Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PULAU JAWA DAN BALI TAHUN 2016-2020

 

Frissa Deastina, Sitti Retno Faridatussalam

Departemen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Dorongan dasar manusia untuk mengetahui tentang bagian-bagian dunia yang belum terjangkau merupakan faktor penting yang mendorong pariwisata. Di banyak negara, industri pariwisata tetap menjadi sumber penting penciptaan lapangan kerja dan pendapatan di sektor formal dan informal. Dalam hal pekerjaan, masyarakat lokal dapat meningkatkan pendapatan dan kondisi sosial ekonomi mereka, yang dapat mengarah pada peningkatan standar hidup. Pariwisata meningkatkan pengembangan masyarakat lokal dan membantu mengurangi kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh provinsi di Jawa dan Bali yang kemudian dengan metode purposive sampling diperoleh 30 sampel menggunakan data panel dengan metode regresi linier berganda dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan sektor pariwisata yang diproksikan dengan jumlah hotel, wisman, wisman dan rata-rata lama menginap berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Secara parsial jumlah hotel, wisatawan domestik dan rata-rata lama menginap berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan wisman tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

 

Kata kunci: Pariwisata, Pendapatan, Wisatawan

 

Abstract

The basic human urge to know about the unreached parts of the world is an important factor driving tourism. In many countries, the tourism industry remains an important source of job creation and income in the formal and informal sectors. In terms of employment, local communities can improve their incomes and socioeconomic conditions, which can lead to improved living standards. Tourism enhances local community development and helps reduce poverty. This study aims to determine the effect of the tourism sector on local revenue. The population of this research is all provinces in Java and Bali which then by purposive sampling method obtained 30 samples using panel data with multiple linear regression method with SPSS. The results show that simultaneously the tourism sector is proxied by the number of hotels, domestic tourists, foreign tourists and the average length of stay has a positive effect on local revenue. Partially the number of hotels, domestic tourists and the average length of stay have an effect on local revenue. Meanwhile, foreign tourists have no effect on local revenue.

 

Keywords: Tourism, Revenue, Tourist

 

Pendahuluan

Pariwisata menjadi interaksi antara wisatawan dan masyarakat tuan rumah, tidak hanya kondisi sosial ekonomi masyarakat tuan rumah yang berubah, tetapi juga sistem nilai mereka meningkat (Sandeep & Vinod, 2014). Dorongan dasar manusia untuk mengetahui tentang bagian dunia yang belum terjangkau merupakan faktor penting yang mendorong pariwisata. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan domain pengetahuan, kemajuan teknologi, pengurangan hambatan komunikasi, kemajuan transportasi, dan pengembangan fasilitas ramah turis, semuanya berkontribusi pada pertumbuhan industri pariwisata (Deshpande, 2021).

Di banyak negara, industri pariwisata tetap menjadi sumber penting bagi penciptaan lapangan kerja dan pendapatan di sektor formal dan informal (Malik, Chaudhry, Sheikh, & Farooqi, 2010) Misalnya, (Hwang & Lee, 2019) Mengaku bahwa pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Korea Selatan melesat karena meningkatnya pariwisata di kalangan warga lanjut usia. Peningkatan ini memperlihatkan bahwa wisatawan merasakan kepuasan batin, yang mempengaruhi tindakan selanjutnya secara positif (Hwang & Lee, 2019) Di negara berkembang, itu adalah sumber utama dan landasan bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara (Shahzad, Shahbaz, Ferrer, & Kumar, 2017). Dari segi lapangan kerja, masyarakat setempat dapat meningkatkan pendapatan dan kondisi sosial ekonomi, yang dapat mengarah pada peningkatan taraf hidup. Pariwisata meningkatkan pengembangan masyarakat lokal dan membantu mengurangi kemiskinan (Manzoor et al., 2019)

Pembangunan nasional berupaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (Syahputra, 2017) Potensi Indonesia di bidang pariwisata dapat dikembangkan untuk menambah devisa negara, yang merupakan modal awal untuk mengembangkan dan mengembangkan pariwisata dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh daerah (Siwi, 2019) Kebijakan otonomi daerah secara positif bisa mempengaruhi daerah dalam hal kedaulatan daerah guna mengurus wilayahnya sendiri (Sanjaya & Wijaya, 2020) Untuk mengoptimalkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah harus meningkatkan pengelolaan (Darmi, 2018).

Sistem otonomi daerah telah diterapkan sejak 1 Januari 2001 dan diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Surat Edaran 32 Tahun 2004 mengatur agar pemerintah daerah secara fleksibel mengurus dan mengelola sendiri urusan pemerintahan, urusan pemerintahan dan urusan masyarakat sekitar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Silwi dan Alyani (2020). Pendapatan daerah tersebut disebut PAD dan menurut Pasal 1 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1

Pendapatan Asli Daerah di Indonesia

Sumber: BPS (data diolah)

 

Menggali dan mengelola potensi sumber daya daerah sektor pariwisatamerupakan suatu solusi untuk mendukung peningkatan PAD. Karena pariwisata akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Oktasa et al (2020). Berdasarkan table1.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2017 PAD meningkat menjadi 158 miliar dibandingkan dengan tahun 2016 senilai 149 miliar. Tahun 2019 PAD meningkat sebanyak 169 miliar. Sedangkan pada tahun 2020 kembali meningkat menjadi 189 miliar. Hal ini menunjukkan dari tahun 2017 � 2020 PAD berkontribusi banyak pada perekonomian Indonesia dengan terus menerus meningkat dari tahun ke tahunnya.

Gambar 2

Perbandingan PAD Pulau Jawa dan Bali dengan Pendapatan Asli Daerah di Seluruh Indonesia Periode 2017-2020

Sumber: BPS (data diolah)

Potensi penghasilan pasti berbeda di setiap daerah. Oleh sebab itu, tiap tiap daerah memberikan pemfokusan yang berbeda pada masing-masing sumber PAD. Dalam Tabel 2.2, pulau Jawa dan Bali menyumbang sebagian besar PAD dari seluruh 34 provinsi di Indonesia. Meskipun terjadi penurunan persentase dari tahun 2017 hingga 2019 berturut � turut dari 69%, 68% dan 67%, kontribusi PAD pulau Jawa dan Bali kembali meningkat menjadi 72% pada tahun 2020. Secara 4 tahun berturut � turut menjadi penyumbang PAD terbesar mengindikasikan baiknya penerimaan daerah dari provinsi yang berada di pulau Jawa dan Bali dibandingkan provinsi di pulau lainnya.

Keuangan daerah merupakan hak dan kewajiban Pemda guna mengurus sumber daya keuangan daerah yang didapat dengan menggali potensi daerah yang ada pada anggaran pendapatan dan belanja daerah (Ishak, Megawati, & Fadillah, 2020). Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencakup tiga aspek utama, yaitu pajak daerah, hasil pajak daerah dan pengelolaan barang milik daerah, serta pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Memaksimalkan potensi wisata merupakan suatu upaya guna menaikkan pendapatan daerah (Sihotang & Siboro, 2016). Kaitan antara industri pariwisata dan pendapatan daerah dihubungkan dengan saluran pendapatan daerah dan bagi hasil pajak-non-pendapatan.

Adanya hotel atau penginapan yang ada di sebuah provinsi bisa mendatangkan profit bagi pemerintah daerah yang mana dengan jumlah hotel bertambah akan memiliki potensi semakin tinggi juga penerimaan PAD melalui pajak yang diambil pemerintah daerah (Sanjaya & Wijaya, 2020) Menurut (Yunimiartiningsih, 2018) Salah satu faktor yang mungkin terkait dengan kenaikan pajak daerah adalah jumlah hotel. Adanya hotel/hostel memberikan manfaat bagi Pemda, yaitu dengan pemungutan pajak hotel. Apabila jumlah hotel meningkat dengan alami, bisa menambah penerimaan pajak daerah melalui pajak (Solot, 2018).

Riset yang dikerjakan oleh (Solot, 2018) mengungkapkan bahwa Jumlah hotel berdampak positif atas pendapatan asli daerah dan pajak daerah. Hal ini didukung dalam penelitian (Dewi & Adi, 2021), (Srisinto, 2018) dan (Efrintya, Muchtolifah, & Sishadiyati, 2021). Hal ini mengindikasikan Jika peningkatan jumlah hotel dapat menaikkan realisasi pajak hotel, pendapatan daerah akan meningkat. Semakin banyak wisatawan yang datang ke hotel maka semakin tinggi pajak hotel yang dibayarkan oleh hotel kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah (Ariadi, Soleh, & MG, 2021). Berdasarkan penelitian diatas, maka diangkat lah jumlah hotel sebagai salah satu indikator pariwisata dalam penelitian ini.

Perkembangan pariwisata di suatu daerah didasarkan pada jumlah wisatawan yang datang. Hal ini dikarenakan semakin banyak pilihan objek wisata, sehingga semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah, wisatawan bisa bebas memilih objek wisata yang ingin dikunjungi, dan fasilitas destinasi wisata semakin melimpah, sehingga wisatawan dapat mengunjungi wisatawan dengan tenang dan nyaman. Kedatangan wisatawan akan membawa penerimaan terhadap daerah yang mereka kunjungi (Rezantoni, 2022). Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) menyatakan wisatawan sebagai pelancong jarak pendek. Wisatawan adalah mereka yang melaksanakan perjalanan ke suatu negara asing dan menetap di sana selama 24 jam atau paling lama enam bulan (Pratiwi & Annisa, 2019).

Penelitian (Pratiwi & Annisa, 2019) Wisatawan domestik ternyata berdampak positif atas pendapatan daerah. Hal ini didukung dalam penelitian (Rezantoni, 2022). Hal ini mengindikasikan sebab, Semakin banyak wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka berbagai tuntutan wisatawan dalam proses wisata akan menyebabkan gejala konsumsi produk daerah tujuan wisata. Oleh karena itu, melalui kegiatan konsumsi akan menaikkan pendapatan pariwisata di suatu daerah.

Semakin tinggi arus wisatawan di suatu daerah tujuan wisata, maka pemerintah daerah bisa mempromosikan pariwisata dan budaya di daerah tersebut untuk meningkatkan daya tarik wisata. Hal berbeda ditemukan oleh (SEKARNINGRUM, 2021) dan (Zakiah, 2019) yang menyatakan bahwa wisatawan nusantara tidak mempengarui pendapatan asli daerah suatu provinsi. Hal ini mungkin karena wisatawan domestik ke destinasi wisata biasanya hanya melihat-lihat dan mengeluarkan budget yang kecil. Berdasarkan penelitian diatas, maka diangkat lah jumlah wisatawan nusantara sebagai salah satu indikator pariwisata dalam penelitian ini.

Pengembangan pariwisata bukan cuma menambah pendapatan devisa, namun juga menghasilkan kesempatan kerja, mendorong pertumbuhan pariwisata, dan mendorong pertumbuhan ekonomi seluruhnya. (Alhowaish, 2016) Mengungkapkan kontribusi pembangunan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, dan ada korelasi positif antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Dari sektor ekonomi, kegiatan pariwisata bisa memberikan kontribusi pada pendapatan daerah, baik dari pajak/pajak, retribusi parkir dan tiket/tiket, maupun dengan mendatangkan devisa bagi wisatawan asing atau wisatawan asing (Marie & Widodo, 2020). Devisa suatu negara berasal dari kunjungan wisatawan asing, selain itu industri pariwisata dapat berkontribusi melalui pajak hiburan, pajak hiburan, pemungutan akomodasi atau vila atau wisma, dan biaya pariwisata/hiburan.

Berdasarkan penelitian (Karlina, 2019) menemukan bahwa jumlah wisata mancanegara mempengaruhi pendapatan asli daerah. Hal ini diperkuat oleh riset (Marie & Widodo, 2020) dan (Dalimunthe, 2009). Hal ini memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara secara signifikan dapat meningkatkan pendapatan hotel, hostel, restoran dan tempat hiburan, alhasil meningkatkan kontribusi pada PAD. Menurut riset diatas, diangkat lah jumlah wisatawan mancanegara sebagai salah satu indikator pariwisata dalam penelitian ini.

Pengeluaran pariwisata merupakan salah satu poin terpenting yang dipakai guna memantau dan menilai pengaruh pariwisata atas perekonomian dan berbagai sektor perwakilan pariwisata (Rois & Fadliyanti, 2017). Wisatawan juga menginap di tempat tujuan wisata. Lama tinggal wisatawan mengacu pada jumlah malam atau hari wisatawan asing tinggal di luar negara atau daerah tempat tinggalnya. Semakin besar jumlah kunjungan pengunjung dan lama tinggal, maka semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah suatu provinsi. Lama tinggal wisatawan merupakan salah satu faktor yang menentukan pendapatan negara, terutama mengandalkan pariwisata untuk mendapatkan devisa (Yasa, 2015).

Riset yang dilaksanakan (Rois & Fadliyanti, 2017) menyatakan bahwa rata-rata lama tinggal berdampak positif atas pendapatan primer daerah. Penelitian ini diperkuat oleh riset (Yanti, Aziz, & Wulandari, 2021), (Pratama & Jember, n.d.), (Siwi, 2019) juga berpendapat bahwa rata-rata lama tinggal berdampak pada pendapatan mentah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dan semua sektor masyarakat secara aktif mengeksplorasi keindahan alam sebagai daya tarik wisata baru untuk menarik lebih banyak wisatawan, terutama bagi pengusaha di industri pariwisata, akomodasi, makan, hiburan dan agen perjalanan bisa memberikan penawaran dan penawaran terbaik kepada wisatawan. jasa. Wisatawan membuat wisatawan tinggal lebih lama (Pratama & Jember, n.d.). Semakin lama Anda menginap di kamar hotel atau vila, semakin tinggi pajak hotel yang Anda bayar (Yanti et al., 2021) Berdasarkan penelitian diatas, maka diangkat lah rata � rata lama menginap sebagai salah satu indikator pariwisata pada riset ini.

Menurut penjelasan diatas, maka penulis guna melakukan riset dengan membahas sejauh mana pengaruh pariwisata yang di proksikan dengan jumlah hotel, rata � rata lama menginap, jumlah wisatawan nusantara dan jumlah wisatawan mancanegara atas pendapatan asli daerah di Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Sehingga penulis melaksanakan riset yang berjudul �Pengaruh Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli daerah pada Pulau Jawa dan Bali pada Tahun 2016-2020.�

Pariwisata, berdasarkan definisinya adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, sebagai upaya sosial, budaya, alam, dan ilmiah untuk menemukan keseimbangan atau keselarasan dan kesejahteraan dengan lingkungan (PERMATASARI, 2020). Pariwisata adalah jumlah gejala yang timbul dari perjalanan dan tinggal orang asing dan penyediaan akomodasi sementara, asalkan tinggal tidak permanen dan tidak ada pendapatan. Industri pariwisata yang maju dan stabil berfungsi sebagai katalisator nasional dan pembangunan daerah, membantu membangun nilai tukar mata uang asing, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, dan berkontribusi pada pembangunan sosial yang akan bermanfaat bagi masyarakat lokal dan wisatawan Menurut (Puah, Huan, & Thien, 2018)

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data untuk menjawab pertanyaan yang muncul secara objektif (Sari, 2019). Penelitian ini memakai data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau riset yang mencakup peristiwa masa lalu. Data sekunder bisa didapat dari jurnal, buku, majalah dan statistik serta internet. Populasi pada riset ini adalah jumlah provinsi di Jawa dan Bali. Data yang dipakai berupa data Statistik yang didapat data yang akan dipergunakan ialah data panel dari tahun 2016-2020. Adapun variabel yang dipakai yaitu variabel dependen, pendapatan asli daerah (Y) dan variabel independent, jumlah hotel (X1), wisatawan nusantara �(X2), wisatawan mancanegara (X3) dan rata � rata lama menginap (X4).

 

 

 

2. Metode Analisis Data

Analisis regresi berganda dipakai guna analisis data, dan perangkat lunak SPSS digunakan untuk pengolahan data. Pengujian statistik variabel menggunakan perangkat lunak untuk analisis data. Melalui analisis diharapkan dapat digunakan untuk menilai besarnya dampak variabel terikat atas variabel bebas. Model regresi untuk penelitian ini adalah (Ningsih & Dukalang, 2019)

Y = α + β0X1 + β1X2 + β2X3 + β3X4+ e

Dimana :

�Y ������������������ ����������� = Pendapatan Asli Daerah

�α ������������������� ����������� = Konstanta

X1 ����������������� ����������� = jumlah hotel

X2 ����������������� ����������� = jumlah wisatawan nusantara

X3 ����������������� ����������� = jumlah wisatawan mancanegara

X4 ����������������� ����������� = rata � rata lama menginap

Β0 , β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

e �������������������� ����������� = Error term

Metode analisis regresi data panel mengadopsi uji hipotesis klasik, yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas.

 

a.   Uji Asumsi Klasik

1.   Uji Normalitas

Apakah data penelitian yang diperoleh pada riset ini tergolong berdistribusi normal atau mendekati normal, uji normalitas dipakai sebab data yang baik adalah data yang menyerupai distribusi normal. Uji distribusi normal merupakan persyaratan bagi semua uji statistik (Gunawan, 2013). Uji normalitas bisa dilaksanakan dengan segala cara, salah satunya adalah melalui analisis grafik.

2.   Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti varians dari variabel-variabel dalam model tidak sama. Akibat dari heteroskedastisitas dalam model regresi adalah seperti yang dikemukakan (Gunawan, 2013), penduga (estimator) yang didapat tidak efisien baik pada sampel kecil maupun besar.

3.   Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dipakai guna menetapkan standar error estimasi model pada riset dengan menghitung koefisien berganda dan Bandingkan dengan koefisien korelasi antar variabel bebasKonsekuensi dari model regresi berganda dengan multikolinearitas adalah standar error yang diestimasi akan meningkat dengan banyaknya variabel eksogen yang dimasukkan ke dalam model (Gunawan, 2013).

b.   Uji Signifikansi

1.   Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji-t adalah hasil jawaban sementara atas rumusan pertanyaan yang menanyakan mengenai kaitan antara dua variabel atau lebih. Menurut (Gunawan, 2013) validitas secara terpisah menguji pengaruh variabel bebas atas variabel terikat.

2.   Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)

Tujuan dari uji F-statistik adalah guna memperlihatkan seberapa besar variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

3.   Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut (Gunawan, 2013) menyatakan pengukuran atas seberapa jauh kemampuan model menjelaskan variabel dependen.

 

4.   Uji Autokorelasi

Menurut (Ghozali, 2016), uji autokorelasi adalah pengujian guna mengetahui ada tidaknya korelasi antara gangguan gangguan pada periode t dan periode t-1..

 

Hasil dan Pembahasan

1.   Hasil Penelitian

Data populasi yang dipakai pada riset ini sejumlah 35 data, tetapi data sampel yang dipakai pada riset ini hanya sejumlah 30 data. Data riset sebanyak 30 data didapatkan dari 6 populasi dengan periode penelitian selama 5 tahun.

Table 1

Pengujian Regresi

Variabel Independent

Model 1

Koefisien

t-hitung

Sig

 

(Constant)

10703,9

 

 

 

JH

1,556

-4,318

0,0001

 

WN

0,006

3,972

0,0010

 

WM

0,0012

-0,041

0,9670

 

LM

4237,9

3,255

0,003

 

F-Hitung

8,768

Sig

0,001

R2

0,584

Adjusted R2

0,517

Run Test

0,193

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2022

a.   Uji Asumsi Klasik

i. Uji Normalitas

Penelitian ini memakai P-plot normal untuk menguji normalitas.

Gambar 3

Hasil Uji Normalitas Memakai P-plot.

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2022

 

Garis normal P-plot mewakili distribusi dari residual ke normal. Menurut hasil normal P-plot, data dinyatakan berdistribusi normal karena titik-titiknya ditarik secara diagonal. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

ii.   Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikorelasi pada suatu penelitian bisa dilihat dari nilai Tolerance > 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) <10.

Table 2

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel

Tolerance

VIF

Keterangan

JH

0,856

1,168

Tidak terjadi multikolineritas

WN

0,831

1,204

Tidak terjadi multikolineritas

WM

0,585

1,708

Tidak terjadi multikolineritas

LM

0,638

1,567

Tidak terjadi multikolineritas

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2022

 

Menurut Tabel 2, hasil uji multikolinearitas model pertama dan kedua memperlihatkan bahwa toleransi lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, alhasil bisa dikatakan bahwa semua variabel dalam riset ini, baik variabel pertama Model tersebut masih merupakan model kedua, dan tidak terjadi multikolinearitas.

iii. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian guna melihat ada tidaknya ketidaksamaan varians pada residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam suatu model regresi. Menurut (Ghozali, 2016), model regresi yang baik adalah dengan atau tanpa heteroskedastisitas.

�

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2022

Menurut hasil di atas, dengan melihat scatter plot antara nilai prediksi ternormalisasi (ZPRED) dan studentized residuals (ZRESID), bisa dilihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik tersebut terdistribusi ke atas dan ke bawah dan sumbu Y adalah 0 , alhasil bisa diambil kesimpulan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

iv.  Uji Autokorelasi

Pada riset ini uji autokorelasi memakai system SPSS Run Test, pengukuran Run Test dari hasil output SPSS yaitu dengan membandingkan nilai signifikannya dengan 0,05 atau 5%. Jika hasil Run Test menunjukkan nilai signifikan <0,05 atau 5% maka terjadi autokorelasi antar nilai residual pada penelitian ini dan sebaliknya jika hasil Run Test memperlihatkan nilai signifikan > 0,05 atau 5% berarti pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi penelitian ini dilihatkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, hasil uji autokorelasi dan Runs Test di atas menunjukkan nilai Asymp. Sig. lebih besar dari 0,05 maka bisa disimpulkan tidak terdapat tanda autokorelasi.

b.   Uji Signifikansi

i. Uji signifikan F (F-test)

Uji signifikan simultan (F-test) memiliki tujuan yaitu untuk mengukur dampak variabel-variabel independent secara bersama/ simultan atas variabel dependent. Uji signifikan simultan pada penelitian ini yaitu JH, WN, WM dan LM terhadap PAD. Hasil pengujian model regresi memperlihatkan nilai F hitung sebesar 8,768, dan taraf signifikansi 0,001 (p < 0,05), alhasil bisa ditarik kesimpulan bahwa uji F model regresi memperlihatkan hasil jumlah hotel, wisatawan domestik, wisatawan asing dan rata-rata Lama tinggal mempengaruhi pendapatan mentah kabupaten.

ii.   Uji koefisien determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) merupakan uji guna menilai seberapa jauh kemampuan sebuah model penelitian dapat menjelaskan variasi variabel dependent. Koefisien determinasi memiliki nilai antara 0 (nol) dan 1 (satu). Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) didapat nilai Adjusted R2 sebesar 0,584. maksudnya variabel bebas bisa menjelaskan 58,4% variasi variabel terikat, sedangkan sisanya 41,6% dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain.

iii. Uji t (Individu)

Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan ketentuan apabila t hitung > t tabel, maka terima H0 (dengan tingkat eror yang ditoleransi sebesar 5%, α = 0,05), sedangkan jika nilai t hitung < t tabel, maka terima H1.

Variabel

Prob-t

Kriteria

Keterangan

JH

-4,318

0,0001

Signifikan

WN

3,972

0,0010

Signifikan

WM

-0,041

0,9670

Tidak Signifikan

LM

3,255

0,003

Signifikan

c. Pembahasan Hasil

Menurut hasil analisis regresi berganda dalam riset ini, berikut kesimpulan yang ditarik dari temuan dan dibandingkan dengan hipotesis yang telah diajukan:

1.   Pengaruh Jumlah Hotel (JH) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut hasil penelitian ini pengujian hipotesis 1 tentang pengaruh jumlah hotel terhadap laju pertumbuhan ekonomi didapat nilai thitung sebesar -4.138 dan tingkat signifikansi sebesar 0,0001 atau lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi 0,0001 menunjukkan bahwa besaran berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan laba, dan H1 diterima.

Selain untuk menarik wisatawan, pertumbuhan industri perhotelan menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki potensi pengembangan, sehingga menarik investor untuk berinvestasi di daerah yang bersangkutan (Marie & Widodo, 2020). Penelitian ini diperkuat oleh riset (Dewi & Adi, 2021) yang menunjukkan bahwa jumlah hotel secara parsial berdampak positif dan signifikan atas pendapatan asli daerah. Meningkatnya jumlah hotel maka diikuti dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah. Artinya bahwa peningkatan jumlah hotel akan menaikkan jumlah Pendapatan Asli Daerah melalui pajak hotel yang berpotensi dengan meningkatnya jumlah hotel maka akan mendorong lebih banyak akomodasi kamar yang dibuka sehingga menyebabkan lebih banyak potensi wisatawan yang menginap sehingga meningkatkan potensi pendapatan asli daerah melalui pajak hotel. Kemudian hasil riset ini juga didukung oleh (Solot, 2018), (Srisinto, 2018) dan (Efrintya et al., 2021).

2.   Pengaruh Wisatawan Nusantara (WN) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut hasil penelitian hipotesis 2 penelitian ini tentang pengaruh wisatawan nusantara terhadap pendapatan primer daerah diperoleh nilai thitung sebesar 3,972 dan taraf signifikansi 0,001 atau lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi 0,01 menunjukkan bahwa wisatawan nusantara telah memberikan kontribusi atas pendapatan asli daerah, maka H2 Diterima.

Pada riset ini wistawan nusantara diukur dengan jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke tiap � tiap provinsi. Menurut (Yuniati, 2018). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Siwi, 2019) yang menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan nusantara berdampak signifikan atas pendapatan asli daerah. Hal ini juga diperkuat oleh riset (Tangkilisan, 2005) dan (Pratiwi & Annisa, 2019) yang juga menyatakan hal yang sama. Wisatawan nusantara yang datang dari provinsi yang berbeda akan membutuhkan penginapan sehingga meningkatkan pendapatan dari sektor pajak hotel. Begitu juga dengan biaya masuk ketempat wisata juga akan meningkat seiring bertambahnya kunjungan wisatawan nusantara atau domestik ke suatu provinsi.

3.       Pengaruh Wisatawan Mancanegara (WM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut hasil penelitian pengujian hipotesis 3 pengaruh wisman terhadap pendapatan asli daerah diperoleh nilai thitung sebesar -0,041 dan tingkat signifikansi sebesar 0,967 atau lebih besar dari 0,050. Nilai signifikansi sebesar 0,967 memperlihatkan bahwa wisman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pendapatan primer daerah, sehingga H3 ditolak.

Dalam (Rezantoni, 2022) mengemukakan bahwa wisatawan asing berdampak pada pendapatan utama daerah, dan semakin banyak uang yang dikeluarkan guna tujuan wisata, setidaknya untuk makanan, minuman dan akomodasi selama mereka tinggal di daerah tersebut. Sayangnya, ini tidak berdampak positif pada pendapatan lokal. Penelitian ini sendiri didukung oleh (PATTIPEILOHY, 2014) dan (SEKARNINGRUM, 2021) yang menyatakan bahwa tidak terjadi pengaruh dari hubungan antara wisatawan mancanegara. Peningkatan wisatawan yang signifikan diharapkan ketika acara domestik dan internasional diadakan. Pada saat yang sama, hari biasanya lebih sedikit.

4.   Pengaruh Rata � rata Lama Menginap (LM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan hasil penelitian pengujian hipotesis 4 pada rata-rata waktu tinggal pendapatan asli daerah diperoleh nilai thitung sebesar 3,255 dan taraf signifikansi 0,003 atau lebih kecil dari 0,050. Nilai signifikansi 0,003 menunjukkan bahwa rata-rata lama tinggal berpengaruh signifikan atas pendapatan asli daerah, dan H4 diterima.

Riset ini selaras dengan riset dari (Yanti et al., 2021) yang menyatakan bahwa rata � rata lama meginap berdampak terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini juga diperkuat dalam peneletian (Pratama & Jember, n.d.) dan (Rois & Fadliyanti, 2017) yang juga menyatakan hal yang sama. Periode menginap yang lama dari wisatawan berpeluang meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah. Tidak hanya dari pajak hotel, akan tetapi belanja yang di lakukan oleh wisatawan baik nusantara ataupun mancanegara di tempat lain seperti restoran maka akan meningkatkan pajak restoran, ataupun melaui bea tiket masuk tempat wisata akan menaikkan pendapatan asli daerah.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda terhadap variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a.��� Hasil analisis menyatakan bahwa jumlah hotel, wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara dan rata � rata lama menginap secara simultan berdampak positif dan signifikan atas pendapatan asli daerah.

b. �� Hasil analisis memperlihatkan bahwa variabel jumlah hotel, wisatawan domestik dan rata-rata lama menginap berdampak positif signifikan atas pendapatan asli daerah. Sementara wisatawan asing tidak berdampak pada pendapatan asli daerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Alhowaish, Abdulkarim K. (2016). Is Tourism Development A Sustainable Economic Growth Strategy In The Long Run? Evidence From Gcc Countries. Sustainability, 8(7), 605.

 

Ariadi, Eko, Soleh, Ahmad, & Mg, Ida Ayu Made Er. (2021). Regional Income Analysis Of Tourism Sector In Kaur District. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 29�38.

 

Dalimunthe, Nur A. (2009). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat. Usu. Repositoryu. Medan.

 

Darmi, Titi. (2018). Locally-Generated Revenue As A Capacity Parameters Of New Regional Autonomy Management. Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Publik, 22(1), 1�13.

 

Deshpande, Hrridaysh P. (2021). Study Of Impact Of Tourism Over Economic Growth In India. European Journal Of Molecular & Clinical Medicine, 7(11), 6823�6830.

 

Dewi, Dita Novita, & Adi, Suyatmin Waskito. (2021). Analisis Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad)(Studi Empiris Pada Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2018). Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis, 702�711.

 

Efrintya, Elnin, Muchtolifah, Muchtolifah, & Sishadiyati, Sishadiyati. (2021). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Eks Karesidenan Madiun. Eqien-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 34�41.

 

Ghozali. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program Ibm Spss 23. Semarang: Universitas Diponegoro.

 

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143, 32�49.

 

Hwang, Jinsoo, & Lee, Junghoon Jay. (2019). Understanding Customer-Customer Rapport In A Senior Group Package Context. International Journal Of Contemporary Hospitality Management.

 

Ishak, Jouzar Farouq, Megawati, Lokita Rizky, & Fadillah, Achmad. (2020). Analisis Determinan Kemandirian Keuangan Daerah. Prosiding Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (Sentrinov), 6(2), 1�8.

 

Karlina, Ayu. (2019). Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam Di Kabupaten Aceh Jaya. Uin Ar-Raniry Banda Aceh.

 

Malik, Shahnawaz, Chaudhry, Imran Sharif, Sheikh, Muhammad Ramzan, & Farooqi, Fareed Shareef. (2010). Tourism, Economic Growth And Current Account Deficit In Pakistan: Evidence From Co-Integration And Causal Analysis. European Journal Of Economics, Finance And Administrative Sciences, 22(22), 21�31.

 

Marie, Andhalia Liza, & Widodo, Rintis Eko. (2020). Analisis Faktor Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Tingkat Penginapan Hotel Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Sub Sektor Pariwisata Pada Industri Pariwisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Diy) Tahun. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 25(3).

 

Ningsih, Setia, & Dukalang, Hendra H. (2019). Penerapan Metode Suksesif Interval Pada Analsis Regresi Linier Berganda. Jambura Journal Of Mathematics, 1(1), 43�53.

 

Pattipeilohy, Afrillia Yoanita. (2014). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pariwisata Dan Pendapatan Asli Daerah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Daerah (Jeda), 3(1).

 

Permatasari, Annisa D. W. I. (2020). Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun 2000-2019.

 

Pratama, Anak Agung Gede Agung Ansyangga, & Jember, I. (N.D.). Analisis Perkembangan Pariwisata Di Wilayah Sarbagita Provinsi Bali.

 

Puah, Chin Hong, Huan, Suk Hie, & Thien, Fung Thai. (2018). Determinants Of Chinese Demand For Tourism In Malaysia. Business And Economic Horizons (Beh), 14(1232-2019�852), 501�512.

 

Rezantoni, Primadiva Maulana. (2022). Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Magelang. Stie Ykpn.

 

Rois, Ihsan, & Fadliyanti, Luluk. (2017). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat Tahun 2002-2016. Journal Of Economics And Business, 3(2), 79�88.

 

Sanjaya, Sigit, & Wijaya, Ronni Andri. (2020). Pengaruh Jumlah Hotel Dan Restoran Terhadap Penerimaan Pajaknya Serta Dampaknya Pada Pendapatan Asli Daerah Di Sumatra Barat. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 8(3), 559�568.

 

Sari, Menik Ambar. (2019). Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Madrasah Di Ma Al-Hikmah Bandar Lampung. Uin Raden Intan Lampung.

 

Sekarningrum, Ramadhanidyah. (2021). Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2018.

 

Shahzad, Syed Jawad Hussain, Shahbaz, Muhammad, Ferrer, Rom�n, & Kumar, Ronald Ravinesh. (2017). Tourism-Led Growth Hypothesis In The Top Ten Tourist Destinations: New Evidence Using The Quantile-On-Quantile Approach. Tourism Management, 60, 223�232.

 

Sihotang, Hengki Tamando, & Siboro, Maria Santauli. (2016). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Siswa Bermasalah Menggunakan Metode Saw Pada Sekolah Smp Swasta Mulia Pratama Medan. Journal Of Informatic Pelita Nusantara, 1(1).

 

Siwi, Auliya Arsilo. (2019). Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Universitas Airlangga.

 

Solot, Flora Trivonia. (2018). Pengaruh Jumlah Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Melalui Pajak Hotel Sebagai Intervening (Studi Kasus Di Kota Yogyakarta Tahun 2013-2016). Jurnal Ekobis Dewantara, 1(2), 70�81.

 

Srisinto, Srisinto. (2018). Memacu Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah Melalui Peningkatan Kunjungan Wisatawan Dengan Jumlah Hotel Dan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Intervening. Probank, 3(2), 30�42.

 

Syahputra, Rinaldi. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika, 1(2), 183�191.

 

Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Grasindo.

 

Yanti, Ni Nyoman Leni Agustina, Aziz, Ita Sylvia Azita, & Wulandari, I. Gusti Ayu Athina. (2021). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Dan Lamanya Menginap Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kota Denpasar Tahun 2011-2019. Warmadewa Economic Development Journal (Wedj), 4(2), 60�67.

 

Yasa, I. Nyoman Mahahendra. (2015). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Lama Tinggal Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dan Kesejahteraan Masyarakat Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 6(7), 165233.

 

Yuniati, Nining. (2018). Profil Dan Karakteristik Wisatawan Nusantara (Studi Kasus Di Yogyakarta). Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 175�190.

 

Zakiah, Fiqih Umi. (2019). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dalam Membangun Infrastruktur Kota Bandar Lampung Ditinjau Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam Periode 2010-2017 (Studi Di Kota Bandar Lampung). Uin Raden Intan Lampung.

 

 

 

 

 

 

������

Copyright holder:

Frissa Deastina, Sitti Retno Faridatussalam (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: