Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
TALK SHOW POLITIK �MATA NAJWA� DAN PENGARUHNYA TERHADAP MENINGKATNYA
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
Amelia Resti Wijayanti, Rendro Dhani
Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Institut Komunikasi dan Bsinis LSPR,
Jakarta Pusat, Indonesia
Email:
[email protected], �[email protected]
Abstrak
�Mata
Najwa� adalah sebuah program
talk show televisi
yang mampu menyedot perhatian publik karena menghadirkan narasumber terkenal dan kredibel dalam berbagai episodenya. Selain itu, Najwa Shihab yang menjadi presenter dalam diskusi politik ini juga mampu mengupas dengan tajam masalah sosial
dan politik dalam konteks demokrasi liberal di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa peranan Mata Najwa sebagai sebuah talk show politik dalam mempengaruhi
audiensnya untuk berpartisipasi dalam aktivitas politik. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan kausalitas eksplanatif. Survei daring dilakukan kepada 100 orang responden yang dipilih dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Responden
dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, antara lain berjenis kelamin pria maupun wanita,
berusia di atas 17 tahun, sering menonton
talk show Mata Najwa, dan berdomisili di
Jakarta dan kota-kota sekitarnya.
Peneliti menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Mata Najwa berpengaruh signifikan terhadap peningkatkan keinginan penonton untuk berpartisipasi politik. Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat (0.731) dengan pengaruh tayangan Mata Najwa yang dapat menjelaskan variasi peningkatan partisipasi politik masyarakat sebesar (53.5%), sedangkan sisanya (46.5%) disebabkan oleh faktor lain yang tidak diperiksa dalam penelitian ini. Ini juga menunjukkan bahwa program diskusi politik dalam bentuk
talk show di televisi masih
memiliki pengaruh kuat untuk mengubah
perilaku masyarakat.
Kata Kunci: Mata Najwa, talk show, partisipasi
politik
Abstract
�Mata Najwa� is a television talk show program that is
able to capture public attention because it presents well-known and credible
sources in its various episodes. In addition, Najwa Shihab, who was the speaker
in this political discussion, was also adept to sharply discuss social and
political issues in the context of liberal democracy in Indonesia. This study
aimed to examine the effect of Mata Najwa as a political talk show in
influencing its audience to participate in political activities. This quantitative
research uses an explanative causality approach. An online survey (n=100) was
circulated in which respondents were selected using a non-probability sampling
technique. The inclusion of respondent is based on predetermined criteria,
including men and women, aged 17+, frequently watch the talk show and domiciled
in Jakarta and surrounding cities. We used simple linear regression analysis
for the data analysis technique. It found that Mata Najwa had a significant
effect on increasing audience desire for political participation. Correlation
analysis shows that there is a close relationship (0.731) with the effect of
Mata Najwa program which can explain the variation of the increase in the
public political participation (53.5%), while the rest (46.5%) is caused by
other factors not examined in this study. It also demonstrates that political
discussion programs in the form of television talk shows still have a strong
influence on changing people's behavior.
Keywords: Mata
Najwa, talk show, political
participation
Pendahluan
Talk show
adalah sebuah program acara
televisi atau radio yang umumnya terstruktur dalam format diskusi percakapan secara spontan. Meskipun tidak jelas kapan
pertama kali muncul, sebuah sumber menyebutkan
bahwa talk show
adalah program acara televisi
yang telah diproduksi pada abad ke-20 seiring dengan dimulainya era media broadcasting
(Timberg & Erler, 2002).
Sejak tahun 1960an, talk show telah
menarik perhatian publik namun juga menuai kritikan para peneliti media dan kritikus media
televisi. Belakangan ini, beberapa kritikan
dari pakar dan pengamat televisi diarahkan kepada talk show yang antara
lain menyatakan bahwa talk show telah
mengambil alih secara paksa traditional functions of jurnalism.
Sejak awal
dekade 1990an, talk
show di Amerika Serikat telah
diwarnai dengan kepentingan dan tujuan politik untuk memenangkan
kandidat presiden tertentu. Kandidat presiden Ross Perot, misalnya, tampil dalam acara Larry King Live, sedang
Bill Clinton juga muncul dalam
acara �talk show President�. Sejak itu, talk show politik selalu dimanfaatkan dalam setiap menjelang hajatan pesta demokrasi
pemilihan umum nasional di AS. �[T]alk shows
have increasingly become sites where news, entertainment, and political power
converge� (Timberg & Erler, 2002).�� �����
Di Indonesia, program acara talk show politik sudah muncul
sejak masa pemerintahan
Orde Baru. Ketika kebebasan
pers dan kebebasan berekspresi
masih mendapat tekanan kuat dari
rezim otoriter Soeharto, sebuah acara talk show politik
berjudul �Perspektif� dari televisi SCTV dengan arahan dari
host Wimar Witoelar pernah hadir secara regular di ruang publik. Namun
acara yang mendapat sambutan
baik dari publik itu hanya
bertahan enam bulan, karena SCTV secara mendadak menghentikan acara itu tanpa alasan yang jelas. Tayangan episode Perspektif terakhir adalah saat Wimar
mengundang Mochtar Lubis, seorang tokoh pers nasional yang dalam acara itu mengkritik demokrasi Indonesia (Dhani, 2017).
Setelah rezim otoriter Soeharto tumbang pada tahun 1998, maka dimulailah era Reformasi yang
membawa Indonesia ke sistem politik demokrasi liberal. Demokratisasi
yang terjadi secara mendadak itu (suddend democracy) segera membuka
keran kebebasan pers dan kebebasan publik dalam mengekspresikan pendapatnya, termasuk melalui berbagai acara talk show politik.
Penelitian ini berfokus pada sebuah program talk
show politik yang paling popular di Indonesia yang
berjudul �Mata Nadjwa�. Ini merujuk sebuah
hasil survey nasional yang dilakukan pada 24�30 Januari 2020
oleh Cyrus Network yang menunjukkan bahwa �Mata Najwa ditonton sebanyak 24 persen responden. Sementara acara talk
show politik lainnya, �Indonesia
Lawyers Club� (ILC) di TvOne hanya
ditonton 20 persen responden. Adapun tayangan �Rossi�
(Kompas TV), �E-Talkshow� (TvOne),
dan �Aiman� (Kompas TV) masing-masing hanya ditonton 5 persen responden (Bernie, 2020,
para. 4). Najwa Shihab yang menjadi
host dalam
acara talk show Mata Najwa adalah salah seorang puteri dari ulama dan cendekiawan muslim Professor Quraish Shihab. Setahun
sejak Metro TV didirikan
pada 25 November 2000, Najwa Shihab telah bergabung di stasiun televisi swasta berita tersebut sebagai news anchor.�
(Livingstone & Lunt, 1994)
menjelaskan bahwa media massa memiliki peran yang penting dalam proses politik, media massa menjadi saluran
bagi pemerintah untuk berkomunikasi dengan rakyat dalam
rangka mendapatkan persetujuan. Namun, Iyengar dan
McGrady (2007) menyatakan bahwa
media massa berperan sebagai watchdog untuk mengawasi pejabat publik dan mencegah mereka untuk menyalahgunakan
kepercayaan publik. Dewasa ini, talk show Mata
Najwa menjadi salah satu
program televisi yang banyak
ditonton oleh masyarakat karena keberaniannya untuk mengangkat topik yang mewakili keresahan masyarakat dalam setiap episodenya.
Acara talk show Mata Najwa, yang pernah diproduksi belasan tahun (2009�2017) di televisi MetroTV, sempat dihentikan tayangannya secara mendadak.� Melalui akun Twitter resminya, Najwa Shihab mengumumkan
bahwa program talk
show Mata Najwa tidak akan
lanjut setelah episode �Ekslusif Bersama Novel Baswedan�.
Episode itu menjadi produksi Mata Najwa yang terakhir
di MetroTV (Dhani, 2017).
Namun pada tahun 2018,
acara talk show politik
itu kembali hadir di stasiun televisi swasta lainnya, TransTV.
Kepopuleran acara
Najwa Shihab tidak hanya menarik perhatian publik. Sejumlah penelitian telah dilakukan para akademisi untuk mengkaji berbagai aspek terkait talk show politik ini. Beberapa penelitian
diantaranya membahas acara
Mata Najwa dalam konteks penggunaan bahasanya, narasi maupun pemaknaan
tutur kata yang digunakan (lihat misalnya, (Ruvianto, Rustono, & Sulistyaningrum, 2017)).
Selain itu, beberapa studi juga memfokuskan penelitiannya pada respon dan pemaknaan penonton (lihat misalnya, (Suherlan & Zakiah, 2021)),
serta beberapa sudut pandang lainnya,
seperti gaya komunikasi direktif dalam acara Mata Najwa (Prawita & Utomo, 2020)
dan intensitas dan pengembangan
wawasan mahasiswa ayng menonton acara Mata Najwa (Fatmawati, 2020).
Dalam
suatu kesempatan, Najwa secara terbuka pernah menyatakan bahwa salah satu tujuan acara Mata Najwa adalah sebagai ajakan bagi masyarakat untuk turut aktif
berpartisipasi politik. Tim
Mata Najwa merancang program tersebut
sebagai ruang diskusi dan kritik bagi semua pihak,
menyalurkan suara-suara masyarakat, dan meningkatkan toleransi serta partisipasi masyarakat dalam hal politik
(Berbagi perjalanan satu, 2019). Hal ini
menarik perhatian kami untuk meninjau ada tidaknya pengaruh
acara Mata Najwa ini terhadap
perubahan perilaku penonton maupun yang selaras dengan meningkatnya partisipasi politik masyarakat. Selain itu, melalui
penelusuran literatur ilmiah, kami menemukan gap dalam penelitian yang mengkaji tentang topik dan sudut pandang tersebut,
dimana penelitian tentang Mata Najwa dan pengaruhnya
terhadap partisipasi politik sangat jarang ditemukan atau diteliti.�
Partisipasi politik merupakan sebuah dampak yang indikator penting dalam sebuah negara demokrasi. Seberapa tinggi atau rendahnya
partisipasi politik publik dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Tayangan informasi yang dikemas dan disajikan melalui media massa merupakan salah satu faktor penting yang mendorong warga. (Huntington, S. P., dan Nelson, 1997)
mendefinsikan partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang berperan sebagai pribadi-pribadi dan bertujuan untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Oleh sebab itu, partisipasi politik masyarakat sangat penting peranannya dalam arah kebijakan
di sebuah negara. Partisipasi
politik sendiri tidak hanya perihal
tindakan individu dalam mengikuti pemilihan umum. Lebih dari itu,
partisipasi politik dapat diwujudkan dalam bentuk yang lebih luas. (Roth, F.L., dan Wilson, 1980)
mengungkapkan partisipasi politik yang berbentuk non-kovensional dapat diwujudkan dalam kegiatan demonstrasi, konfrontasi, penyampaian kritik, dan melakukan mogok. Sementara partisipasi politik dalam bentuk konvensional
dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan
suara, menghadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai atau kelompok
kepentingan, melakukan komunikasi dengan pejabat pemerintahan ataupun anggota parlemen.
����������� Meskipun masyarakat kini telah familiar dengan penggunaan media sosial dan
platform berbasis internet, namun
media massa tradisional khususnya televisi hingga kini masih
menjadi salah satu media pilihan utama bagi
masyarakat dalam memenuhi informasi seputar politik. (Tupani, 2020)
merilis data dari Nielsen bahwa terdapat lonjakan durasi menonton televisi oleh masyarakat Indonesia sebesar 40%,
kepemirsaan program berita bertambah 25%, dan segmen program
anak-anak serta series juga
mengalami peningkatan kepemirsaan sebesar 15.8%.
����������� Penelitian
tentang peranan maupun pengaruh media massa pada perilaku dan kesadaran publik telah dilakukan sejumlah peneliti. (Hayat, Juliana, & Umber, 2015),
misalnya, telah menguji pengaruh talk show politik dalam meningkatkan
kesadaran politik bagi anak-anak muda di Pakistan. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kelompok anak muda yang sering menonton talk show politik memiliki kecenderungan berupa wawasan yang lebih luas mengenai hak-hak
politik. Kemudian, kelompok tersebut akan membantu kelompok
lain untuk dapat berpartisipasi dalam proses politik di Pakistan. Penelitian
yang hampir sama dilakukan oleh (Zaheer, 2016)
yang dalam penelitiannya menemukan bahwa menonton program talk show politik
memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas dan partisipasi politik masyarakat. Selain itu, unsur-unsur
lain yang mempengaruhi tingkat
efikasi politik dan partisipasi politik dalam penelitiannya antara lain adalah demografi, gender, dan juga pendapatan.
����������� Sementara itu, penelitian yang relatif baru juga dilakukan oleh (Hutasoit & Gusfa, 2020),
yang dalam meneliti warga di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur menyimpulkan
bahwa masyarakat masih menjadikan televisi sebagai sumber informasi politik yang utama. Paparan media televisi yang memuat informasi politik dengan frekuensi dan durasi yang tinggi nyatanya berpengaruh signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk konvensional. Dengan menggunakan teori stimulus organisme respon (SOR) dan merujuk pada beberapa penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh program acara talkshow di media
televisi, khususnya di era
media digital saat ini dan seberapa besar pengaruh itu bagi
peningkatan partisipasi politik penontonnya. Teori SOR menguraikan bahwa media massa sangat berperan dalam memengaruhi khalayak (AM, 2010).
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa stimulus yang diberikan kepada khalayak dalam proses penerimaannya dipengaruhi oleh organisme, sehingga respon yang dihasilkan tidak hanya bergantung
dari si pemberi
pesan dan khalayak saja. (Noble, 1966)
mengemukakan bahwa perilaku merupakan sebuah respon atau
reaksi seseorang terhadap rangsangan yang berasal dari luar.
����������� Program Mata Najwa dalam penilitan ini berperan sebagai
stimulus yang memberikan pesan
kepada khalayak. Pesan yang dimuat berisikan informasi politik dan ajakan bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi
politik. Adapun respon yang
diharapkan adalah respon positif yang kemudian diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan
masyarakat dalam partisipasi politik baik dalam bentuk
konvensional maupun non-konvensional. Program Mata Najwa diukur
dengan dimensi penampilan, pemahaman pesan, ilustrasi presenter, gaya penyampaian, dan intensitas tayangan (Citra, 2019).
Presenter dalam sebuah talk
show memegang peranan
yang sangat penting, (Lauerbach, 2007)
berpandangan bahwa host dalam acara talk show politik
berperan sebagai representasi dari acara dan media
tersebut, sementara narasumber politisi yang hadir adalah sebagai
perwakilan dari organisasi politiknya, dan narasumber ahli yang hadir adalah perwakilan
dari organisasi profesinya. Sementara itu, (Bruun, 2001)
berpendapat bahwa gaya wawancara, peran interviewer, dan peran
narasumber merupakan tiga komponen terpenting
yang dapat diberikan kepada audiens. Lebih lanjut, (Lauerbach, 2007)
menjelaskan bahwa dalam sebuah acara talk show politik audiens bisa saja terdiri
dari audiens di studio maupun di rumah. Partisipasi audiens di studio dapat dilakukan secara langsung, dan partisipasi audiens di rumah dapat dilakukan
melalui telepon, mengirim e-mail, dan mengirim pesan lain melalui media yang disediakan.
����������� Sementara
itu, peningkatan partisipasi politik diukur dengan dimensi
partisipasi politik
gladiator dan partisipasi politik
pengkritik. Partisipasi politik gladiator diwujudkan dalam bentuk aktif
terlibat dalam proses politik konvensional seperti menjadi aktivis partai, mengikuti pemilihan umum, menjadi komunikator,
dan menjadi aktivis masyarakat. Sebaliknya, partisipasi politik pengkritik berpartisipasi dalam bentuk non-konvensional yang diwujudkan dalam aksi demonstrasi,
menyampaikan kritikan, mengajukan petisi, serta mengawasi kebijakan dan proses politik (Cholisin, 2007).
(Pausch, 2012)
mengelompokkan partisipasi politik konvensional dan non-konvensional sebagai partisipasi politik langsung (direct political participation). Dimana partisipasi politik langsung (direct political participation) bertujuan untuk menyuarakan ekspresi kepentingan politik yang didasarkan oleh motivasi politik. Motivasi politik dapat berupa
keinginan agar partai politik atau politisi
tertentu meraih kemenangan, maupun mempromosikan keyakinan atau kepentingan politik sendiri dalam bidang tertentu.
����������� Dalam
kurun waktu beberapa tahun terakhir, peningkatan partisipasi politik masyarakat terpantau meningkat. Pada Pemilu 2019 lalu, partisipasi masyarakat dalam pemilu meningkat hampir 10% dengan presentase partisipasi sebesar 81% dan melebihi target nasional yang hanya berada di angka 77,5% (Purbolaksono, 2019).
Data Indeks Demokrasi
Indonesia juga mencatat hal
serupa, pada tahun 2019 aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak
politik, dan aspek lembaga demokrasi mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan peningkatan demokrasi di
Indonesia (Statistik, 2019).
����������� �Pertanyaannya kemudian dalam konteks peningkatan partisipasi politik apakah terdapat peranan dari tayangan
Mata Najwa yang menjadi dorongan
bagi masyarakat untuk berani berpartisipasi?
Apakah masyarakat memanfaatkan program Mata Najwa sebagai
salah satu sumber untuk mendapatkan informasi seputar politik? Dan seberapa besar signifikansi pengaruh tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat? Dalam penelitian ini penulis menguji hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Tayangan Mata Najwa ditinjau
dari penampilan, pemahaman pesan, ilustrasi presenter, gaya penyampaian, dan intensitas tayangan. Sementara partisipasi politik masyarakat ditinjau dari bentuk partisipasi
politik konvensional dan
non-konvensional.
Metode Penelitian
����������� Penelitian
ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan populasi masyarakat di wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Peneliti
menyebarkan kuesioner pada bulan Maret sampai
dengan April 2020 kepada
100 orang responden sebagai
sampel dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan menetapkan
kriteria responden sebagai berikut: berusia di atas 17 tahun, sering menonton
tayangan Mata Najwa, dan sudah
pernah melihat atau mengikuti akun media social tim Mata Najwa atau Najwa Shihab. Variabel yang diuji dalam penelitian
ini adalah tayangan Mata Najwa dan tingkat partisipasi politik.
Dalam
variabel (X) yakni tayangan Mata Najwa dianalisis menggunakan lima dimensi, yaitu: penampilan, pemahaman pesan, ilustrasi presenter, gaya peyampaian, dan intensitas tayangan. Dimensi penampilan dimaksudkan untuk menganalisis apakah penampilan Najwa Shihab sebagai pembawa acara sudah sesuai dengan
karakter talk show politik.
Dimensi pemahan pesan bertujuan untuk menganalisis seberapa penting topik bahasan yang diangkat, seberapa berkompeten narasumber yang dihadirkan, dan seberapa akurat pesan-pesan yang disampaikan melalui tayangan Mata Najwa.
����������� Dimensi
ilustrasi presenter menganalisis
apakah karakter dari seorang Najwa Shihab sudah tepat menjadi
representasi dari acara
Mata Najwa. Sementara dimensi
gaya penyampaian menganalisis kemampuan Najwa
Shihab dalam menyampaikan pertanyaan kepada narasumber
dan kemampuan Najwa Shihab menyampaikan
pesan dan konklusi dari setiap episode kepada audiens. Dan dimensi intensitas tayangan menganalisis seberapa ideal durasi dan jam tayang Mata Najwa saat ini bagi audiens.
����������� Variabel
(Y) yakni partisipasi politik dalam penelitian
ini dikelompokkan menjadi dua jenis,
yakni partisipasi politik gladiator dan partisipasi
politik pengkritik. Dimensi partisipasi politik gladiator diukur dengan keterlibatan masyarakat dalam cara-cara konvensional seperti menjadi komunikator, mengikuti pemilihan umum, menjadi aktivis, dan menjadi pekerja kampanye. Sementara dimensi partisipasi politik pengkritik diukur dengan keterlibatan
masyarakat dalam cara-cara non-konvensional seperti menyuarakan kritikan, melakukan demonstrasi, mengawasi kebijakan, dan mengajukan petisi. Adalpun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linear sederhana untuk menguji hipotesis awal terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan
antara tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi.
Hasil
Dan Pembahasan
Penelitian
ini telah melakukan survei terhadap 100 orang responden di
wilayah Jabodetabek. Dari keseluruhan
responden 53% berjenis kelamin laki-laki, dan 47% berjenis kelamin perempuan. Dari aspek pendidikan, 68% responden berada di jenjang S1 dan 32% di jenjang pendidikan SMA dan sederajat. Sementara dari aspek profesi,
sebesar 50% responden berstatus sebagai mahasiswa, 25% berstatus sebagai karyawan swasta, 17% berstatus sebagai freelancer, 6% berstatus
sebagai wirausaha, dan sisanya sebesar 2% berstatus sebagai pegawai pemerintahan. Selanjutnya dari aspek domisili didominasi oleh warga DKI Jakarta
sebesar 61%, kemudian warga Bekasi sebesar 14%, warga depok sebesar
11%, dan warga Bogor serta
Tangerang sebesar 7%.
1. Uji Validitas
Uji
validitas dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya setiap
butir pertanyaan yang tersaji di dalam kuesioner. Apabila koefisien korelasi > dari nilai r-tabel
maka nilai butir pertanyaan dianggap valid dan sebaliknya. Dalam penelitian ini, validitas dan indikator dianilisis menggunakan sampel sejumlah 100, sehingga N = 100
pada alpha sebesar 0.5% sebesar
0.195. Jika r-hitung > r-tabel
dan nilai r positif, maka setiap indikator
dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian. Berikut merupakan data hasil uji validitas untuk kedua variabel
dalam penelitian ini:
Tabel 1
Validitas Variabel X (Tayangan Mata Najwa)
Butir Pertanyaan |
R Hitung |
R Tabel |
Keterangan |
X1 |
0,881 |
0,195 |
Valid |
X2 |
0,813 |
0,195 |
Valid |
X3 |
0,789 |
0,195 |
Valid |
X4 |
0,791 |
0,195 |
Valid |
X5 |
0,814 |
0,195 |
Valid |
X6 |
0,808 |
0,195 |
Valid |
X7 |
0,836 |
0,195 |
Valid |
X8 |
0,792 |
0,195 |
Valid |
Sumber:
Olahan data peneliti (2020)
Tabel 2
Validitas Variabel Y (Partisipasi Politik)
Butir Pertanyaan |
R Hitung |
R Tabel |
Keterangan |
Y1 |
0,528 |
0,195 |
Valid |
Y2 |
0,648 |
0,195 |
Valid |
Y3 |
0,729 |
0,195 |
Valid |
Y4 |
0,570 |
0,195 |
Valid |
Y5 |
0,814 |
0,195 |
Valid |
Sumber:
Olahan data peneliti (2020)
Berdasarkan data kedua tabel di
atas semua nilai r hitung pada indikator variabel melebih nilai r hitung yang diperoleh dari nilai df
= n-2 (100 � 2 = 98) dan a = 0,05 yaitu 0,195. Maka, 8 butir pertanyaan
mengenai tayangan Mata
Najwa tersebut dapat dijadikan acuan dalam mengukur variabel X dan 5 butir pertanyaan mengenai partisipasi politik dapat dijadikan acuan dalam mengukur
variabel Y.
2. Uji Reliabilitas
Uji
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan variabel jika dilakukan
pengujian lebih dari satu kali. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji besar nilai
Cronbach�s Alpha instrument dari masing-masing
dimensi yang diuji. Adapun kriteria yang menentukan reliabel atau tidak
adalah apabila nilai r alpha lebih besar dari nilai
standarisasi sebesar 0.6. Selanjutnya, apabila Cronbach�s
Alpha lebih besar dari 0.6 maka jawaban
dari para responden pada kuesioner dianggap reliabel.
Tabel 3
Uji Reliabilitas
Variable |
Cronbach Alpha |
Explanation |
Tayangan Mata Najwa (X) |
0.949 |
Reliable |
Partisipasi Politik (Y) |
0.836 |
Reliable |
Sumber:
Olahan data peneliti (2020)
����
Data pada tabel
3 menunjukkan hasil bahwa seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan Cronbach�s Alpha > 0.6, berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan pengukuran dari semua variabel
dalam penelitian ini dinyatakan reliable serta instrumen yang digunakan dalam pengujian variabel tersebut dapat digunakan di dalam sebuah penelitian.
3. Uji Normalitas
Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang digunakan dalam penelitian bersumber dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogrov-Smirnov.
Tabel 4
Uji
Normalitas
One-Sample Kolmogrov-Smirnov
Test |
|||
|
|
Tayangan Mata Najwa |
Partisipasi Politik |
N |
|
100 |
100 |
|
Mean |
3.6125 |
3.7040 |
Normal Parametersa,b |
Std. Deviation |
.80295 |
.55740 |
Most Extreme Differences |
Absolute |
.078 |
.082 |
Positive |
.048 |
.068 |
|
Negative |
-.078 |
-.082 |
|
Test Statistic |
|
.078 |
.082 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
|
.137c |
.092c |
a. Test distribution is Normal. |
|||
b. Calculated from data. |
|||
c. Lilliefors Significance Correction. |
Sumber:
Olahan data peneliti (2020)
Berdasarkan data pada tabel di atas,
diketahui pengujian normalitas pada data tayangan
Mata Najwa adalah K-Z = 0.78 dengan Asymp. Sig
(2-tailed) > 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa data tayangan Mata Najwa berdistribusi
normal. Selanjutnya, pada pengujian
normalitas data partisipasi
politik diperoleh K-Z =
0.82 dengan Asymp.
Sig (2-tailed) > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data partisipasi politik berdistribusi normal.
4. Mean Variabel X (Tayangan
Mata Najwa) dan Variabel Y (Partisipasi
Politik)
Tabel 5
Mean
Tayangan Mata Najwa
Variabel X (Tayangan Mata Najwa) |
Mean |
Std. Deviation |
Penampilan
Najwa Shihab sebagai representasi
acara Mata Najwa |
4,35 |
,657 |
Topik pembahasan di setiap episode variatif dan penting bagi masyarakat |
4,44 |
,556 |
Kredibilitas dan
kecakapan narasumber |
4,22 |
,613 |
Keakuratan informasi yang disampaikan |
4,20 |
,586 |
Karakter Najwa
Shihab tepat untuk membawakan acara Mata Najajwa |
4,43 |
,655 |
Kecakapan
Najwa Shihab dalam menyampaikan
pertanyaan kepada narasumber |
4,29 |
,640 |
Kecakapan
Najwa Shihab dalam menyampaikan
informasi dan simpulan kepada audiens |
4,31 |
,615 |
Jam tayang pukul
20:00 � 21:30 sudah ideal bagi
audiens. |
3,80 |
,752 |
Sumber:
Olahan data peneliti (2020)
Data
tabel 5 menunjukkan bahwa kebaruan dan pentingnya topik yang diangkat dalam setiap episode merupakan daya tarik terbesar
dari acara Mata Najwa bagi responden (M=4,44), setelah itu karakter Najwa Shihab dianggap sudah tepat sebagai pembawa
acara Mata Najwa (M=4,43), penampilan Najwa Shihab sudah tepat sebagai
representasi acara Mata Najwa (4,35), kemampuan Najwa Shihab dalam menyampaikan pesan dan kesimpulan (4,31), kemampuan
Najwa Shihab dalam menyampaikan
pertanyaan kepada narasumber (4,29), kredibilitas narasumber yang dihadirkan
(4,22), keakuratan informasi
yang disampaikan (4,20), dan jam tayang
yang sudah ideal bagi penonton (3,80).
Tabel 6
Mean Partisipasi
Politik
Variabel Y (Partisipasi Politik) |
Mean |
Std. Deviation |
Mengikuti isu seputar politik
melalui acara Mata Najwa |
4,02 |
,710 |
Memiliki keinginan untuk mengawasi kebijakan pemerintah maupun perkembangan kasus politik |
3,83 |
,726 |
Dengan menonton acara Mata Najwa membuat
Anda berani untuk berpartisipasi politik |
3,61 |
,737 |
Dengan menonton acara Mata Najwa membuat
Anda berani untuk berpartisipasi politik secara konvensional |
3,66 |
,755 |
Dengan menonton acara Mata Najwa membuat
Anda berani untuk berpartisipasi politik secara non-konvensional |
3,67 |
,711 |
Sumber: Olahan
data peneliti (2020)
Data
Tabel 6 menunjukkan Mata
Najwa menjadi dorongan bagi responden untuk mengikuti isu seputar politik
(4,02), selanjutnya Mata Najwa menjadi
dorongan bagi responden untuk turut mengawasi kebijakan politik (3,83), Mata
Najwa menjadi dorongan bagi responden untuk berani berpartisipasi
politik secara non-konvensional (3,67), Mata Najwa menjadi
dorongan bagi responden untuk berani berpartisipasi politik secara konvensional (3,61), dan Mata Najwa menjadi
dorongan bagi reponden untuk berani ikut serta
dalam partisipasi politik (3,61).
5.
Uji
Korelasi
Tabel 7
Uji
Korelasi
Correlations |
|||
|
Tayangan Mata Najwa |
Partisipasi Politik |
|
Tayangan Mata Najwa |
Pearson
Correlation |
1 |
.731** |
|
Sig.
(2-tailed) |
|
.000 |
|
N |
100 |
100 |
Partisipasi Politik |
Pearson
Correlation |
.731** |
1 |
|
Sig.
(2-tailed) |
.000 |
|
|
N |
100 |
100 |
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). |
Sumber: Olahan
data peneliti (2020)
����������������
Dari
data tabel 7 tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.731 yang berarti korelasi antara variabel X yaitu tayangan Mata Najwa dan variabel
Y yaitu partisipasi politik memiliki korelasi yang erat. Untuk melihat signifikansi
dalam tabel tersebut dapat menggunakan rumus Pearson
Correlation dengan uji satu
sisi Sig. (2-tailed) diperoleh
angka 0.000, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif dan arah korelasi positif karena angka signifikansi
sebesar 0.000 < 0.05 (alpha). Pengaruh Tayangan Mata Najwa Terhadap Meningkatnya Partisipasi Politik Masyarakat berhubungan karena 0.000 < 0.05
(alpha) maka Ho ditolak
yang berarti terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Hubungan sebesar 0.731 dinilai erat karena
mendekati nilai 1.
6.
Uji
Analisis Regresi
Tabel 8
Uji
Analisis Regresi
Model Summary |
||||
Model |
R |
R
Square |
Adjusted
R Square |
Std.
Error of the Estimate |
1 |
.731a |
.535 |
.530 |
.38208 |
a. Predictors: (Constant), Tayangan Mata Najwa |
Sumber: Olahan
data peneliti (2020)
���������
Dari hasil tabel di atas, diketahui bahwa hasil koefisien determinasi pada R square sebesar
0.535. Nilai tersebut kemudian
digunakan sebagai koefisien penentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien yakni sebagai berikut:
KP = r2 x 100%
KP = (0.535)2 x 100%
KP = 53.5%
Dari hasil perhitungan tersebut maka disimpulkan bahwa diperoleh data sebesar 53.5%. maka pengaruh tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat di wilayah Jabodetabek
adalah sebesar 53.5% sedangkan sisanya 46.5% disebabkan oleh factor lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
Pada tabel 4, dijabarkan mengenai hasil uji regresi linear sederhana. Hasil analisis regresi diperoleh dari koefisien untuk variabel X (tayangan Mata Najwa) sebesar
0.508 dengan konstanta
1.870. Maka diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + bx
Y = 1.870 + 0.508X
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
A = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
B = Angka arah atau koefisiensi regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independent.
X = Subjek pada variabel indepen yang mempunyai nilai tertentu.
�������� Hasil
uji pengaruh tayangan Mata
Najwa terhadap meningkatnya
partisipasi politik masyarakat menunjukkan nilai t hitung 10.616 dan p value
(Sig) sebesar 0.000 yang di bawah
alpha 5%. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang positif antara tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat di wilayah Jabodetabek.
7. Uji Hipotesis������
Tabel 9
Uji Hipotesis
ANOVAa |
||||||
Model |
|
Sum
of Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig. |
1 |
Regression |
16.452 |
1 |
16.452 |
112.694 |
.000b |
Ressidual |
14.307 |
98 |
.146 |
|
|
|
Total |
30.758 |
99 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable : Partisipasi Politik |
||||||
b. Predictors : (Constant),
Tayangan Mata Najwa |
Sumber: Olahan data peneliti
(2020)
Ho = Tidak terdapat pengaruh antara tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat.
Ha = Terdapat pengaruh antara tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat.
Jika Sig > 0.05 maka
Ho diterima dan jika Sig
< 0.05 maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil hitung dengan SPSS, dapat disimpulkan bahwa nilai signfikan
0.000 lebih kecil dari 0.05. Maka dari itu didapatkan
hasil Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara variabel X (Tayangan Mata Najwa) terhadap variabel Y (Meningkatnya Partisipasi Politik Masyarakat).
Talk show politik sebagai salah satu pemicu bagi
masyarakat dalam berpartisipasi politik didukung oleh penelitian Gautam
(2015) yang mendapatkan hasil
bahwa masyarakat yang menonton tayangan talk show politik memiliki tingkat pengetahuan politik yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menonton, analisis dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa talk show politik mampu meningkatkan kesadaran politik dan sosialiasi perihal politik pada masyarakat. Namun, perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagian besar responden pada penelitian tesebut meskipun memiliki tingkat kesadaran politik yang tinggi memilih untuk tidak berpartisipasi
dalam proses politik, hal ini disebabkan
oleh rasa ketidakpercayaan responden
terhadap pemerintah.
Tayangan Mata Najwa dalam penelitian
ini teruji memiliki pengaruh sebesar 53.5% terhadap peningkatan partisipasi politik masyarakat di wilayah Jabodetabek. Fakta ini didukung oleh (Ahmed, 2010)
yang mengemukakan dalam penelitiannya bahwa mayoritas masyarakat setuju bahwa kesadaran
mengenai politik dapat diciptakan melalui acara talk show. Lebih
lanjut, Bhatti, Ali, dan Hassan (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa masyarakat yang sering menonton atau mendengarkan
talk show politik menyatakan
setuju apabila talk show
politik mampu memberikan informasi politik yang kredibel kepada mereka. Secara umum hasil
penelitian ini mendukung hipotesis bahwa tayangan Mata Najwa berpengaruh terhadap meningkatnya partisipasi politik masyarakat di wilayah Jabodetabek.
Kesimpulan
Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tayangan Mata Najwa yang diuji dengan penampilan,
pemahaman pesan, ilustrasi presenter, gaya peyampaian, dan intensitas tayangan secara signifikan memengaruhi tingkat partisipasi politik baik secara
konvensional ataupun non-konvensional bagi warga Jabodetabek. Regresi menjelaskan kontribusi tayangan Mata Najwa terhadap meningkatnya partisipasi politik sebesar 53.5% sementara sisanya sebesar 46.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Dalam penelitian
ini juga menunjukkan hasil bahwa tayangan
Mata Najwa menjadi salah satu
sumber bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat. Hal ini didukung oleh penelitian Halim
dan Jauhari (2017) yang menyatakan
bahwa televisi masih menjadi salah satu media utama penyalur informasi politik bagi masyarakat.
Temuan lainnya dalam penelitian ini adalah warga
Jabodetabek memiliki kecenderungan untuk berpartisipasi politik secara non-konvensional yang diwujudkan dalam bentuk menyampaikan kritikan kepada pemerintah, berdemonstrasi, turut mengawasi kebijakan pemerintah, dan
lain-lain. Hal ini dibuktikan
dengan nilai M = 3.67 pada butir pernyataan �Dengan menonton
acara Mata Najwa membuat Anda berani
untuk berpartisipasi politik secara non-konvensional� dalam variabel
partisipasi politik.
Lebih lanjut, saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah diharapkan tayangan Mata Najwa dapat terus meningkatkan kualitas acaranya, baik dalam memberikan
informasi seputar politik, terus menajamkan fungsinya sebagai kontrol sosial dalam bidang
politik, serta terus menghadirkan narasumber yang mampu memberikan keterangan maupun informasi yang sebenar-benarnya. Adapun bagi insan media untuk terus memperhatikan kualitas tayangan yang diberikan kepada khalayak, karena dalam penelitian ini membuktikan bahwa segala hal
yang ditampilkan melalui televisi maupun media lainnya akan memberikan
pengaruh bagi khalayak. Untuk penelitian selanjutnya agar mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor lain yang dapat memicu partisipasi politik masyarakat guna melengkapi penelitian yang sudah dilakukan.
Ahmed, Rameez.
(2010). Role of news talk shows in creating political efficacy among youth. Social
Sciences Review of Pakistan, 30, 1�13. Google Scholar
AM, Morissan.
(2010). Periklanan komunikasi pemasaran terpadu. Jakarta: Penerbit Kencana.
Google Scholar
Bruun, Hanne.
(2001). the Television Talk Show. The Aesthetics of Television, 2,
229. Google Scholar
Cholisin. (2007). Dasar-dasar
ilmu politik. Yogyakarta: UNY Press.
Citra, Ajeng Ningga.
(2019). Minat Remaja Menonton Program Talk Show (Studi Deskriptif Kuantitatif
Minat Pelajar SMK Hutama Menonton Tayangan �Ini Talkshow� Di NET. TV). VISIONER,
1(1 April), 69�85. Google Scholar
Dhani, A. (2017). Najwa,
Wimar, J.S. Badudu: Talkshow yang berhenti Tiba-Tiba.
Fatmawati,
Fatmawati. (2020). Pengaruh Intensitas Menonton Program Siaran Mata Najwa
terhadap Pengembangan Wawasan Mahasiswa Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Google Scholar
Hayat, N.,
Juliana, A. W., & Umber, S. (2015). Role of Political Talk Shows in Creating
Political Awareness among Pakistani Youth: A Case Study of General Elections
2013. Pertanika Journal of Social Sciences & Humanities, 23(2).
Google Scholar
Huntington, S. P.,
dan Nelson, J. M. (1997). No easy choice: political participation in
developing countries. Cambridge: Harvard University Press.
Hutasoit,
Kennorton, & Gusfa, Henni. (2020). The effect of television media on
beginner voters� political participation. Jurnal Studi Komunikasi, 4(3),
583�596. Google Scholar
Lauerbach, Gerda.
(2007). Argumentation in political talk show interviews. Journal of
Pragmatics, 39(8), 1388�1419. Google Scholar
Livingstone,
Sonia, & Lunt, Peter. (1994). The mass media, democracy and the public
sphere. Google Scholar
Noble, Clyde E.
(1966). SOR and the psychology of human learning. Psychological Reports,
18(3), 923�943. Google Scholar
Pausch, Markus.
(2012). What is political participation good for? Theoretical debate and
empirical data from Austria. Retrieved November, 14, 2015.
Google Scholar
Prawita, Anindya,
& Utomo, Asep Purwo Yudi. (2020). Analysis of Directive Speech Acts in Mata
Najwa Youtube Channel Because of Corona: Why Indonesia Is Not Like Singapore. AKSIS:
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(1), 101�110.
Google Scholar
Purbolaksono, A.
(2019). Meningkatnya partisipasi pemilih dalam pemilu 2019.
Roth, F.L., dan
Wilson, D. F. (1980). The comparative study of politics. US: Prentice
Hall.
Ruvianto, Alit
Widi, Rustono, Rustono, & Sulistyaningrum, Septina. (2017). Tuturan ilokusi
pada Acara Mata Najwa di Metro Tv. Jurnal Sastra Indonesia, 6(3),
1�6. Google Scholar
Statistik, Badan
Pusat. (2019). Indeks demokrasi Indonesia (idi) menurut aspek dan provinsi
2017-2019.
Suherlan, Ryan,
& Zakiah, Kiki. (2021). Pemaknaan Penonton Mengenai Stigmatisasi Dalam
Video Mata Najwa Setop Stigma Corona. Prosiding Jurnalistik, 7(1),
21�26. Google Scholar
Timberg, Bernard
M., & Erler, Bob. (2002). Television talk: A history of the TV talk show.
University of Texas Press. Google Scholar
Tupani, D. (2020).
Nielsen: covid-19 tingkatkan jumlah penonton televisi.
Zaheer, Lubna.
(2016). Effects of watching political talk shows on political efficacy and
political participation. Journal of Political Studies, 23(2),
357. Google Scholar
Copyright holder: Amelia Resti Wijayanti,
Rendro Dhani (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |