Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
IDENTIFIKASI HAZARD
POTENTIAL PADA AREA PENAMBANGAN DENGAN METODE JSA
Hertanti Kusuma Wardani, Edy Nursanto, Nur Ali Amri
Magister Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak
PT X merupakan satu perusahaan yang bergerak di bidang penambangan batubara. Proses yang dilakukan
oleh PT X dalam
memproduksi batubara mengikuti mekanisme/tahapan-tahapan penambangan secara baik dan benar. Berdasarkan hasil wawancara dengan manager tambang bahwa di perusahaan ini belum memiliki
Standard Operating Procedures (SOP), lembar Job
Safety Analysis (JSA) dan belum dilakukan
identifikasi bahaya. Alat gali muat (excavator) pada fungsinya memegang peranan penting dalam melakukan proses gali muat batubara.
Pada saat melakukan kegiatan produksi banyak potensi bahaya yang timbul sehingga perlu adanya identifikasi bahaya terdapat pada excavator baik itu pada saat
melakukan penggalian batubara maupun saat melakukan perawatan alat tersebut. Dengan menggunakan metode pengambilan data dengan cara wawancara metode JSA dan dijelaskan berupa tabel dan deskripsi. Potensi bahaya pada kegiatan penambangan dan perawatan alat gali muat
berdasarkan metode Job
Safety Analysis memiliki tingkat
risiko yang berbeda-beda yaitu pada kegiatan pengupasan overburden terdapat 1 potensi bahaya yang memiliki tingkat risiko high dan 3 potensi bahaya tingkat risiko medium dan pada kegiatan
penggalian batubara terdapat 1 potensi bahaya tingkat risiko ekstrim dan 2 potensi
bahaya memiliki tingkat risiko medium. Setiap
potensi bahaya tersebut dilakukan upaya pengendalian dengan menerapkan Standard
Operating Procedures (SOP) dan Job Safety Analysis berdasarkan
upaya pengendalian yang direkomendasikan.
Kata kunci: Standard Operating Precedures, Job Safety Analysis
dan upaya pengendalian
Abstract (12pt Bold)
PT X is a company engaged in coal mining. The process carried out by PT X in producing
coal follows the mining mechanism/stages properly and correctly. Based on the
results of interviews with mine managers, this company does not yet have
Standard Operating Procedures (SOP), Job Safety Analysis (JSA) sheets and no
hazard identification has been carried out. The digging tool (excavator) in its
function plays an important role in the coal digging and loading process. When
carrying out production activities, there are many potential hazards that
arise, so it is necessary to identify the dangers contained in the excavator,
both when digging coal and when performing maintenance on the equipment. By
using the data collection method by interviewing the JSA method and explained
in the form of tables and descriptions. Potential hazards in mining activities
and maintenance of digging equipment based on the Job Safety Analysis method
have different levels of risk, namely in the overburden stripping activity
there is 1 potential hazard that has a high level of risk and 3 potential hazards of
medium risk level; in coal mining activities there is 1 potential hazard of
extreme risk level and 2 potential hazards of medium risk Every potential hazard is controlled by
implementing Standard Operating Procedures (SOP) and Job Safety Analysis based
on the recommended control measures.
Keywords: Standard Operating Precedures, Job Safety
Analysis dan upaya pengendalian, control efforts
Pendahuluan
Berdasarkan data
statistik kecelakaan kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan
Batubara tahun 2021 menunjukkan telah terjadi 93 kasus kecelakaan kerja tambang
di Indonesia. Dari 93 kasus kecelakaan, sebanyak 11 orang meninggal akibat
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan
mengenali berbagai potensi-potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja, yang
pada akhirnya potensi-potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan
teori pengendalian manajemen risiko.
Job Safety
Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk menganalisis suatu pekerjaan
secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya di setiap langkahnya sehingga
bisa dikembangkan solusi untuk mencegah terjadinya kecelakaan. (Ikhsan, 2022). Job Safety
Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktifitas kerja dan tempat
kerja (Sulistiyowati, 2018). Dengan kata lain,
JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah
untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan terjadi di suatu lingkungan kerja (Jauhari, 2018)
(Antari., 2014).
Ada salah satu kabupaten
di Provinsi Jambi yang merupakan salah satu kabupaten penghasil batubara yang
memiliki IUP Eksplorasi sebanyak 22 dan IUP OP 12 dengan luas area 52.433,1 Ha (S., 2016). Salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang penambangan batubara di daerah tersebut ialah
PT X. Proses yang dilakukan oleh PT X dalam memproduksi batubara mengikuti
mekanisme/tahapan-tahapan penambangan secara baik dan benar. Tahapan-tahapan
tersebut dimulai dari pembersihan lahan (land clearing), pengupasan
tanah pucuk (top soil), pengupasan tanah penutup (Overburden),
penimbunan tanah penutup (Removal Overburden) dan pengambilan batubara (coal
getting).
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara awal dengan manager tambang, terdapat beberapa
kecelakaan yang pernah terjadi yang mengakibatkan alat rusak dan pekerja yang
cedera. Kecelakaan tersebut cenderung terjadi pada bagian penggunaan alat berat
excavator dan keteledoran mekanik (SCORE-ILO, 2013). Terdapat lima
excavator yang rusak akibat terperosok diarea yang curam karena akibat dari jalan
area penambangan yang tidak stabil. Mekanik sering melakukan pengelasan pada
bagian bucket yang selalu rusak akibat terbentur bak alat angkut. Kemudian
terdapat mekanik yang pernah cedera ketika melakukan pengisian oli grease pada
excavator PC 400. Banyak kejadian yang berhubungan langsung dengan alat lagi
muat pada kegiatan penambangan tersebut. Setelah dianalisa bahwa di perusahaan
ini ternyata belum memiliki Standard Operational Procedures (SOP) khusus
untuk setiap alat yang digunakan pada kegiatan produksi berdasarkan keadaan di
lapangan, belum dilakukan identifikasi bahaya dan belum memiliki JSA yang berfungsi
sebagai metode analisa potensi bahaya untuk memanajemen risiko (Rachmi, Susanto, & Herdiyanti, 2014)
(Standard, 2004) (Md-Nor, Kecojevic, Komljenovic, & Groves, 2008). Dengan
tidak adanya SOP dan JSA tersebut maka dapat berdampak buruk bagi keselamatan
kerja yang ada diperusahaan tersebut. Maka sesuai dengan Permen ESDM No. 26
Tahun 2018 pada Pasal 14 point 4) Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
paling sedikit salah satunya terdiri atas: a. keselamatan kerja pertambangan
yang meliputi: (1) Manajemen risiko. Dijelaskan kembali untuk melakukan
manajemen risiko sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No 1827 K 30 MEM 2018 pada
Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan Dan Keselamatan Pengolahan
Dan/Atau Pemurnian Mineral Dan Batubara pada poin A.) Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan
Batubara meliputi: 1. Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian mencakup Manajemen Risiko merupakan suatu aktivitas dalam mengelola
risiko yang ada.
Penggunaan alat
gali muat (excavator) memegang peranan penting dalam melakukan proses gali muat
pada kegiatan penambangan. Pada saat melakukan kegiatan produksi, banyak
potensi bahaya yang timbul sehingga perlu adanya identifikasi bahaya yang
terdapat pada alat gali muat (excavator) yang digunakan. Bahaya tersebut dapat
ditimbulkan dari kegiatan pengupasan overburden, penggalian batubara dan pada
saat melakukan perawatan alat gali muat yang dilakukan oleh mekanik. Sehingga
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan metode JSA untuk
melakukan manajemen risiko dari potensi bahaya yang ditimbulkan dan memberikan
saran SOP yang dapat digunakan oleh perusahaan.
Metode Penelitian
Metode
penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan proses kajian keselamatan kerja pada proses suatu pekerjaan (Suryana, 2010) (Sugiyono, 2012).
Variabel dalam penelitian ini adalah potensi bahaya penambangan dan perawatan pada alat gali muat. Objek
yang diteliti adalah proses
pengupasan overburden, proses penggalian batubara dan kegiatan perawatan harian excavator serta wawancara dengan menggunakan metode JSA.
Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik responden
Tabel 1
Karakteristik responden
No. |
Jumlah pekerja |
Unit kerja |
Masa kerja |
1. |
2 |
Pengawas lapangan |
3-11 tahun |
2. |
3 |
Operator pengupasan OB |
3-11 tahun |
3. |
2 |
Operator penggalian Batubara |
6-10 tahun |
4. |
6 |
Mekanik |
3-12 tahun |
(Sumber : hasil identifikasi
lapangan)
Pemilihan
responden didasarkan pada rekomendasi pengawas yang merupakan responden kunci
pada penelitian yang dilakukan. Responden yang telah ditentukan berdasarkan
pada masing-masing tahapan kerja yang dilakukan dan masa kerja khusus pada yang
menjadi tanggung jawabnya.
2. Identifikasi potensi bahaya
Potensi bahaya dianalisis
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) dimana pekerjaan
dibagi menjadi 2 kegiatan (Wang, Huang, Luo, Pei, & Xu, 2018), yaitu :
3.
Identifikasi bahaya pada kegiatan
pengupasan overburden
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, teridentifikasi potensi bahaya yang kemudian dilakukan penilaian tingkat risiko untuk mengetahui prioritas pengendalian. Dari data tersebut dilakukan evaluasi potensi bahaya berdasarkan penilaian (Suardi & Hari, 2005) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Hasil kajian
identifikasi potensi bahaya pengupasan
overburden
No. |
Langkah
Pekerjaan |
Identifikasi Bahaya |
Penilaian Risiko |
||||
E |
K |
L |
Nilai |
Tingkat
Risiko*) |
|||
1. |
Menaiki excavator |
Operator terpeleset dan terjatuh |
10 |
2 |
0.1 |
2 |
Low |
2. |
Mengangkat
badan dan duduk |
Kepala operator terbentur |
10 |
2 |
0.1 |
2 |
Low |
3. |
Atur Transmisi |
Tertabrak pekerja/ Unit |
6 |
10 |
0.05 |
3 |
Medium |
4. |
Menjalankan
excavator ke front penambangan |
Excavator terguling |
6 |
10 |
0.3 |
18 |
High |
Tertabrak unit lainya dan pekerja |
6 |
10 |
0.05 |
3 |
Medium |
||
5. |
Melakukan pengupasan overburden |
Excavator Tergelincir karena longsor |
10 |
10 |
0.1 |
10 |
Medium |
6. |
Melakukan swing untuk memuat overburden |
Badan excavator terbentur pekerja |
10 |
10 |
0.05 |
5 |
Medium |
7. |
Melakukan pemuatan overburden |
Bucket terhantam bak alat angkut |
10 |
5 |
0.05 |
2.5 |
Low |
*)(Sumber : (Suardi
& Hari, 2005))
Keterangan : |
Nilai : |
Nilai = E x K x L |
Ekstrim >20 |
E = Exposure (Paparan) |
High > 10 |
K = Konsekuensi |
Medium 3-10 |
L = Leeway (Peluang) |
Low <3 |
Dari potensi
bahaya tersebut perlu dilakukan pengendalian bahaya, yang perlu menjadi prioritas
pada pengendalian ini yaitu pada tahapan kerja memiliki tingkat risiko High dan Medium (Donovan, Salmon, Lenn�, & Horberry, 2017). Dari tingkatan risiko tersebut dilakukan pengedalian bahaya tambahan berdasarkan saran peneliti yang dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 3
Upaya pengendalian pengupasan
overburden metode
JSA
No. |
Langkah
Pekerjaan |
Potensi Bahaya |
Upaya Pengendalian |
1. |
Menaiki excavator |
Operator terpeleset dan terjatuh |
1. Membersihkan pijakan yang licin 2. Sebelum bekerja gunakan APD yang diperlukan |
2. |
Mengangkat
badan dan duduk |
Kepala
operator terbentur |
1. Berhati-hati ketika menaiki excavator |
3. |
Atur transmisi |
Tertabrak pekerja/ Unit |
1. Pastikan Transmisi
kondisi baik 2. Gunakan klakson sebagai alat komunikasi 3. Hidupkan excavator� perlahan |
4. |
Menjalankan excavator ke front penambangan |
Excavator
terguling |
1. Dengan membuat safety berm 2. Usahakan pandangan
operator tidak terhalangi |
Tertabrak unit
lainya dan pekerja |
1. Mengoperasikan excavator �pada kecepatan
rendah 2. Pasang
rambu-rambu bahaya |
||
5. |
Melakukan pengupasan overburden |
Excavator
Tergelincir karena longsor |
1. Memadatkan material untuk
dudukan excavator PC 400 2. Memastikan material tidak terdapat
lumpur |
6. |
Melakukan swing
untuk memuat overburden |
Badan excavator terbentur pekerja |
1. Melarang pekerja berada pada area pemuatan |
7. |
Melakukan pemuatan overburden |
Bucket
terhantam bak alat angkut |
1. Lakukan pemeriksaan operator agar
mengetahui bahwa operator
kondisi baik 2. Gunakan metode pemuatan dengan kondisi vessel sejajar dengan undercarriage excavator |
(Sumber : Penulis)
Adapun pada kegiatan pengupasan overburden ada dua tingkat risiko menjadi upaya pengendalian pada tahap ini yaitu tingkat risiko high dan tingkat risiko medium. Dari upaya pengendalian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
4.
Kegiatan pengupasan overburden tingkat risiko
high
Pengendalian bahaya yang menjadi prioritas pada kegiatan pengupasan overburden dengan tingkat risiko high. Tingkat risiko high merupakan tingkat risiko yang menjadi prioritas pengendalian. Bahaya dengan tingkat risiko high dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4
Tahapan pengupasan overburden tingkat risiko
high
No. |
Langkah Pekerjaan |
Potensi Bahaya |
Upaya Pengendalian |
1. |
Menjalankan
excavator ke front penambangan |
Excavator terguling |
1.
Dengan membuat safety berm 2.
Usahakan pandangan operator tidak terhalangi |
5.
Menjalankan excavator PC 400 ke front panambangan���������
Ketika excavator PC 400 berjalan menuju front penambangan dapat berpotensi terguling akibat jalan yang dilalui di sisi kanan dan kirinya curam tanpa adanya safety berm. Berdasarkan hasil evaluasi tingkat potensi bahayanya adalah High, sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan dan menjadi prioritas pengendalian. Hal ini disebabkan karena konsekuensi jika bahaya terjadi berdampak kerugian besar yaitu operator cedera dan patah tulang. Dengan tingkat paparan terhadap potensi bahaya terjadi terjadi berkala, karena operator melakukan pekerjaan ini sekali dalam sehari. Peluang terjadinya bahaya dapat terjadi pada kondisi tertentu. Upaya pengendaliannya yaitu dengan membuat safety berm dengan tinggi � diameter ban alat yang paling besar disetiap jalan yang disisi kiri dan kanan yang curam dan memberikan rambu-rambu tanda bahaya.
6.
Kegiatan pengupasan overburden tingkat risiko
medium
Pengendalian bahaya yang selanjutnya pada kegiatan pengupasan overburden dengan tingkat risiko medium. Tingkat risiko medium merupakan tingkat risiko yang perlu dilakukan pengendalian bahaya. Upaya pengendalian pada tingkat risiko medium dapat dilakukan setelah tingkat tingkat risiko yang lebih tinggi dilakukan upaya pengendalian. Sesuai dengan saran pengendalian menurut (Suardi & Hari, 2005) bahaya yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi diupayakan terlebih dahulu dilakukan pengendalian. �Bahaya dengan tingkat risiko medium pada kegiatan pengupasan overburden dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 5
Tahapan pengupasan overburden tingkat risiko
medium
No. |
Langkah Pekerjaan |
Potensi Bahaya |
Upaya Pengendalian |
1. |
Atur transmisi |
Tertabrak pekerja/
Unit |
1.
Pastikan transmisi kondisi baik 2.
Gunakan klakson sebagai alat komunikasi 3.
Hidupkan excavator� perlahan |
2. |
Menjalankan excavator ke
front penambangan |
Tertabrak unit lainya
dan pekerja |
1.
Mengoperasikan excavator �pada kecepatan rendah 2.
Pasang rambu-rambu bahaya |
3. |
Melakukan pengupasan overburden |
Excavator Tergelincir karena longsor |
1.
Memadatkan material untuk
dudukan excavator PC 400. 2.
Memastikan
material tidak terdapat lumpur |
4. |
Melakukan swing untuk
memuat batubara |
Badan excavator terbentur pekerja |
1.
Melarang pekerja berada pada area
pemuatan |
(Sumber : Penulis)
7.
Mengatur Transmisi�������
Setelah operator naik ke unit excavator PC 400, kemudian melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan. Pada kondisi tersebut dilakukan di area parkir yang terdapat unit alat berat lainnya. Jika pekerja tidak melakukanya dengan hati-hati dan tidak memeriksa kondisi excavator hal ini dapat menimbulkan potensi bahaya lengan excavator terbentur ke unit lainya. Berdasarkan hasil evaluasi tingkat risiko terjadinya adalah Medium sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan. Hal ini disebabkan karena tingkat paparan pada kegiatan berkala, karena pekerja melakukan pekerjaan ini sekali dalam sehari. Konsekuensi jika bahaya terjadi berdampak kerugian besar terhadap manusia dan alat, walaupun peluang terjadinya memungkinkan tidak pernah terjadi. Upaya pengendaliannya yaitu dengan melakukan pemeriksaan excavator PC 400 secara berkala dan operator bekerja dengan hati-hati.
8.
Menjalankan excavator PC 400 ke front panambangan��
Pada saat pengoperasian unit terutama ketika menjalankan excavator PC 400 ke front pengupasan overburden, komunikasi merupakan hal vital yang sangat penting untuk diperhatikan mengingat jarak pandang operator alat berat yang sangat terbatas. Begitu pula dengan jarak aman antara pekerja dengan unit yang sedang beroperasi. Namun kedua hal ini sering diabaikan pekerja sehinga terkadang menempatkan pekerja pada tindakan dan kondisi yang tidak aman sehingga memungkinkan terjadinya tabrakan antar unit dan unit menabrak pekerja. Berdasarkan hasil evaluasi tingkat potensi bahayanya adalah Medium sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan. Ini disebabkan karena tingkat paparan terhadap potensi bahaya terjadi berkala, karena operator melakukan pekerjaan ini hanya sekali dalam sehari. Dengan konsekuensi jika terjadi bahaya berdampak kerugian besar. Peluang kemungkinan terjadi bahaya hampir tidak memungkinkan terjadi. Mengoperasikan excavator pada kecepatan rendah dan stabil merupakan alternatif yang baik untuk menghindarkan bahaya tersebut, gunakan klakson sebagai komunikasi antar pekerja dan gunakan rambu-rambu bahaya.
9. Melakukan pengupasan overburden���������
Ketika melakukan pengupasan overburden dudukan excavator PC 400 memungkinkan terdapat material yang tidak stabil dan �kondisi medan kerja yang curam. Sehingga dari kondisi tersebut dapat berpotensi excavator PC 400 terperosok mengakibatkan kerusakan unit. Berdasarkan hasil evaluasi data yang didapat tingkat potensi bahaya pada level medium sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan dan menjadi prioritas pengendalian. Hal ini disebabkan konsekuensi berdampak kerugian besar yang mengakibatkan kerusakan alat gali muat dan operator cedera. Peluang bahaya kemungkinan kecil untuk terjadi. Dengan tingkat paparan terhadap potensi bahaya terjadi secara terus menerus, karena operator melakukan kerja tersebut berkali-kali dalam sehari. Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu dengan memadatkan material dudukan excavator PC 400 sebelum melakukan pemuatan.
10.
Melakukan swing untuk memuat overburden
Saat proses pemuatan overburden ke dumptruck terkadang ada pekerja yang berada di area swing excavator. Yang mana seharusnya area ini harus bebas dari dari pekerja maupun unit lainnya. Kondisi ini berportensi pengawas terseruduk dan terhantam bucket loader atau excavator. Hal ini terjadi karena pekerja tidak memperhatikan jarak aman yang diperkenankan saat berada di belakang alat berat. Berdasarkan hasil evaluasi tingkat potensi bahayanya adalah Medium sehingga tidak memerlukan upaya pengendalian tambahan dan potensi bahaya dapat diterima. Hal ini disebabkan terpaparanya terhadap potensi bahaya terus menerus, karena operator melakukan pekerjaan ini berkali-kali dalam sehari. Peluang potensi bahaya hampir tidak pernah terjadi walaupun konsekuensi dapat mengakibatkan cedera berat terhadap pekerja. Adapun upaya pengendalian yang perlu dilakukan yaitu dengan pemasangan rambu peringatan jarak aman disetiap unit alat berat.
11. Identifikasi potensi �bahaya pada kegiatan coal getting
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, teridentifikasi potensi bahaya yang kemudian dilakukan penilaian tingkat risiko untuk mengetahui prioritas pengendalian. Dari data tersebut dilakukan evaluasi potensi bahaya berdasarkan penilaian (Suardi & Hari, 2005) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 6
Hasil kajian identifikasi bahaya penggalian batubara
No. |
Langkah
Pekerjaan |
Identifikasi Bahaya |
Penilaian Risiko |
||||
E |
K |
L |
Nilai |
Tingkat
Risiko*) |
|||
1. |
Menaiki excavator |
Operator terpeleset dan terjatuh |
10 |
2 |
0.1 |
2 |
Low |
2. |
Mengangkat badan
dan duduk |
Kepala operator terbentur |
10 |
2 |
0.1 |
2 |
Low |
3. |
Atur transmisi |
Tertabrak pekerja/ Unit |
6 |
10 |
0.05 |
3 |
Medium |
4. |
Menjalankan
excavator ke front penambangan |
Excavator terguling |
6 |
5 |
0.05 |
1.5 |
Low |
5. |
Melakukan penggalian batubara |
Excavator Tergelincir karena longsor |
10 |
5 |
0.05 |
2.5 |
Low |
6. |
Melakukan swing untuk memuat batubara |
Badan excavator terbentur pekerja |
10 |
10 |
0.05 |
5 |
Medium |
7. |
Melakukan pemuatan batubara |
Bucket terhantam bak alat angkut |
10 |
5 |
0.6 |
30 |
Ekstrim |
(Sumber : (Suardi & Hari,
2005))
Keterangan : |
Nilai : |
Nilai =
E x K x L |
Ekstrim >20 |
E = Exposure
(Paparan) |
High
> 10 |
K = Konsekuensi |
Medium
3-10 |
L = Leeway
(Peluang) |
Low <3 |
Perlu dipahami,
tahapan pada pengupasan overburden dan penggalian
batubara tiap tahapannya cenderung sama. Karena setiap tahapan kegiatan di jelaskan tidak berbeda, namun memiliki perbedaan pada potensi bahaya yang terjadi. Selain itu juga dari segi
material uang diangkut juga berbeda
sehingga memiliki tingkat risio yang berbeda pula. Dari potensi bahaya yang ada perlu dilakukan pengendalian bahaya, yang perlu menjadi prioritas
pada pengendalian ini yaitu pada tahapan kerja memiliki tingkat risiko ekstrim dan Medium (Ghaisani & Nawawinetu, 2014) (Mulya, 2008) Dari tingkatan
risiko tersebut dilakukan pengendalian bahaya tambahan berdasarkan saran peneliti yang dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 7
Upaya pengendalian penggalian batubara metode JSA
No. |
Langkah
Pekerjaan |
Potensi Bahaya |
Upaya Pengendalian |
1. |
Menaiki excavator |
Operator terpeleset dan terjatuh |
1.
Membersihkan pijakan yang licin 2.
Sebelum bekerja gunakan APD yang diperlukan |
2. |
Mengangkat
badan dan duduk |
Kepala operator terbentur |
1.
Berhati-hati ketika menaiki excavator
|
3. |
Atur Transmisi |
Tertabrak pekerja/ Unit |
1.
Pastikan Transmisi kondisi
baik 2.
Gunakan klakson sebagai alat komunikasi 3.
Hidupkan excavator� perlahan |
4. |
Menjalankan
excavator ke front penambangan |
Tertabrak unit lainya dan pekerja |
1.
Mengoperasikan excavator �pada
kecepatan rendah 2.
Pasang rambu-rambu
bahaya |
5. |
Melakukan penggalian batubara |
Excavator Tergelincir karena longsor |
1.
Memadatkan
material untuk dudukan excavator
PC 400 2.
Memastikan material tidak terdapat lumpur |
6. |
Melakukan swing untuk memuat batubara |
Badan excavator terbentur pekerja |
1.
Melarang pekerja berada pada area pemuatan |
7. |
Melakukan pemuatan batubara |
Bucket terhantam bak alat angkut |
1.
Lakukan pemeriksaan operator agar mengetahui
bahwa operator kondisi baik 2.
Gunakan metode pemuatan dengan kondisi vessel sejajar
dengan undercarriage
excavator |
(Sumber : Penulis)
Adapun pada kegiatan penggalian batubara ada dua tingkat risiko menjadi upaya pengendalian pada tahap ini yaitu tingkat risiko ekstrim dan tingkat risiko medium. Dari upaya pengendalian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
12.
Kegiatan penggalian batubara tingkat risiko ekstrim
Pengendalian bahaya yang menjadi prioritas pada kegiatan penggalian batubara dengan tingkat risiko ekstrim. Tingkat risiko ekstrim merupakan tingkat risiko yang menjadi prioritas pengendalian. Bahaya dengan tingkat risiko ekstrim dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 8
Tahapan penggalian
batubara tingkat risiko ekstrim
No. |
Langkah
Pekerjaan |
Potensi Bahaya |
Upaya Pengendalian |
1. |
Melakukan pemuatan batubara |
Bucket terhantam bak alat angkut |
1.
Lakukan pemeriksaan operator agar mengetahui bahwa operator kondisi baik 2.
Gunakan metode pemuatan dengan kondisi vessel sejajar dengan
undercarriage excavator |
(Sumber : Penulis)
13.
Melakukan pemuatan batubara������������
������ Dalam kegiatan penggalian batubara pada saat melakukan pemuatan antara bucket excavator dan bak truk yang menunggu dimuat cenderung terjadi benturan antara ke dua alat tersebut. Jika hal ini terus terjadi dapat mengakbatkan dumptruk terguling kesisi kiri atau kananya. Berdasarkan hasil evaluasi tingkat potensi bahayanya adalah Ekstrim sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan dan menjadi prioritas utama pengendalian. Hal ini disebabkan tingkat paparan terhadap potensi bahaya terus-menerus terjadi dan konsekuensi jika terjadi potensi bahaya mengakibatkan kerusakan pada bagian alat yang terbentur. Dengan peluang potensi bahaya dapat memungkinkan sering terjadi (Orsulak, Kecojevic, Grayson, & Nieto, 2010). Upaya pengendalianya yaitu dengan menggunakan metode top loading sesuai degan keadaan arah penggalian yang dilakukan. Saran kedua, agar pekerja selalu diperiksa kesiapan untuk bekerja sehingga ketika operator bekerja pada kondisi yang baik.
14.
Kegiatan penggalian batubara tingkat risiko medium
Pengendalian bahaya yang selanjutnya pada kegiatan pengupasan overburden dengan tingkat risiko medium. Upaya pengendalian pada tingkat risiko medium dapat dilakukan setelah tingkat tingkat risiko yang lebih tinggi dilakukan upaya pengendalian (Paithankar, 2011). Sesuai dengan saran pengendalian menurut (Suardi & Hari, 2005) bahaya yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi diupayakan terlebih dahulu dilakukan pengendalian.� Bahaya dengan tingkat risiko medium pada kegiatan pengupasan overburden dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 18.
Tahapan penggalian batubara tingkat risiko medium
No. |
Langkah
Pekerjaan |
Potensi Bahaya |
Upaya Pengendalian |
1. |
Atur transmisi |
Tertabrak pekerja/ Unit |
1.
Pastikan transmisi kondisi baik 2.
Gunakan klakson sebagai alat komunikasi 3.
Hidupkan excavator� perlahan |
2. |
Melakukan swing �memuat batubara |
Badan excavator
terbentur pekerja |
1. Melarang pekerja
berada pada area pemuatan |
15.
Mengatur Transmisi������
������ Mengatur Transmisi diarea parkir banyak terdapat unit lainya dan pekerja yang sedang melakukan pemeriksaan unit. Operator sebelum bekerja melakukan senam alat terlebih dahulu untuk memeriksa kondisi excavator PC 400 diarea parkir tersebut. Ketika melakukan senam alat jika operator tidak memastikan kondisi excavator baik dapat berpotensi lengan excavator terbentur dengan unit lainya dan pekerja yang melintas. Kegiatan ini memiliki tingkat potensi bahaya pada level Medium sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan. Hal ini disebabkan paparan terhadap potensi bahaya pada kegiatan ini terjadi berkala, karena pekerjaan ini dilakukan sekali dalam sehari. Adapun konsekuensi jika bahaya tersebut terjadi akan berdampak kerugian besar terhadap manusia dan alat, walaupun peluangnya kecil kemungkinan dapat terjadinya bahaya. Upaya pengendalian yaitu dengan memastikan Transmisi kondisi baik, gunakan klakson sebagai alat komunikasi dan hidupkan excavator secara perlahan.
16.
Melakukan swing untuk memuat batubara����
Ketika melakukan
swing pekerja
cenderung memberikan intruksi kerja dekat dengan alat sehingga hal
tersebut dapat berpotensi terbentur dan terseruduk sehingga mengakibatkan cedera. �Berdasarkan hasil evaluasi tingkat potensi bahaya berdasarkan data yang didapat pada level Medium
sehingga memerlukan upaya pengendalian tambahan. Hal ini disebabkan terpaparnya terhadap potensi bahaya terus menerus,
karena pekerjaan dilakukan berkali-kali dalam sehari. Peluang
potensi bahaya hampir tidak pernah
terjadi dengan konsekuensi jika terjadi bahaya mengakibatkan cedera berat terhadap pekerja. Adapun pengendalian yang
perlu dilakukan yaitu dengan pemasangan
rambu jarak aman disetiap unit alat berat.
17.
Standard Operating Procedures (SOP)
SOP dibawah
ini merupakan rekomendasi peneliti yang digabungkan dengan upaya pengendalian dari setiap kegiatan
pegupasan overburden,
penggalian batubara, mengganti oli, mengganti air filter dan
mengganti undercarriage.
Upaya pengendalian tersebut berdasarkan hasil analisis peneliti yang dijelaskan dipembahasan sebelumnya. Adapun
SOP tersebut sebagai berikut.
18.
Standar Operating Procedures
(SOP) tahapan teknis kegiatan pengupasan overburden.
Prosedur ini dimaksudkan untuk :
1. Untuk
menetapkan peraturan melakukan
pengupasan overburden
di area tambang yang berdasarkan kondisi lapangan
dalam rangka mengoptimalkan kegiatan
penggalian dengan aman.
2. Petunjuk
teknis berlaku di wilayah front kerja penambangan
PT X
Aspek Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
� Pergunakanlah
APD yang diperlukan yaitu sepatu safety, kacamata
dan masker.
� Lakukan
pengecekan oli, air radiator dan undercarriage
sebelum dilakukan pekerjaan.
� Pastikan
area dan lingkungan kerja aman
� Konsultasikan
kepada pengawas bila terdapat hal-hal yang kurang jelas mengenai keselamatan
kerja di area tambang.
� Laporkan
segera setiap temuan yang tidak aman atau�
kecelakaan yang terjadi
Aspek
Teknis
1. Memutar
disconnect switch baterai ke posisi ON
2. Memastikan
switch emergency mesin stop pada
posisi ON.
3. Memposisikan
kursi yang nyaman, memasang sabuk pengaman dan memposisikan kaca spion sesuai
dengan pandangan operator.
4. Memastikan
attachment berada di tanah.
5. Memastikan
tuas kendali terkunci.
6. Memastikan
sistem
monitor berfungsi dengan memposisikan kunci kontak �ON�.
7. Membunyikan
klakson sebagai penanda excavator siap
bekerja.
8. Memutar
kunci kontak ke posisi START.
9. Setelah
mesin hidup, pastikan sistem monitor
menginformasikan excavator� siap operasi. Jika ada peringatan (warning) dari system monitor, matikan mesin
dan informasikan ke pengawas tambang.
10. Membiarkan
mesin
hidup selama 5 menit pada putaran rendah untuk proses pemanasan.
11. Memperhatikan
alat pengukur dan mendengarkan adanya kelainan suara pada mesin.
12. Menguji
system hidrolis semua attachment,
system rem dan steering, lampu dan alarm.
13. Pasang Safety
Belt sebelum memulai kerja.
14. Memastikan
jalan yang akan ditempuh dalam kondisi aman dengan mengikuti
intruksi dari pengawas lapangan.
15. Gunakan klakson sebagai
penanda untuk menghindari tabrakan antar unit.
16. Posisikan landasan posisi excavator di
bench setinggi
vessel dump truck
17. Dudukan
track excavator harus rata dengan
landasan swing stabil.
18. Besar
sudut swing dibuat sekecil mungkin
sehingga cycle timenya paling cepat.
19. Operator
harus menentukan posisi dump truck
untuk dimuat dengan menempatkan bucket
yang sudah bermuatan dan membunyikan klakson.
20. Operator
bertanggung jawab terhadap pemuatan baik maksimum kapasitas maupun kestabilan
muatan.
21. Melakukan
dorong overburden yang terdapat di vessel jika sudah selesai
pemuatan.
22. Pada
proses penggalian material tetap terjaga kerataan loading point.
23. Jika pada kondisi meragukan untuk melanjutkan penggalian, utamakan rekomendasi pengawas untuk melakukan pemuatan.
24. Melaksanakan
pemuatan overburden kedalam alat
angkut.
25. Memastikan
semua attachment sudah diturunkan di
permukaan tanah.
26. Memarkir
excavator di tempat rata dan aman
yang telah disediakan.
27. Memposisikan
Excavator parkir sesuai arahan pengawas.
28. Pastikan excavator mati dan terkunci dengan baik.
19.
Standar Operating Procedures
(SOP) tahapan teknis kegiatan penggalian batubara.
Prosedur ini dimaksudkan untuk :
1. Untuk
menetapkan peraturan melakukan
penggalian Batubara di area tambang yang berdasarkan kondisi lapangan
dalam
rangka mengoptimalkan kegiatan
penggalian dengan aman.
2. Petunjuk
teknis berlaku di wilayah front kerja penambangan
PT X
Aspek
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
� Pergunakanlah APD yang diperlukan yaitu sepatu safety, kacamata dan
masker.
� Lakukan
pengecekan oli, air radiator dan undercarriage
sebelum dilakukan pekerjaan.
� Pastikan
area dan lingkungan kerja aman
� Konsultasikan
kepada pengawas bila terdapat hal-hal yang kurang jelas mengenai keselamatan
kerja di area tambang.
� Laporkan
segera setiap temuan yang tidak aman atau�
kecelakaan yang terjadi
Aspek
Teknis
1. Memutar disconnect switch
baterai ke posisi ON
2. Memastikan
switch emergency mesin stop pada
posisi ON.
3. Memposisikan
kursi yang nyaman, memasang sabuk pengaman dan memposisikan kaca spion sesuai
dengan pandangan operator.
4. Memastikan
attachment berada di tanah.
5. Memastikan
tuas kendali terkunci.
6. Memastikan
sistem
monitor berfungsi dengan memposisikan kunci kontak �ON�.
7. Membunyikan
klakson sebagai penanda excavator siap
bekerja.
8. Memutar
kunci kontak ke posisi START.
9. Setelah
mesin hidup, pastikan sistem monitor
menginformasikan excavator� siap operasi. Jika ada peringatan (warning) dari system monitor, matikan mesin
dan informasikan ke pengawas tambang.
10. Membiarkan
mesin
hidup selama 5 menit pada putaran rendah untuk proses pemanasan.
11. Memperhatikan
alat pengukur dan mendengarkan adanya kelainan suara pada mesin.
12. Menguji
system hidrolis semua attachment,
system rem dan steering, lampu dan alarm.
13. Pasang Safety
Belt sebelum memulai kerja.
14. Memastikan
jalan yang akan ditempuh dalam kondisi aman dengan mengikuti
intruksi dari pengawas lapangan.
15. Gunakan klakson sebagai
penanda untuk menghindari tabrakan antar unit.
16. Posisikan landasan posisi excavator di
bench setinggi
vessel dump truck
17. Dudukan
track excavator harus rata dengan
landasan swing stabil.
18. Besar
sudut swing dibuat sekecil mungkin
sehingga cycle timenya paling cepat.
19. Operator
harus menentukan posisi dump truck untuk
dimuat dengan menempatkan bucket yang
sudah bermuatan dan membunyikan klakson.
20. Operator
bertanggung jawab terhadap pemuatan baik maksimum kapasitas maupun kestabilan
muatan.
21. Melakukan
dorong batubara
yang terdapat di vessel
jika sudah selesai pemuatan.
22. Pada
proses penggalian material tetap terjaga kerataan loading point.
23. Jika pada kondisi meragukan utamakan rekomendasi pengawas untuk melakukan pemuatan.
24. Membersihkan
permukaan batubara agar bersih dari material selain batubara.
25. Membuat
batas pelindung agar batubara tidak terjadi longsor/ tercampur dengan material
lain.
26. Melaksanakan
pemuatan batubara kedalam alat angkut.
27. Memarkir
excavator di tempat rata dan aman
yang telah disediakan.
28. Memposisikan
Excavator parkir sesuai arahan pengawas.
29. Pastikan
rem parkir telah dipasang, ember atau pisau telah diturunkan ke tanah dan mesin
dimatikan.
Kesimpulan
Berdasarkan
kegiatan-kegiatan tersebut, tingkat risiko yang dimiliki �berbeda-beda yaitu pada kegiatan pengupasan
overburden terdapat 1 potensi bahaya yang memiliki tingkat risiko high dan 3
potensi bahaya tingkat risiko medium; pada kegiatan penggalian batubara
terdapat 4 potensi bahaya memiliki tingkat risiko medium.
Dari
kegiatan penambangan yang dilakukan manajeman risiko IBPR (Identifikasi Bahaya
dan Penilaian Risiko) didapat dari 14 tahapan kerja. Dari 14 tahapan kerja
tersebut terdapat satu potensi bahaya tingkat risiko ekstrim, 1 potensi bahaya
tingkat risiko high, 5 potensi bahaya dengan tingkat risiko medium dan 6
potensi bahaya dengan tingkat risiko low. Dengan saran pengendalian sesuai
dengan tingkatan hirarki pengendalian risiko.
Antari., R. A. (2014). Praktek Kesehatan
Keselamatan Kerja �Job Safety Analysis�. Politeknik Aka Migas: Palembang.
Donovan, Sarah Louise, Salmon, Paul M.,
Lenn�, Michael G., & Horberry, Tim. (2017). Safety Leadership And Systems
Thinking: Application And Evaluation Of A Risk Management Framework In The
Mining Industry. Ergonomics, 60(10), 1336�1350.Google Scholar
Ghaisani, Hazyiyah, & Nawawinetu, Erwin
Dyah. (2014). Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendalian Risiko
Pada Proses Blasting Di Pt Cibaliung Sumber Daya, Banten. The Indonesian
Journal Of Occptional Safety And Health, 3(1), 107�116. Google Scholar
Ikhsan, Muhammad Zulfi. (2022).
Identifikasi Bahaya, Risiko Kecelakaan Kerja Dan Usulan Perbaikan Menggunakan
Metode Job Safety Analysis (Jsa). Jurnal Teknologi Dan Manajemen Industri
Terapan, 1(I), 42�52. Google Scholar
Jauhari, Muhammad Agus. (2018). Analisa
Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (Jsa) Pada Petugas
Bak Valve Di Pt Pgas Solution Tahun 2018. Google Scholar
Md-Nor, Zainalabidin, Kecojevic, Vladislav,
Komljenovic, Dragan, & Groves, William. (2008). Risk Assessment For
Loader-And Dozer-Related Fatal Incidents In Us Mining. International Journal
Of Injury Control And Safety Promotion, 15(2), 65�75. Google Scholar
Mulya, Adi. (2008). Analisis Dan
Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode Semi Kuantitatif Pada
Pekerja Pengelasan Di Bengkel Pabrik Pt. Antam Tbk Ubp Emas Pongkor Bogor
Tahun. Google Scholar
Orsulak, Megan, Kecojevic, Vladislav,
Grayson, Larry, & Nieto, Antonio. (2010). Risk Assessment Of Safety
Violations For Coal Mines. International Journal Of Mining, Reclamation And
Environment, 24(3), 244�254. Google Scholar
Paithankar, Amol. (2011). Hazard
Identification And Risk Analysis In Mining Industry.Google Scholar
Rachmi, Annisa, Susanto, Tony Dwi, &
Herdiyanti, Anisah. (2014). Pembuatan Standard Operating Procedure (Sop)
Service Desk Berdasarkan Kerangka Kerja Itil V3 Dengan Menggunakan Metode
Analisis Gap Layanan (Studi Kasus: Pt. Xyz, Tangerang). Jurnal Teknik Its,
3(2), A175�A180. Google Scholar
S., Lubis A. (2016). Kajian Teknologi
Reklamasi Lahan Pasca Tambang Batubara Di Provinsi Jambi. Persentase Makalah
Pelaksanaan Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara Di Provinsi Jambi.
Score-Ilo. (2013). Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Sarana Produktivitas. International Labour
Organization : Jakarta.
Standard, Australian Standard/New Zealand.
(2004). Risk Management Guidelines. Sydney.
Suardi, Rudi, & Hari, W. (2005). Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja: Panduan Penerapan Berdasarkan Ohsas
18001 Dan Permenaker 05/1996. Ppm: Lembaga Manajemen Ppm. Google Scholar
Sugiyono, Memahami. (2012). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Sulistiyowati, Rina. (2018). Metode Job
Safety Analysis Untuk Mengevaluasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Praktikum Perancangan Teknik Industri Ii. Uns (Sebelas Maret University). Google Scholar
Suryana, M. S. (2010). Metodologi Penelitan
Model Prakatis Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta: Universits
Pendidikan Indonsia. Google Scholar
Wang, Xinhao, Huang, Xifei, Luo, Yun, Pei,
Jingjing, & Xu, Ming. (2018). Improving Workplace Hazard Identification
Performance Using Data Mining. Journal Of Construction Engineering And
Management, 144(8), 4018068. Google Scholar
Copyright holder: Hertanti Kusuma Wardani, Edy Nursanto, Nur Ali
Amri (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |