Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
ANALISIS
PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PULAU JAWA DAN BALI
TAHUN 2016-2020
Frissa
Deastina, Sitti Retno Faridatussalam
Departemen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Dorongan
dasar manusia untuk mengetahui tentang bagian-bagian dunia yang belum terjangkau merupakan faktor penting yang mendorong pariwisata. Di banyak negara, industri pariwisata tetap menjadi sumber
penting penciptaan lapangan kerja dan pendapatan di sektor formal dan
informal. Dalam hal pekerjaan, masyarakat lokal dapat meningkatkan
pendapatan dan kondisi sosial ekonomi mereka, yang dapat mengarah pada peningkatan standar hidup. Pariwisata meningkatkan pengembangan masyarakat lokal dan membantu mengurangi kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
provinsi di Jawa dan Bali
yang kemudian dengan metode purposive sampling diperoleh
30 sampel menggunakan data
panel dengan metode regresi linier berganda dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan sektor pariwisata yang diproksikan dengan jumlah hotel, wisman, wisman dan rata-rata lama menginap
berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Secara
parsial jumlah hotel, wisatawan domestik dan rata-rata
lama menginap berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan
wisman tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.
Kata kunci: Pariwisata, Pendapatan, Wisatawan
Abstract
The basic human urge to know about the unreached
parts of the world is an important factor driving tourism. In many countries,
the tourism industry remains an important source of job creation and income in
the formal and informal sectors. In terms of employment, local communities can
improve their incomes and socioeconomic conditions, which can lead to improved
living standards. Tourism enhances local community development and helps reduce
poverty. This study aims to determine the effect of the tourism sector on local
revenue. The population of this research is all provinces in Java and Bali
which then by purposive sampling method obtained 30 samples using panel data
with multiple linear regression method with SPSS. The results show that
simultaneously the tourism sector is proxied by the number of hotels, domestic
tourists, foreign tourists and the average length of stay has a positive effect
on local revenue. Partially the number of hotels, domestic tourists and the
average length of stay have an effect on local revenue. Meanwhile, foreign
tourists have no effect on local revenue.
Keywords: Tourism, Revenue, Tourist
Pendahuluan
Pariwisata menjadi
interaksi antara wisatawan dan masyarakat tuan rumah, tidak hanya
kondisi sosial ekonomi masyarakat tuan rumah yang berubah, tetapi juga sistem nilai mereka meningkat
(Sandeep & Vinod, 2014). Dorongan dasar manusia untuk
mengetahui tentang bagian dunia yang belum terjangkau merupakan faktor penting
yang mendorong pariwisata. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan domain
pengetahuan, kemajuan teknologi, pengurangan hambatan komunikasi, kemajuan
transportasi, dan pengembangan fasilitas ramah turis, semuanya berkontribusi
pada pertumbuhan industri pariwisata (Deshpande,
2021).
Di banyak
negara, industri pariwisata tetap menjadi sumber penting bagi penciptaan
lapangan kerja dan pendapatan di sektor formal dan informal (Malik,
Chaudhry, Sheikh, & Farooqi, 2010) Misalnya, (Hwang & Lee, 2019) Mengaku bahwa
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Korea Selatan melesat
karena meningkatnya pariwisata di kalangan warga lanjut usia. Peningkatan ini
memperlihatkan bahwa wisatawan merasakan
kepuasan batin, yang mempengaruhi tindakan
selanjutnya secara positif (Hwang
& Lee, 2019) Di negara
berkembang, itu adalah sumber utama dan landasan bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara (Shahzad, Shahbaz, Ferrer, & Kumar, 2017). Dari segi lapangan kerja, masyarakat setempat
dapat meningkatkan pendapatan dan kondisi sosial ekonomi, yang dapat mengarah
pada peningkatan taraf hidup. Pariwisata meningkatkan pengembangan masyarakat
lokal dan membantu mengurangi kemiskinan (Manzoor et al., 2019)
Pembangunan
nasional berupaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (Syahputra,
2017) Potensi
Indonesia di bidang pariwisata dapat dikembangkan untuk menambah devisa negara,
yang merupakan modal awal untuk mengembangkan dan mengembangkan pariwisata
dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh daerah (Siwi,
2019) Kebijakan
otonomi daerah secara positif bisa mempengaruhi
daerah dalam hal kedaulatan daerah guna mengurus
wilayahnya sendiri (Sanjaya
& Wijaya, 2020) Untuk
mengoptimalkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah harus
meningkatkan pengelolaan (Darmi, 2018).
Sistem otonomi
daerah telah diterapkan sejak 1 Januari 2001 dan diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Surat Edaran 32 Tahun 2004 mengatur agar pemerintah daerah secara fleksibel
mengurus dan mengelola sendiri urusan pemerintahan, urusan pemerintahan dan urusan masyarakat sekitar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Silwi dan Alyani (2020). Pendapatan daerah tersebut disebut PAD dan menurut Pasal 1 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Gambar 1
Pendapatan Asli Daerah di Indonesia
Sumber: BPS (data
diolah)
Menggali dan mengelola potensi
sumber daya daerah sektor pariwisatamerupakan
suatu solusi untuk mendukung peningkatan PAD. Karena pariwisata
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Oktasa et al (2020). Berdasarkan table1.1 diatas, dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2017 PAD
meningkat menjadi 158 miliar dibandingkan dengan tahun 2016 senilai 149 miliar. Tahun 2019 PAD
meningkat sebanyak 169 miliar. Sedangkan pada tahun 2020 kembali meningkat
menjadi 189 miliar. Hal
ini menunjukkan dari tahun
2017 � 2020 PAD berkontribusi
banyak pada perekonomian Indonesia dengan terus menerus meningkat dari tahun ke
tahunnya.
Gambar 2
Perbandingan PAD Pulau Jawa dan Bali dengan Pendapatan Asli Daerah di Seluruh Indonesia Periode 2017-2020
Sumber: BPS (data
diolah)
Potensi
penghasilan pasti berbeda di setiap daerah. Oleh sebab
itu, tiap tiap daerah
memberikan pemfokusan yang berbeda pada masing-masing
sumber PAD. Dalam
Tabel 2.2, pulau Jawa dan Bali menyumbang sebagian besar PAD dari seluruh 34 provinsi di Indonesia. Meskipun terjadi penurunan persentase dari tahun 2017 hingga 2019 berturut � turut dari 69%, 68% dan 67%, kontribusi
PAD pulau Jawa dan Bali kembali meningkat menjadi 72% pada tahun 2020. Secara 4 tahun berturut � turut menjadi penyumbang PAD terbesar mengindikasikan baiknya penerimaan daerah dari provinsi
yang berada di pulau Jawa dan Bali dibandingkan provinsi di pulau lainnya.
Keuangan daerah
merupakan hak dan kewajiban Pemda guna mengurus sumber
daya keuangan daerah yang didapat dengan menggali potensi daerah yang ada pada anggaran pendapatan dan belanja daerah (Ishak,
Megawati, & Fadillah, 2020). Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencakup tiga aspek
utama, yaitu pajak daerah, hasil
pajak daerah dan pengelolaan barang milik daerah, serta
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Memaksimalkan potensi wisata merupakan suatu upaya guna
menaikkan pendapatan daerah (Sihotang
& Siboro, 2016). Kaitan antara
industri pariwisata dan pendapatan daerah dihubungkan dengan saluran pendapatan daerah dan bagi hasil pajak-non-pendapatan.
Adanya hotel atau
penginapan yang ada di sebuah provinsi bisa mendatangkan profit bagi pemerintah daerah yang mana dengan jumlah hotel bertambah akan memiliki potensi
semakin tinggi juga penerimaan PAD melalui pajak yang diambil pemerintah daerah (Sanjaya
& Wijaya, 2020) Menurut
(Yunimiartiningsih, 2018) Salah satu
faktor yang mungkin terkait dengan kenaikan pajak daerah adalah jumlah
hotel. Adanya hotel/hostel memberikan
manfaat bagi Pemda, yaitu dengan
pemungutan pajak hotel. Apabila jumlah hotel meningkat dengan alami, bisa menambah
penerimaan pajak daerah melalui pajak (Solot,
2018).
Riset yang dikerjakan
oleh (Solot,
2018) mengungkapkan
bahwa Jumlah hotel berdampak positif atas pendapatan asli daerah dan pajak daerah. Hal ini didukung dalam
penelitian (Dewi
& Adi, 2021), (Srisinto,
2018) dan (Efrintya,
Muchtolifah, & Sishadiyati, 2021). Hal ini mengindikasikan
Jika peningkatan jumlah
hotel dapat menaikkan realisasi pajak hotel, pendapatan daerah akan meningkat. Semakin banyak wisatawan yang datang ke hotel maka semakin
tinggi pajak hotel yang dibayarkan oleh hotel kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah (Ariadi,
Soleh, & MG, 2021). Berdasarkan
penelitian diatas, maka diangkat lah
jumlah hotel sebagai salah satu indikator pariwisata dalam penelitian ini.
Perkembangan pariwisata
di suatu daerah didasarkan pada jumlah wisatawan yang datang. Hal ini dikarenakan semakin banyak pilihan objek wisata,
sehingga semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu
daerah, wisatawan bisa bebas memilih
objek wisata yang ingin dikunjungi, dan fasilitas destinasi wisata semakin melimpah, sehingga wisatawan dapat mengunjungi wisatawan dengan tenang dan nyaman. Kedatangan wisatawan akan membawa penerimaan terhadap daerah yang mereka kunjungi (Rezantoni,
2022). Organisasi
Pariwisata Dunia (WTO) menyatakan
wisatawan sebagai pelancong jarak pendek. Wisatawan adalah mereka yang melaksanakan perjalanan ke suatu negara asing dan menetap di sana selama 24 jam atau paling lama enam bulan (Pratiwi & Annisa, 2019).
Penelitian (Pratiwi
& Annisa, 2019) Wisatawan domestik ternyata berdampak positif atas pendapatan
daerah. Hal ini didukung dalam penelitian (Rezantoni,
2022). Hal ini
mengindikasikan sebab, Semakin banyak wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan
wisata, maka berbagai tuntutan wisatawan dalam proses wisata akan menyebabkan
gejala konsumsi produk daerah tujuan
wisata. Oleh karena itu, melalui kegiatan
konsumsi akan menaikkan pendapatan pariwisata di suatu daerah.
Semakin tinggi
arus wisatawan di suatu daerah tujuan
wisata, maka pemerintah daerah bisa mempromosikan pariwisata dan budaya di daerah tersebut untuk meningkatkan daya tarik wisata.
Hal berbeda ditemukan oleh (SEKARNINGRUM,
2021) dan (Zakiah,
2019) yang menyatakan
bahwa wisatawan nusantara tidak mempengarui pendapatan asli daerah suatu
provinsi. Hal ini mungkin karena wisatawan domestik ke destinasi wisata
biasanya hanya melihat-lihat dan mengeluarkan
budget yang kecil. Berdasarkan
penelitian diatas, maka diangkat lah
jumlah wisatawan nusantara sebagai salah satu indikator pariwisata dalam penelitian ini.
Pengembangan pariwisata
bukan cuma menambah pendapatan devisa, namun juga menghasilkan kesempatan kerja, mendorong pertumbuhan pariwisata, dan mendorong pertumbuhan ekonomi seluruhnya. (Alhowaish,
2016) Mengungkapkan
kontribusi pembangunan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, dan ada korelasi positif
antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Dari sektor ekonomi, kegiatan pariwisata bisa memberikan kontribusi pada pendapatan daerah, baik dari
pajak/pajak, retribusi parkir dan tiket/tiket, maupun
dengan mendatangkan devisa bagi wisatawan
asing atau wisatawan asing (Marie
& Widodo, 2020). Devisa
suatu negara berasal dari kunjungan wisatawan asing, selain itu industri
pariwisata dapat berkontribusi melalui pajak hiburan, pajak hiburan, pemungutan akomodasi atau vila atau
wisma, dan biaya pariwisata/hiburan.
Berdasarkan penelitian
(Karlina,
2019) menemukan
bahwa jumlah wisata mancanegara mempengaruhi pendapatan asli daerah. Hal ini diperkuat oleh riset (Marie
& Widodo, 2020) dan (Dalimunthe,
2009). Hal ini
memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara secara signifikan dapat meningkatkan pendapatan hotel,
hostel, restoran dan tempat
hiburan, alhasil meningkatkan kontribusi pada PAD.
Menurut riset diatas, diangkat lah jumlah wisatawan
mancanegara sebagai salah satu indikator pariwisata dalam penelitian ini.
Pengeluaran pariwisata
merupakan salah satu poin terpenting yang dipakai guna memantau
dan menilai pengaruh pariwisata atas perekonomian dan berbagai sektor perwakilan pariwisata (Rois
& Fadliyanti, 2017). Wisatawan
juga menginap di tempat tujuan wisata. Lama tinggal wisatawan mengacu pada jumlah malam atau hari
wisatawan asing tinggal di luar negara atau daerah tempat
tinggalnya. Semakin besar jumlah kunjungan
pengunjung dan lama tinggal,
maka semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah suatu
provinsi. Lama tinggal wisatawan merupakan salah satu faktor yang menentukan pendapatan negara, terutama mengandalkan pariwisata untuk mendapatkan devisa (Yasa,
2015).
Riset yang dilaksanakan
(Rois
& Fadliyanti, 2017) menyatakan
bahwa rata-rata lama tinggal
berdampak positif atas pendapatan primer daerah. Penelitian ini diperkuat oleh riset (Yanti,
Aziz, & Wulandari, 2021), (Pratama
& Jember, n.d.), (Siwi,
2019) juga berpendapat
bahwa rata-rata lama tinggal
berdampak pada pendapatan mentah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dan semua sektor masyarakat
secara aktif mengeksplorasi keindahan alam sebagai daya
tarik wisata baru untuk menarik
lebih banyak wisatawan, terutama bagi pengusaha di industri pariwisata, akomodasi, makan, hiburan dan agen perjalanan bisa memberikan penawaran dan penawaran terbaik kepada wisatawan. jasa. Wisatawan membuat wisatawan tinggal lebih lama (Pratama
& Jember, n.d.). Semakin
lama Anda menginap di kamar
hotel atau vila, semakin tinggi pajak hotel yang Anda bayar (Yanti
et al., 2021) Berdasarkan
penelitian diatas, maka diangkat lah
rata � rata lama menginap sebagai
salah satu indikator pariwisata pada riset ini.
Menurut penjelasan
diatas, maka penulis guna melakukan
riset dengan membahas sejauh mana pengaruh pariwisata yang di proksikan dengan jumlah hotel, rata � rata lama menginap,
jumlah wisatawan nusantara dan jumlah wisatawan mancanegara atas pendapatan asli daerah di Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Sehingga penulis melaksanakan riset yang berjudul �Pengaruh Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli daerah pada Pulau Jawa dan Bali pada Tahun 2016-2020.�
Pariwisata, berdasarkan
definisinya adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan,
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, sebagai upaya sosial, budaya, alam,
dan ilmiah untuk menemukan keseimbangan atau keselarasan dan kesejahteraan
dengan lingkungan (PERMATASARI, 2020). Pariwisata adalah jumlah gejala
yang timbul dari perjalanan dan tinggal orang asing dan penyediaan akomodasi
sementara, asalkan tinggal tidak permanen dan tidak ada pendapatan. Industri pariwisata
yang maju dan stabil berfungsi sebagai katalisator nasional dan pembangunan
daerah, membantu membangun nilai tukar mata uang asing, menciptakan lebih
banyak kesempatan kerja, dan berkontribusi pada pembangunan sosial yang akan
bermanfaat bagi masyarakat lokal dan wisatawan Menurut (Puah,
Huan, & Thien, 2018)
Metode Penelitian
Jenis
penelitian yang dipakai adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, dan menyajikan data untuk menjawab pertanyaan yang muncul secara
objektif (Sari,
2019). Penelitian
ini memakai
data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau riset
yang mencakup peristiwa masa lalu. Data sekunder bisa
didapat dari jurnal, buku, majalah dan
statistik serta internet. Populasi pada riset
ini adalah jumlah provinsi di Jawa dan Bali. Data yang dipakai
berupa data Statistik yang didapat data yang akan
dipergunakan ialah data panel dari tahun 2016-2020. Adapun
variabel yang dipakai yaitu variabel dependen, pendapatan asli
daerah (Y) dan variabel independent, jumlah hotel
(X1), wisatawan nusantara �(X2), wisatawan
mancanegara (X3) dan rata � rata lama menginap (X4).
2. Metode
Analisis Data
Analisis
regresi berganda dipakai guna
analisis data, dan perangkat lunak SPSS digunakan untuk pengolahan data.
Pengujian statistik variabel menggunakan perangkat lunak untuk analisis data.
Melalui analisis diharapkan dapat digunakan untuk menilai besarnya dampak
variabel terikat atas variabel bebas. Model regresi
untuk penelitian ini adalah (Ningsih
& Dukalang, 2019)
Y = α + β0X1 + β1X2 + β2X3 + β3X4+
e
Dimana :
�Y ������������������ ����������� = Pendapatan Asli Daerah
�α ������������������� ����������� = Konstanta
X1 ����������������� ����������� = jumlah hotel
X2 ����������������� ����������� = jumlah wisatawan nusantara
X3 ����������������� ����������� = jumlah wisatawan mancanegara
X4 ����������������� ����������� = rata
� rata lama menginap
Β0 , β1, β2,
β3 =
Koefisien Regresi
e �������������������� ����������� = Error term
Metode analisis regresi
data panel mengadopsi uji hipotesis
klasik, yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas,
uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas.
1.
Uji Normalitas
Apakah data penelitian yang diperoleh pada riset ini tergolong
berdistribusi normal atau mendekati normal, uji normalitas dipakai sebab data yang baik
adalah data yang menyerupai distribusi normal. Uji distribusi normal merupakan
persyaratan bagi semua uji statistik (Gunawan, 2013). Uji normalitas bisa dilaksanakan dengan segala cara, salah
satunya adalah melalui analisis grafik.
2.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti varians dari
variabel-variabel dalam model tidak sama. Akibat dari heteroskedastisitas dalam
model regresi adalah seperti yang dikemukakan (Gunawan, 2013), penduga
(estimator) yang didapat tidak efisien baik pada sampel kecil maupun besar.
3.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dipakai guna menetapkan standar error estimasi model pada riset dengan menghitung
koefisien berganda dan Bandingkan dengan koefisien korelasi antar variabel
bebasKonsekuensi dari model regresi berganda dengan multikolinearitas adalah
standar error yang diestimasi akan meningkat dengan banyaknya variabel eksogen
yang dimasukkan ke dalam model (Gunawan, 2013).
b. Uji Signifikansi
1.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik
t)
Uji-t adalah hasil jawaban sementara atas rumusan
pertanyaan yang menanyakan mengenai kaitan antara dua
variabel atau lebih. Menurut (Gunawan, 2013) validitas secara terpisah menguji pengaruh
variabel bebas atas variabel terikat.
2.
Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Tujuan dari uji F-statistik adalah guna memperlihatkan seberapa besar
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
3.
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut (Gunawan, 2013) menyatakan pengukuran atas
seberapa jauh kemampuan model menjelaskan variabel dependen.
4.
Uji Autokorelasi
Menurut (Ghozali,
2016), uji autokorelasi
adalah pengujian guna mengetahui ada tidaknya korelasi
antara gangguan gangguan pada periode t dan periode t-1..
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Data
populasi yang dipakai
pada riset
ini sejumlah 35
data, tetapi data sampel yang dipakai
pada riset
ini hanya sejumlah 30
data. Data riset
sebanyak 30
data didapatkan dari 6
populasi dengan periode penelitian selama 5 tahun.
Table 1
Pengujian Regresi
Variabel Independent |
Model 1 |
|||
Koefisien |
t-hitung |
Sig |
|
|
(Constant) |
10703,9 |
|
|
|
JH |
1,556 |
-4,318 |
0,0001 |
|
WN |
0,006 |
3,972 |
0,0010 |
|
WM |
0,0012 |
-0,041 |
0,9670 |
|
LM |
4237,9 |
3,255 |
0,003 |
|
F-Hitung |
8,768 |
|||
Sig |
0,001 |
|||
R2 |
0,584 |
|||
Adjusted R2 |
0,517 |
|||
Run Test |
0,193 |
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2022
a.
Uji Asumsi Klasik
i.
Uji Normalitas
Penelitian ini memakai P-plot normal untuk menguji normalitas.
Gambar 3
Hasil Uji Normalitas Memakai P-plot.
Sumber: Data Sekunder yang
diolah, 2022
Garis normal
P-plot mewakili distribusi dari residual ke normal. Menurut
hasil normal P-plot, data
dinyatakan berdistribusi normal karena titik-titiknya ditarik secara diagonal.
Dari sini bisa diambil
kesimpulan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
ii.
Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui terjadi atau
tidaknya multikorelasi pada suatu penelitian bisa dilihat dari nilai Tolerance > 0,1 dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) <10.
Table 2
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel |
Tolerance |
VIF |
Keterangan |
JH |
0,856 |
1,168 |
Tidak terjadi multikolineritas |
WN |
0,831 |
1,204 |
Tidak terjadi
multikolineritas |
WM |
0,585 |
1,708 |
Tidak terjadi
multikolineritas |
LM |
0,638 |
1,567 |
Tidak terjadi
multikolineritas |
Sumber: Data
Sekunder yang diolah, 2022
Menurut
Tabel 2, hasil uji
multikolinearitas model pertama dan kedua memperlihatkan bahwa toleransi lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF
lebih kecil dari 10, alhasil
bisa
dikatakan bahwa semua variabel dalam riset ini, baik variabel pertama Model tersebut masih
merupakan model kedua, dan tidak terjadi multikolinearitas.
iii.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah
pengujian guna melihat ada tidaknya ketidaksamaan varians pada residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam suatu model regresi. Menurut
(Ghozali, 2016), model regresi yang baik adalah dengan atau tanpa
heteroskedastisitas.
�
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2022
Menurut
hasil di atas, dengan melihat
scatter plot antara nilai prediksi ternormalisasi (ZPRED) dan studentized
residuals (ZRESID), bisa
dilihat
bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik tersebut
terdistribusi ke atas dan ke bawah dan sumbu Y adalah 0 ,
alhasil bisa
diambil kesimpulan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam
model regresi.
iv.
Uji Autokorelasi
Pada riset ini uji autokorelasi memakai system SPSS Run
Test, pengukuran Run Test dari
hasil output SPSS yaitu dengan membandingkan nilai signifikannya dengan 0,05
atau 5%. Jika hasil Run Test
menunjukkan nilai signifikan <0,05 atau 5% maka terjadi autokorelasi antar
nilai residual pada penelitian ini dan sebaliknya jika hasil Run Test memperlihatkan nilai signifikan > 0,05 atau 5% berarti pada
penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi penelitian
ini dilihatkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, hasil uji
autokorelasi dan Runs Test di atas menunjukkan nilai Asymp. Sig. lebih besar dari 0,05 maka bisa disimpulkan tidak terdapat tanda autokorelasi.
b.
Uji Signifikansi
i.
Uji signifikan F (F-test)
Uji signifikan simultan (F-test) memiliki tujuan yaitu untuk
mengukur dampak variabel-variabel independent secara bersama/
simultan atas variabel dependent. Uji signifikan simultan pada
penelitian ini yaitu JH, WN, WM dan LM terhadap PAD. Hasil pengujian model regresi memperlihatkan nilai F hitung sebesar 8,768, dan taraf
signifikansi 0,001 (p < 0,05), alhasil
bisa ditarik kesimpulan
bahwa uji F model regresi memperlihatkan hasil jumlah hotel, wisatawan domestik, wisatawan
asing dan rata-rata Lama tinggal mempengaruhi pendapatan mentah kabupaten.
ii.
Uji koefisien determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2)
merupakan uji guna menilai
seberapa jauh kemampuan sebuah
model penelitian dapat menjelaskan variasi variabel dependent. Koefisien
determinasi memiliki nilai antara 0 (nol) dan 1 (satu). Berdasarkan hasil
koefisien determinasi (R2) didapat nilai Adjusted R2 sebesar 0,584. maksudnya variabel bebas bisa
menjelaskan 58,4% variasi variabel terikat, sedangkan sisanya 41,6% dipengaruhi
oleh faktor atau variabel lain.
Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan antara
nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan ketentuan apabila t hitung > t
tabel, maka terima H0 (dengan tingkat eror yang ditoleransi sebesar 5%, α
= 0,05), sedangkan jika
nilai t hitung < t tabel, maka terima H1.
Variabel |
Prob-t |
Kriteria |
Keterangan |
JH |
-4,318 |
0,0001 |
Signifikan |
WN |
3,972 |
0,0010 |
Signifikan |
WM |
-0,041 |
0,9670 |
Tidak Signifikan |
LM |
3,255 |
0,003 |
Signifikan |
c. Pembahasan Hasil
Menurut
hasil analisis regresi
berganda dalam riset ini, berikut kesimpulan yang ditarik dari temuan dan
dibandingkan dengan hipotesis yang telah diajukan:
1. Pengaruh
Jumlah Hotel
(JH)
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut
hasil penelitian ini pengujian
hipotesis 1 tentang pengaruh jumlah hotel terhadap laju pertumbuhan ekonomi didapat nilai thitung sebesar -4.138 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,0001 atau lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi 0,0001
menunjukkan bahwa besaran berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan laba, dan H1
diterima.
Selain untuk menarik
wisatawan, pertumbuhan industri perhotelan menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki potensi pengembangan, sehingga menarik investor untuk berinvestasi di
daerah yang bersangkutan (Marie & Widodo,
2020).
Penelitian ini diperkuat oleh riset (Dewi & Adi, 2021) yang menunjukkan bahwa jumlah hotel secara parsial
berdampak positif dan signifikan atas pendapatan asli daerah. Meningkatnya jumlah
hotel maka diikuti dengan meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah. Artinya
bahwa peningkatan jumlah hotel akan menaikkan jumlah Pendapatan Asli Daerah melalui pajak hotel yang berpotensi dengan meningkatnya jumlah hotel maka akan mendorong
lebih banyak akomodasi kamar yang dibuka sehingga menyebabkan lebih banyak potensi wisatawan yang menginap sehingga meningkatkan potensi pendapatan asli daerah melalui
pajak hotel. Kemudian hasil riset ini
juga didukung oleh (Solot, 2018),
(Srisinto, 2018) dan
(Efrintya et al., 2021).
2. Pengaruh
Wisatawan Nusantara (WN)
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut
hasil penelitian hipotesis 2
penelitian ini tentang pengaruh wisatawan nusantara terhadap pendapatan primer
daerah diperoleh nilai thitung sebesar 3,972 dan taraf signifikansi 0,001 atau
lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi 0,01 menunjukkan bahwa wisatawan
nusantara telah memberikan kontribusi atas pendapatan asli daerah, maka H2 Diterima.
Pada riset ini wistawan nusantara
diukur dengan jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke tiap � tiap
provinsi. Menurut (Yuniati, 2018). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian (Siwi, 2019) yang
menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan nusantara berdampak signifikan atas pendapatan asli daerah. Hal ini juga diperkuat oleh riset (Tangkilisan, 2005)
dan (Pratiwi & Annisa,
2019) yang juga menyatakan
hal yang sama. Wisatawan nusantara yang datang dari provinsi
yang berbeda akan membutuhkan penginapan sehingga meningkatkan pendapatan dari sektor pajak hotel. Begitu juga dengan biaya masuk ketempat
wisata juga akan meningkat seiring bertambahnya kunjungan wisatawan nusantara atau domestik ke
suatu provinsi.
3. Pengaruh Wisatawan
Mancanegara (WM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut
hasil penelitian pengujian
hipotesis 3 pengaruh wisman terhadap pendapatan asli daerah diperoleh nilai
thitung sebesar -0,041 dan tingkat signifikansi sebesar 0,967 atau lebih besar
dari 0,050. Nilai signifikansi sebesar 0,967 memperlihatkan bahwa wisman tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan pendapatan primer daerah, sehingga H3 ditolak.
Dalam (Rezantoni, 2022) mengemukakan bahwa wisatawan asing berdampak pada pendapatan utama daerah, dan semakin banyak uang yang dikeluarkan guna tujuan wisata, setidaknya untuk makanan, minuman dan akomodasi selama mereka tinggal di daerah tersebut. Sayangnya, ini tidak berdampak positif pada pendapatan lokal. Penelitian ini sendiri didukung
oleh (PATTIPEILOHY, 2014) dan
(SEKARNINGRUM, 2021)
yang menyatakan bahwa tidak terjadi pengaruh
dari hubungan antara wisatawan mancanegara. Peningkatan wisatawan yang signifikan diharapkan ketika acara domestik dan internasional diadakan. Pada saat yang sama, hari biasanya
lebih sedikit.
4. Pengaruh Rata � rata Lama Menginap (LM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan hasil penelitian
pengujian hipotesis 4 pada rata-rata waktu tinggal pendapatan asli daerah
diperoleh nilai thitung sebesar 3,255 dan taraf signifikansi 0,003 atau lebih
kecil dari 0,050. Nilai signifikansi 0,003 menunjukkan bahwa rata-rata lama tinggal
berpengaruh signifikan atas pendapatan asli daerah, dan H4 diterima.
Riset ini selaras dengan
riset dari (Yanti et al., 2021) yang
menyatakan bahwa rata �
rata lama meginap berdampak
terhadap Pendapatan Asli
Daerah. Hal ini juga diperkuat
dalam peneletian (Pratama & Jember, n.d.)
dan (Rois & Fadliyanti, 2017)
yang juga menyatakan hal
yang sama. Periode menginap yang lama dari wisatawan berpeluang meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah. Tidak hanya dari pajak
hotel, akan tetapi belanja yang di lakukan oleh wisatawan baik nusantara ataupun mancanegara di tempat lain seperti restoran maka akan meningkatkan
pajak restoran, ataupun melaui bea tiket masuk
tempat wisata akan menaikkan pendapatan asli daerah.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil uji regresi linier berganda terhadap variabel bebas yang mempengaruhi
variabel terikat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.��� Hasil analisis menyatakan bahwa jumlah hotel, wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara dan rata �
rata lama menginap secara
simultan berdampak positif dan signifikan atas pendapatan asli
daerah.
b.
�� Hasil analisis memperlihatkan
bahwa variabel jumlah hotel, wisatawan domestik dan rata-rata lama menginap berdampak
positif signifikan atas pendapatan asli daerah. Sementara wisatawan
asing tidak berdampak pada pendapatan asli daerah.
BIBLIOGRAFI
Alhowaish, Abdulkarim K. (2016). Is
Tourism Development A Sustainable Economic Growth Strategy In The Long Run?
Evidence From Gcc Countries. Sustainability, 8(7), 605.
Ariadi,
Eko, Soleh, Ahmad, & Mg, Ida Ayu Made Er. (2021). Regional Income Analysis
Of Tourism Sector In Kaur District. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Dan
Keuangan, 2(1), 29�38.
Dalimunthe,
Nur A. (2009). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat. Usu.
Repositoryu. Medan.
Darmi,
Titi. (2018). Locally-Generated Revenue As A Capacity Parameters Of New
Regional Autonomy Management. Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Publik, 22(1),
1�13.
Deshpande,
Hrridaysh P. (2021). Study Of Impact Of Tourism Over Economic Growth In India. European
Journal Of Molecular & Clinical Medicine, 7(11), 6823�6830.
Dewi, Dita
Novita, & Adi, Suyatmin Waskito. (2021). Analisis Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Pad)(Studi Empiris Pada Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012-2018). Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis,
702�711.
Efrintya,
Elnin, Muchtolifah, Muchtolifah, & Sishadiyati, Sishadiyati. (2021).
Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Eks Karesidenan
Madiun. Eqien-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 34�41.
Ghozali.
(2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program Ibm Spss 23.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gunawan,
Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143,
32�49.
Hwang,
Jinsoo, & Lee, Junghoon Jay. (2019). Understanding Customer-Customer
Rapport In A Senior Group Package Context. International Journal Of
Contemporary Hospitality Management.
Ishak,
Jouzar Farouq, Megawati, Lokita Rizky, & Fadillah, Achmad. (2020). Analisis
Determinan Kemandirian Keuangan Daerah. Prosiding Seminar Nasional Terapan
Riset Inovatif (Sentrinov), 6(2), 1�8.
Karlina,
Ayu. (2019). Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam Di Kabupaten Aceh
Jaya. Uin Ar-Raniry Banda Aceh.
Malik,
Shahnawaz, Chaudhry, Imran Sharif, Sheikh, Muhammad Ramzan, & Farooqi,
Fareed Shareef. (2010). Tourism, Economic Growth And Current Account Deficit In
Pakistan: Evidence From Co-Integration And Causal Analysis. European Journal
Of Economics, Finance And Administrative Sciences, 22(22), 21�31.
Marie,
Andhalia Liza, & Widodo, Rintis Eko. (2020). Analisis Faktor Kunjungan
Wisatawan Mancanegara Dan Tingkat Penginapan Hotel Terhadap Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (Pad) Sub Sektor Pariwisata Pada Industri Pariwisata Di
Daerah Istimewa Yogyakarta (Diy) Tahun. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 25(3).
Ningsih,
Setia, & Dukalang, Hendra H. (2019). Penerapan Metode Suksesif Interval
Pada Analsis Regresi Linier Berganda. Jambura Journal Of Mathematics, 1(1),
43�53.
Pattipeilohy,
Afrillia Yoanita. (2014). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pariwisata Dan Pendapatan Asli Daerah Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Daerah (Jeda), 3(1).
Permatasari,
Annisa D. W. I. (2020). Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun 2000-2019.
Pratama,
Anak Agung Gede Agung Ansyangga, & Jember, I. (N.D.). Analisis
Perkembangan Pariwisata Di Wilayah Sarbagita Provinsi Bali.
Puah, Chin
Hong, Huan, Suk Hie, & Thien, Fung Thai. (2018). Determinants Of Chinese
Demand For Tourism In Malaysia. Business And Economic Horizons (Beh), 14(1232-2019�852),
501�512.
Rezantoni,
Primadiva Maulana. (2022). Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Magelang. Stie Ykpn.
Rois,
Ihsan, & Fadliyanti, Luluk. (2017). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
Tahun 2002-2016. Journal Of Economics And Business, 3(2), 79�88.
Sanjaya,
Sigit, & Wijaya, Ronni Andri. (2020). Pengaruh Jumlah Hotel Dan Restoran
Terhadap Penerimaan Pajaknya Serta Dampaknya Pada Pendapatan Asli Daerah Di
Sumatra Barat. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 8(3),
559�568.
Sari, Menik
Ambar. (2019). Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Madrasah Di Ma Al-Hikmah
Bandar Lampung. Uin Raden Intan Lampung.
Sekarningrum,
Ramadhanidyah. (2021). Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2014-2018.
Shahzad,
Syed Jawad Hussain, Shahbaz, Muhammad, Ferrer, Rom�n, & Kumar, Ronald
Ravinesh. (2017). Tourism-Led Growth Hypothesis In The Top Ten Tourist
Destinations: New Evidence Using The Quantile-On-Quantile Approach. Tourism
Management, 60, 223�232.
Sihotang,
Hengki Tamando, & Siboro, Maria Santauli. (2016). Aplikasi Sistem Pendukung
Keputusan Penentuan Siswa Bermasalah Menggunakan Metode Saw Pada Sekolah Smp
Swasta Mulia Pratama Medan. Journal Of Informatic Pelita Nusantara, 1(1).
Siwi,
Auliya Arsilo. (2019). Pengaruh Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah.
Universitas Airlangga.
Solot,
Flora Trivonia. (2018). Pengaruh Jumlah Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Melalui Pajak Hotel Sebagai Intervening (Studi Kasus Di Kota Yogyakarta Tahun
2013-2016). Jurnal Ekobis Dewantara, 1(2), 70�81.
Srisinto,
Srisinto. (2018). Memacu Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah Melalui
Peningkatan Kunjungan Wisatawan Dengan Jumlah Hotel Dan Pendapatan Asli Daerah
Sebagai Variabel Intervening. Probank, 3(2), 30�42.
Syahputra,
Rinaldi. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika, 1(2), 183�191.
Tangkilisan,
Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Grasindo.
Yanti, Ni
Nyoman Leni Agustina, Aziz, Ita Sylvia Azita, & Wulandari, I. Gusti Ayu
Athina. (2021). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Dan Lamanya Menginap
Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kota Denpasar Tahun 2011-2019. Warmadewa
Economic Development Journal (Wedj), 4(2), 60�67.
Yasa, I.
Nyoman Mahahendra. (2015). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Lama Tinggal
Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dan
Kesejahteraan Masyarakat Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 6(7), 165233.
Yuniati,
Nining. (2018). Profil Dan Karakteristik Wisatawan Nusantara (Studi Kasus Di
Yogyakarta). Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 175�190.
Zakiah,
Fiqih Umi. (2019). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Dalam Membangun Infrastruktur Kota Bandar Lampung Ditinjau
Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam Periode 2010-2017 (Studi Di Kota Bandar
Lampung). Uin Raden Intan Lampung.
������
Copyright holder: Frissa Deastina,
Sitti Retno Faridatussalam (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |