Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI

 

Karmadi

SD Negeri Juking Pajang 1, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Tujuan dari Pendidikan Agama adalah untuk membimbing anak agar mereka menjadi orang Muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, Agama dan Negara, Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengkaji Model Pembelajaran Demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Juking Pajang 1. Hasil analisis didapatkan dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,85%), siklus II (78,00%), siklus III (87,80%).

 

Kata Kunci: PAI, Metode Demonstrasi

 

Abstract

The purpose of Religious Education is to guide children so that they become true Muslims, have steadfast faith, do charity and have a noble character and are useful for society, Religion and the State, The purpose of this study is to examine the Demonstration Learning Model in improving student learning achievement at SDN Juking Pajang 1.The results of the analysis obtained a positive impact in improving student learning achievement which was characterized by an increase in student learning completion in each cycle, namely cycle I (65.85%), cycle II (78.00%), cycle III (87.80%).

 

Keywords: PAI, Demonstration Method

 

Pendahuluan

Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut Agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitive maupun pada masayarakat yang sudah modern. Merka akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdikan diri kepeda Dzat Yang Maha Kuasa. Hal semacam ini memang sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ar-Rad ayat 28, yang artinya, �Ketahuilah, bahwa hanya dengan ingat kepada Allah, hati akan menjadi tenteram.�

Karena itu manusia kan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkn diri kepada Tuhan itu berbeda sesuai denagn agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang Muslim diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam, agar dapat mengarahkan fitroh mereka tersebut kearah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Tanpa adanya Pendidikan Agama dari satu generasi ke generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari Agama yang benar.

Tujuan dari Pendidikan Agama adalah untuk membimbing anak agar mereka menjadi orang Muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, Agama dan Negara (Euharini, dkk. 1977:25).

Tujuan pendidikan Agama tersebut adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai oelh setiap orang yang melaksanakan pendidikan Agama. Karena itu dalam mendidikan agam yang perlu ditanamkan terlebih dahuilu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh itu maka akan menghasilakn ketaatan menjalankan kewajiban agama.

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik pun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dengan memperhatikan gejala-gejala tersebut diatas maka timbul pertanyaan dalam benak penulis sejauh manakah keberhasilan pengajaran Pendidikan Agama Islam selama ini? Padalah sering digembar-gemborkan sebagai bangsa Indonesia kita harus atau wajib mengamalkan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Tatapi kenyataannya masih banyak terdapat penyimpangan-penyimpangan dan pengkhianatan terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Diantaranya faktor tesebut adalah strategi pembelajaran yang kurang mengena terhadap terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya metode demonstrasi pada siswa Kelas IV SDN Juking Pajang 1.

 

Motivasi Belajar

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

 

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa

Telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya. Walalu demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan oleh guru, apabila ia tidak memiliki teknik-teknik yang tepat untuk mentransferkan kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru Pendidikan Agama Islam bagaimana caranya mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam.

Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka ada beberapa prinsip umum yang harus dipengang oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam menjalankan tugasnya. Menurut Prof. DR. S. Nasution, prinsip-prinsip umum yang harus dipengang oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut:

1.               Guru yang baik memahami dan menghormati siswa.

2.               Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya.

3.               Guru hendaknya menyesuaikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa.

4.               Guru hendaknya menyesuaikan metode mengajar dengan pelajarannya.

5.               Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar.

6.               Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini untuk menghindari verbalisme pada murid.

7.               Guru menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa.

8.               Guru terikat dengan texs book.

9.               Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.

 

 

 

Metode Demonstrasi

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasioan peralatan baran gatau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mengdemosntasikan (guru, peserta didik, atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan (Ramayulis, 244:2004).

Dalam mengajarkan praktek-praktek agama, Nabi Muhammad sebagai pendidik agung banyak mempergunakan metode ini. Seperti mengajarkan cara wudhu�, shalat, haji dan sebagainya.

Dalam suatu hadist pernah Nabi menerangkan kepada umatnya; sabda Rasulullah SAW: �Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu lihat aku sembahyang� (H.R. Bukhari).

Bila kita perhatikan hadist tersebut, nyatalah bahwa cara-cara sembahyang tersebut pernah dipraktekkan dan didemonstrasikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sabda Rasulullah lagi: dari Djabir, katanya: �Saya melihat Nabi Muhammad SAW melontarkan jumrah di atas kendaraan beliau pada Hari Raya Haji, lalu beliau berkata: �Hendaklah kamu turut cara-cara ibadah sebagaimana yang aku kerjakan ini, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui apakah aku akan dapat mengerjakan haji lagi sesudah ini.�

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda (Ramayulis, 244.1990). Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.

Kebaikan Metode Demonstrasi

a.      Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik diikut sertakan.

b.     Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.

c.      Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu demonstrasi .

d.     Pengertian lebih cepat dicapai. Peserta didik dalam menanggapai suatu proses adalah dengan mempergunakan alat pendengar, penglihat, dan bahkan dengan perbuatannya sehingga memudahkan pemahaman peserta didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam belajar.

e.      Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang yang dianggap penting oleh guru dapat diamati oleh peserta didik seperlunya. Sewaktu demonstrasi perhatian peserta didik hanya tertuju kepada suatu yang didemonstrasikan sebab peserta didik lebih banyak diajak mengamati proses yang sedang berlangsung dari pada hanya semata-mata mendengar saja.

f.      Mengurangi kesalahan-kesalahan. Penjelasan secara lisan banyak menimbulkan salah paham atau salah tafsir dari peserta didik apalagi kalau penjelasan tentang suatu proses. Tetapi dalam demonstrasi, disamping penjelasan lisan juga dapat memberikan gambaran konkrit.

g.     Beberapa masalah yang menimbulkan petanyaan atau masalah dalam diri peserta didik dapat terjawab pada waktu peserta didik mengamai proses demonstrasi.

h.     Menghindaricoba-coba dan gagalyang banyak memakan waktu belajar, di samping praktis dan fungsional. Khususnya bagi peserta didik yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau jalannya sesuatu.

1.     Kelemahan Metode Demonstrasi

a.      Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidikan untuk itu perlu persiapan yang matang.

b.     Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan peralatan.

 

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharisimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Observasi dibagi dalam setiap siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

 

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Juking Pajang 1 Kecamatan Murung Kabupaten Murung Raya.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2018 semester ganjil 2018/2019.

 

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN SDN Juking Pajang 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 pada pokok bahasan sholat.

 

Prosedur Penelitian

1.   TahapPersiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan penelitian akan berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan persiapan ini meliputi: (1) kajian pustaka, (2) penyusunan rancangan penelitian, (3) orientasi lapangan, dan (4) penyusunan instrumen penelitian.

2.   Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang dilakukan persiklus, (2) diskusi dengan pengamat untuk memecahkan kekurangan dan kelemahan selama proses belajar mengajar persiklus, (3) menganalisi data hasil penelitian persiklus, (4) menafsirkan hasil analisis data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat menentukan langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.

3.   Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) menyusun draf laporan penelitian, (2) mengkonsultasikan draf laporan penelitian, (3) merevisi draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah laporan penelitian, dan (5) menggandakan laporan penelitian.

�������������������������������� ������������������������������������

Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat mengahsilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Car perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1.               Merekapitulasi hasil tes.

2.               Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

3.               Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

 

 

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

 

Hasil Dan Pembahasan

Hasil Penelitian

1.     Siklus I

a.      Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b.     Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode demonstrasi sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

 

Tabel 1

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No

Uraian

Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

70,49

27

65,85

 

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,49 dan ketuntasan belajar mencapai 65,85% atau ada 27 siswadari 41 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,85% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode demonstrasi.

c.      Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1)     Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran

2)     Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu

3)     Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

d.     Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1)     Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2)     Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan

3)     Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

2.     Siklus II

a.      Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi dan lembar observasi guru dan siswa.

b.     Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut.

���������

 

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No

Uraian

Hasil Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

73,90

32

78,00

 

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,90 dan ketuntasan belajar mencapai 78,00% atau ada 32 siswa dari 41 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode demonstrasi.

c.      Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1)     Memotivasi siswa

2)     Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3)     Pengelolaan waktu

d.     Refisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:

1)     Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2)     Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.

3)     Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

4)     Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5)     Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

3.     Siklus III

a.      Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode demonstrasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b.     Tahap kegiatan dan pengamatan

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.

Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

 

Tabel 3

Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No

Uraian

Hasil Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

77,80

36

87,80

 

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,80 dan dari 41 siswa yang telah tuntas sebanyak 35 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,80% (termasuk kategori tuntas).Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c.      Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1)     Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2)     Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.

3)     Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4)     Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

 

 

Pembahasan

1.     Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 65,85%, 78,00%, dan 87,80%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2.     Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3.     Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pada pokok bahasan sholat dengan metode demonstrasi yang paling dominan adalah Bekerja dengan sesama teman sebangku, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,85%), siklus II (78,00%), siklus III (87,80%). 2). Metode demonstrasi dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. 3). Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1). Untuk melaksanakan metode demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2). Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana,dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3). Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

 


BIBLIOGRAFI

 

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

 

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

 

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

 

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

 

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

 

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

 

Copyright holder:

Karmadi (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: