
fasilitas yang harus terpenuhui agar mencapai standar nya. Fasilitas-
fasilitas yang dapat memenuhi standart di dalam pembuatan Halte BRT di bagi menjadi dua yaitu,
fasilitas utama dan fasilitas penunjang.
Tabel 1
Kondisi
Halte Balaikota
Analisis berdasarkan kondisi pada masing-masing halte BRT diberikan bobot penilaian yang sama. Dengan menggunakan rumus:
x 100%
Berdasarkan dari hasil perhitungan di atas, nilai bobot prosentase tiap fasilitas memiliki bobot yang sama. Persentase penilaian ini berdasarkan pada �Prosentase penilaian kelengkapan fasilitas halte Berdasarkan No.271/HK.105/DRJD/96� adalah sebagai berikut.
Table 2
Prosentase Penilaian Kelengkapan
Prosentase Kelengkapan |
Keterangan |
80,00-100 |
Sangat Lengkap |
50,00-79,99 |
Lengkap |
00,00-59,99 |
Kurang Lengkap |
(Sumber: DRJD,1996)
Tabel 3
Rekap Nilai Presentasi Halte
Hasil presentase halte BRT di Semarang Barat paling tinggi yaitu halte Balaikota memiliki nilai presentase:
x 100% = 92,85 %
Sedangkan presentase halte yang memiliki nilai paling rendah masih banyak, yaitu memiliki nilai presentase:
x 100% = 14,28 %
Maka, berdasarkan hasil penelitian Halte BRT di Semarang Barat koridor 5 mendapatkan hasil nilai prosentase sebesar:
���=
�=��� 38,16326531 %�
Penilaian pada penelitian ini berdasarkan pedoman Permen Pu No.30 Tahun 2006 tentang teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan. Berikut adalah penilaian fasilitas dan aksesibilitas.
1. Guiding Block.
Dalam observasi di lapangan, ada halte yang ada guiding block da nada juga halte yang belum ada guiding block sebagai pemandu tunanetra baik pada pedestrian maupun di dalam haltenya sendiri. Karena masih ada yang belum memiliki guidingblock maka masih ada halte yang belum ramah dan berbahaya pagi penyandang tuna netra.
Tabel 4
Penilaian Halte Yang Ada Guiding Block (Halte Karang Ayu)
2. Ramp
Dari hasil survey di lapangan untuk ramp juga masih ada halte yang belum ada nya ramp, sehingga hal ini menyebabkan pengguna kursi roda tidak bisa mengakses halte BRT dengan mudah. Selain belum ada nya ramp pada halte BRT, ada juga halte yang sudah ada ramp nya, namun ramp tersebut sangat curam kemiringannya, sehingga dapat membahyakan pengguna kursi roda yang mau menggunakan fasilitas tersebut.
Tabel 5
Penilaian Ramp (Halte Cakrawala)
3. Tangga
Dari hasil survey di lapangan, di semua halte sudah
terdapat tangga yang dapat di akses. Namun belum semuanya
terdapat handrail nya. Berikut merupakan gambar salah satu halte BRT yang belum terdapat handrail.
Tabel 6
Penilaian Tangga (Halte Balai Bahasa)
4. Ruang Khusus Kursi Roda
Berdasarkan pada survey di lapangan, di Semarang Barat belum banyak di temukan halte yang terdapat ruang khusus kursi roda. Seperti gambar 4.7, halte hanya di dirikan dengan model yang sangat simple tanpa adanya ramp dan ruang yang cukup.
Tabel 7
Penilaian Ruang Khusus Kursi
Roda
Analisis berdasarkan kondisi pada masing-masing halte BRT diberikan bobot penilaian yang sama seperti pada perhitungan halte Balaikota di atas. Bobot penilaian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 8
Presentase Penilaian Fasilitas
Halte Bagi Penyandang Disabilitas Berdasarkan Standart PM
NO.30/PRT/M/2006
Prosentase Kelengkapan |
Keterangan |
50,00-100 |
Memenuhi |
00,00-49,99 |
Kurang Memenuhi |
Tabel 9
Penilaian Prosentase Seluruh
Halte Koridor 5
Rumus:
Total Keseluruhan:
�
Prosentase: %
Berdasarkan hasil analisis di
atas, maka presentase kelengkapan halte bagi penyandang disabilitas berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 bisa di lihat pada table 4.9,
dengan nilai presentase sebesar 51% bagi variabel yang belum memenuhi. Jadi
fasilitas halte BRT bagi penyandang disabilitas di Semarang barat koridor 5
masih belum memenuhi kriteria atau standar PM NO.30/PRT/M/2006.
Metode analisis regresi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel terikan (dependent) dengan variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan yaitu kondisi halte BRT di Semarang Barat sedangkan variabel bebas yang digunakan yaitu guiding block, ramp, tangga dan ruang khusus kursi roda. Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda karena variabel yang digunakan lebih dari 2 variabel dengan menggunakan bantuan software Statistical Package For The Social Sciences (SPSS) Sebelum melakukan analisis regresi ini, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam analisis regresi ini antara lain:
Uji Normalitas => dilakukan untuk mengetahui apakah variabel terikat (dependent) dan variabel terikat (independent) terdistribusi
secara normal atau tidak. Dalam penelitian
ini, pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan
ketentuan yang harus terpenuhi yaitu:
a. Nilai signifikansi
> 0,05 = data yang digunakan terdistribusi
normal
b. Nilai signifikansi
< 0,05 = data yang digunakan tidak
terdistribusi normal.
Tabel 10
Uji Normalitas
|
Unstandardixed Residual |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.106 |
Uji Linieritas => pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel terikat dan variabel bebas memiliki hubungan yang linier atau tidak. Syarat
pengambilan data dalam pengujian ini adalah
apabila nilai signifikan > 0,05 berarti data
tersebut linear, sedangkan apabila nilai signifikansi
< 0,05 berarti data tersebut
tidak linier.
Tabel 11
Uji Linieratitas
Variabel |
Sig. Deviation From Linearity |
Keterangan |
Guiding
Block |
.977 |
Linear |
Ramp |
.254 |
Linear |
Tangga |
.069 |
Linear |
Ruang
Khusus Kursi Roda |
.919 |
Linear |
Uji Multikolinearitas
=> Pengujian
multikolinearitas merupakan
pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi/hubungan yang kuat antar variabel
bebas (independent).�
Untuk mendeteksi ada atau tidak
ada gejaga multikolinearitas pada pengujian ini dalam model regresi dapat melihat
dari nilai toleransi dan variance inflating factor (VIF).
Dasar pengambilan
keputusan dalam pengujian ini adalah
apabila nilai Toleransi > 0,10 maka tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Selain itu dapat juga melihat dari hasil
nilai VIF, apabila nilai VIF < 10,00 maka tidak terjadi mutikolinearitas.
Tabel 12
�Uji Multikolinieritas
Variabel |
Collinearity Statistic |
|
Tolerance |
VIF |
|
Guiding
Block |
.661 |
1.514 |
Ramp |
.484 |
2.066 |
Tangga |
.704 |
1.420 |
Ruang
Khusus Kursi Roda |
.440 |
2.275 |
Uji Regresi => Pada penelitian ini menggunakan model analisis regresi yaitu analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent).
Dari hasil pengujian yang sudah dilakukan sebelum melakukan analisis regresi linier berganda ini variabel
bebas yang sudah lolos adalah
� X1 = Guilding Block
� X2 = Ramp
� X3 = Tangga
� X4 = Ruang Khusus Kursi Roda
Tabel 13
Hasil analisis regresi linier berganda
Dari hasil pengujian tersebut didapatkan persamaan model regresi yaitu:
Y =
0,792 + 0,287X1 + 0,022X2 + 0,148X3 + 0,186X4
+ ei
Hasil persamaan diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien guiding block (X1) sebesar 0,287 yang berarti setiap adanya penambahan guiding block pada setiap halte maka variabel kondisi halte juga akan naik sebesar 0,287 dan untuk variabel ramp (X2), tangga (X3) dan kursi roda (X4), untuk setiap nilai koefisien pada masing-masing variabel maka setiap adanya penambahan variabel tersebut maka variabel kondisi halte juga ikut naik. Dalam hal ini, setiap halte harus memperhatikan fasilitas bagi penyandang disabilitas. Agar penyandang disabilitas dapat juga menikmati fasilitas publik.
Koefisisen Determinan => Koefisien determinan yaitu penjelasan dari pengaruh variabel terikat dengan variabel bebas.
Tabel 14
Hasil Koefsien Determinan
Berdasarkan hasil koefisiensi determinasi, didapatkan nilai korelasi (R) sebesar 0,465 dan nilai R-square sebesar 0,217 yang berarti dari masing-masing variabel bebas memiliki hubungan terhadap variabel terikat sebesar 21,7%. Sehingga variabel bebas memiliki hubungan tidak erat dengan variabel terikat.
Uji F => Uji F atau disebut juga sebagai uji kelayakan model adalah pengujian untuk menjelaskan apakah ada pengaruh variable terikat dengan variabel bebas. Dasar pengambilan keputusan pengujian ini dilihat
berdasarkan nilai signifikan < 0,05 berarti terdapat pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
Tabel 15
Uji Anova
Keputusan dan Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas, nilai Sig. pada tabel sebesar 0,109 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari
syarat dasar pengambilan yaitu sig < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk guiding block, ramp, tangga,
dan ruang khusus kursi roda ini
tidak berpengaruh secara simultan terhadap kondisi halte. Berikut merupakan diagram statistik
kelayakan Halte BRT dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar
2
Statistik Kelayakan
Halte BRT
Dilihat dari kondisi halte BRT dan juga fasilitas halte untuk penyandang disabilitas, dapat diambil kesimpulan untuk kelayakan halte BRT du Semarang Barat bagi penyandang disabilitas kurang layak, karena
banyaknya fasilitas yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas ini belum ada di beberapa
halte BRT di Semarang Barat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari rumusan masalah yang pertama, dari hasil survei di lapangan terkait kondisi eksisting kelayakan halte BRT Trans Semarang bagi penyandang disabilitas di Kecamatan Semarang Barat Koridor V, dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1). Beberapa titik halte yang belum memiliki fasilitas secara lengkap dan juga banyak juga yang tidak terawat. Adapun hasil analisis dari rumusan masalah mendapatkan hasil 38,16326531 %. Terkait hasil presentase yang di dapat yaitu bagaimana kondisi kelayakan halte BRT bagi penyandang disabilitas ini mendukung system transportasi. Demikian jika ber-acuan pada standart Departemen Perhubungan DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT No.271/HK.105/DRJD/96 maka fasilitas halte BRT di Kecamatan Semarang Barat koridor V masih kurang lengkap, dengan kesimpulan halte BRT yang ada di koridor V di Kota Semarang dengan kondisi masih kurang layak atau mendukung. 2). Hasil dari rumusan masalah kedua, yang menyangkut kesetaraan bagi penyandang disabilitas masih dalam keadaan yang kurang ramah dikarenakan masih adanya halte BRT yang di bangun belum memenuhi standart bagi masyarakat penyandang disabilitas. Misalnya belum adanya ramp pada halte BRT, tangga atau ramp yang tidak ada Handrail nya, belum adanya Guilding Block pada halte maupun pedestrian dan kemiringan ramp yang terlalu curam. Maka adapun konsep halte ramah disabilitas mengacu pada Peraturan Menteri, misalnya kemiringan tidak boleh dari 7�, adanya jalur pemandu, tangga khusu, kursi atau tempat prioritas. Maka dapat di simpulkan bahwa halte yang ada di kecamatan Semarang Barat koridor V ada yang masih belum memenuhi kriteria, dan belum ramah bagi penyandang disabilitas. 3). Hasil rumusan masalah ketiga, bahwa variabel kenyamanan halte BRT bagi penyandang disabilitas sesuai standart Peraturan Menteri ataupun DirJen Perhubungan Darat, berdasarkan analisis menggunakan SPSS di dapatkan hasil persamaan regresi berganda Y= 0,792 + 0,287X1 + 0,022X2 + 0,148X3 + 0,186X4 + ei . Dan dari hasil tersebut dapat di katakana tingkat kenyamanan halte BRT bagi penyandang disabilitas masih kurang nyaman.
Adisasmita, A.S (2015). Perencanaan Sistem Transportasi Publik Kota, Yogyakarta, Penerbit Graha ilmu Http://www.radarplanologi.com/2015/11/pengertian-transportasi-manfaat-fungsi-jenisnya.html di akses pada Tahun (2021)
Https://dishub.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/halte-fungsi-estetika-dan-etika-56� di akses pada Tahun (2021)
Oloan Sitohang, Anto Ervin Situmorang (2019) Analisis Efektifitas Halte di Kota Medan
Peraturan Direktur Jendral Dinas Perhubungan Darat No.271/HK.105/DRJD/99 Tentang Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun (2017) Tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun (2006) Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada bangunan Gedung dan Lingkungan.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 10 Tahun (2012) Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Umum Berbasis Jalan.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun (2017) Tentang Penyediaan Aksesibilitas Pada Pelayanan Jasa Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus.
Rangga Birawa Jayasakti, S.PWK (2018). Tinjauan Keberadaan Halte BRT Bagi Masyarakat Penyandang Difabel Dalam Mendukung Sistem Transportasi Perkotaan Yang Handal di Kota Makassar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
Risma Ira Rahmawati,
Indah Warna Wati (2021). Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas Pada
Terminal Mangkang dan Penggaron
Dengan Metode Servqual dan Importance Performance Analysis (IPA), Fakultas Teknik dan Informatika
Universitas PGRI Semarang
Sugiono, Ilhamuddin, dan Arief Rahmawan, �Klasterisasi Mahasiswa Difabel Indonesia Berdasarkan Background Histories dan Studying Performance‟ (2014) 1 Indonesia Journal of Disability Studies 20, 21.
Copyright holder: Kemmala Dewi, Aris Krisdiyanto, Slamet Budirahardjo, Archi Rafferti Kriswandanu, Prama Pamungkas (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |