Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN OLEH PEGAWAI SEKTOR PUBLIK: MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

 

Ahmad Zaky, Retno Kusumastuti

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengauhi penerimaan dan penggunaan sistem manajemen pengetahuan pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pegawai BPPK dalam menggunakan sistem manajemen pengetahuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan populasi penelitan adalah pegawai BPPK yang telah mengikuti e-learning manajemen pengetahuan. Pengumpulan data menggunakan metode survey dengan instrumen penelitiannya adalah kuesioner. Kuesioner yang dikembalikan dan lengkap diisi oleh responden adalah sebanyak 156. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor effort expectancy, social influence dan facilitating condition secara statistik mempengaruhi behavior intention dan use behavior karena memiliki nilai signifikansi < 0,05 dan t-statistik > 1,96, sedangkan faktor performance expectancy tidak terbukti mempengaruhi penggunaan sistem manajemen pengetahuan. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi pegawai BPPK dalam menggunakan sistem manajemen pengetahuan adalah kemudahan dalam menggunakan dan mempelajari sistem manajemen pengetahuan, pengaruh dan rekomendasi dari orang-orang disekitar pegawai dan adanya dukungan teknis dalam penggunaan sistem manajemen pengetahuan.

 

Kata kunci: Pengaruh Sistem; Manajemen; Pegawai; Medel Utaut.

 

Abstract

This study aims to determine factors that influence the acceptance and use of the knowledge management system at the Financial Education and Training Agency (BPPK). The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) model is used to analyze the factors that influence BPPK employees in using the knowledge management system. This study uses a quantitative method, with the research population was BPPK employees who have participated in knowledge management e-learning. Data collected by a survey method with questionnaire as a research instrument.� The number of data that has been succesfully collected are 156. The results showed that the effort expectancy, social influence and facilitating condition factors statistically influenced behavior intention and use behavior because they had a significance value of < 0.05 and t-statistics > 1.96, while the performance expectancy factor is not proven to affect the use of knowledge management systems. So that the factors that influence BPPK employees in using the knowledge management system are the ease of using and studying the knowledge management system, the influence and recommendations of the people around the employees and the existence of technical support in the use of the knowledge management system.

 

Keywords: Influence Management System; Employee; Medel Utaut.

 

Pendahuluan

Kehidupan suatu organisasi sangat dinamis mengikuti perkembangan yang terjadi pada lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Perkembangan tersebut membuat organisasi harus selalu beradaptasi dengan cepat agar bisa bertahan. Pada era pandemi covid-19 seperti sekarang ini, faktor lingkungan ekternal sangat mempengaruhi eksistensi organisasi salah satunya adalah adaptasi terhadap perubahan pola kerja dan penggunaan teknologi. Pola kerja yang berubah dari pola onsite menjadi pola online dan pola kerja anywhere, menyebabkan kurangnya interaksi antarpegawai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan menyulitkan proses transfer pengetahuan antarpegawai. Kesulitan ini terlebih lagi dialami oleh pegawai baru, baik pegawai yang baru mutasi kerja dari tempat lain ataupun pegawai freshgraduate.

Salah satu solusi dalam mengatasi hambatan dalam transfer pengetahuan antarpegawai adalah dengan penggunaan teknologi yaitu sistem manajemen pengetahuan. Fungsi dari sistem manajemen pengetahuan ini adalah sebagai sarana pegawai melakukan proses manajemen pengetahuan seperti knowledge acquisition, knowledge sharing maupun knowledge application. Dengan adanya sistem manajemen pengetahuan maka prosedur-prosedur kerja berupa SOP, dokumen-dokumen kerja atau pengetahuan lain yang bersifat explicit bisa didigitalisasikan kedalam repository. Selain itu pengetahuan-pengetahun yang bersifat tacit yang ada dikepala pegawai dan juga best practice dan pengalaman dari pegawai senior/pimpinan dapat ditangkap, dikonversi dan disimpan ke dalam repository sistem manajemen pengetahuan.

Teknologi informasi menjadi menjadi enabler dalam proses manajemen pengetahuan seperti aquiring, creating, collating, updating, diseminating, dan capitalizing (Pandey, 2016). Teknologi infomasi yang dijadikan alat bantu dalam mengumpulkan, menyimpan, kodifikasi dan menyebarkan pengetahuan dalam rangka menjalankan mekanisme pengelolaan pengetahuan skaligus mekanisme sosial/struktural disebut sebagai sistem manajemen pengetahuan (Becerra-Fernandez & Sabherwal, 2015). Penggunaan dan pemanfaatan sistem manajemen pengetahuan semakin hari semakin vital karena perubahan pola kerja dan perubahan organisasi. Pemanfaatan sistem manajemen pengetahuan tidak hanya dibutuhkan oleh organisasi swasta, tetapi juga oleh oranisasi publik. Pada organisasi publik, sistem manajemen pengetahuan memungkinkan organisasi untuk memelihara kemampuan dalam mengidentifikasi informasi relevan� yang dibutuhkan dalam memenuhi misi organisasi, memperkuat olaborasi antarunit, dan menyimpan pengetahuan berharga untuk masa depan (McNabb, 2007).

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) merupakan unit organisasi eselon I di lingkngan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang memiliki tugas dalam pengembangan sumber daya manusia dan pengelolaan pengetahuan. Tugas pengelolaan pengetahuan yang dijalankan BPPK tidak hanya melingkupi pengetahuan strategis di level kementerian tetapi juga melakukan pengelolaan pengetahuan di internal organisasinya. Implementasi manajemen pengetahuan yang dilakukan BPPK mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 226/PMK.011/2019 tentang Manajemen Pengetahuan dan pada prosesnya dilakukan melalui sistem manajemen pengetahuan yang diberi nama Kemenkeu Learning Center (KLC). KLC tidak hanya bertindak sebagai wadah pengelolaan pengetahuan tetapi juga wadah pembelajaran bagi pegawai Kemenkeu.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai wadah pengelolaan pengetahuan, KLC dibekali dua fitur yaitu pusat pengetahuan dan KMS. Pengetahuan yang ada pada KLC ada yang bersifat publik maupun terbatas. Pengetahuan yang bersifat publik bisa diakses oleh siapa saja termasuk oleh masyarakat umum. Sedangkan yang bersiat terbatas hanya bisa diakses dalam lingkup Kementerian atau hanya unit eselon I. KLC merupakan alat bantu dalam proses manajemen pengetahuan sehingga tingkat keterisian dan pemanfaatan pengetahuan tergantung dari orang/atau pegawai yang memakainya. Untuk menaikkan tingkat pemanfaatan KLC, BPPK melakukan berbagai sosialisasi dan pelatihan tentang bagaimana berbagi pengetahuan di KLC salah satunya adalah e-learning Manajemen Pengetahuan: Dokumentasi Pengetahuan. E-learning tersebut merupakan diselenggarakan pada tahun 2020 dan 2021 dan wajib diikuti oeh pegawai BPPK.

Hasil dari sosialisasi dan pelatihan terkait manajemen pengetahun yang dilakukan BPPK adalah terisinya dokumen pengetahuan pada fitur KMS di KLC yaitu sebanyak 177 pengetahuan dari 112 pegawai pada Desember 2021 (KLC, 2021). Namun jumlah tersebut hanya sekitar 9% dari jumlah pegawai yang mengikuti e-learning Manajemen Pengetahuan: Dokumentasi Pengetahuan yaitu sebanyak 1161 pegawai. Hal tersebut mengindikasikan rendahnya tingkat pemanfaatan atau penggunaan KLC oleh pegawai BPPK. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah �Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pegawai BPPK dalam menggunakan sistem manajemen pegetahuan pada KLC?�

Penggunaan teknologi sangat dipengaruhi oleh persepsi pengguna, jika pengguna merasa bahwa teknologi tersebut dapat dipercaya dan bermanfaat baginya maka ia akan memiliki persepsi positif terhadap penggunaannya (Hung, Tsai, & Chuang, 2014). Bagi pengembang sistem, informasi tentang persepsi pengguna juga berguna untuk mendapatkan feedback terkait sistem informasi yang dikembangkan. Teori dan model tentang penggunaan dan penerimaan pengguna teknologi sudah banyak dikembangkan yaitu seperti Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), Technology Acceptance Model (TAM), dan Diffusion of Innovations Theory (DOI) (Taherdoost, 2018).

Salah satu model pengkuran penerimaan dan penggunaan teknologi yang populer adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang dikembangkan oleh (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003). Ventakatesh melakukan review, mensintesis, dan menyatukan teori/model penerimaan teknologi yang ada kedalam UTAUT. Depalan model penerimaan teknologi yang disatukan adalah Theory of reasoned action, Technology Acceptance Model (TAM), Model Dan Theory of Planned Behavior, Model PC Utilization, Innovation Diffusion Theory, dan Social Cognitive Theory.

UTAUT merupakan model penerimaan dan penggunaan teknologi yang terintegrasi. Model-model sebelumnya memang mampu memprediksi penggunaan teknologi, namun hanya UTAUT yang mempertimbangkan banyak moderator sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih komprehensif. Hasil penelitian (Venkatesh et al., 2003) menunjukkan bahwa kedelapan model yang diteliti akan memberikan performa yang leih baik ketika digunakan secara terintegrasi dari pada sendiri-sendiri. UTAUT sudah digunakan dalam penelitian empiris tentang penggunaan teknologi dengan berbagai macam latar belakang seperti eropa, asia, amerika utara, amerika selatan, serta asia tenggara (Attuquayefio & Addo, 2014).

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena permasalahan penelitian dianalisis dan dijawab berdasarkan teori yang sudah ada. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif diharapkan hasil penelitian menjadi lebih valid. Ditinjau dari tujuannya, maka penelitian ini termasuk explanatory research karena berusaha menjelaskan terjadinya suatu kejadian dengan menggunakan suatu hipotesis yang menjelaskan bagaimana pengaruh vaiabel independen terhadap variabel dependen dengan menguji hipotesis yang dibangun (Cooper, Schindler, & Sun, 2006).

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yaitu dimana data diperoleh melalui survei menggunakan instrumen kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner disusun berdasarkan indikator-indikator dai variabel yang diukur dan mengacu pada kuesioner yang disusun oleh (Venkatesh et al., 2003). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposif sampling karena sampel diambil hanya dari pegawai BPPK yang telah mengikuti e-learning Manajemen Pengetahuan: Dokumentasi Pengetahuan sebagai populasi penelitian. Jumlah sampel minimal mengikuti ketentuan dari (Anderson & Black, 2010) yaitu berkisar antara 100 s.d. 200 responden.

Hasil pengumpulan data akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif akan menggambarkan demografi responden. Statistik inferensial akan menglah data yang bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian. Analisis statistik inferensial akan menggunakan metode Structural Equation Modeling Partial Least Squares (SEM-PLS) menggunakan program SmartPLS versi 3.2.9.

Tahapan analisis statistik inferensial menggunakan menggunanakan SEM-PLS adalah sebagai berikut:

1.     Membuat Spesifikasi Model Struktural

Pada tahap ini digambarkan diagram yang menunjukkan hubungan antara variabel laten / konstruk eksogen/independen dengan variabel endogen (dependen). Variabel disusun berdasarkan urutan dari kiri ke kanan dengan diberikan tanda panah dari variabel eksogen menuju variabel eksogen.

2.     Membuat Spesifikasi Model Pengukuran

Setiap konstruk pada model struktural yang telah dibuat disisipkan indikator/item yang mengukurnya. Arah panah dari indikator menuju konstruk pada model pengukuran formatif sedangkan pada model pengukuran reflektif arah panah dari kontruk menuju indikator.

3.     Evaluasi Model Pengukuran

4.     Evaluasi model pengukuran akan menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Dalam SmartPLS dapat dilakukan pengujian reliabilitas indikator, reliabilitas konsistensi internal, validitas konvergen, dan validitas diskriminan.

5.     Evaluasi Model Struktural

6.     Setelah model pengukuran dinyatakan valid dan reliabel maka langkah selanjutnya adah melakukan evaluasi terhadap model struktural. Evaluasi model struktural dilakukan dengan menilai signifikansi dan relevansi hubungan struktural. Nilai signifikansi akan menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak.

7.     Interpretasi Hasil dan Kesimpulan

8.     Hasil dari pengujian atas hipotesis akan dibahas dengan membandingkan dengan penelitian terdahulu dan ditarik kesimpulan dalam konteks objek penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Demografi Responden

Kuesioner disebarkan melalui e-mail kepada pegawai BPPK yang telah mengikuti e-learning Manajemen Pengetahuan: Dokumentasi Pengetahuan. Pengumpulan data dilakukan selama 18 hari dari tanggal 14 s.d. 31 Maret 2022. Hasilnya adalah sebanyak 156 responden menjawab kuesioner secara lengkap dan bisa dilanjutkan ke tahap pengolahan data. Jika dilihat dari demografi responden, maka mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, selain itu responden mayoritas berusia 30-40 tahun dengan masa kerja mayoritas 11-15 tahun. Mayoritas responden menggunakan sistem manajemen pengetahuan secara sukarela.

 

Tabel 1

Demografi Responden

Klasifikasi

Jumlah

Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki

107

69%

Perempuan

49

31%

Usia

<30 tahun

17

11%

30-40 tahun

99

63%

41-50 tahun

15

10%

>50 tahun

25

16%

Pengalaman Kerja

0-5 tahun

13

8%

6-10 tahun

35

22%

11-15 tahun

80

51%

lebih dari 15 tahun

28

18%

Alasan Penggunaan KMS

Sukarela

86

55%

Tidak Sukarela

70

45%

Sumber : Hasil olahan peneliti

 

Pembuatan Spesifikasi Model Struktural

Berdasarkan kerangka teoritis penelitian maka dibuatlah model struktural awal menggunakan program SmartPLS. Model awal struktural dapat dilihat pada gambar 3. Terdapat 4 variabel independen/eksogen yaitu Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating Condition (FC)� dan 2 variabel dependen/endogen yaitu Behavioral Intention (BI) dan Use Behavior (UB). Variabel eksogen diletakkan disisi kiri dan mempunyai anak panah yang mengarah pada variabel endogen.

 

Gambar 1. Model Struktural Awal

Pembuatan Spesifikasi Model Pengukuran

Model pengukuran menunjukkan hubungan antara variabel/kontruk dengan indikator/item. Model pengukuran pada penelitian ini menggunakan model pengukuran reflektif yaitu dimana anak panah berasal dari konstruk menuju variabel.

 

Gambar 2. Model Pengukuran

 

Uji Reliabilitas Indikator

Tahap pertama dalam menguji model pengukuran reflektif adalah dengan menguji seberapa besar setiap varian indikator bisa dijelaskan oleh kontruknya, yang diindikasikan oleh reliabilitas indikator. Reliabilitas indikator didapatkan jika nilai indicator loading / loading factor lebih besar dari 0,7 (Latan & Ghozali, 2012). Indikator yang memiliki nilai indicator loading dibawah 0,7 sebaiknya dihapus. Pada progam SmartPLS, nilai indicator loading dapat dilihat pada matrik outer loading sebagaimana . Hasil estimasi algoritma PLS, bahwa semua indikator memiliki nilai indicator loading diatas 0,7 sehingga lolos uji reliabilitas indikator.

Tabel 2. Matrik Outer Loading

 

BI

EE

FC

PE

SI

UB

BI1

0,942

 

 

 

 

 

BI2

0,958

 

 

 

 

 

BI3

0,955

 

 

 

 

 

EE1

 

0,823

 

 

 

 

EE2

 

0,879

 

 

 

 

EE3

 

0,897

 

 

 

 

EE4

 

0,886

 

 

 

 

FC1

 

 

0,776

 

 

 

FC2

 

 

0,826

 

 

 

FC3

 

 

0,707

 

 

 

FC4

 

 

0,767

 

 

 

PE1

 

 

 

0,934

 

 

PE2

 

 

 

0,961

 

 

PE3

 

 

 

0,951

 

 

PE4

 

 

 

0,804

 

 

SI1

 

 

 

 

0,773

 

SI2

 

 

 

 

0,858

 

SI3

 

 

 

 

0,856

 

SI4

 

 

 

 

0,710

 

UB1

 

 

 

 

 

0,881

UB2

 

 

 

 

 

0,880

UB3

 

 

 

 

 

0,884

UB4

 

 

 

 

 

0,900

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Uji Reliabilitas Konsistensi Internal

Tahap kedua dalam menguji model pengukuran reflektif adalah dengan menguji reliabilitas konsistensi internal. Reliabilitas konsistensi internal adalah sejauh mana indikator-indikator yang mengukur konstruk yang sama berhubungan atu sama lain. Salah satu ukuran dalam menguji reliabilitas konsistensi internal adalah menggunakan nilai Composite Reliability dan nilai yang disarankan adalah lebih besar sama dengan 0,7 (Hair, Sarstedt, Ringle, & Mena, 2012). Tabel 4 menunjukkan bahwa model pengukuran lulus uji reliabilitas konsistensi internal karena seluruh nilai�� Composite Reliability lebih besar sama dengan dari 0,7.

 

Tabel 3. Nilai Composite Reliability

Composite Reliability

BI

0,967

EE

0,927

FC

0,853

PE

0,953

SI

0,877

UB

0,936

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Uji Validitas Konvergen

Tahap ketiga dalam evaluasi model pengukuran reflektif adlaah uji validitas konvergen. Pengujian ni untuk menunjukkan ahwa sebuah indikator/item berkorelasi positif dengan indikator/item alternatif untuk konstruk yang sama. Dalam mengevaluasi validitas konvergen dapat digunakan Average Variance Extracted (AVE). AVE merupakan rata-rata loading yang dikuadratkan dari indikator-indikator konstruk, nilai AVE yang diharapkan agar terdapat validitas konvergen adalah > 0,5 (Sarstedt, Ringle, & Hair, 2017). Hasil estimasi AVE dengan program SmartPLS menunjukan bahwa model pengukuran lulus uji validitas konvergen.

 

 

 

 

Tabel 4. Nilai Average Variance Extracted (AVE)

 

Average Variance Extracted (AVE)

BI

0,906

EE

0,760

FC

0,593

PE

0,837

SI

0,643

UB

0,785

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Uji Validitas Diskriminan

Validitas diskriniman menunjukkan tingkatan seberapa besar sebuah variabel laten benar-benar berbeda dengan variabel laten lain sebagaimana ditunjukkan penelitian empiris. Cross-Loading merupakan pendekatan yang dilakukan dalam menilai vailidtas diskriminan. Loading sebuah indikator pada kontruk yang diukur seharusnya lebih besar dari pada loading terhadap konstruk lain (Cross-Loading). Cara terbaik dalam menilai cross-loading adalah dengan menguggunakan matrik. Tabel 6 menunjukkan bahwa setiap konstruk dalam model memiliki cross-loading yang baik, sehingga model pengukuran lolos uj validitas diskriminan.

 

Tabel 5. Matrik Cross Loadings

 

BI

EE

FC

PE

SI

UB

BI1

0,942

0,474

0,520

0,464

0,553

0,556

BI2

0,958

0,391

0,468

0,455

0,531

0,534

BI3

0,955

0,436

0,460

0,470

0,513

0,548

EE1

0,423

0,823

0,504

0,577

0,536

0,607

EE2

0,332

0,879

0,566

0,497

0,489

0,542

EE3

0,435

0,897

0,588

0,411

0,460

0,516

EE4

0,382

0,886

0,566

0,348

0,456

0,465

FC1

0,534

0,435

0,776

0,318

0,460

0,428

FC2

0,320

0,563

0,826

0,446

0,504

0,519

FC3

0,402

0,461

0,707

0,211

0,358

0,293

FC4

0,342

0,499

0,767

0,255

0,448

0,445

PE1

0,475

0,518

0,415

0,934

0,649

0,710

PE2

0,472

0,506

0,389

0,961

0,624

0,724

PE3

0,461

0,503

0,407

0,951

0,665

0,725

PE4

0,360

0,386

0,293

0,804

0,563

0,627

SI1

0,369

0,296

0,357

0,613

0,773

0,515

SI2

0,527

0,391

0,466

0,563

0,858

0,611

SI3

0,451

0,441

0,485

0,597

0,856

0,594

SI4

0,424

0,662

0,551

0,431

0,710

0,507

UB1

0,565

0,649

0,560

0,666

0,633

0,881

UB2

0,539

0,531

0,482

0,678

0,576

0,880

UB3

0,422

0,476

0,443

0,687

0,606

0,884

UB4

0,487

0,493

0,494

0,672

0,659

0,900

Sumber: Hasil olahan peneliti

Evaluasi Model Struktural

Setelah melewati melewati uji validitas dan reliabilitas, tahapan berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap model struktural. Evaluasi tersebut untuk melihat hubungan antara� variabel eksogen dengan variabel endogen. Pengujian yang dilakukan yaitu dengan menilai signifikansi dan relevansi hubungan model struktural serta menilai tingkat koefisien determinasi R2.

Dalam menilai signifikansi dapat menggunakan koefisien jalur (path coefficient) maupun nilai t dan p empiris pada metode bootstraping SEM-PLS. Nilai koefisien jalur memiliki standardized values antara -1 sampai +1. Nilai 1 (positif maupun negatif) menunjukkan adanya pengaruh kuat dan signifikan secara statistik, sedangkan nilai yang mendekati 0 umumnya tidak signifikan. Tabel 7 menunjukkan bahwa semua variabel eksogen dari BI yitu EE, PE dan SI memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap BI, dengan SI yang memiliki dampak paling kuat. Variabel eksogen dari UB yaitu BI dan FC juga memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap UB, dengan BI sebagai variabel yang memiliki dampak terbesar. Sehingga hubungan antarvariabel dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Hubungan hipotesis antara BI dan UB secara statistik adalah signifikan.

2.     Hubungan hipotesis antara EE dan BI secara statistik adalah signifikan.

3.     Hubungan hipotesis antara FC dan UB secara statistik adalah signifikan.

4.     Hubungan hipotesis antara PE dan BI secara statistik adalah signifikan.

5.     Hubungan hipotesis antara SI dan BI secara statistik adalah signifikan.

 

Tabel 6. Nilai Koefisien Jalur

 

BI

EE

FC

PE

SI

UB

BI

 

 

 

 

 

0,388

EE

0,179

 

 

 

 

 

FC

 

 

 

 

 

0,366

PE

0,146

 

 

 

 

 

SI

0,360

 

 

 

 

 

UB

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Selain dari koefisien jalur, nilai signifikansi juga tergantung standard error yang diperoleh dengan metode bootstrap dalam SEM-PLS. Dengan bootstraping akan diperoleh nilai t dan p statistik yang akan menentukan signifikansi hubungan. Pada tingkat signifikansi 5%, maka nilai t statistik diatas 1,96 dinyatakan signifikan seara statistik dan nilai p yang dibawah 0,05 juga dinyatakan signifikan secara statistic (Sarstedt et al., 2017). Hasil perhitungan bootstraping SEM-PLS menunjukkan bahwa hubungan hipotesis antara P dengan BI tidak signifikan secara statistik karena memilii t statistik kurang dari 1,96 dan nilai p lebih dari 0,05, sedangkan hubungan hipotesis antara BI dengan UB, EE dengan BI, FC dengan UB, dan SI degan BI dinyatakan signifikan secara statistik.

Tabel 7. Nilai T dan P Statistik

 

Original Sample (O)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Values

Hipotesis

Kesimpulan

BI -> UB

0,388

5,267

0,000

H5

Diterima

EE -> BI

0,179

1,972

0,049

H2

Diterima

FC -> UB

0,366

4,695

0,000

H4

Diterima

PE -> BI

0,146

1,119

0,264

H1

Ditolak

SI -> BI

0,360

2,632

0,009

H3

Diterima

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Berdasarkan pengujian signifikansi dan relevansi hubungan maka didapatkan model umum penggunaan sistem manajemen pengetahun pada BPPK dan koefisien jalurnya adalah seperti gambar 5.

Gambar 3. Model Penggunaan Sistem Manajemen Pengetahuan pada BPPK

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Koefisien determinasi R2 menunjukkan ukuran kekuatan prediksi model. Nilai R2 memiliki nilai dari 0 sampai dengan 1 dimana nilai yang semakin tinggi menunjukan akurasi prediksi yang semakin tinggi. (Sarstedt et al., 2017) mengelompokan nilai R2 menjadi tiga yaitu R2 sebesar 0,75 memilii kekuatan prediksi substansial, nilai R2 sebesar 0,5 memiliki kekuatan prediksi moderat dan nilai R2 sebesar 0,25 memilki kekuatan prediksi lemah. Tabel 9 menunjukkan bahwa BI dan U memiliki kekuatan prediksi yang moderat. Nilai 0,354 pada BI bisa diartikan bahwa 35,4% variansi perubahan variabel BI dapat dijelaskan oleh variabel eksogennya sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian. Nilai 0,429 pada UB bisa diartikan bahwa 42,9% variansi perubahan pada UB dapat dijelaskan oleh variabel eksogennya., sedangkan sisanya dijelaskan variabel lain diluar model penelitian.

Tabel 8. Nilai R2

 

R Square

BI

0,354

UB

0,429

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Hasil Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan berbagai pengujian baik dalam evaluasi model pengukuran maupun evaluasi model struktural, diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi secarasignifikan terhadap penerimaan dan penggunaan sistem manajemen pengetahuan di BPPK. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat ada tabel

Tabel 9. Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis

Hasil Uji

Alasan

H1

Perfomance Expectancy memiliki pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention

Ditolak

T-Statisics < 1,96 dan P-Values > 0,05

H2

Effort Expectancy memiliki pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention

Diterima

T-Statisics > 1,96 dan P-Values <� 0,05

H3

Social Influence memiliki pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention

Diterima

T-Statisics > 1,96 dan P-Values <� 0,05

H4

Facilitating Condition memiliki pengaruh signifikan terhadap Use Behavior

 

Diterima

T-Statisics > 1,96 dan P-Values <� 0,05

H5

Behavioral Intention memiliki pengaruh signifikan terhadap Use Behavior

Diterima

T-Statisics > 1,96 dan P-Values <� 0,05

Sumber: Hasil olahan peneliti

 

Hubungan Perfomance Expectancy terhadap Behavioral Intention (H1)

Hipotesis 1 menguji hubungan antara Perfomance Expectancy terhadap Behavioral Intention, hasilnya adalah T-Statistics hubungan tersebut sebesar 1,119 dan P-values 0,264. Secara statistik Perfomance Expectancy tidak memiliki pengaruuh yang signifikan terhadap Behavioral Intention sehingga hipotesis 1 ditolak. Penelitian ini menunjukkan bahwa kegunaan� sistem manajemen pengetahuan (PE1) sebagai alat bantu menyelesaikan pekerjaan (PE2), meningkatkan produktivitas (PE2), dan meningkatkan kemungkinan kenaikan gaji (PE4) tidak mempengaruhi niat pegawai dalam menggunakan sistem manajemen pengetahuan.� Hasil ini berbeda dengan temuan (Khanam, Mahfuz, & Ahmed, 2016) dan (Mabitsela & Pretorius, 2016) yang menyatakan bahwa Perfomance Expectancy mempengaruhi niat pengguna sistem manajemen pengetahun.

Hubungan� Effort Expectancy terhadap Behavioral Intention

Hipotesis 2 menguji hubungan antara Effort Expectancy terhadap Behavioral Intention, hasilnya adalah T-Statistics hubungan tersebut sebesar 1,972 dan P-values 0,049. Secara statistik Effort Expectancy memiliki pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention, sehingga hipotesis 2 diterima. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemudahan pegawai dalam mempelajari dan menjalankan sistem manajemen pengetahuan mempengaruhi niat pegawai dalam menggunakan sistem manajemen pengetahuan. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Wang & Pai, 2011), (Mabitsela & Pretorius, 2016), (Yoo & Huang, 2013) dan (Khanam et al., 2016).

Hubungan� Social Influence terhadap Behavioral Intention

Hipotesis 3 menguji hubungan Social Influence terhadap Behavioral Intention, hasilnya adalah T-Statistics hubungan tersebut sebesar 2,632 dan P-values 0,009. Secara statistik Social Influence memiliki pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention, sehingga hipotesis 3 diterima. Penelitan ini menunjukkan bahwa pengaruh orang-orang disekitar pegawai yang merekomendasikan penggunaan sistem manajemen pengetahuan mempengaruhi niat pegawai dalam menggunakan sistem manajemen pengetahuan. Hasil ini mengkonfirmasi teman penelitian sebelumnya oleh (Mabitsela & Pretorius, 2016)� dan (Yoo & Huang, 2013).

Hubungan Facilitating Condition terhadap Use Behavior

Hipotesis 4 menguji hubungan Facilitating Condition terhadap Use Behavior, hasilnya adalah T-Statistics hubungan tersebut sebesar 4,695 dan P-values 0,000. Secara statistik Facilitating Condition memiliki pengaruh signifikan terhadap Use Behavior, sehingga hipotesis 4 diterima. Penelitan ini menunjukkan bahwa adanya dukungan fasilitas dari kantor baik berupa sumber daya maupun manual book terkait sistem manajemen pengetahuan mempengaruhi pegawai dalam menggunakan sistem manajemen pengetahuan. Hasil ini mengkonfirmasi temuan sebelumnya oleh (Wang & Pai, 2011) dan� (Mabitsela & Pretorius, 2016).

Hubungan Behavioral Intention terhadap Use Behavior

Hipotesis 5 menguji hubungan Behavioral Intention terhadap Use Behavior, hasilnya adalah T-Statistics hubungan tersebut sebesar 5,267dan P-values 0,000. Secara statistik Behavioral Intention memiliki pengaruh signifikan terhadap Use Behavior, sehingga hipotesis 5 diterima. Penelitian ini menunjukkan bahwa niat dan keinginan pengguna mampu mempengaruhi penggunaan sesungguhnya sistem manajemen pengetahuan oleh pegawai.

 

 

 

Kesimpulan

Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan sistem manajemen pengetahuan oleh pegawai BPPK adalah Effort Expectancy, Social Influence, dan Facilitating Condition. Jika pimpinan BPPK menginginkan adanya engagement antara pegawai dengan sistem manajemen pengetahuan dan sekaligus meningkatkan penggunaannya, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah

1.     Membuat sistem manajemen pengetahuan yang mudah digunakan (user friendly), sehingga pegawai merasa nyaman dalam menggunakannya dan tidak membutuhkan waktu lama dalam menguasai penggunaannya.

2.     Membuat manual book yang mudah dimengerti, sehingga memudahkan pegawai untuk mempelajari penggunaan sistem manajemen pengetahuan.

3.     Selain melakukan sosialisasi secara laus, juga mendorong pimpinan unit atau atasan untuk melakukan direct marketing penggunaan sistem manajemen pengetahuan kepada bawahannya.

4.     Membuat helpdesk yang responsif untuk membantu pegawai apabila menemui kesulitan dalam penggunaan sistem manajemen pengetahuan.

 

Penelitian ini juga menemukan bahwa kekuatan prediksi variabel eksogen terhadap Behavioral Intention dan Use Behavior (nilai determinasi R2) tergolong moderat, sehingga ada variabel lain diluar model yang mampu menjelaskan Behavioral Intention dan Use Behavior. Oleh karena itu untuk peneltian selanjutnya sebaiknya memasukan variabel lain diluar variabel UTAUT yang mempunyai pengauh terhadap Behavioral Intention dan Use Behavior.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anderson, Hair, & Black, B. (2010). Multivariate data analysis 7th edition. Pearson Perntice Hall.

 

Attuquayefio, Samuel, & Addo, Hilla. (2014). Review of studies with UTAUT as conceptual framework. European Scientific Journal, 10(8).

 

Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2015). Knowledge Management Systems. In Knowledge Management Systems and Processes (p. 64). Routledge Taylor & Francis.

 

Cooper, Donald R., Schindler, Pamela S., & Sun, Jianmin. (2006). Business research methods (Vol. 9). Mcgraw-hill New York.

 

Hair, Joe F., Sarstedt, Marko, Ringle, Christian M., & Mena, Jeannette A. (2012). An assessment of the use of partial least squares structural equation modeling in marketing research. Journal of the Academy of Marketing Science, 40(3), 414�433.

 

Hung, Shin Yuan, Tsai, Jacob Chia An, & Chuang, Chun Chin. (2014). Investigating primary health care nurses� intention to use information technology: An empirical study in Taiwan. Decision Support Systems, 57, 331�342.

 

Khanam, Liza, Mahfuz, Mohammad Abdullah, & Ahmed, Ezaz. (2016). Employee behavioral intention to adopt knowledge management systems (KMS) in Bangladesh. European Conference on Knowledge Management, 445. Academic Conferences International Limited.

 

Latan, Hengky, & Ghozali, Imam. (2012). Partial Least Square: Konsep, Teknik, dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

 

Mabitsela, Tebogo, & Pretorius, Agnieta. (2016). Adoption of knowledge management systems: A case of an enterprise data warehouse. International Conference on Intellectual Capital and Knowledge Management and Organisational Learning, 182. Academic Conferences International Limited.

 

McNabb, David E. (2007). Knowledge management in the public sector: A blueprint for innovation in government. ME Sharpe.

 

Pandey, Krishna Nath. (2016). Paradigms of Knowledge Management: With Systems Modelling Case Studies-Volume 60. Springer.

 

Sarstedt, Marko, Ringle, Christian M., & Hair, Joseph F. (2017). Partial least squares structural equation modeling. Handbook of Market Research, 26(1), 1�40.

 

Taherdoost, Hamed. (2018). A review of technology acceptance and adoption models and theories. Procedia Manufacturing, 22, 960�967.

 

Venkatesh, Viswanath, Morris, Michael G., Davis, Gordon B., & Davis, Fred D. (2003). User acceptance of information technology: Toward a unified view. MIS Quarterly, 425�478.

 

Wang, Chih Yao, & Pai, Jung Chi. (2011). An Empirical Study of the Acceptance and Use of Knowledge Management Systems in Taiwanese Insurance Industry.

 

Yoo, Sun Joo, & Huang, Wen Hao David. (2013). Employees� acceptance of knowledge management systems and its impact on creating learning organizations. Knowledge Management & E-Learning: An International Journal, 5(4), 434�454.

�������

Copyright holder:

Ahmad Zaky, Retno Kusumastuti (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: