Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
8, Agustus 2022
HUBUNGAN� KADAR C-REAKTIV PROTEIN (CRP) DENGAN NILAI CYCLE TRESHOLD� (CT) PADA PENDERITA COVID-19
Maria
Nuraeni, Lidwina Septie Christya
Wardani, Maria Citra
Dewi, Srimiyati
Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas katolik Musi Charitas, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Latar Belakang: Infeksi COVID-19 disebabkan oleh virus corona, dengan gejala utama berupa gangguan pernapasan. Pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan yaitu rapid test antigen, rapid test antibodi, ELISA dan RT-PCR. Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis COVID-19 adalah RT-PCR. Parameter lain yang disarankan adalah viral load yaitu nilai Cycle treshold. CRP merupakan salah satu parameter pemeriksaan penanda inflamasi pada kasus COVID-19. �Kadar C-Reaktif Protein dapat digunakan untuk diagnosis awal pneumonia. Pasien dengan pneumonia berat terjadi peningkatan kadar C-Reaktif Protein yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi nilai Cycle threshold dengan kadar C-Reaktif Protein, pada penderita COVID-19. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif non eksperimental korelasional, penelitian dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Charitas Hospital KM.7 Palembang pada bulan Mei s/d Juni 2020. Subjek penelitian adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Charitas Hospital KM.7 sebanyak 40 orang. Uji statistik yang digunakan uji korelasi pearson, hasil uji didapatkan nilai sig 0,494 (p > 0,05). Kesimpulan tidak terdapat hubungan antara nilai Cycle treshold dan kadar C-Reaktif Protein pada penderita COVID-19.
Kata Kunci: COVID-19; Korelasi nilai Ct; CRP
Abstract
Background: COVID-19 infection is caused by a coronavirus, with the main symptoms being respiratory problems. Common diagnostic tests performed are rapid antigen test, antibody rapid test, ELISA and RT-PCR. The gold standard test for diagnosing COVID-19 is RT-PCR. Another recommended parameter is viral load, namely the cycle threshold value. CRP is one of the parameters for examining inflammation markers in COVID-19 cases. C-Reactive Protein levels can be used for the initial diagnosis of pneumonia. Patients with severe pneumonia have elevated levels of C-Reactive Protein. The purpose of this study was to determine the correlation of the Cycle threshold value with levels of C-Reactive Protein, in patients with COVID-19. The type of research conducted is correlational, non-experimental quantitative. The research was conducted at the Charitas Hospital KM.7 Palembang Hospital Laboratory from May to June 2020. The research subjects were 40 patients at Charitas Hospital KM.7. The statistical test used was the Pearson correlation test, and the test results obtained a sig value of 0.494 (p> 0.05). The conclusion is that there is no relationship between Cycle Threshold values and C-Reactive Protein levels in COVID-19 patients.
Keywords: COVID-19;
Correlation of Ct value; CRP
Pendahuluan
Infeksi
coronavirus adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus corona dengan
gejala utama berupa gangguan pernapasan. COVID-19 bersifat patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan. Virus ini merupakan virus RNA rantai tunggal (single-stranded
RNA) �(Erlina Burhan, 2020).
�Gejala infeksi COVID-19 tidak spesifik, termasuk gejala pernafasan, batuk, demam, dyspnea (sesak nafas). Tes
diagnostik untuk infeksi COVID-19 sangat dibutuhkan
tes konfirmasi yang cepat
terhadap dugaan kasus, skrining pasien dan melakukan virus
surveillance, serta mencegah
terjadinya penyebaran (Nguyen T, 2020)�Beberapa metode diagnostik untuk tes COVID-19,� sebagian besar didasarkan pada lima perbedaan teknik yaitu: Reverse Transcription-Polymerase Chain ReaCtion (RT-PCR), Loop-mediated Isothermal
Amplification (LAMP), Lateral flow test, Enzyme Linked Immunosorbent
Assay (ELISA), dan Real-time PCR atau quantitative
Polymerase Chain ReaCtion (qPCR) (Herawati, 2020)�WHO merekomendasikan
tes diagnostik cepat berbasis deteksi antigen dan antibodi
(rapid tes) untuk keperluan surveillance (Metode Lateral flow test dan
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), sedangkan
untuk keperluan diagnostik merekomendasikan
pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang terduga terinfeksi
COVID-19. Metode yang dianjurkan
adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic
Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR (WHO, 2020).
Pemeriksaan diagnostik yang
umum dilakukan yaitu rapid test antigen, rapid test antibodi,
ELISA, RT-PCR dan Tes Cepat
Molekuler. Pemeriksaan baku emas dalam
mendiagnosis COVID-19 adalah
RT-PCR. Parameter lain yang disarankan adalah viral load yang dapat diperkirakan berdasarkan nilai ambang siklus
RT-PCR, yaitu nilai Cycle treshold (Ct), paling sering diukur dalam sampel
dari saluran pernafasan bagian atas, dan Nilai Ct yang rendah menunjukkan viral load yang tinggi.
Nilai Ct umumnya diberikan dalam pengujian laboratorium rutin untuk SARS-CoV-2. Karena pasien dengan suspek COVID-19 sering menjalani tes RT-PCR untuk SARS-CoV-2
Sejumlah
penelitian tentang viral
load pada COVID-19 telah menunjukkan
adanya peningkatan pada saat timbulnya gejala (W�lfel et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan
oleh (Dergaa et al., 2022)�dengan hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara orang positif COVID-19
yang bergejala dan tidak bergejala terhadap viral load mereka yang diukur dengan Nilai Ct. Beberapa penelitian telah menunjukkan korelasi terbalik antara viral load awal dengan durasi
dan tingkat keparahan gejala COVID-19, nilai Ct yang lebih rendah dikaitkan
dengan kondisi yang lebih buruk pada pasien COVID-19. Berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa
Covid-19, (Vabret, 2020)�menjelaskan
bahwa beberapa parameter periksaan hematologi dan serologis
dapat menjadi penanda inflamasi �pada
kasus COVID-19 yang parah dan tampaknya berkorelasi dengan ��keparahan gejala dan hasil
klinis. Kadar
C-Reaktif Protein (CRP) dapat digunakan dalam diagnosis awal pneumonia,
pada pasien dengan
pneumonia berat terjadi peningkatan kadar
C-Reaktif Protein yang tinggi �(Zhao et al., 2020)�C-reaktif protein merupakan protein
fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon terhadap peningkatan kadar sitokin inflamasi terutama inteleukin- 6 (IL-6) dan tumor necrosis
faCtor-alpha
(TNF- α).
Dalam kondisi normal,
kadar protein C-reaktif dalam darah cenderung
rendah. Kadar yang tinggi bisa menandakan adanya infeksi serius atau kondisi
medis lainnya.
Peningkatan kadar C-reaktif protein� merupakan respon terhadap kerusakan jaringan, infeksi dan peradangan. Konsentrasi C-reaktif protein akan meningkat dalam sirkulasi selama inflamasi. C-Reaktif protein berperan sebagai penanda peradangan tetapi juga berperan aktif dalam proses peradangan (Sproston,
NR, and Ashworth, 2018). Penelitian
yang dilakukan oleh (Bedah & Sari, 2021)�menganalisis karakteristik klinis dan laboratorium
pada kelompok pasien ringan, sedang, berat dan kritis, hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan Laju Endap Darah (LED), kadar C-reaktif protein. �. Penelitian
lain oleh (Moneva-Sakelarieva et al.,
2021)�dengan
membandingkan empat kelompok kasus klinis dari parameter yang berbeda yaitu Tes
RT-PCR, tes rapid, gambaran klinis, tes laboratorium� hematologi, penanda inflamasi, status
koagulasi dan kimiawi. Hasil penelitian diketahui bahwa masalah utama� uji RT-PCR adalah hasil negatif palsu. RT-PCR
negatif tidak mengecualikan infeksi SARS CoV-2 dan metode ini tidak boleh digunakan
sebagai satu-satunya kriteria diagnostik.
Beberapa biomarker dikaitkan
dengan perkembangan
COVID-19. Demikian pula, C-Reaktif
Protein sebagai penanda inflamasi yang dikaitkan dengan tingkat keparahan COVID-19 (Ponti et al., 2020).
Berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium untuk
menegakkan diagnosa Covid-19, (Vabret, 2020)�menjelaskan
bahwa beberapa parameter periksaan serologis dapat menjadi
penanda inflamasi �pada
kasus COVID-19 yang parah dan berkorelasi dengan ��keparahan gejala dan hasil
klinis. Viral load berdasarkan
nilai ambang siklus RT-PCR, yaitu nilai Cycle treshold (Ct), Nilai
Ct yang rendah menunjukkan
viral load yang tinggi, viral load pada COVID-19 telah menunjukkan adanya peningkatan pada saat timbulnya gejala (W�lfel et al., 2020).
Maka melalui
penelitian ini ingin diketahui
apakah ada hubungan kadar C-Reaktif�
Protein pasien Covid-19 dengan Nilai Ct pada hasil pemeriksaan�
RT-PCR positif?.
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan
Rapid antigen, RT-PCR, Ct dan CRP
No |
Kode
Sampel |
Jenis Kelamin |
Umur |
Hasil
Pemeriksaan |
||||
Rapid
Antigen |
RT-PCR |
Cycle
Treshold value |
C-Reaktif Protein |
|||||
1 |
S1 |
Perempuan |
52 |
Positif |
Positif |
20 |
22 |
150 |
2 |
S2 |
Laki-laki |
39 |
Negatif |
Positif |
25 |
25 |
55 |
3 |
S3 |
Laki-laki |
68 |
Negatif |
Positif |
25 |
24 |
5 |
4 |
S4 |
Laki-laki |
39 |
Positif |
Positif |
23 |
22 |
7 |
5 |
S5 |
Perempuan |
52 |
Positif |
Positif |
24 |
25 |
183 |
6 |
S6 |
Perempuan |
29 |
Positif |
Positif |
12 |
13 |
6 |
7 |
S7 |
Perempuan |
29 |
Positif |
Positif |
18 |
18 |
132 |
8 |
S8 |
Perempuan |
65 |
Positif |
Positif |
21 |
21 |
8 |
9 |
S9 |
Perempuan |
60 |
Positif |
Positif |
33 |
34 |
102 |
10 |
S10 |
Laki-laki |
62 |
Positif |
Positif |
23 |
23 |
75 |
11 |
S11 |
Perempuan |
53 |
Positif |
Positif |
32 |
34 |
4 |
12 |
S12 |
Laki-laki |
62 |
Positif |
Positif |
14 |
16 |
75 |
13 |
S13 |
Laki-laki |
46 |
Positif |
Positif |
30 |
31 |
85 |
14 |
S14 |
Laki-laki |
47 |
Positif |
Positif |
23 |
25 |
6 |
15 |
S15 |
Perempuan |
67 |
Positif |
Positif |
21 |
23 |
65 |
16 |
S16 |
Perempuan |
56 |
Positif |
Positif |
18 |
20 |
12 |
17 |
S17 |
Laki-laki |
46 |
Positif |
Positif |
33 |
34 |
53 |
18 |
S18 |
Perempuan |
67 |
Positif |
Positif |
24 |
26 |
4 |
19 |
S19 |
Perempuan |
41 |
Positif |
Positif |
29 |
32 |
27 |
20 |
S20 |
Perempuan |
63 |
Positif |
Positif |
22 |
23 |
43 |
21 |
S21 |
Laki-laki |
42 |
Positif |
Positif |
20 |
19 |
4 |
22 |
S22 |
Perempuan |
57 |
Positif |
Positif |
14 |
14 |
17 |
23 |
S23 |
Perempuan |
35 |
Positif |
Positif |
22 |
22 |
98 |
24 |
S24 |
Perempuan |
42 |
Negatif |
Positif |
32 |
30 |
3 |
25 |
S25 |
Perempuan |
48 |
Positif |
Positif |
21 |
22 |
8 |
26 |
S26 |
Perempuan |
65 |
Positif |
Positif |
27 |
29 |
23 |
27 |
S27 |
Laki-laki |
56 |
Positif |
Positif |
35 |
36 |
116 |
28 |
S28 |
Laki-laki |
62 |
Positif |
Positif |
28 |
27 |
5 |
29 |
S29 |
Perempuan |
64 |
Positif |
Positif |
22 |
23 |
17 |
30 |
S30 |
Perempuan |
55 |
Positif |
Positif |
18 |
18 |
7 |
31 |
S31 |
Laki-laki |
67 |
Positif |
Positif |
23 |
25 |
47 |
32 |
S32 |
Perempuan |
54 |
Positif |
Positif |
18 |
19 |
53 |
33 |
S33 |
Laki-laki |
59 |
Positif |
Positif |
29 |
30 |
43 |
34 |
S34 |
Laki-laki |
58 |
Positif |
Positif |
21 |
20 |
5 |
35 |
S35 |
Perempuan |
58 |
Positif |
Positif |
20 |
18 |
65 |
36 |
S36 |
Laki-laki |
29 |
Positif |
Positif |
30 |
31 |
11 |
37 |
S37 |
Perempuan |
44 |
Positif |
Positif |
24 |
25 |
3 |
38 |
S38 |
Laki-laki |
52 |
Positif |
Positif |
16 |
17 |
87 |
39 |
S39 |
Perempuan |
54 |
Positif |
Positif |
30 |
31 |
167 |
40 |
S40 |
Laki-laki |
32 |
Positif |
Positif |
21 |
22 |
119 |
Berdasarkan data pada tabel 1. �diketahui nilai Ct dengan nilai minimum 13 dan nilai maksimum 36 dan kadar CRP dengan nilai minimum 3 dan maksimum 183.� Selanjutnya untuk mengetahui apakah data hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak, dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji seperti pada tabel 2
������Tabel 2
Hasil Uji Normalitas
Keterangan |
Hasil Uji Shapiro-Wilk |
||
|
Statistic |
Df |
Sig |
Nilai Ct |
,969 |
40 |
,342 |
Kadar CRP |
,848 |
40 |
,000 |
Data pada tabel 2. hasil uji normalitas untuk nilai Ct diketahui p = 0,342 (p > 0,05), yang berarti data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kadar CRP didapatkan nilai p = 0,0,00 (p < 0,05), yang berarti data terdistribusi tidak normal. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Nilai Ct dengan kadar CRP, dilakukan uji korelasi menggunakan uji pearson, hasil uji seperti pada tabel 3.
Uji Korelasi |
CT |
CRP |
|
CT |
Pearson Correlation |
1 |
,111 |
Sig. (2-tailed) |
|
,494 |
|
N |
40 |
40 |
|
CRP |
Pearson Correlation |
,111 |
1 |
Sig. (2-tailed) |
,494 |
|
|
N |
40 |
40 |
Berdasarkan tabel 3 Hasil uji korelasi didapatkan nilai sig 0,494 (p > 0,05), yang berarti tidak terdapat hubungan antara Nilai Ct dan kadar CRP. Dalam real time PCR, waktu nyata suatu reaksi positif dideteksi oleh akumulasi sinyal fluoresen. Ct (cycle treshold) didefenisikan sebagai jumlah siklus yang diperlukan agar sinyal fluoresen dapat melewati ambang. Level Ct berbanding terbalik dengan jumlah target asam nukleat dalam sampel (semakin rendah tingkat Ct semakin besar jumlah asam nukleat target dalam sampel) (Herawati, 2020).
Beberapa
biomarker telah dikaitkan dengan perkembangan COVID-19 dan kematian jangka pendek Chen et
al., (2020), demikian pula CRP sebagai penanda inflamasi (Zhao, Y et al., 2020)�Penelitian terdahulu menjelaskan terjadi peningkatan kadar CRP pada penderita
COVID-19. (Yufei et al., 2020)�berdasarkan hasil penelitiannya menjelaskan CRP secara
signifikan lebih tinggi pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2, dan pada kelompok
yang sakit parah, secara signifikan lebih tinggi daripada
kelompok kontrol yang sehat.� Kadar CRP darah yang lebih tinggi, sebagai penanda peradangan non-spesifik, memainkan peran instruktif dalam respon imun
yang didapat sebagai lektin pengenalan bawaan dan peningkatan kadar CRP juga telah dikaitkan dengan dispnea akut karena
pneumonia dan bronchitis. Penelitian lain yang dilakukan
oleh (Zhao, Y et al., 2020)�menjelaskan bahwa limfopenia dan peningkatan CRP ditemukan pada pasien COVID 19 mirip dengan pasien
dengan infeksi SARS-CoV. Hal ini dapat
disebabkan oleh filogenetik
homo gen antara SARS-CoV-2 dan beta coronavirus lainnya. Beberapa parameter periksaan
serologis
dapat
menjadi penanda inflamasi pada kasus COVID-19
yang parah dan berkorelasi dengan ��keparahan gejala dan hasil klinis. Kadar CRP dapat digunakan dalam diagnosis awal pneumonia, pada pasien dengan pneumonia berat terjadi peningkatan kadar
CRP yang tinggi
Penelitian yang
dilakukan bertujuan melihat ada tidaknya
korelasi antara nilai Ct dan kadar CRP. Hasil Uji pearson sig 0,494 (p > 0,05)
diketahui tidak ada hubungan antara
kadar CRP dengan Nilai Ct.
Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan CRP, tidak sepenuhnya dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosa infeksi Covid-19, namun demikian kadar CRP merupakan salah satu biomarker laboratorium yang efektif dalam mengklasifikasikan pasien berdasarkan risikonya untuk perawatan yang cepat, seperti dijelaskan oleh (Ponti et al., 2020)�berdasarkan hasil penelitiannya, biomarker laboratorium yang efektif yang dapat mengklasifikasikan pasien berdasarkan risikonya untuk� perawatan yang cepat, yang telah diidentifikasi adalah: hematologi (jumlah limfosit, jumlah neutrofil, rasio neutrofil-limfosit (NLR)), inflamasi
CRP, laju sedimentasi eritrosit (ESR), prokalsitonin
(PCT)), imunologi (interleukin (IL)-6 dan biokimia (D-dimer, troponin, creatine kinase (CK),
aspartate aminotransferase (AST), terutama yang terkait dengan kaskade koagulasi pada koagulasi intravaskular diseminata (DIC) dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).� Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh �(Elemam et al., 2021)�bahwa komplikasi, keparahan dan kematiannya terjadi akibat pelepasan sitokin inflamasi atau yang disebut badai sitokin. Komplikasi COVID-19 yang paling parah
adalah pneumonia yang dapat
menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang disertai dengan neutrofilia, limfopenia, dan trombositopenia. Konsentrasi sitokin yang sangat tinggi dapat menyebabkan
"badai sitokin" seperti pada kasus pasien COVID-19 yang parah dan berkorelasi dengan replikasi virus, dan cedera paru.
Viral
load dapat diperkirakan berdasarkan nilai ambang siklus reverse transcriptasease polymerase chain reaction (RT-PCR). Nilai
Ct paling sering diukur dalam sampel dari
saluran pernafasan bagian atas. Nilai Ct yang rendah menunjukkan viral load
yang tinggi. Nilai Ct umumnya
diberikan dalam pengujian laboratorium rutin untuk SARS-CoV-2. Karena pasien dengan suspek
COVID-19 yang menjalani tes
RT-PCR untuk SARS-CoV-2 Sejumlah
penelitian tentang dinamika viral load pada COVID-19 telah
menunjukkan tingkat puncak di sekitar timbulnya gejala (Ingberg et al., 2022).
Terdapat perbedaan yang signifikan antara orang positif COVID-19 yang bergejala
dan tidak bergejala terhadap viral load mereka yang diukur dengan Nilai Ct. Pasien dengan kodisi
yang buruk, memiliki nilai Ct yang rendah �(Dergaa et al., 2022).
Lebih lanjut (Dergaa et al., 2022)�dalam penelitiannya mengamati perbedaan yang signifikan antara penderita positif COVID-19 yang bergejala dan tidak bergejala terhadap viral load
yang diukur dengan nilai Ct. Nilai Ct yang lebih rendah berpotensi dikaitkan dengan kondisi yang buruk pada pasien COVID-19.� Pelepasan virus (diukur dengan nilai Ct) pada pasien COVID-19 yang dikonfirmasi
memuncak pada atau sebelum timbulnya gejala, dengan kemungkinan penularan terjadi sebelum gejala pertama. (Zhao, Y� et al., 2020)�menjelaskan infeksi COVID-19 akan menyebabkan beberapa
kerusakan fungsi hati pada pasien. CRP merupakan
protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon terhadap peningkatan kadar sitokin inflamasi.
Infeksi COVID-19
menyebabkan beberapa kerusakan fungsi hati, CRP
merupakan protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon terhadap peningkatan kadar sitokin inflamasi.
Peradangan sistemik
yang ditimbulkan oleh badai
sitokin dianggap sebagai ciri penyakit
coronavirus (COVID-19). Kadar CRP yang sangat tinggi >50
mg/dL sebagian besar terkait dengan infeksi bakteri, tetapi kadar yang meningkat juga terlihat pada cedera, proses kardiovaskular,
dan keadaan inflamasi lainnya. Peningkatan kadar CRP tidak hanya menunjukkan keadaan pro-inflamasi tetapi juga dapat digunakan sebagai penanda prognostik untuk proses penyakit yang mendasarinya. CRP yang lebih tinggi dikaitkan dengan lama rawat inap yang lebih lama dan
prognosis yang lebih buruk dalam hal mortalitas,
kadar CRP dan dampaknya terhadap kebutuhan tingkat perawatan yang lebih tinggi bagi
pasien. Peningkatan kadar CRP tidak hanya menunjukkan keadaan pro-inflamasi tetapi juga dapat digunakan sebagai penanda prognostik untuk proses penyakit yang mendasarinya (Ullah et al., 2020).
Kesimpulan
Tidak ada hubungan antara kadar CRP dengan nilai Ct, pada penderita COVID-19. Infeksi
COVID-19 menyebabkan beberapa kerusakan fungsi hati pada pasien. C-reaktif
protein merupakan protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon
terhadap peningkatan kadar sitokin inflamasi. Viral load berdasarkan
nilai ambang siklus reverse transcriptasease polymerase chain reaction (RT-PCR), nilai Ct yang rendah
menunjukkan viral load yang tinggi, viral load pada COVID-19 telah menunjukkan
tingkat puncak di sekitar timbulnya gejala. Dalam penelitian
yang dilakukan subjek penelitian tidak tidak diidentifikasi lebih spesifik, apakah infeksi COVID-19 yang dialami dalam fase akut atau
kronis.
Bedah, S., & Sari, I. N. (2021). Respons
C-Reactive Protein (CRP) dan Laju Endap Darah ( LED ) Sebagai Petanda Inflamasi
Pada Pasien Covid-19 Pendahuluan Pandemi yang disebabkan Coronavirus Disease 19
(COVID-19) telah menjadi masalah langsung dengan droplet jumlah kasus yang
sangat t. 7(2), 157�164.
http://journal.thamrin.ac.id/index.php/anakes/article/view/660 Google Scholar
Dergaa, I., Abubaker, M., Souissi, A., Mohammed, A.
R., Varma, A., Musa, S., Al Naama, A., Mkaouer, B., & Ben Saad, H. (2022).
Age and clinical signs as predictors of COVID-19 symptoms and cycle threshold
value. Libyan Journal of Medicine, 17(1).
https://doi.org/10.1080/19932820.2021.2010337 Google Scholar
Elemam, N. M., Maghazachi, A. A., & Hannawi, S.
(2021). COVID-19 infection and rheumatoid arthritis: mutual outburst cytokines
and remedies. Current Medical Research and Opinion, 37(6),
929�938. https://doi.org/10.1080/03007995.2021.1906637 Google Scholar
Erlina Burhan. (2020). Pedoman Tatalaksana Covid-19.
Herawati, N. (2020). Jenis-Jenis Metode Rapid-Test
Untuk Deteksi Virus SARS-CoV-2.
Ingberg, E., Ahlstrand, E., Cajander, P., L�f, E.,
Sundqvist, M., Wegener, M., Lid�n, M., & Cajander, S. (2022). RT-PCR cycle
threshold value in combination with visual scoring of chest computed tomography
at hospital admission predicts outcome in COVID-19. Infectious Diseases,
54(6), 431�440. https://doi.org/10.1080/23744235.2022.2035428 Google Scholar
Moneva-Sakelarieva, M. G., Kobakova, Y. A., Atanasov,
P. Y., Obreshkova, D. P., Ivanova, S. A., & Stankova, E. K. (2021).
COVID-19 � the challenge to treat a disease and not a positive RT-PCR test. Pharmacia,
68(1), 155�161. https://doi.org/10.3897/pharmacia.68.e61906 Google Scholar
Nguyen T, B. D. dan W. A. (n.d.). Novel Coronavirus
Disease (Covid-19): Paving the road for rapid detection andpoint of care
diagnostic, Micromachines. 2020. Google Scholar
Ponti, G., Maccaferri, M., Ruini, C., Tomasi, A.,
& Ozben, T. (2020). Biomarkers associated with COVID-19 disease
progression. Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences, 57(6),
389�399. https://doi.org/10.1080/10408363.2020.1770685 Google Scholar
Sproston, NR, and Ashworth, J. (2018). Role of
C-Reactive Protein at Sites of Inflammation and Infection. Fronties in Immunologi. Google Scholar
Thoifah. (2016). Statistika Pendidikan Dan Metode
Penelitian Kuantitatif. Madani. Google Scholar
Ullah, W., Thalambedu, N., Haq, S., Saeed, R., Khanal,
S., Tariq, S., Roomi, S., Madara, J., Boigon, M., Haas, D. C., & Fischman,
D. L. (2020). Predictability of CRP and D-Dimer levels for in-hospital outcomes
and mortality of COVID-19. Journal of Community Hospital Internal Medicine
Perspectives, 10(5), 402�408.
https://doi.org/10.1080/20009666.2020.1798141 Google Scholar
Vabret. (2020). Immunology of COVID-19: Current State
of the Science. Science Direct.
WHO. (2020). Tes Diagnostik untuk SARS-CoV-2.
W�lfel, R., Corman, V. M., Guggemos, W., Seilmaier,
M., Zange, S., M�ller, M. A., Niemeyer, D., Jones, T. C., Vollmar, P., Rothe,
C., Hoelscher, M., Bleicker, T., Br�nink, S., Schneider, J., Ehmann, R.,
Zwirglmaier, K., Drosten, C., & Wendtner, C. (2020). Virological assessment
of hospitalized patients with COVID-2019. Nature, 581(7809),
465�469. https://doi.org/10.1038/s41586-020-2196-x G
Yufei, Y., Mingli, L., Xuejiao, L., Xuemei, D.,
Yiming, J., Qin, Q., Hui, S., & Jie, G. (2020). Utility of the neutrophil-to-lymphocyte
ratio and C-reactive protein level for coronavirus disease 2019 (COVID-19). Scandinavian
Journal of Clinical and Laboratory Investigation, 80(7), 536�540.
https://doi.org/10.1080/00365513.2020.1803587 Google Scholar
Zhao, Y., Pan, L., Zhang, Y., Wu, W., He, J., Chen,
J., Huang, H. (2020). Detection of SARS-CoV-2 in Different Types of Clinical
Specimens. Jurnal Medical Virologi, 93. Google Scholar
Maria Nuraeni, Lidwina Septie Christya Wardani, Maria Citra Dewi, Srimiyati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |