Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 6, Juni 2022
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PENINGKATKAN SARANA DAN PRASARANA DI SMAN 9
PADANG
Melfitri Yanti, Damsar, Maihasni
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini di
latar belakangi oleh masih belum meratanya
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah khususnya pada tingkat SMA di Provinsi Sumatera Barat. Sarana dan prasarana
sekolah merupakan komponen yang paling penting dalam menunjang peningkatan mutu pendidikan. Bantuan pengingkatan sarana dan prasarana yang terbatas membuat sekolah harus berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi dan bantuan tersebut sehingga sangat diperlukan sekali keaktifan dan peran kepala sekolah khususnya bagi sekolah penggerak yang merupakan Program Pemerintah untuk penyempurnaan program transformasi sekolah. Program sekolah penggerak berfokus terhadap hasil belajar siswa
yang secara holistik mencakup keseluruhan kompetensi yang dapat dikembangkan sepeti literasi dan numerasi serta karakter yang diawali oleh adanya SDM yang unggul pada sekolah tersebut yakni Kepala sekolah dan siswa serta sarana
dan prasarana yang mendukung
berjalannya pelaksanaan
program sekolah tersebut. Menurut Nadiem Makarim bahwa sekolah
penggerak adalah sekolah yang diharapkan mampu menggerakkan sekolah-sekolah lain disekitarnya
untuk dapat maju dan berkembang terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu sekolah penggerak yang ada di Sumatera Barat khususnya
di Kota Padang adalah SMAN 9 Padang yang merupakan sekolah penggerak anggkatan pertama yang ditunjuk oleh Kemendikbudristek pada Tahun
2021. Sebagai sekolah penggerak, SMAN 9 Padang harus mampu menjadi contoh
untuk menggerakkan sekolah lainnya terutama dalam hal kualitas dan mutu pembelajaran. Salah satu kendala yang dihadapi SMAN 9 Padang dalam menjalankan tugas sebagai sekolah penggerak adalah masih kurang optimalnya
keberadaan sarana dan prasarana sekolah karena semakin banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung berjalannya program tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana tersebut dibutuhkan tindakan proaktif terutama dari sekolah untuk
peningkatan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Salah satu upaya dan strategi yang dilakukan oleh sekolah adalah dengan memanfaatkan
modal sosial. Berangkat dari. padangan Bourdieu mengenai modal sosial, maka analisis teori
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana
sekolah mencoba menggunakan sumber daya aktual atau
potensial yang berhubungan dengan kepemilikan suatu jaringan atau relasi sosial
dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan atau kepentingan
mereka dalam memperoleh bantuan peningkatan sarana dan prasarana disekolahnya. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif.
Penelitian ini menghasilkan bahwa modal sosial dapat menjadi
solusi dalam meningkatkan sarana dan prasarana di SMAN 9 Padang. Ketersediaan
sarana dan prasarana sekolah yang masih belum terpenuhi secara optimal sementara tuntutan tugas sebagai sekolah penggerak juga harus dapat dilaksanakan dengan maksimal membuat sekolah harus mampu memecahkan
permasalahan tersebut secara lebih aktif
dan mandiri. Pemanfaatan
modal sosial dalam hal ini ternyata
efektif mampu mengatasi berbagai permsalahan terkait ketersediaan sarana dan prasarana sekolah. Dengan pemanfaatan modal sosial, SMAN 9 Padang dengan bertahap mampu mengingkatkan sarana dan prasarana sekolah guna menunjang perbaikan kualiatas dan mutu pendidikan sekolahnya.
Kata Kunci: modal sosial; peningkatan sarana dan prasarana
Abstract
This research is backgrounded by the uneven availability of school
facilities and infrastructure, especially at the high school level in West
Sumatra Province. School facilities and infrastructure are the most important
components in supporting the improvement of the quality of education. The
limited assistance in improving facilities and infrastructure makes schools
have to compete for information and assistance so that it is very necessary to
be active and the role of the principal, especially for driving schools which
are Government Programs for the improvement of school transformation programs.
The driving school program focuses on student learning outcomes that
holistically include all competencies that can be developed such as literacy
and numeracy as well as character initiated by the existence of superior human
resources at the school, namely the principal and students as well as
facilities and infrastructure that support the implementation of the school
program. According to Nadiem Makarim,
driving schools are schools that are expected to be able to move other schools
around them to be able to advance and develop, especially in the learning
process. One of the driving schools in West Sumatra, especially in the city of
Padang, is SMAN 9 Padang which is the first nod driving school appointed by the
Ministry of Education and Culture in 2021. As a driving school, SMAN 9 Padang
must be able to be an example to move other schools, especially in terms of the
quality and quality of learning. One of the obstacles faced by SMAN 9 Padang in
carrying out its duties as a driving school is that there is still a lack of
optimal existence of school facilities and infrastructure due to the increasing
need for facilities and infrastructure needed to support the running of the
program. In meeting the needs of these facilities and infrastructure, proactive
actions are needed, especially from schools to improve the facilities and
infrastructure needed. One of the efforts and strategies carried out by schools
is to utilize social capital. Departing from Bourdieu's guidance on social
capital, the theoretical analysis that will be used in this study is how
schools try to use actual or potential resources related to the ownership of a
network or social relations can be used to achieve their goals or interests in
obtaining assistance in improving facilities and infrastructure in their
schools. Using qualitative research methods with a descriptive type. This
research resulted in that social capital can be a solution in improving
facilities and infrastructure at SMAN 9 Padang. The availability of school
facilities and infrastructure that are still not optimally met while the
demands of the task as a driving school must also be carried out optimally,
making schools must be able to solve these problems more actively and
independently. The use of social capital in this case turned out to be
effective in overcoming various problems related to the availability of school
facilities and infrastructure. With the use of social capital, SMAN 9 Padang is
gradually able to improve school facilities and infrastructure to support the
improvement of the quality and quality of school education.
Keywords: social capital; improvement of facilities and
infrastructure
Pendahuluan
Pemerataan
akses dan mutu pendidikan masih menjadi fokus dan prioritas penting dalam pengambilan kebijakan di Indonesia. Peningkatan
mutu pendididikan menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan
sumber daya manusia Indonesia agar mampu berdaya saing dalam
era globalisasi. Kemajuan teknologi yang semakin pesat memberikan tantangan dalam peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia.
Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah memandang perlu untuk menciptakan dan meningkatkan layanan pendidikan yang merata bagi seluruh bangsa.
UUD 1945 mengamanatkan pemerintah
Indonesia untuk mengusahakan
dan menyelenggaran suatu sistem pendidikan yang dikenal dengan Sistem Pendidikan Nasional yakni diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Melalui keberadaan sistem pendidikan nasional, diharapkan pemerataan kesempatan pendidikan nasional, peningkatan mutu serta relevansi
dan efesiensi manajamen pendidikan pada era
globalisasi dan modernisasi
teknologi yang berdaya saing tinggi saat
ini, diharapkan mampu melakukan perbaikan terus-menerus dalam pembentukan keunggulan kompetitif agar
dapat terus maju dan berkembang.
Tujuan dari
proses pendidikan akan dapat dicapai ketika
kita memberikan perhatian yang penuh terhadap segala sesuatu yang mendukung keberhasilan tujuan pendidikan itu sendiri. Salah satu faktor penting yang menjadi pendukung keberhasilan dalam proses pendidikan tersebut adalah keberadaan sarana prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan mutlak dibutuhkan dalam proses belajar mengajar terutama pada lembaga pendidikan sekolah. Sebagai suatu lembaga
pendidikan, sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berintelektual, cerdas dan mampu mempersiapkan dirinya untuk menunjang kehidupan di masa depannya.
Salah satu upaya pemerataan dan peningkatan kualitasa dan mutu pendidikan yang saat ini sedang
digencarkan oleh Pemerintah
khususnya Kemeterian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi dalam hal upaya peningkatan
kualitas dan mutu pendidikan adalah Program Sekolah Penggerak yang diatur dalam Kepmendikbudristek
Nomor 162/M/2021. Sebagai upaya untuk melanjutkan
dan mengembangkan kebijakan� peningkatan
dan pemerataan mutu pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi
Program Sekolah Penggerak.
Program Sekolah Penggerak berupaya mendorong satuan pendidikan melakukan transformasi diri untuk meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah, kemudian melakukan pengimbasan ke sekolah lain untuk melakukan peningkatan mutu serupa.
Secara umum,
Program Sekolah Penggerak bertujuan untuk mendorong proses transformasi satuan pendidikan agar dapatmeningkatkan capaian hasil belajar peserta
didik secara holistik baik dari
aspek kompetensi kognitif maupun non-kognitif (karakter) dalam rangka mewujudkan
profil pelajar Pancasila. Transformasi yang diharapkan tidak hanya terbatas
pada satuan pendidikan tertentu saja tetapi
diharapkan dapat memicu terciptanya ekosistem perubahan dan gotong
royong di tingkat daerah
dan nasional sehingga perubahan yang terjadi dapat meluas dan terlembaga.
Untuk mendukung
dan menjamin tercapainya tujuan Program Sekolah Penggerak, sekolah diharapkan siap dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya yang dibutuhkan dalam menunjang terlaksananya program tersebut dengan maksimal seperti sumber daya manusia dan sumber daya sarana
dan prasarana pendukung lainnya. Sekolah penggerak juga harus mampu menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran, mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga mutu dan kualitas pendidikan menjadi lebih maju dan berdaya saing dan menggerakkan sekolah lainnya untuk dapat
ikut aktif bersama dalam mencapai
tujuan dari program tersebut.
Sekolah penggerak
menjadi sekolah percontohan bagi sekolah lain dan sekolah penggerak juga bertugas untuk menggerakkan sekolah lainnya agar dapat mengikuti program peningkatan mutu pendidikan tersebut melalui sosialisasi dan pelatihan yang dilaksanakan oleh sekolah penggerak tersebut. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan
program tersebut diukur dengan keberhasilan sekolah dalam melakukan
transformasi khususnya pada
proses pembelajarannya. Keberhasilan
program tersebut tentunya
juga tidak dapat tercapai ketika ssarana dan prasarana pendukung dalam proses belajar mengajar disekolah masih belum tersedia secara optimal.
Dalam Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 45 yang mengatur tentang keberadaan sarana dan prasrana pendidikan, menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan
formal dan non formal harus mampu
menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan, intelektual, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Sejalan dengan hal tersebut
maka sekolah dituntut harus mampu mengelola kebutuhannya terutama pada pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana sekolah.
Sebagai salah satu
sekolah penggerak di
Sumatera Barat khususnya di Kota Padang, SMAN 9
Padang menjadi sekolah penggerakan angkatan pertama yang dibentuk oleh Kemendikbudristek mulai tahun 2021. Dengan tugas tambahan sebagai sekolah penggerak SMAN 9 Padang berupaya untuk memberikan peningkatan layanan dan mutu pendidikan salah satunya adalah memastikan ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana sekolah sehingga segala upaya dalam peningkatan
sarana dan prasarana selalu dilakukan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan modal sosial dalam peningkatan
sarana dan prasarana sekolah.
Konsep modal sosial
menurut Putnam (1993: 11-18) merupakan
gambaran kehidupan sosial yang memungkinkan partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam pengembangan konsep modal sosial sebagai suatu teori diperlukannya
sebuah unsur seperti kepercayaan, norma-norma dan jaringan yang
pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu modal (Hauberer, 2011: 42).
Ketersediaan sarana
dan prasarana sekolah khususnya pada SMAN 9 Padang sangat berpengaruh
terhadap program peningkatan
mutu dan kualitas pendidikan di sekolah. Ketersediaan sarana dan prasarana yang masih belum mencukupi dan masih perlu perbaikan
atau penggantian membuat sekolah harus pro-aktif untuk mencari dan mendapatkan bantuan peningkatan sarana dan prasarana dari bernagai pihak. Hal ini dikarenakan tugas tambahan sebagai sekolah penggerak yang akan menjadi contoh bagi sekolah lainnya
dan keterbatasan alokasi anggaran dalam peningkatan sarana dan prasarana sekolah dari pemerintah daerah khususnya pada Dinas pendidikan Provinsi Sumatera
Barat.
Melalui pemanfaatan
modal sosial diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Modal sosial adalah hal
yang sangat penting dan dapat
dimanfaatkan dalam upaya peningkatan sarana dan prasarana sekolah karena modal sosial seperti nilai, norma, kepercayaan,
kerjasama, terumatam kepemilikan jaringan dan partisipasi sosial diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam pencapaian tujuan tersebut.
Pada saat ini peran modal sosial masih belum
dinilai sebagai aspek penting dalam
proses perbaikan kualitas pendidikan di sekolah. Ada kecenderungan bahwa sekolah masih belum
menyadari dan menganggap penting bahwa modal sosial sangat strategis dikembangkan sebagai strategi atau upaya peningkatan
sarana dan prasarana sekolah. Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji secara
lebih dalam terutama oleh para pengelola pendidikan.
Modal sosial
pada intinya berbicara mengenai persoalan hubungan antar jaringan sosial. Dengan membangun hubungan atau jaringan
sosial dengan sesama dan menjaganya agar terus berkembang dan berlangsung sepanjang zaman,
orang akan mampu bekerjasama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka lakukan
sendiri, atau yang dapat mereka capai
tetapi dengan susah payah (Pelu,
2016). Jaringan tersebut akan menjadi sumber
daya yang dapat digunakan sebagai modal dalam upaya peningkatan
sarana dan prasarana sekolah. Hal inilah yang akan dibahas lebih
dalam mengenai Modal sosial dapat meningkatkan
sarana dan prasarana sekolah khususnya di SMAN 9
Padang.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitan ini adalah kualitatif
dengan tipe deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan sebagai metode Ilmiah (Moleong,
2021).
Pendekatan kualitatif
adalah pendekatan penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa
kata-kata (lisan maupun
tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia
serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif
yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka (Afrizal,
2014).
Penggunaan metode
kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran perilaku informan yang diteliti dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis maupun lisan dari
individu, masyarakat maupun perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah bersifat data primer dan
data sekunder.
Data primer didapatkan
dengan mengadakan wawancara, visual ethnography, serta
observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian sebelumnya melalui studi dokumen
hasil penelitian seperti artikel, jurnal, skripsi, tesis, dan lain sebagainya. Penelitian kualitatif umumnya menggunakan data primer, dimana data diperoleh secara langsung di lapangan, sumber data primer ini diperoleh dari
informan yang di wawancarai.
Data tersebut dapat dinyatakan valid jika tidak ada perbedaan
antara apa yang dilaporkan dengan fakta yang ada di lapangan atau obyek
penelitian.
Menurut Sugiyono
(2008) Kebenaran data dalam
penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, melainkan jamak dan tergantung pada hasil proses mental tiap penelitian dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Pada penelitian ini menggunkan uji validitas data triangulasi sumber yaitu pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
yang berbeda (Sugiyono,
2008).
Teknik analisis
data yang dilakukan pada penelitian
dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Menurut Miles dan
Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2008) berpendapat bahwa kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan dengan cara terus-menerus hingga tuntas dalam
bentuk laporan penelitian atau sampai data di titik mengalami kejenuhan. Analisis data adalah upaya untuk mencari
data secara sistematis yang
didasari atas catatan- catatan yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan lain sebagainya. Hal itu untuk meningkatkan pemahaman penelitian terhadap obyek dan subyek yang sedang diteliti. Ada empat tahap yang di gunakan yaitu; (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data,
dan (4) penarikan kesimpulan.
Adapun Lokasi penelitian yang dipilih
adalah SMAN 9 Padang yang terletak
di Pasar Baru Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat.
Hasil dan Pembahasan
1.
Pembahasan
Penelitian Yang Relevan, Yaitu :
Penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini digunakan sebagai
referensi riset serta analisis penelitian yang
akan dilakukan. Kajian relevan digunakan untuk mencegah terjadinya kesamaan
penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan dan
sebagai bukti nilai orisinalitas dari
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan ada
beberapa penelitian yang sama terkait tema pemanfaatan
modal sosial dan
penelitian tersebut digunakan sebagai acuan perbandingan antara penelitian yang
akan dilakukan dengan
penelitian yang telah ada sebelumnya. Karena fokus dalam setiap penelitian ini
berbeda-beda maka hasil yang ditemukan juga berbeda. Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat dari
tabel di bawah ini:
Tabel 1
Kajian Terdahulu
No |
Peneliti |
Judul Penelitian |
Uraian Penelitian |
1. |
Muhammad
Fadli. (Jurnal Pendidikan, Universitas Yogyakarta, 2020) |
Peran
Modal Sosial dalam
Pendidikan Sekolah |
Tujuan Penelitian : menganalisis peran modal sosial dalam pendidikan di sekolah. Pendekatan penelitian: menggunakan
pendekatan kualitatif
yang bersifat deskriptif.
Hasil
penelitian: peran modal sosial �sangat efektif digunakan apabila sekolah mampu mengembangkan dan mempertahankan unsur-unsur
modal sosial itu sendiri, sehingga peran modal sosial akan nampak apabila
terus mengembangkan kepercayaan, nilai/norma dan jaringan sosial, kerjasama serta partisipasi dalam peningkatan perbaikan kualitas sekolah. |
2 |
Abdullah. (Disertasi,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2019) |
Modal Sosial Kepemimpinan Kiai Dalam Mengembangkan
Pendidikan Pesantren di Bangkalan. |
Tujuan penelitian : mendeskripsikan pola modal sosial kepimpinan Kiai di Pesantren dan Implikasi modal sosial kepemimpinan kiai dalam mengembangkan
pesantren di Bangkalan. Pendekatan penelitian : pendekatan kualitatif dengan menggunakan tipe deskriptif. Hasil temuan : konstruksi modal sosial kepemimpinan
kiai pesantren di Bangkalan tidak terlepas dari jaringan-spritual-legitimasi yang didasarkan
pada kekuatan spritual
yang dipengaruhi oleh kekuatan
jejaring sosial, dan nasab. |
3 |
Muh. Hanif. Skripsi, IAIN Purwokerto, 2015) |
Modal Sosial Dalam Perbaikan Mutu Pendidikan SMA Swasta Islam di Kabupaten Banyumas. |
Tujuan penelitian : menganalisis pengguaan modal sosial dalam mengatasi problem perbaikan mutu di SMA IT Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto,
SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto, dan SMA Ma�rif NU Sokaraja. Pendekatan penelitian : menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Temuan penelitian : penggunaan modal sosial efektif mampu membantu peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut. |
4 |
Atika Marwa Nasution. �Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018) |
Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai
Strategi Pedagang Sekitar
Kalijodo Pasca Penggusuran. |
Tujuan penelitian : mengidentifikasi bentuk jaringan sosial di Pasar Jembatan Dua dengan warga
Kalijodo sebelum dan setelah terjadinya penggusuran di Kalijodo, serta menjelaskan penggunaan norma, kepercayan, dan jaringan sosial digunakan pedagang pasar dalam meningkatkan omset. Pendeketan penelitian : menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian :
pedagang berhasil mengembalikan keseimbangan
pasar dengan memanfaatkan
modal sosial yang mereka ciptakan. |
5 |
Wira Nurmalia. (Tesis
Magister Sosiologi, Universitas Andalas,
2017) |
Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Bertahan Hidup Komunitas Terdampak Pembangunan : Studi Penarik Ketek Terdampak Pembangunan
Jembatan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi
|
Tujuan penelitian : mendeskripsikan dan menganalisis strategi bertahan hidup penarik ketek di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Pendekatan penelitian : dilakukan dengan
pendekatan kualitatif tipe deskriptif. Hasil penelitian :� penarik ketek memiliki strategi bertahan hidup antara lain berdagang, memulung, mengojek, dan menjaga toilet umum. Pemanfataan modal sosial efektif mampu membantu penarik ketek bertahan hidup dengan memanfaatkan kepercayaan, nilai dan jaringan. |
Dari
uraian tabel di atas, maka terdapat
perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Perbedaan tersebut terlihat dari; (1) objek atau fokus penelitian
yang menitik beratkan kepada strategi yang digunakan
oleh kepala sekolah dengan tujuan penelitian
dan hasil yang diharapkan adalah penjelasan yang lebih dalam serta
analisis yang lebih terperinci tentang pemanfaatan modal sosial oleh kepala sekolah yang digunakan sebagai strategi dalam peningkatan sarana dan prasarana sekolah, (2) pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe deskriptif.
Pemilihan informan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dengan
model analisis Miles dan Huberman dan dalam pengumpulan data digunakan teknik wawancara mendalam (in-depth
interview), observasi, analisis
data serta dokumentasi.
2.
Konsep Modal Sosial
Istilah modal sosial dikemukakan pertamakali oleh Lyda Judson Hanifan (1916) yang meneliti sebab-sebab keberhasilan seorang kepala sekolah dalam mengembangkan
pendidikan di Amerika Serikat.
Kepala sekolah ini bisa sukses
karena dia mempunyai modal sosial yang cukup. Modal sosial bukanlah kekayaan atau uang, tetapi berupa kemauan baik, rasa bersahabat dan kerjasama erat yang membentuk kelompok sosial, baik di dalam sekolah maupun
lingkungan sekitar sekolah. Hasilnya, kemajuan tidak hanya dicapai oleh anak didik dalam
bidang akademik tetapi juga oleh warga di sekitar sekolah dalam berbagai aspek kehidupan (Santoso, 2020:
2).
Konsep modal sosial
menurut Bourdieu merupakan suatu upaya untuk
membentuk agen sosial dalam habitus sebagai individu-individu yang mengkonstruksi dunia sekelilingnya.
Habitus secara erat dihubungkan dengan modal sosial karena sebagian
besar habitus berperan sebagai pengganda berbagai jenis modal yang pada kenyataannya membentuk sebentuk modal (simbolik) di dalam dan pada diri mereka sendiri (Harker, 1990:
13-16).
Modal menurut
Bourdieu berperan sebagai sebuah relasi sosial
yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran
dan istilah ini diperluas pada segala bentuk barang baik
material maupun simbol, tanpa perbedaan yang mempersentasikan dirinya sebagai suatu jarang
dan layak untuk dicari dalam sebuah
formasi sosial tertentu. Modal sosial adalah keseluruhan sumber daya aktual
dan potensial yang berhubungan
dengan kepemilikan suatu jaringan yang bertahan dari hubungan-hubungan
yang kurang lebih melembaga dan saling menghargai. Modal sosial merupakan suatu modal hubungan yang tetap ada� yang memberikan
dukungan yang bermanfaat ketika diperlukan. Hubungan-hubungan yang stabil menciptakan kehormatan dan nama baik di antara
anggota kelompok dan karenanya sangat efektif untuk membangun dan menjaga kepercayaan (trust).
Secara sederhana
modal sosial berbicara tentang fungsi jejaring sosial. Jejaring memiliki nilai dan norma-norma yang terkait resiprositas (saling memberi, saling merespon) sebagai modal sosial seperti modal fisik dan modal manusia. Jejaring sosial menciptakan nilai bagi dua
pihak, individu dan kelompok sehingga dapat melakukan investasi dalam jejaring tersebut.
3.
Peran Modal Sosial dalam
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Sekolah
Dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah, pemanfaatan modal sosial masih belum
menjadi perhatian yang serius bagi para pengelola pendidikan terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Dimana pengelola pendidikan di sekolah seperti kepala sekolah, guru, pegawai dan warga sekolah lainnya
seringkali hanya menunggu bantuan datang dari pemerintah
untuk peningkatan sarana dan prasarana� di sekolah tanpa adanya
usaha maksimal dalam prosesnya perolehannya, padahal untuk peningkatan sarana dan prasarana sekolah itu dapat
dilakukan dengan berbagai upaya selain mengharapkan bantuan dari pemerintah
saja.
Hal inilah
yang dapat memunculkan pertanyaan mengenai apa sebenarnya peran modal sosial dalam peningkatan sarana dan prasarana di sekolah. Bagaimana sekolah memanfaatkan relasi-relasi sosial sehingga dapat membentuk sumber daya (resources) yang dapat diinvestasikan untuk tujuan memperoleh bantuan peningkatan sarana dan prasarana serta bagaimana sekolah dapat merealisasikan
tujuan dalam peningkatan sarana dan prasarana tersebut.
Dari hasil
penelitian ditemukan data bahwa relasi-realasi sosial atau kepemilikan
jaringan ini dimiliki oleh unsur sekolah seperti guru, pegawai sekolah,� dan unsur sekolah lainnya
akan tetapi lebih didominasi oleh Kepala sekolah selaku� leader atau pimpinan di sekolah. Sehingga yang paling berperan aktif dalam upaya peningkatan
sarana dan prasarana sekolah tersebut adalah Kepala sekolah.
Efek atau
dampak dari relasi-relasi sosial itu sendiri menurut
Usman (2018: 5) adalah ; Pertama, relasi-relasi
sosial telah memfasilitasi aliran informasi tentang berbagai macam kebutuhan lingkungan. Semakin luas jejaring
relasi sosial yang dapat dikembangkan semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Penguasaan informasi memiliki peran penting dalam upaya
mengindentifikasi dan memprediksi
kebutuhan dan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya membuat
perkiraan atau prediksi mengenai sumber daya yang layak diinvestasikan dengan sesuai kebutuhan.
Dalam hal ini jaringan yang dibentuk dan dimiliki oleh SMAN 9
Padang memfasilitasi sekolah
tersebut untuk memperoleh informasi berbagai peluang bantuan yang bisa di dapatkan.
Kedua, relasi-relasi
sosial berkorelasi positif dengan pengaruh yang mampu menjadi kekuatan mobilitas dukungan. Semakin kuat relasi
yang dibangun maka semakin kuat pula terhadap pengaruh posisi tawar kekuasaan.
Dalam hal ini jaringan yang dibentuk dan dimiliki dapat membangun kekuatan dukungan dari pihak terkait
dalam memperoleh bantuan peningkatan sarana dan prasarana.
Ketiga, relasi-relasi
sosial merupakan media untuk menanamkan dan menebarkan trust (nilai-nilai kepercayaan terhadap perkembangan), sehingga orang dapat mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain (reciprocal relationships). Dengan
membangun relasi atau jaringan sosial
sekolah dapat menumbuhkan nilai kepercayaan yang dapat mempengaruhi keinginan pihak terkait dalam
memberikan bantuan peningkatan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah.
Keempat, relasi-relasi
sosial adalah media untuk mempertegas identitas sehingga orang mudah mengembangkan hubungan yang saling menghargai (recognition). Hubungan
saling menghargai itu dapat menciptakan
kondisi yang kondusif untuk berbagai kepentingan dan sumber daya. Hubungan semacam ini bukan
hanya memberi rasa aman melainkan memberi jaminan keberlangsungan kegiatan. Dengan adanya relasi
yang dibangun secara terus menerus, akan muncul hubungan
yang berkelanjutan dan berkembang
menjadi hubungan yang didasarkan pada rasa saling menghargai, identitas-identitas
yang muncul dari hubungan tersebut seperti kedeekatan emosional jaringan pertemanan, persahabatan dan lain
sebagainya. Kepemilikan relasi atau jaringan
ini membuat pihak terkait merasa
sungkan untuk menolak permohonan bantuan peningkatan sarana dan prasarana tersebut.
Dalam upaya
peningkatan sarana dan prasarana di sekolah, SMAN 9
Padang mencoba memanfaatkan
modal sosial yang dalam hal ini adalah
pembangunan relasi atau kepemilikan jaringan sosial. Kepemilikan jaringan atau relasi sosial
ini dimanfaatkan dalam perolehan informasi mengenai peluang bantuan yang bisa di dapatkan dari berbagai pihak
baik pemerintah maupun swasta. Perolehan informasi tersebut di dapatkan melalui relasi atau jaringan sosial
yang di bangun oleh sekolah
dengan tujuan agar informasi terutama mengenai peluang bantuan yang bisa di dapatkan oleh sekolah dalam meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana sekolah� tersebut
dengan cepat dapat ditindak lanjuti.
Dari data yang didapatkan mengenai perolehan bantuan peningkatan sarana dan prasarana sekolah SMAN 9 Padang, perolehan bantuan peningkatan sarana dan prasarana sekolah di dapatkan dari bantuan
pemerintah yang besumber dari dana APBN, APBD murni dan
yang bersumber dari Pokir (dana aspirasi dewan), komite, sumbangan alumni, hibah lembaga/ masayarakat lainnya. Berikut adalah data perolehan bantuan peningkatan sarana dan prasarana SMAN 9 Padang dari tahun 2017 s.d 2021
:
����� Sumber : Data sarana SMAN 9 Padang Tahun 2021
Dari data di atas terlihat bahwa
persentase perolehan bantuan peningkatan sarana dan prasarana SMAN 9
Padang lebih besar diperoleh dari sumbangan pihak lain yang dalam hal ini
sumbangan tersebut berasal dari bantuan
komite, alumni, hibah lembaga/ masyarakat, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu juga dipengaruhi oleh kepemilikan relasi atau jaringan sosial
dimana melalui jaringan perolehan informasi dan peluang bantuan dapat lebih
mudah di terima oleh sekolah.
Dalam hal
peningkatan sarana dan prasarana sekolah, manajemen pengelolaan sarana dan prasarana di SMAN 9
Padang menjadi perhatian
yang sangat penting terutama
oleh Kepala sekolah yang bertugas sebagai managerial terutama pada bidang sarana dan prasarana sekolah. Manajemen sarana dan prasarana sekolah yang baik akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran disekolah terutama dalam pendukung berjalan optimalnya pelaksanaan program sekolah penggerak di SMAN 9
Padang.
Dalam mengelola
sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya. Secara umum manajemen pengelolaan sarana dan prasarana yang sangat penting diperhatikan dimulai dari proses perencanaannya, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasannya. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan
dengan baik dan tepat apalagi yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana dan prasarana
pendidikan merupakan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan
proses pembelajaran di sekolah
seperti ;
ruang, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat
parkir, ruang laboratorium, dan lain sebagainya.
Perencanaan sarana
dan prasarana sekolah merupakan pekerjaan yang sangat komplek, karena harus terintegrasi dengan rencana pembangunan baik nasional, regional maupun lokal, prencanaan ini merupakan sistem
perencanaan terpadu dengan perencanaan pembangunan tersebut. perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan tergantung pada jenis program pendidikan dan tujuan yang ditetapkan.
Dalam proses perencanaan, Kepala sekolah sangat berperan penting dalam upaya
menganalisis kebutuhan akan sarana dan prasarana tersebut. Dalam hal ini
kepala sekolah dibantu oleh wakil sarana dan tim yang ditunjuk sebagai pengelola di bidang sarana dan prasarana. SMAN 9 Padang dalam hal ini memiliki
tim pengelola di bidang sarana dan prasarana yang ditunjuk dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah yang selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan tugas dan fungsinya
masing-masing. Adapun tahapan pengelolaan
dan upaya peningkatan sarana dan prasarana yang biasa dilakukan oleh SMAN 9
Padang adalah :
1. Melakukan pendataan secara berkala terhadap kondisi sarana dan prasarana sekolah sebelum membuat atau merancang rencana kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
2. Melakukan rapat koordinasi dengan tim pengelola
sarana, guru beserta semua pegawai sekolah
jika terdapat kebutuhan sarana dan prasarana yang cukup mendesak dan perlu disegerakan. Melalui koordinasi dihasilkan suatu ide atau solusi yang bisa dimanfaatkan dalam pengelolaan sarana dan prasara sekolah tersebut.
3. Melakukan rapat bersama komite
sekolah terkait permasalahan yang sedang di alami sekolah khususnya
kebutuhan akan sarana dan prasarana. Melalui rapat komite
diharapkan terbangun kedekatan personal antara komite dan pihak sekolah. Hal ini bertujuan agar sekolah dapat secara langsung
mengkomunikasikan hal-hal
yang berkitan dengan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah.
4. Membangun hubungan yang baik dan kedekatan personal dengan jaringan alumni, hal ini bertujuan untuk
dapat saling bersinergi dalam kemajuan sekolah khususnya terkait pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah. Biasanya jaringan alumni ini dibangun oleh guru yang pernah menjadi wali kelas
alumni-alumni tersebut.
5. Selalu mengundang pihak lain seperti komite, masyarakat, alumni dan unsur pemerintah jika ada acara-acara tertentu yang dilakukan sekolah, sehingga pada momen tersebut pihak sekolah terutama kepala sekolah menjelaskan kondisi sarana dan prasarana di sekolah. Dengan mengundang pihak ketiga, sekolah juga dapat membangun hubungan interpersonal dengan pihak-pihak yang dianggap dapat membantu sekolah dalam memberikan
bantuan peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Melalui acara tersebut sekolah dapat membangun kedekatan personal secara langsung dan diharapkan menjadi relasi atau jaringan sosial
yang dapat membantu sekolah dalam hal
pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
6. Mendatangi secara langsung dan personal terutama pihak-pihak yang dirasa dapat memberikan
bantuan kepada sekolah dengan memberikan proposal permintaan bantuan. Biasanya ini sering dilakukan
oleh kepala sekolah.
7. Memberikan informasi terkait kebutuhan sarana dan prasarana melalui media elektronik seperti pada website, facebook, dan media lainnya.
Dalam pelaksanaannya
modal sosial membantu sekolah khususnya Kepala sekolah dalam memfasilitasi perolehan bantuan peningkatan sarana dan prasarana terutama dalam hal pemanfaatan
jaringan atau relasi sosial. Melalui jaringan sosial, Kepala sekolah secara aktif mencari peluang
bantuan dan pengusulan kebutuhan ke berbagai
pihak terkait yang diharapkan dapat memberikan bantuan peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Dengan adanya kepemilikan
relasi sosial atau jaringan yang bisa dimanfaatkan, kebutuhan sarana dan prasarana sekolah dapat dipenuhi secara bertahap melalui perolehan bantuan yang diberikan oleh jaringan atau relasi
sosial yang dimiliki tersebut. Asumsinya adalah semakin banyak jaringan sosial yang dimiliki oleh sekolah, maka semakin
mudah sekolah dalam memenuhi kebutuhan akan penigkatan sarana dan prasara di sekolah.
Melalui kepemilikan
jaringan sosial, bantuan peningkatan sarana dan prasarana sekolah dapat dengan
mudah diterima oleh sekolah khususnya pada SMAN 9
Padang yang hampir setiap tahun mendapatkan bantuan peningkatan sarana dan prasarana dari berbagai pihak.
Dari data penelitian yang lebih
mendominasi adalah pemberian bantuan dari unsur komite
sekolah. Komite sekolah yang merupakan orang tua/ wali dari
peserta didik juga mampu memberikan konstribusi terhadap peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Pembangunan jaringan atau relasi
sosial oleh sekolah terutama Kepala sekolah terhadap komite sekolah tersebut dapat berkembang terhadap hubungan yang lebih luas lagi. Komite
juga mampu menjembatani terbangunnya hubungan dengan relasi-relasi lain yang lebih luas yang dimiliki oleh komite tersebut. Dengan luasnya jaringan atau relasi sosial
tersebut, Kepala sekolah lebih mudah
mendapatkan informasi mengenai peluang bantuan dan pengusulan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan sarana dan prasarana sekolah. Unsur komite sekolah yang terdiri dari berbagai
latar belakang profesi dan tingkat kesejahteraan mampu menjadi alternatif pemecahan masalah kekurangan atau kebutuhan sarana dan prasarana. Dengan membangun kedekatan bersama unsur komite,
sekolah dapat menyampaikan kondisi yang di alami sekolah yang juga terkait dengan kebutuhan anak-anak mereka.
Selain memberikan
bantuan langsung kepada sekolah, komite sekolah juga dapat membantu mencari jaringan atau relasi yang ia miliki untuk
dapat membantu sekolah dalam memecahkan
permasalahan kebutuhan sarana dan prasarana tersebut. Hal inilah yang menjadikan kondisi sarana dan prasarana di sekolah tersebut setiap tahun selalu
mengalami peningkatan.
Pendekatan persuasif
yang dilakukan oleh Kepala sekolah dengan unsur komite, alumni, masyarakat, lembaga, pemerintah dan pihak lainnya dilakukan oleh sekolah terutama kepala sekolah pada saat pelaksanaan acara atau kegiatan di sekolah seperti pada saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru),
pembagian Rapor siswa, perpisahan, acara keagamaan, dan lain sebagainya. Pendekatan tersebut terus berkembang menjadi pembangunan relasi atau jaringan
sosial yang lebih luas yang dapat dimanfaatkan sebagai agen dalam peningkatan
sarana dan prasarana sekolah.
Dari data hasil penelitian yang di dapatkan, dari 100% perencanan pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah yang disusun oleh tim pengelola bidang sarana dan prasarana sekolah di SMAN 9 Padang, sekitar
60-75% peningkatan sarana
dan prasarana dapat diperoleh melalui bantuan peningkatan sarana dan prasarana dari berbagai pihak.
Kesimpulan
Modal sosial
merujuk pada nilai dan norma yang membentuk kualitas hubungan dalam masyarakat. Modal sosial dapat dimanfaatkan
sebagai upaya dalam mengelola, meningkatkan dan mendayagunakan relasi-relasi sosial menjadi sumber daya yang dapat di investasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat
sosial. Pemanfaatan modal sosial dalam upaya
peningkatan sarana dan prasarana di SMAN 9 Padang lebih
pada pemanfaatan kepemilikan
relasi atau jaringan sosial, sebab dengan membangun
relasi atau jaringan sosial efektif dapat memberikan
manfaat atau keuntungan bagi pihak sekolah terutama
pada bantuan peningkatan sarana dan prasarana sekolah.
Keuntungan tersebut
di dapat melalui dari proses interaksi sosial yang dilakukan oleh sekolah dalam membangun
jaringan seperti kepada pihak pemerintah,
masyarakat, komite, alumni,
lembaga atau organisasi lainnya. Pembangunan jaringan sosial ini dapat menciptakan
rasa saling percaya, kesamaan persepsi atau pandangan serta nilai-nilai yang dianut secara bersama
akan membentuk ikatan sosial yang kuat antar sesama,
sehingga melalui pemanfaatan modal sosial tersebut dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan sarana dan prasarana sekolah khusunya di SMAN 9
Padang.
Abdullah, Abdullah. (2019). Modal sosial
kepemimpinan kiai dalam mengembangkan pendidikan pesantren di bangkalan.
UIN Sunan Ampel.
Afrizal. (2014). Metode penelitian
kualitatif: Sebuah upaya mendukung penggunaan penelitian kualitatif dalam
berbagai disiplin ilmu. PT RajaGrafindo Persada.
Agusyanto, Ruddy. (2007). Jaringan
sosial dalam organisasi.
Ahmadi. (2013). Manajemen Kurikulum:
Pendidikan Kecakapan Hidup. Yogyakarta: Pustaka Ifada.
Andang, Manajemen, & Sekolah,
Kepemimpinan Kepala. (2014). Konsep. Strategi, Dan Inovasi Menuju Sekolah
Efektif,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).
Barnawi & Arifin, M. (2012). Manajemen
sarana dan prasarana sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Coleman, James S., Muttaqien, Imam,
Widowatie, Derta Sri, & Purwandari, Siwi. (2008). Dasar-dasar teori
sosial. Nusa Media.
Fadli, Muhammad Rijal. (2020). Peran Modal
Sosial dalam Pendidikan Sekolah. Equilibrium: Jurnal Pendidikan, 8(2),
152�161.
Gunawan, Ary H. (1996). Administrasi
sekolah:(administrasi pendidikan mikro). Penerbit Rineka Cipta.
Hanif, Muh. (1916). Modal Sosial Dalam
Perbaikan Mutu Pendidikan Sma Swasta Islam Di Kabupaten Banyumas.
Kusumastuti, Ayu. (2015). Modal sosial dan
mekanisme adaptasi masyarakat pedesaan dalam pengelolaan dan pembangunan
infrastruktur. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 81�97.
Lawang, Robert M. Z. (2004). Kapital
sosial dalam perspektif sosiologik: Suatu pengantar. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (FISIP UI) Press.
Moleong, Lexy J. (2021). Metodologi
penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, H. Enco. (2022). Manajemen dan
kepemimpinan kepala sekolah. Bumi Aksara.
Sambodo, Djoko. (2019). Pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah (MPPKS-SAR).
Santoso, Thomas. (2020). Memahami Modal
Sosial. Surabaya: Pustaka Saga.
Copyright holder: Melfitri Yanti, Damsar, Maihasni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |