Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
ANALISIS PENGEMBANGAN PROGRAM BEASISWA LEMBAGA
PENGELOLA DANA PENDIDIKAN (LPDP) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN KETAHANAN
SUMBER DAYA MANUSIA GUNA MENGHADAPI MEGATREN ABAD KE 21
Muhammad Oriza, Margaretha Hanita
Sekolah Kajian Stratejik
dan Global, Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini
menganalisis tentang pengembangan program beasiswa LPDP
dalam meningkatkan sumber daya manusia
guna menghadapi megatren abad 21. Seiring pesatnya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, sumber daya manusia Indonesia dituntut mampu bersaing dalam skala global. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk menganalisis program beasiswa
yang didanai oleh LPDP guna
meningkatkan kualitas dan ketahanan sumber daya manusia. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan studi literatur. Dalam penelitian ini dijelaskan peranan LPDP sebagai lembaga yang diberikan mandat untuk berinvestasi
dan memberikan pendanaan
pada bidang pendidikan dan peningkatan keahlian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa LPDP melalui
program-program beasiswa dalam
dan luar negeri telah melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tahan terhadap tantangan perubahan zaman. Sehingga dengan hadirnya puluhan ribu talenta-talenta
nasional yang memiliki kualitas dan keahlian spesifik yang berdaya saing global, diharapkan dapat menunjang kesiapan SDM Indonesia dalam menghadapi megatren abad ke 21.
Kata Kunci:�� Megatren, LPDP, Intelijen Kompetitif, Sumber Daya Manusia, Ketahanan
SDM
Abstract
This study analyzes the enrichment of the LPDP scholarship program
which is� intended
for cultivating human resources in order to cope with the megatrends of the
21st century. Along with the rapid development of the times and technological
advances, Indonesia human resources are demanded to be able to compete on a
global scale. The method being used in this research is descriptive qualitative
which analyzes the scholarship program funded by LPDP
to improve the quality and resilience of human resources. Data collection
techniques used are interviews and literature studies. This study describes the
role of LPDP as an institution that is mandated to invest and to provide
funding in the field of education and skill development. The results of this
study indicate that LPDP, through scholarship programs at home and abroad, has
produced high quality human resources who are resilient to the challenges of
shifting eras. So that with the presence of tens of thousands of refined
national talents who have specific abilities and expertise that are globally
competitive, it is expected to reinforce the readiness of Indonesia human
resources in coping with the megatrends of the 21st century.
Keywords: Megatrend,
LPDP, Competitive Intelligent, Human Resources, Human Resources Resilience.
Dinamika perubahan yang terjadi dengan sangat cepat saat ini
telah menjadi pokok pembahasan di seluruh dunia. Megatren yang terjadi di berbagai aspek kehidupan telah menyebabkan serangkaian perubahan di bidang teknologi, sosial, dan lingkungan. Perubahan yang telah terjadi secara global inilah yang akhirnya memicu revolusi industri ke 4. Kondisi ketidakpastian global ini juga ditenggarai oleh guncangan jangka pendek akibat Covid-19, yang telah terjadi pada akhir 2019 dan masih berlanjut sampai saat ini berdampak
pada krisis kesehatan dan ekonomi global, hal ini juga berdampak besar dan mendorong terjadinya perubahan yang cepat dalam aktivitas
perekonomian dan lapangan pekerjaan suatu negara, dan ini juga disertai dengan terjadinya percepatan perubahan megatren dunia. Megatren secara umum dipahami
sebagai pengaruh-pengaruh yang
terjadi secara global dan memiliki faktor-faktor dengan tingkat kepastian yang tinggi. Hanya saja, mekanisme
terkait kontrol yang tersedia masih terbatas. Oleh karena itu, pada akhirnya megatren merujuk pada tren yang bersifat global, dan menyerukan strategi untuk beradaptasi, daripada strategi untuk mempengaruhi perubahan tren itu sendiri.
Dalam megatren dunia, terdapat beberapa poin yang paling berpengaruh, diantaranya, persoalan demografi. Hal ini terlihat dari semakin
tingginya tingkat migrasi antar negara dan peningkatan proporsi populasi usia lanjut
menyebabkan pertumbuhan populasi yang sangat cepat di beberapa kawasan dunia, sedangkan di kawasan lain terjadi penurunan populasi. Dengan demikian, kelompok tenaga kerja perlu
dididik dan dilatih kembali secara reguler agar memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan dan tantangan perubahan. Guna menjawab perubahan-perubahan dan ancaman megatren pada abad 21, dunia pendidikan seharusnya dapat mengeksplorasi peluang dan manfaat dengan berupaya mempersiapkan peserta didik menghadapi
tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang bervariasi dan saling terkait dengan kondisi yang akan dihadapi akibat perubahan dunia di masa mendatang.
Poin penting dalam
menjaga dan memperkuat ketahanan nasional guna menghadapi megatren tersebut dibutuhkan suatu strategi adaptasi yang cepat dan terarah baik di tingkat individu atau perusahaan, maupun adaptasi pada kebijakan suatu negara. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau
LPDP adalah salah satu lembaga negara yang memiliki
strategi pengembangan pendidikan
melalui program-program yang dicanangkan,
baik dari program beasiswa maupun riset. Jurnal ini
secara khusus akan membahas layanan
beasiswa yang dimiliki oleh
LPDP untuk mempersiapkan
dan meningkatkan sumber sumber daya manusia
guna menghadapi megatren abad 21. Hal ini juga didukung oleh Indonesia
yang memiliki bonus demografi
yang masyarakat usia produktifnya dituntut menjadi aset sumber
daya manusia yang berkualitas.
Modal sumber daya manusia atau human capital didefinisikan dalam Oxford English Dictionary sebagai �the skills the labor force possesses and is regarded as a resource or asset.� Ini mencakup gagasan bahwa ada investasi pada manusia seperti, pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Investasi yang dilakukan ini dapat dipastikan meningkatkan produktivitas pada individu. Modal sumber daya manusia adalah kumpulan keterampilan yang dimiliki oleh angkatan kerja, dengan aliran manfaat dari keahlian ini akan memiliki imbal hasil investasi yang jauh lebih besar dari nilai investasinya (baik langsung dan tidak langsung). Imbal hasil atas keterampilan tersebut bersifat pribadi yang dalam hal ini kapasitas produktif individu akan meningkat lebih banyak seiring dengan keahlian yang mereka miliki. Meski kerap kali ada faktor eksternal yang dapat meningkatkan kapasitas produktif orang lain ketika modal manusia tersebut ditingkatkan (Goldin, 2016).
Modal sumber daya manusia terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan yang dikumpulkan individu selama masa hidupnya. Kesehatan dan pendidikan masyarakat memiliki nilai intrinsik yang tidak dapat disangkal, dan modal sumber daya manusia juga memungkinkan seseorang menonjolkan potensi yang dimiliki sebagai anggota masyarakat yang produktif. Lebih banyak modal manusia dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi untuk bagi masing- masing individu, pendapatan yang lebih tinggi untuk negara, dan kohesi yang lebih kuat dalam masyarakat. Inilah yang menjadi sebuah penggerak utama pertumbuhan berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan. Namun sayangnya sistem pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi Indonesia telah mengalami penurunan investasi selama beberapa dekade sejak kemerdekaan Indonesia, yang mengakibatkan SDM Indonesia relatif lemah dibandingkan dengan pasar negara berkembang besar Asia lainnya seperti Cina dan India. Beberapa negara lainnya, seperti Korea Selatan, Cina, Hong Kong dan Singapura, sudah melakukan investasi lebih dahulu pada struktur pendidikan untuk kurun waktu yang cukup lama. Sistem pendidikan di Indonesia menduduki peringkat terendah diatara semua negara yang dianalisis. Salah satu indikator lemahnya kualitas sistem universitas di Indonesia adalah tidak ada universitas Indonesia yang masuk dalam Times Higher Education World University Rankings untuk 2014�15 dari 500 universitas teratas (Biswas, 2016).
Helen Rothberg dan Scott Erickson (2005), dalam
bukunya From Knowledge to Intelligence: Creating
Competitive Advantage in the Next Economy, menyebutkan
mengenai pepatah bahwa �pengetahuan memiliki nilai, kecerdasan memiliki kekuatan.� Pepatah yang kerap sebutkan dalam ini ingin
ditonjolkan oleh para penulis
bahwa bahwa kompetitif intelijen akan menemukan yang dibutuhkan dengan menggunakan informasi yang dimiliki atau diketahui.
Kompetitif intelijen kerap digunakan sebagai upaya untuk
memecahkan permasalahan baik itu jangka
pendek maupun jangka panjang. Karena berdasarkan siklusnya, kompetitif intelijen memiliki komponen mulai dari pengumpulan
informasi, analisis hingga manajemen. Kompetitif intelijen juga memiliki fokus internal dan eksternal yang mana dalam pelaksanaannya, kompetitif intelijen akan sangat bergantung pada informasi
internal maupun eksternal
yang didapat dari serangkaian metode sebagai bahan untuk
dianalisis sebagai penunjang untuk memperkuat argumen (asumsi), yang akhirnya akan berdampak pada manajemen bisnis dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan sebuah organisasi (Liebowitz, 2006).
Berkaitan dengan kompetitif intelijen, World Bank menyebutkan
bahwa individu yang memiliki kecakapan dan pengetahuan akan menjadi faktor- faktor yang berdampak pada kinerja individu tersebut di sebuah perusahaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah terbuka untuk ide-ide baru dan terus belajar; Berbagi pengetahuan yang dimiliki, belajar dari orang lain, dan menerapkan pengetahuan dalam pekerjaan sehari-hari; serta membangun kemitraan atau relasi untuk belajar
dan berbagi pengetahuan, sehingga dengan demikian karir yang dimiliki oleh individu akan terus berkembang.
Kompetitif intelijen berfokus pada potensi risiko dan imbalan yang dapat diterapkan dengan baik dalam konteks
strategis maupun taktis. Kompetitif intelijen memiliki peranan utama sebagai
pemasok informasi yang dibutuhkan untuk menyusun strategi, yang kemudian berfungsi sebagai batu pijakan untuk mencapai
target. Unit operasional harus
selalu memiliki 'gambaran besar' di belakang pikiran, untuk mempermudah mencapai tujuan diwaktu yang singkat. Mereka yang berspesialisasi dalam kompetitif intelijen sering kali dapat memberikan informasi intelijen taktis yang berguna, yang mana informasi ini dapat
menyebabkan perubahan dalam aktivitas pemasaran atau penetapan harga jangka pendek, pelanggan baru yang potensial, pemasok alternatif, pengembangan teknologi yang menjanjikan (Murphy, 2005).
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif deskriptif, yang akan menggunakan dua sumber data yakni data primer melalui wawancara dengan informan kunci dan data sekunder melalui dokumen-dokumen terkait dan studi literatur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
dan studi literatur. Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data mulai dari pengumpulan
data serta reduksi data untuk memilih hal-
hal pokok dan mencari pola yang berkaitan dengan fokus penelitian, penyajian data yang telah direduksi dan berbentuk narasi, bagan, dan lain sebagainya hingga akhirnya penarikan kesimpulan. Jurnal ini hanya fokus
membahas layanan beasiswa yang dimiliki oleh LPDP.
Hasil Dan Pembahasan
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia memiliki banyak potensi, baik potensi
sumber daya alam maupun potensi
sumber daya manusia. Indonesia kerap disebut sebagai salah satu negara yang memiliki bonus demografi, yakni kondisi masyarakat dengan usia produktif
lebih banyak dibanding masyarakat yang berusia nonproduktif. Dengan adanya bonus demografi, telah menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan
berbagai sektor dengan memanfaatkan sumber daya manusia
produktif yang berpotensi. Namun permasalahannya adalah, sumber daya manusia usia
produktif yang dimiliki
Indonesia ternyata belum memadai. Ini ditandai
dengan tingginya angka pengangguran, dan jumlah anak maupun
pemuda di Indonesia masih banyak
yang belum memiliki akses pada pendidikan yang layak. Artinya saat ini masyarakat
usia produktif di Indonesia
yang seharusnya menjadi
bonus demografi berpotensi menjadi bencana demografis.
Jika melihat potret
Indonesia saat ini dengan meninjau angka partisipasi kasar dan angka pengangguran terbuka, SDM
Indonesia masih jauh dari unggul. Angka Partisipasi Kasar di Indonesia berdasarkan
data yang dilansir oleh Kemendikbud
di tahun 2021 mengalami kenaikan yang tidak signifikan. Angka Partisipasi Kasar pada jenjang SD di tahun 2021 mengalami penurunan dan berada di angka 106,20%. Sedangkan pada jenjang SMP angka partisipasi kasarnya mengalami kenaikan dan angkanya 92,80%. Untuk APK jenjang SMA/SMK sederajat, mengalami kenaikan dan tercatat di angka 85,23% sedangkan untuk jenjang Perguruan Tinggi, ada kenaikan tipis pada APK naik
di angka 31,19% (Nua, 2021).
Kenaikan angka partisipasi
kasar di tahun 2021 ini nyatanya belum
menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Meski demikian, data mencatat bahwa angka pengangguran
terbuka juga sempat mengalami kenaikan akibat Covid-19 dan sampai awal tahun 2022 belum terlihat adanya pemulihan. BPS juga merilis data pada Februari 2022 yang
menyatakan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia tercatat sebanyak 8,40 juta orang. Meski ada pengurangan sekitar 350 ribu orang, namun hal ini
masih jauh dari kata pulih atau pada masa sebelum pandemic (Siswanto, 2022).
Dan ini membuktikan bahwa adanya kesenjangan
antara kebutuhan industri dan dunia pendidikan.
Jika melihat karakteristik Indonesia dan membandingkannya
dengan negara di seluruh
dunia, menurut World Economic Forum, di negara
berkembang selama beberapa dekade terakhir standarisasi sistem pendidikan menengah setempat untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan hanya berada di poin 42 dari 100. Hal ini berbeda cukup
signifikan jika dibandingkan dengan negara maju yang memiliki 59 poin. Ini terjadi
akibat sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan zamannya.
Jika ditelisik lebih lanjut, pola pendidikan
di Indonesia saat ini masih memiliki kekurangan dan kurang efektif sehingga belum memenuhi kebutuhan industri. Ini juga dipengaruhi oleh adanya
perbedaan pola mengajar para tenaga pendidik. Para tenaga pendidik tidak membangkitkan daya kritis murid sehingga tak sedikit dari
mereka enggan untuk belajar dan pengembangan karakter akhirnya tidak tumbuh. Tidak hanya
itu, problematika pendidikan di Indonesia juga masih
berkutat pada minimnya kompetensi guru, dan kurang memadainya infrastruktur sekolahan. Bahkan tidak ada peningkatan
kompetensi bagi guru terlebih kurikulum pendidikan di Indonesia tidak cukup praktis dan operasional sehingga para guru kesulitan dalam menerjemahkannya kedalam materi pembelajaran dan aktivitas di kelas (Wosnitza & Peixoto, 2018).
Ketidaksesuaian dunia pendidikan dan dunia industri inilah yang akhirnya menyebabkan sebuah masyarakat tidak dapat membuat
perubahan dalam lingkungannya. Individu yang tangguh adalah salah satu cara untuk
mempersiapkan masyarakat dengan perubahan dunia.
Pendidikan memiliki peran untuk mempersiapkan individu menjadi agen perubahan dengan segala kompleksitasnya
(ahmed Shafi, Middleton, Millican, & Templeton, 2020).
Dalam konteks Indonesia, ketertinggalan kurikulum dan ketidaksesuaian dunia pendidikan dengan kebutuhan industri ini juga menjadi titik rentan
yang harus segera diatasi. Indonesia dengan bonus demografinya harus dapat membentuk individu yang sesuai pada zamannya sebagai bentuk dari resiliensi
menghadapi ancaman megatren. Resiliensi tidak harus dipahami
sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak
dimiliki seseorang, tetapi sebagai kotak peralatan yang dibawa individu ke situasi tertentu,
lebih khusus lagi, kotak alat
dan sumber daya yang membantu seseorang untuk memecahkan masalah. Menjadi tangguh berarti memiliki alat atau
sumber daya yang diperlukan untuk menangani situasi menantang tertentu (Wosnitza & Peixoto, 2018).
Pada abad ke
21, seluruh aktivitas manusia ditopang oleh teknologi. Bahkan teknologi yang ada di abad ke 21 sudah
hampir menggantikan peranan manusia, mulai dari robot, kecerdasan buatan atau artificial intelligence, hingga
pemanfaatan big data. Sehingga,
akselerasi teknologi ini membawa implikasi
sosial berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja, kesempatan kerja, kesetaraan, dan pengembangan berkelanjutan dari masyarakat. Sehingga untuk dapat mengimbangi
pesatnya perkembangan teknologi, setiap individu diharuskan untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas, sehingga masing masing individu diharapkan dapat memiliki ketahanan dan kehidupan dengan kualitas yang lebih baik dan lebih produktif. Selain laju perkembangan zaman yang tidak dapat dibendung,
ada tantangan megatren yang harus kita jawab dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing
global (Zubaidah, 2019).
Berikut 16 tantangan megatren yang diprediksi oleh beberapa lembaga peneliti:
Gambar 1: 16 Megatren
Guna menghadapi pesatnya perkembangan teknologi dan menghadapi tantangan dan ancaman 16 megratren diatas, serta meningkatkan kualitas SDM Indonesia agar dapat
beradaptasi dengan fenomena global, pemerintah tengah berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui pendidikan, dengan mendirikan Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP). LPDP hadir untuk
membantu mempersiapkan pemimpin-pemimpin di masa depan
dan mampu bersaing. LPDP memiliki peran sentral dalam
pengembangan SDM nasional, karena kemajuan sebuah peradaban dan negara bergantung pada sumber daya manusianya.
Sebagai lembaga negara, LPDP berperan sebagai katalisator bagi kementerian dan lembaga baik itu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional dan
Lembaga-lembaga lainnya.
LPDP juga memiliki peranan sebagai pengungkit bagi sektor-sektor strategis, mulai dari sektor Kesehatan, sektor Pendidikan, Public Service, sektor Industri mulai dari hilirisasi
industri sumber daya alam, energi
hijau dan ekonomi digital, hingga kewirausahaan. Dengan demikian, LPDP menjamin terjadinya pengembangan SDM yang berkelanjutan
antar generasi, dengan berpihak pada program-
program afirmatif dan meningkatkan
partisipasi aktif dari pihak swasta,
dan asing. Sehingga, selama 10 tahun, LPDP berupaya menghadirkan program program beasiswa yang diharapkan dapat menghasilkan SDM yang dapat menjawab kebutuhan global, terutama tantangan akselerasi teknologi yang terjadi di abad ke 21. Di tahun 2022, LPDP memiliki dua arah
kebijakan yang berkaitan dengan layanan program dan telah disepakati. Rencananya, dua arah kebijakan ini akan menjadi
fokus LPDP untuk turut mengembangkan ketahanan sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi megatren. Yang pertama adalah mendukung pendanaan dan pelaksanaan program
riset nasional sesuai dengan prioritas
riset nasional, yang bertujuan untuk menghasilkan produk-produk inovasi terapan kompetitif yang dapat diimplementasikan karena penelitian menjadi salah satu strategi yang dapat dilaksanakan guna meningkatkan keberlangsungan produk inovasi yang berbasis problematika yang dialami oleh masyarakat, utamanya dalam bidang pengembangan sektor ekonomi, yang jika dikaitkan dengan kompetitif intelijen program ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi di masyarakat sehingga penelitian dan riset yang dihasilkan diharapkan tidak hanya mampu menghasilkan
produk inovasi teknologi tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan seiring dengan kebutuhan industri.
Arah kebijakan yang kedua adalah pendanaan beasiswa pendidikan yang berkolaborasi dengan lintas Kementerian diantaranya
Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan, Kementerian
Kesehatan hingga Kementerian Agama sebagai fokus penelitian
ini. Saat ini LPDP memiliki 11 program beasiswa mulai dari beasiswa targeted (beasiswa beasiswa kewirausahaan, beasiswa PNS, TNI,
Polri, beasiswa dokter spesialis, beasiswa pendidikan kader ulama perempuan), beasiswa afirmasi (beasiswa putra putri papua, beasiswa
daerah afirmasi, beasiswa pra sejahtera,
dan beasiswa penyandang disabilitas), dan beasiswa umum (beasiswa PTUD, beasiswa reguler dan beasiswa co-funding). Seluruh
program beasiswa yang dimiliki
oleh LPDP memiliki semangat
beasiswa yang berkeadilan
dan merata. Sehingga dengan berbagai program yang ditawarkan oleh LPDP, diharapkan dapat menciptakan talenta- talenta dan calon pemimpin masa depan. Tidak hanya itu, LPDP juga secara rutin setiap
tahun melakukan pembaruan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan merujuk pada hasil evaluasi sebagai upaya untuk pengembangan
gagasan program-program LPDP.
Gambar 2: Program-Program LPDP di tahun 2022
Jika dilihat
pada gambar di atas, pada tahun 2022 LPDP memiliki program beasiswa yang lebih variatif dan diharapkan dapat menjangkau berbagai golongan. LPDP di tahun 2022 ini akan membuka pendanaan
beasiswa yang dikhususkan bagi dokter spesialis
dan pendidikan kader Ulama/
perempuan sebagai program terbaru yang akan dibuka pada periode pendaftaran tahap kedua. Sehingga dengan adanya penambahan
program beasiswa yang dimiliki
oleh LPDP, program- program beasiswa LPDP diharapkan dapat menjangkau seluruh kalangan, dan memberikan beasiswa yang berkeadilan.
Gambar 3: Akumulasi penerima beasiswa LPDP (LPDP, 2021)
Pada gambar diatas, telah terlampir
jumlah akumulatif penerima beasiswa LPDP sejak tahun 2013 hingga 2021, sebanyak 29.872
orang yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia, sedangkan penerima beasiswa kerjasama dengan Kemendikbud sebanyak 2.181 orang
dan 67.770 orang penerima beasiswa
non-Degree. Saat ini juga tercatat ada 6.148 orang yang tengah menempuh studi (ongoing) baik didalam maupun diluar negeri.
Pada tahun 2021,
berdasarkan data LPDP, Badan Layanan
Umum ini telah berhasil mengirimkan 4266 talenta- talenta terbaik negeri untuk mengenyam pendidikan baik di tingkat S1 hingga S3, dengan pembagian disiplin akademik, STEM sebanyak 2442 awardee atau
setara 57%, dan non STEM sebanyak 1824 atau setara 43%. Kendati demikian, 57% awardee yang mengambil
disiplin akademik STEM ini belum sepenuhnya
dapat menjawab tantangan megatren di abad ke 21. Untuk
itu, perlu upaya lebih besar
untuk meningkatkan kapabilitas SDM Indonesia. Indonesia membutuhkan
lebih banyak talenta- talenta yang memiliki pengetahuan dan kapabilitas untuk menghadapi tantangan global.
Sehingga dengan jumlah akumulatif sejak tahun 2013 hingga 2021, LPDP sebagai lembaga yang telah berinvestasi pada pendanaan pendidikan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia
melalui program riset dan beasiswa pendidikannya ini telah menunjukan
hasil yang signifikan. Dari
ribuan lulusan LPDP lebih dari 50% awardee
yang telah bekerja dan terserap di dunia industri. Berikut hasil tracer study
lulusan LPDP tahun 2021 dan
tahun 2022.
Gambar 4: Tracer Study
Alumni LPDP 2020 & 2021 (LPDP, 2021)
Pada data tahun 2021 di atas menunjukkan 78% alumni (awardee) LPDP sudah bekerja, 7% lainnya menjadi wirausaha dan sisanya melanjutkan studi dan freelance. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2022. Tercatat bahwa alumni LPDP yang terserap di dunia kerja angkanya meningkat menjadi 85%, dan sebanyak 6% lainnya telah membangun usaha. Sehingga berdasarkan data, investasi pendidikan yang diberikan LPDP melalui program- programnya telah memberikan hasil yang optimal, dan modal untuk meningkatkan ketahanan sumber daya manusia dibidang investasi pendidikan telah dianggap siap untuk menghadapi era megatrend dan ini menjadi sejalan dengan pandangan (Goldin, 2016) terkait ketahanan sumber daya manusia. Bahwa investasi yang dilakukan ini dapat dipastikan meningkatkan produktivitas pada individu yang imbal hasil investasinya akan jauh lebih besar dari nilai investasinya (baik langsung dan tidak langsung). Imbal hasil atas keterampilan dan keahlian yang mereka miliki pada akhirnya akan memberikan dampak pada pada lingkungan.
Kesimpulan
Menjadi lembaga yang hadir untuk berinvestasi
pada pendidikan, LPDP telah
terbukti menghasilkan puluhan ribu lulusan
yang memiliki kualitas dan berdaya saing global yang diharapkan dapat terus berkembang dan siap menghadapi ancaman megatren. Hal ini ditunjang oleh kewajiban para awardee
alumni LPDP untuk menyelesaikan
pendidikannya secara baik, dan mampu merencanakan dan menjalankan
program yang berkontribusi nyata
bagi negara, seperti di bidang kemanusiaan, pendidikan, kesehatan sampai kewirausahaan. Dengan demikian, sumber daya manusia
pada akhirnya akan semakin kuat dengan
bekal ilmu pengetahuan dan keahlian sehingga resiliensi sumber daya manusia
Indonesia akan terbentuk
dan siap untuk menghadapi tantangan megatren abad ke
21.
Sebagai Badan Layanan Umum, LPDP terus berupaya untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui
program-program yang terus disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Menyasar universitas-universitas unggulan
baik di dalam dalam maupun di luar negeri LPDP berharap jumlah talenta-talenta unggul akan lahir
dan berkesempatan menyelesaikan
pendidikan tinggi di berbagai bidang sehingga dapat berkontribusi membantu negeri dengan memecahkan beragam permasalahan bangsa termasuk mengembangkan usaha, menciptakan lapangan kerja, dan melakukan banyak perbaikan di berbagai sektor kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Program pendanaan pendidikan yang dilakukan oleh
LPDP harus terus berkembang dan menyesuaikan dengan kebutuhan pembangunan negara di masa mendatang,
sehingga imbal hasil dari investasi
dana pendidikan ini dapat menghasilkan modal sumber daya manusia
dan generasi penerus bangsa yang terampil, berjiwa pemimpin, dan memiliki kemampuan bersaing secara global dan investasi pendanaan pendidikan yang berkelanjutan untuk pengembangan sumber daya manusia
antar generasi akan terus terjadi.
Ahmed
Shafi, Adeela, Middleton, Tristan, Millican, Richard, & Templeton, Sian.
(2020). Reconsidering resilience in education: An exploration using the
dynamic interactive model of resilience. Springer. Google Scholar
Biswas,
Rajiv. (2016). Asian megatrends. Springer. Google Scholar
Goldin,
Claudia D. (2016). Human capital. Google Scholar
Ilbury,
Chantell, & Sunter, Clem. (2001). The mind of a fox: Scenario planning
in action. Human & Rousseau (Pty) Ltd. Google Scholar
Liebowitz,
Jay. (2006). Strategic intelligence: business intelligence, competitive
intelligence, and knowledge management. Auerbach Publications. Google Scholar
Murphy,
C. (2005). Kompetitif intelijen Gathering, Analysing and Putting it to Work.
England: Gower Publishing Limited.
Nua,
F. (2021). https://mediaindonesia.com/humaniora/461041/angka-partisipasi-kasar-pendidikan-naik-tipis-selama-pandemi.
Retrieved from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/humaniora/461041/angka-partisipasi-kasar-pendidikan-naik-tipis-selama-pandemi.
Retrieved from
https://mediaindonesia.com/humaniora/461041/angka-partisipasi-kasar-pendidikan-naik-tipis-selama-pandemi.
Retrieved from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/humaniora/461041/angka-partisipasi-kasar-pendidikan-naik-tipis-selama-pandemi
Siswanto,
D. (2022). https://nasional.kontan.co.id. Retrieved from Nasional Kontan.
Wosnitza,
Marold, & Peixoto, Francisco. (2018). Resilience in education: Emerging
trends in recent research. Resilience in Education, 335�340. Google Scholar
Zubaidah,
Siti. (2019). STEAM (science, technology, engineering, arts, and mathematics):
Pembelajaran untuk memberdayakan keterampilan abad ke-21. Seminar Nasional
Matematika Dan Sains, September, 1�18. Google Scholar
Copyright
holder: Muhammad Oriza, Margaretha
Hanita (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |