Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 6, Juni 2022
DAMPAK IMPLEMENTASI CLINICAL
PATHWAY PADA PERAWATAN PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT : A SCOPING REVIEW (THE IMPACT OF CLINICAL
PATHWAY ON HOSPITAL CARE OF STROKE PATIENTS : A SCOPING REVIEW)
Genoveva Maditias Dwi Pertiwi, Dian Elawati, Atik Nurwahyuni
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Stroke masih
menjadi penyebab kematian dan kecacatan tertinggi pada orang dewasa di dunia.Untuk meningkatkan
luaran klinis semua pasien stroke perlu ditatalaksana dengan Clinical Pathway (CP). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis
dampak implementasi Clinical
Pathway terhadap perawat,
dan pasien stroke di rumah sakit. Penelitian ini berbentuk scoping review yang
menggunakan kerangka Arskey dan O� Malley. Didapatkan
9 artikel yang relevan dan memenuhi kriteria inklusi untuk menjawab
pertanyaan penelitian.Implementasi
clinical pathway memiliki dampak
terhadap outcome pasien,
length of stay (LOS), biaya perawatan dan proses manajemen pasien. Implementasi
clinical pathway pada pasien stroke membawa dampak positif baik bagi
pasien maupun rumah sakit.
Kata Kunci: clinical pathway;
stroke; rumah sakit; dampak
Abstract
Stroke is the highest cause of mortality and morbidity an adult in
worldwide. To improvement outcome� of all stroke patient is needed to .use clinical pathway. The aim of this research is to analyzed
impact of the implementation clinical pathway for
stroke inpatient hospital. This research a scoping review that use Arskey and O;Malley
framework. Obtained 9 relevan� articles that meet
inclusion criteria to answer the research question. Implementation of clinical patheay have an impact on patient outcomes, length of stay
(LOS), cost of care and patient management process. The implementation of
clinical pathway has a positive impact on both patients and hospital.
Keywords: clinical pathway;
stroke; hospital; impact
Pendahuluan
Stroke merupakan
salah satu penyakit cerebrovaskuler
yang masih menjadi penyebab kematian tertinggi nomor dua, dan� menjadi penyebab kecacatan tertinggi bagi orang dewasa di dunia (Schmidt,
Heroum, Caumette, Le Lay, & B�nard, 2015) Berdasarkan data CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
di Amerika lebih dari
795.000 orang terkena stroke setiap
tahunnya.(Stroke Facts _ cdc, 2017) Di Indonesia sebanyak 10,9 per
1000 penduduk mengalami
stroke. Angka ini meningkat
dibandingkan tahun 2007, yakni 8,3 per 1000 penduduk atau sekitar 2.120.362 orang
(Kemenkes
RI, 2018) American Stroke Association melaporkan bahwa dalam penanganan
stroke dengan fasilitas
yang tidak memadai dan tidak terintegrasi akan berkontribusi terhadap kematian, kecacatan, dan biaya perawatan yang tinggi. (Panella,
Marchisio, Barbieri, & Di Stanislao, 2008) Selaras dengan
rekomendasi dari The Australian National Stroke Foundation
bahwa semua pasien stroke yang dirawat di rumah sakit harus
di tatalaksana sesuai dengan clinical
pathway.(Saposnik et al., 2008)
Clinical
Pathway adalah suatu konsep
perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu
selama pasien berada di rumah sakit.(Asmirajanti Mira, 2018). Clinical
Pathway memberikan manfaat
bagi tata kelola klinis rumah sakit
salah satunya meningkatkan komunikasi antar profesi yang berbeda sehingga dapat menghilangkan duplikasi yang tidak diperlukan dan mengurangi variasi dalam layanan klinis.
(Wright
& Hill, 2003) Clinical Pathway telah banyak diterapkan untuk berbagai diagnosa penyakit dengan tujuan menigkatkan
efektivitas pengobatan dan untuk mengurangi biaya. (Deng
et al., 2014)
Beberapa penelitian
telah banyak dilakukan untuk menganalisis dampak dari penerapan Clinical Pathway, salah satunya pada pasien stroke.(de
Belvis et al., 2019) Implementasi
Clinical Pathway pada pasien stroke dikaitkan dengan reduksi lama hari dan biaya. penurunan angka kematian, komplikasi, dan peningkatan luaran klinis pasien serta
rehabilitasi dalam jangka panjang. (Kim et
al., 2014),(Schmidt
et al., 2015),(Jang et
al., 2020) Studi
lain menyatakan bahwa implementasi Clinical
Pathway pada pasien stroke tidak
menurunkan tingkat kematian karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi pasien. (Kusumaningtyas,
Utarini, & Pinzon, 2017) Berdasarkan
latar belakang tersebut maka penulis
melakukan tinjauan
literature yang bertujuan untuk
menganalisis bagaimana dampak implementasi Clinical Pathway pada perawatan pasien stroke di rumah sakit.
Metode Penelitian
Penelitian ini
merupakan scoping
review yang dilakukan untuk
menganalisis dampak implementasi Clinical
Pathway pada pasien stroke yang mendapat perawatan di rumah sakit. Kerangka
yang digunakan adalah Arskey dan O� Malley (2015) yang terdiri
dari beberapa tahap� yaitu: (a) Mengidentifikasi pertanyaan penelitian, (b) Mengidentifikasi artikel-artikel
yang relevan, (c) Melakukan
seleksi artikel secara menyeluruh, (d) Melakukan pemetaan data dengan tabel, menyusun,
merangkum dan melaporkan hasil. (Tricco
et al., 2016)
A. Identifikasi Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian
dirumuskan dengan menggunakan konsep P
(Population), C (concept), C (Context) yang direkomendasikan
oleh Joanna Briggs Institute for Scoping Review. (14) Berikut
adalah tabel yang berisi PCC dari penelitian ini :
Tabel 1
PCC Penelitian
P (population) |
Pasien stroke |
C (Concept) |
Clinical
Pathway |
C (Context) |
Rumah sakit |
B. Identifikasi Artikel yang Relevan
Pencarian literatur
menggunakan 3 database elektronik
yaitu EBSCO, Proquest, dan
Science Direct. Untuk mempermudah
pencarian penulis mencari sinonim dari masing-masing kata kunci kemudian digabungkan untuk mendapatkan sumber artikel yang lebih spesifik sebagai berikut:
Tabel 2
Kata Kunci Penelusuran Database
No |
Database |
Kata Kunci |
1. |
EBSCO
|
AB (stroke OR "stroke patient" OR "ischemic
stroke" OR "haemorragic stroke") OR
TI ( stroke OR "stroke patient" OR
"ischemic stroke" OR "haemorragic
stroke" ) AND AB ("clinical pathway" OR "care
pathways" OR "critical pathways" OR "Integrated Clinical
Pathways") OR TI ("clinical pathway" OR "care
pathways" OR "critical pathways" OR "Integrated Clinical
Pathways") AND AB hospital OR TI hospital AND AB ( impact OR
effect OR influence ) OR TI ( impact OR effect OR influence ) |
2. |
Proquest |
(ab(Stroke OR "Stroke
patient" OR "Ischemic stroke" OR "haemorragic
stroke") OR ti(Stroke OR "Stroke
patient" OR "Ischemic stroke" OR "haemorragic
stroke")) AND (ab("clinical pathways" OR "care
pathways" OR "critical pathways" OR "integrated clinical
pathways") OR ti("clinical pathways"
OR "care pathways" OR "critical pathways" OR
"integrated clinical pathways")) AND (ab(hospital OR "hospital
care") OR ti(hospital OR "hospital
care")) AND (ab(impacts OR effects OR influences) OR ti(impacts
OR effects OR influences)) |
3. |
Science
Direct |
�Clinical Pathways� AND
�Stroke� AND �impacts� AND hospital |
4. |
Googlescholar |
Impact of clinical pathway
stroke infark |
Artikel yang dipilih adalah semua artikel penelitian
berbahasa Indonesia dan Bahasa inggris
yang diterbitkan pada tahun
2012-2022. Artikel yang tidak dipilih
adalah artikel yang tidak bisa diakses
lengkap, artikel berupa opini serta
artikel yang tidak membahas tentang implementasi Clinical
Pathway� pada pasien
stroke. Strategi pencarian database ini disajikan dalam
bentuk prisma dibawah ini :
Gambar 1
Flow Chart PRISMA Guidelines
C. Seleksi Artikel
Pada tahap
melakukan seleksi artikel dilakukan oleh kedua penulis secara
bergatian. Penulis pertama melakukan skrinning artikel dari seluruh database berdasarkan judul
dan abstrak. Kemudian bersama-sama dengan penulis kedua melakukan
telaah secara menyeluruh artikel yang lolos dari tahap
skrinning untuk menentukan apakah artikel yang dipilih sesuai dengan tujuan
penelitian. Selanjutnya artikel yang sesuai disajikan dalam bentuk tabel yang berisi nama penulis,
tahun terbit, judul, desain, hasil, dan kesimpulan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dalam proses identifikasi artikel dari beberapa
database menghasilkan
671 artikel penelitian (24 artikel dari Proquest,
46 artikel dari EBSCO, 598 dari Sciencedirect, dan 3 artikel
dari googlesholar). Kemudian seluruh artikel tersebut dilakukan pengecekan apakah ada duplikasi
artikel. Sebanyak 121 artikel yang sama ditemukan dan dikeluarkan. Kemudian dilakukan skrinning dari judul dan abstrak apakah sesuai dengan
kriteria inklusi. Sebanyak 502 artikel dikelurakan dari pencarian. Tersisa 48 artikel fulltext yang dibaca dan ditelaah secara lengkap. Hasilnya 29 artikel dikeluarkan karena tidak sesuai dengan
tujuan dan ruang lingkup penelitian ini. Hasil akhir pencarian didapatkan sebanyak 9 artikel yang kemudian disimpulkan lalu disajikan dalam diagram tabel. (tabel 3)
1) Karakteristik Hasil
Berdasarkan tahun terbit
artikel� terdapat 3 artikel yang dipublikasikan dalam 5 tahun terakhir
antara tahun 2017-2022, sementara 6 artikel lainnya diterbitkan dalam 10 tahun terakhir antara tahun 2012-2016. Berdasarkan lokasi penelitian dilakukan dibeberapa negara Korea, China, Italia, Jerman,
Perancis, Indonesia, dan Michigan. Berdasarkan desain penelitian terdapat beberapa jenis penelitian yaitu Retrospektif kohort, retrospektif clinical study, retrospektif
observasi, prospektif kohort, Random
Customized Trial, Systematic Review.Tujuan penelitian dari masing-masing artikel secara garis besar hampir sama
yaitu mengukur dampak dari penerapan
alur klinis/ Clinical Pathway terhadap
pelayanan pasien stroke di rumah sakit. Secara
umum karakteristik subyek (pasien stroke) yang diteliti hampir sama. Karateristik subyek yang dijelaskan dari masing-masing artikel terdiri atas jenis
kelamin, usia, komorbid, factor risiko, jenis stroke. Dampak atau pengaruh yang didapatkan dari penerapan Clinical
Pathway terhadap pasien
dibagi menjadi beberapa variable yang akan dianalisis secara mendalam yaitu (1) Outcome pasien
yang diklasifikasikan menjadi
komplikasi pasien, tingkat mortalitas, morbiditas, patient
discharge, (2) LOS (Length of Stay),
(3) Biaya perawatan (cost), (4) Proses manajamen
pasien dalam rumah sakit.
Table 3
Tabel Rangkuman Artikel
No |
Penulis
(tahun) |
Lokasi |
Judul |
Desain |
Hasil |
Kesimpulan |
1 |
Yun Jeong Jang, dkk (2020) |
Korea |
Assessment of the Implementation of Critical Pathway
in Stroke Patients: A 10-Year Follow-Up� Study |
Retrospektif
Kohort |
a. Karakteristik demografi dan
stroke Sebanyak 100 orang termasuk
dalam kelompok perawatan tanpa CP yang terdiri atas 53(53%) laki-laki dan 47 (47%)perempuan dengan
rata-rata umur 62.0 � 13.1 tahun.
Sedangkan kelompok pasien setelah implementasi CP sebanyak 860
orang yang terdiri dari
433 (50.3%) laki laki dan
427 (49.7%) perempuan dengan
rata-rata usia 63.9 � 12.9 tahun. Berdasarkan tipe stroke
pada kelompok sebelum CP,
sebanyak 52 (52%) orang termasuk
dalam jenis stroke hemoragik dan 48%) orang termasuk
dalam stroke iskemik. Sedangkan pada kelompok setelah CP sebanyak 448 (52.1%)
termasuk dalam stroke hemoragik dan 412 (47.9%) termasuk
dalam stroke iskemik. Berdasarkan sisi hemiplegi, pada kelompok sebelum CP sebanyak 49 (49%) mengalami hemiplegi sebelah kanan, 36 (36%) mengalami hemiplegi sebelah kiri, dan 15 (15%) mengalami hemiplegi keduanya. Sedangkan pada kelompok setelah CP sebanyak 349 (40.6%) hemiplegi sisi kanan, 379 (44.1%) sisi sebelah kiri, dan 132 (15.3%) mengalami
hemiplegi di kedua sisi. Berdasarkan lokasi lesi, pada kelompok sebelum CP sebanyak 3 (3%) lesi terdapat di bagian cortical, 10
(10%) terdapat di bagian
infratentorial, dan 87 (87%) di sub cortical. Sedangkan
pada kelompok setelah CP,
sebanyak 37 (4.3%) terdapat
di bagian kortikal, 140
(16.3%) di infratentorial dan 683 (79.4%) terdapat
di subkortikal. b. Riwayat Penyakit Sebelumnya Pada kelompok sebelum CP terdapat beberapa kondisi medis yang sebelumnya diderita oleh pasien yaitu hipertensi (70%) ,penyalahgunaan
alcohol (38%), diabetes mellitus (33%), perokok
(31%), aritmia (28%),� osteoatritis
(25%), dyslipidemia (25%) dan riwayat stroke sebelumnya (20%). Swdangkan
pada kelompok setelah CP beberapa kondisi medis yang sebelumnya diderita oleh pasien yaitu hipertensi (74,4%) , penyalahgunaan alcohol
(42,4%), diabetes mellitus (27,4%), perokok
(25,7%), aritmia (16,7%), osteoatritis
(25,7%), dyslipidemia (12,1%) dan riwayat stroke sebelumnya (16.9%). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam distribusi penyakit antara kedua kelompok yang diteliti. c. Komplikasi Komplikasi pascastroke
yang terjadi pada setengah
dari total populasi sebelum CP adalah nyeri bahu (78%), disfagia
(66%). Terjadi juga komplikasi
yaitu depresi (46%), insersi foley cateter (38%),
pneumonia (32%), dan ISK (23%). Setelah Implementasi CP komplikasi yang
muncul adalah disfagia, (53,6%), nyeri bahu
(45,2%), insersi foley cateter
(22,3%), depresi (19,7%), dan gejala
gastrointestinal (14,2%) Selain geja;a
gastrointestinal, suplai nutrisi
melalui gastrotomi, ulkus decubitus, dan munculnya komplikasi pasca stroke menurun secara signifikan dengan implementasi CP. d. Evaluasi fungsional Pada kelompok sebelu, CP dan subjek dengan stroke total didapatkan derajat Brunnstrom pada ekstremitas atas dan bawah proksimal dan distal adalah
3.4�2 :2, 34 �1 :3 . Stadium meningkat
secara signifikan masing-masing
menjadi 3.9�1 :2, 3.8 �1 :3 seiring
dengan implementasi CP.
Pada kelompok subjek dengan stroke iskemik stadium Brunnstrom juga� menunjukan
peningkatan yang signifikan
secara statistik pada kelompok setelah CP, namun tidak signifikan
pada kelompok subyek dengan stroke hemoragik. Ketiga kelompok yang dibedakan berdasarkan jenis stroke tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dan evaluasi fungsional serta efisiensi rehabilitasi. e. LOS Setelah Implementasi
CP onset dari awal stroke
sampai untuk memulai rehabilitasi dan LOS awal stroke sampai transfer ke departemen rehabilitasi menunjukan penurunan yang sangat signifikan
baik di subyek dengan stroke iskemik atau stroke hemoragik. LOS dalam perawtan di rehabilitasi maupun rumah sakit subyek
dengan stroke iskemik dan
stroke total mengalami penurunan
yang signifikan. Namun
pada subyek dengan stroke
hemoragik tidak menunjukan penurunan signifikan secara statistik. f. Pemulangan pasien Pemulangan pasien dibedakan menjadi dua yaitu ke
rumah atau ke rumah sakit
lain. Pada kelompok sebelum CP sebanyak 6 kasus (12,5%) pulang kerumah dan 94 kasus (87,5% dirujuk ke rumah
sakit lain. Setelah implementasi CP pemulangan pasien ke rumah meningkat
secara signifikan yaitu 175 kasus (42,5%) sedangkan pemindahan ke rumah sakit
lain sebanyak 237 kasus (57,5%). Pada kelompok subyek dengan total stroke dan stroke hemoragik
tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik. |
Implementasi CP membuka peluang untuk penerapan intervensi berbasis bukti atau pedoman terbaik yang memberikan perawatan seger, komprehensif terutama untuk pasien stroke. Meskipun bukti terbatas CP masih di rekomendasikan sebagai sarana untuk mempromosikan praktik terbaik dalam perawatan pasien stroke di rumah sakit� |
2 |
Min Zhao, dkk (2016) |
China |
Evaluation of clinical pathway in acute ischemic stroke : A comparative study |
Retrospective Clinical Study |
Didapatkan subyek penelitian sebanyak 299 subyek pada kelompok sebelum CP dengan diagnose
stroke iskemik dan 728 subyek
termasuk dalam kelompok setelah CP. a. Karakteristik subyek Rata-rata usia dari subyek
di kelompok sebelum (RCP)
dan sesudah CP (CP) adalah
65.3� 11.1 tahun dan 67.1� 11.7 tahun.
Pada kelompok RCP memiliki
lebih tinggi kondisi klinis yaitu stroke iskemik sebelumnya, atrial fibrilasi,
TIA, perokok dan pengguna
alcohol. ( p <0,05) Skor NIHSS di kelompok CP adalah 6,6 sedangkan di kelompok RCP adalah 6,8 (p>0,05) b. Outcome primer dan sekunder Outcomes primer merupakan LOS sedangkan outcome
sekunder adalah biaya rumah sakit,
dan komplikasi, kepatuhan
terhadap proses klinis. Perbandingan Length
of stay (LOS) pada kelompok dengan
CP dan RCP adalah 17,2 hari
dan 21,4 hari (P<0,001) sedangkan
biaya rumah sakit adalah 1776 US dollar dan
2433 US� dollar.
216 pasien di kelompok CP
menunjukkan hasil yang lebih baik pada kelompok dibandingkan 401 pasien di kelompok sebelum CP. Tingkat komplikasi menunjukan hasil 19.1% pada kelompok CP dan 20.7% pada kelompok
RCP. Komplikasi ISK pada kelompok
CP sebanyak 6 pasien, lebih sedikit dibandingkan kelompok RCP yaitu 46 pasien. Kepatuhan terhadap
proses klinis menunjukan hasil yang lebih tinggi pada kelompok CP. Proses
klinis mencakup evaluasi NIHSS, pemeriksaan CT Scan, USG carotid, pemberian
antiplatelet <48 jam setelah pasien
masuk, evaluasi disfagia, dan rehabilitasi awal. c. Odd ratio CP untuk LOS, biaya rumah sakit
dan outcome klinis Karena distribusi usia, dan kondisi klinis yang berbeda antara dua kelompok maka dilakukan analisis multivariate untuk mengidentifikasi efek penerapan CP. Model 1 disesuaikan
dengan usia dan jenis kelamin, model 2 berdasarkan usia, jenis kelamin dan kondisi klinis serta kebiasaan merokok dan minum alcohol,
model 3 berdasarkan NIHSS score dan tahun masuk rumah
sakit. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan memperhatikan faktor risiko penerapan CP berperan penting dalam memperpendek LOS, menurunkan biaya perawatan, dan meningkatkan luaran klinis. |
Clinical pathway untuk manajemen
pasien stroke iskemik lebih efektif dalam memperpendek LOS, menurunkan biaya rumah sakit, meningkatkan hasil klinis dna meningkatkan
kepatuhan terhadap proses
klinis� |
3. |
Jemsner, dkk (2016) |
Indonesia |
Dampak Penerapan
Clinical Pathway Terhadap Biaya
Perawatan Pasien Stroke Iskemik Akut di RS. Bethesda
Yogyakarta |
Retrospektif Kohort |
Berdasarkan dari karakteristik subyek,� Jenis
kelamin laki-laki adalah yang terbanyak (56,9%). Datang dengan serangan pertama stroke iskemik (77,7%), GCS awal lebih banyak pada GCS 13-15
(78,5%). Gejala terbanyak
adalah pasien dengan hemiparesis (56,2%). Dari data ini dapat disimpulkan
bahwa pada penelitian ini hanya terdapat
perbedaan secara signifikan pada gejala wajah perot (p=0,017), sedangkan karakteristik lainnya tidak ada perbedaan signifikan sehingga dapat dikatakan data pada kedua kelompok bersifat homogen. Terdapat perbedaan signifikan terhadap biaya perawatan stroke iskemik akut setelah penerapan CP (p=0,004),
dimana rerata biaya perawatan pada kelompok dengan CP sebesar Rp 8.212.656,02 dan pada kelompok
tanpa CP sebesar Rp
10.659.617,72 (setelah penyesuaian
dengan tingkat inflasi dari BPSI sebesar 19,08%) dengan beda rerata sebesar
Rp 2.446.961,70 Beberapa faktor resiko yang ikut mempengaruhi biaya perawatan sehingga menjadi faktor perancu yaitu nilai GCS awal saat masuk RS, tipe serangan stroke, gejala penurunan kesadaran dan afasia, hipertensi grade 2, pemberian
multivitamin, dan tingkat keparahan
dengan skala MRS. Diantara 8 variabel potensial tersebut hanya 4 variabel yang mempengaruhi biaya perawatan secara signifikan yaitu kelompok subjek dengan gejala afasia, pemberian multivitamin,
tingkat keparahan dengan MRS, dan penerapan CP |
Penerapan CP pada perawatan
stroke iskemik akut di RS
Bethesda Yogyakarta mampu menurunkan
biaya perawatan secara signifikan, walaupun tidak membuat perbedaan yang signifikan terhadap lama perawatan atau LOS. Penerapan CP juga mampu meningkatkan efektivitas pemberian obat pada perawatan stroke iskemik akut, dalam hal
ini adalah penggunaan anti-patelet yang lebih baik. Penerapan
CP terbukti secara signifikan mampu memperbaiki outcome klinis paska perawatan stroke iskemik akut lebih baik dengan
skala Modified Rankin Scale (MRS) |
4. |
Benjamin Kass, dkk (2021) |
Berlin |
Cost-effectiveness of patient navigation programs
for stroke patients�A systematic review |
Systematic review |
Pencarian literature mencapai
1442 dan 2 studi memenuhi
kriteria inklusi. Kualitas studi yang ditinjau dinilai sedang dan tinggi. Program Pengaturan dan efektivitas biaya sangat beragam, dengan satu penelitian
menunjukkan kemungkinan
90% menjadi biaya yang efektif dengan membayar 25.600 per QALY sedangkan
yang lain menunjukan QALY yang serupa
dan biaya yang tinggi |
Karena hanya dua studi
yang memenuhi kriteria inklusi dan hasilnya menyatakan perbedaan yang cukup besar, maka tidak dapat
ditarik kesimpulan mengenai efektivitas biaya dari program navigasi terhadap pasien stroke. |
5. |
Jong Min Yang, dkk (2014) |
Korea |
Implementation of a clinical pathway based on a
computerized physician order entry system for ischemic stroke attenuates
off-hour and weekend effects in the ED |
Retrospective Analysis Study |
Sebanyak 649 pasien
yang memenuhi kriteria inklusi dan menjadi subyek penelitian. Dikelompokan ke dalam 4 kelompok yaitu pasien yang datang di hari dan jam kerja, di hari kerja tetapi bukan jam kerja, di hari akhir pecan, dan di hari libur. Tidak
ada perbedaan karakteristik yang signifikan antara 4 kelompok tersebut. Interval waktu dari pasien tiba
di IGD sampai pasien dilakukan pemeriksaan CT scan tidak ada perbedaan
secara bermakna antara keempat kelompok tersebut walaupun interval waktu sampai pemeriksaan PT/APTT rerdapat perbedaan yang signifikan. Pemberian jaringan plasminogen activator intravena.
(IV-tPA) pada 4 kelompok juga tidak
menunjukkan perbedaan
yang signifikan. IV-tPA tidak
dipengaruhi oleh waktu kedatangan pasien ke IGD. Tingkat kematian seluruhnya 3,9% dan median LOS adalah
7 hari. Tingkat kematian
yang diobservasi terdapat
perbedaan pada pasien
yang menerima IV-tPA. |
Implementasi CP berdasarkan
CPOE untuk pasien stroke iskemik akut dapat secara efektif mengurangi interval wktu sejak kedatangan
di IGD sampai dengan evaluasi hingga pengobatan.� CP juga dapat menghilangkan efek penundaan bila kedatangan pasien stroke iskemik di IGD diluar jam kerja atau hari libur
|
6. |
Massimiliano
Panela (2012) |
Italia |
A cluster randomized trial to assess the effect of
clinical pathways for patients with stroke: results of the clinical pathways
for effective and appropriate care study |
Cluster-Randomized Trial |
Sampel akhir didapatkan sebanyak 476 orang
dan masing-masing grup berjumlah
238 orang. Pada kelompok CP lebih
banyak pada kondisi hioertensi, vaskulopati perifer, dan demensia serta prevalensi lebih banyak terjadi pada perempuan. Sedangkan pada kelompok UC kondisi yang lebih tinggi adalah diabetes mellitus
dan COPD. Tingkat kematian yang dilhat pada hari ke 7 dan 30 menunjukkan angka yang lebih rendah pada kelompok CP namun perbedaan tidak signifikan.� Walaupun begitu tren tingkat kematian lebih terlihat pada hari ke 7. Outcomes sekunder (tingkat kembalinya fungsi keseharian saat sebelum stroke, keparahan sakit, dan komplikasi yang terjadi di rumah sakit) menunjukan hasil yang lebih baik pada kelompok CP. Sedangkan LOS lebih pendek pada kelompok UC. Perawatan pasien secara komprehensif dan terorganisir
juga lebih banyak digunakan pada kelompok CP. Kemungkinan fungsi organ kembali saat sebelum stroke lebih tinggi pada kelompok CP, sedangkan komplikasi dan tingkat keparahan penyakit lebih rendah..
|
CP secara signifikan dapat meningkatkan outcome yang
lebih baik pada pasien stroke� serta menurunkan tingkat kematian walaupun tidak terbukti dalam menurunkan LOS |
7. |
Aur�lie Schmidt, dkk (2015) |
Perancis |
Acute Ischemic Stroke (AIS) Patient Management in
French Stroke Units and Impact Estimation of Thrombolysis on Care Pathways
and Associated Costs |
Prospektive
Kohort |
Dari 90.528 pasien dengan stroke iskemik sebanyak 29.999 (33%) diantaranya telah dirawat si 107
unit khusus stroke dan menjadi
subyek penelitian ini. 56% diantaranya berjenis kelamin lakik laki dan dengan rata-rata usia 69.3 tahun. Rata-rata LOS
di stroke unit selama 8.5 hari
Proporsi pasien yang telah melewati perawatan mlalu care pathway adalah 60% pulang kerumah, 25% ke pusat rehabilitasi lalu ke rumah,
2% ke rehabilitasi lalu perawatan medis di rumah, 7% menjalani perawatan panjang, dan 6% meninggal selama menjalani perawatan di rumah sakit. Total cost untuk kedua kelompok
diestimasikan mencapai
60juta, 60% nya diantaranya
dihabiskan saat fase pasca stroke. Dampak peningkatan presentasi pasien yang menerima terapi trombolitik adalah dari 2490 pasien terjadi peningkatan 136 pasien yang pulang kerumah setelah rawat inap tanpa
efek yang parah, Secara keseluruhan dampak untuk rumah sakit adalah
menghabiskan resource yang lebih
sedikit, dan menurunkan
LOS saat perawatan, menurunkan lama hari di unit rehabilitasi, dan homecare. Ada hubungan linier terbalik antara pemberian tombolisis antara 0-3 jam setelah muncul gejala terhadap total biaya. Untuk setiap peningkatan sebesar 1% pasien menerima trombolitik� dalam
3 jam pertama terjadi penurunan total biaya sebesar �85,600 |
Beban di negara Perancis sangat besar dalam ppenanganan AIS. Terapi trombolitik dapat diterapkan di unit-unit
stroke dengan memodifikasi
carepathway. Pada akhirnya
pasien pulang ke rumah dapat
meningkat, pemakaian sumber daya akan
mengecil, dan menghemat biaya perawatan di rumah sakit maupun
pasca stroke |
8. |
Antonio Giulio
de Belvis, dkk (2018) |
Italia |
Ischemic stroke:
clinical pathway impact |
Retrospektif Observasi |
Subyek penelitian
yang diambil dari 1
Januari-31 Desember tahun
2013 sebanyak 483 pasien
stroke iskemik (222 perempuan
dan 261 laki-laki) Sedangkan
1 Januari-31 Desember 2015 didapatkan
sebanyak 526 pasien (246 perempuan dan 280 laki-laki). Tidak ada perbedaan
karakteristik subyek yang
signifikan antara kedua kelompok. Rata-rata LOS
pada tahun 2013 adalah
9.9 hari, dan pada tahun
2015 adalah 11.7 hari. Hasil penelitian menunjukan penerapan CP pada pasien stroke
iskemik memberikan dampak positif pada manajemen pasien.� Secara khusus dampak implementasi CP adalah peningkatan akses pasien, tepat waktu, dan transfer dari IGD ke unityang tepat
sasaran. Tidak ada pebedaan mortalitas selama 30 hari. |
Implementasi CP untuk perawatan pasien stroke iskemik akut membawa manfaat yang positif yaitu meningkatkan intervensi yang cepat dengan sumber daya yang mempengaruhi hasil akhir pasien stroke. Dalama implementasinya diperlukan kerjasama secara multidisiplin dari bawah ke
atas |
9 |
Amy M Delaroche,
dkk (2016) |
Detroit,
Michigan |
Pediatric
Stroke Clinical Pathway Improves the Time to Diagnosis |
Reyrospektif Kohort |
Karakteristik & Gejala Sebanyak 11 pasien terdiagnosa stroke, diantaranya
7 pasien (64%)stroke iskemik dna 4 pasien (36%) stroke hemoragik. Tidak ada perbedaan
yang bermakna dari karakteristik umur, jenis kelamin, ras, dan waktu kedatangan anak ke IGD setelah muncul gejala. Walaupun proporsi pasien yang di lakukan evaluasi segera di IGD lebih tinggi secara signifikan pada pasien post CP. Pada kelompok
post CP tidak memiliki faktor risiko disbanding pre CP. Dua gejala
yang paling sering muncul
adalah defisit neurologis fokal dan sakit kepala. Pencitraan (Radiologi) Tidak ada perbedaan yang signifikan jumlah pasien yang di evaluasi dengan CT scan, namun terjadi penurunan rata-rata waktu dalam pemeriksaan CT pada kelompok post CP (46 Menit) dibandingkan kelompok Pre CP
(79 menit). Hampir semua pasien mendapatkan pemeriksaan MRI, namun hanya 11 pasien yang mendapatkan pemeriksaan MRI secara cepat, yang lain harus ditunda karena ada indikasi medis sepeerti stroke perdarahan. Hasil menunjukan terjadi peningkatan rata-rata waktu pemeriksaan MRI pada kelompok
post CP (4 jam) dibandingkan kelompoK
pre CP (12 jam). Disposisi
dan LOS Terjadi peningkatan admisi ke PICU pada kelompok post CP (64%) dibandingkan
kelompok pre CP (50%).Rata-rata
LOS pasien di IGD pediatric pre CP (3 jam 50 menit), post CP (4 jam 33 menit)
dan rata-rata LOS di rumah sakit
antara kelompok pre CP
(117 jam) dan post CP (143 jam) tidak mengalami perubahan secara signifikan setelah implementasi CP Outomes Hampir semua pasien pulang kerumah baik pada kelompok pre CP (60%) dan post CP (64%)
, dan sebagian menjalani
rehabilitasi setelah melewati fase akut 33% pada kelompok Pre CP
dan 36% pada kelompok post CP.� Tidak Ada kematian pada kelompok Post CP,
sedangkan kelompok Pre CP
terdapat 2 kasus kematian. Satu pasien disebabkan karena gangguan mitrokondrial yang tidak diketahui penyebabnya dan yang satunya karena gangguan jantung. |
Protokol klinik pada pasien pediatric di IGD terbukti
dapat meningkatkan waktu diagnosis definitf secara signifikan. Waktu ini memberikan kesempatan intervensi menjasi lebih cepat bagi pasien
stroke pediatric. Perlu dilakukan penilitian lebih lanjut untuk mengetahui luaran klinis dan dampak ekonomi di pelayanan stroke pediatrik |
B.
Pembahasan
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dampai implementasi clinical pathway pada perawatan pasien di rumah sakit. Sebanyak
6 dari 9 artikel yang dipilih memiliki karakteristik subyek penelitian yang hamper sama (tidak berbeda secara
signifikan) dari segi jenis kelamin,
usia, faktor risiko/kondisi klinis, dan jenis stroke yang diderita. 1 artikel membahas dampak penerapan clinical
pathway terhadap pediatrik
dan 1 artikel merupakan systematic review.� Didapatkan beberapa dampak dari implementasi clinical pathway pada pasien stroke di rumah sakit yang dilihat dari beberapa variabel
yaitu outcome pasien, LOS, biaya perawatan, dan proses manajemen pasien di rumah sakit.
1) Outcome
Outcome yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah hasil
luaran klinis pasien yang meliputi fungsi gerak, komplikasi,
tingkat kematian. Hasil luaran klinis pasien yang dirawat
dengan menggunakan clinical pathway menunjukan
hasil yang lebih baik dibandingkan pasien yang tidak dirawat sesuai clinical pathway. (Zhao et
al., 2016) Penelitian yang dilakukan
oleh Massimiliano (2012) di Italia juga menunjukan hasil bahwa dengan
penerapan clinical
pathway secara signifikan
dapat meningkatkan outcome pasien
lebih baik diantaranya adalah kembalinya fungsi gerak keseharian sama seperti saat
sebelum stroke.
(Panella,
Marchisio, Brambilla, Vanhaecht, & Di Stanislao, 2012) Selaras pada penelitian
lain yang dilakukan di Yun Jeong
(2020) di Korea, pasien stroke yang dievaluasi fungsi geraknya menurut derajat Burnstrom, secara statistik mengalami peningkatan namun peningkatan ini tidak signifikan
tampak pada pasien dengan diagnose stroke hemoragik.(Jang et
al., 2020)
Komplikasi pasca
perawatan stroke di rumah sakit terjadi hampir
pada seluruh pasien, namun penerapan clnical pathway dapat
menurukan komplikasi pasien secara signifikan
dibandingkan dengan sebelum penerapan. Komplikasi tersebut meliputi disfagia, nyeri bahu, ISK dan depresi. (Jang et
al., 2020),(Zhao et
al., 2016) Pemberian terapi
IV-tPA dan trombolitik yang ada
di dalam clinical
pathway secara statistik
dapat menurunkan kematian pasien akibat stroke terutama kurang dari 3 jam setelah onset muncul.(Panella et al., 2012),(Yang et
al., 2014),(DeLaroche, Sivaswamy, Farooqi, & Kannikeswaran, 2016)
Hasil keluaran
klinis pasien juga akan mempengaruhi bagaimana cara pasien dipulangkan. Pemulangan pasien ke rumah menunjukan
peningkatan secara signifikan setelah implementasi clinical
pathway pada pasien stroke iskemik,
sedangkan pada pasien
stroke hemoragik tidak mengalami peningkatan. Pemindaahan pasien ke rumah sakit
lain juga menurun. (Jang et
al., 2020) Pemberian
terapi trombolitik kurang dari 3 jam setelah munculnya gejala akut juga mempengaruhi peningkatan pasien untuk pulang
ke rumah. (Schmidt
et al., 2015) Sedikit
berbeda dengan penelitian pada subyek pediatrik yang dilakukan oleh
Amy, dkk (2014) menyatakan bahwa hampir semua
pasien baik sebelum atau setelah
implementasi dapat pulang ke rumah,
dan sebagian dikirim ke unit rehabilitasi.(DeLaroche et al., 2016)
2) Length of Stay (LOS)
Perawatan pasien
stroke di rumah sakit terhitung mulai dari pasien diterima
di IGD sampai dengan pasien dikirim ke rehabilitasi atau dipulangkan menurun secara signifikan baik pada stroke iskemik maupun stroke hemoragik. LOS dalam perawatan rehabilitasi medik terbukti juga mengalami penurunan. (Zhao et
al., 2016),(Panella et al., 2012)� Namun
hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Massimiliano (2012) di Italia dan Aurelie (2015) di Perancis
yang menunjukkan bahwa kelompok dengan clinical pathway tidak menunjukan LOS yang lebih pendek atau
rata-rata LOS yang sama. (Schmidt
et al., 2015), (Panella
et al., 2012) �Hal ini perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan memperhatikan faktor-faktor perancu lain seperti komorbid pasien. Penerapan
clinical pathway pada pediatrik juga tidak menunjukan perbedaan LOS yang signifikan bila dibandingkan dengan sebelum penerapan CP(DeLaroche et al., 2016)
3) Biaya Perawatan
Implementasi CP secara
tidak langsung juga memberikan dampak pada biaya perawatan di rumah sakit. Biaya
rumah sakit seharusnya berbanding lurus terhadap LOS pasien. Semakin pendek LOS pasien maka semakin rendah
juga sumber daya dan biaya yang dikeluarkan seperti penelitian yang dilakukan Min Zhao (2016) di China yang menunjukan
bahwa CP berdampak pada penurunan LOS dan biaya perawatan pasien.(Zhao et
al., 2016) Penelitian
tentang dampak CP terhadap biaya perawatan juga dilakukan di
Indonesia dan Perancis yang menunjukan
hasil yang sama bahwa biaya akan
lebih menurun pada pasien stroke iskemik akut. Namun tetap
perlu memperhatikan faktor-faktor perancu seperti GCS, Komorbid, dan gejala pasien. Fakotr yang berperan mempengaruhi besarnya biaya adalah gejala
afasia, tingkat keparahan penyakit, dan pemberian multivitamin. (Iroth,
Ahmad, & Pinzon, 2017),(Schmidt
et al., 2015) Namun sedikit berbeda
dengan hasil penelitian Benjamin Kass (2021), didapatkan bahwa CP tidak terbukti efektif dalam menurunkan
biaya bila dibandingkan dengan perawatan pasien tanpa CP. (Kass et
al., 2021)
4) Proses Manajemen Pasien
Beberapa penelitian
menunjukan bahwa implementasi CP dapat berpengaruh terhadap proses manajemen pasien. Implementasi CP memperpedek
interval waktu dari pasien datang ke
IGD sampai dengan pasien menerima pemeriksaan dan evaluasi pengobatan, sehingga waktu pelayanan menjadi lebih efektif.
(Yang et
al., 2014) Selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Antonio (2018) di Italia yang membuktikan bahwa penerpan CP mulai dari IGD berdampak positif pada manajemen pasien, khususnya dalam meningkatkan akses pasien, tepat
waktu dan tepat sasaran pada saat transfer pasien dari IGD ke unit-unit lain seperti ruang rawat inap,
ruang intensif, atau ruang rahabilitasi.
(de
Belvis et al., 2019)Implementasi
CP juga berpengaruh dalam mempercepat penegakan diagnosis pasien karena pemeriksaan
pencintraan (CT scan dan/atau
MRI) dilakukan lebih cepat, khususnya pasien stroke perdarahan yang harus dilakukan pemeriksaan lanjutan secara cyto. (DeLaroche
et al., 2016) CP secara
signifikan meningkatkan kepatuhan proses asuhan klinis pasien yang berbasis bukti. (Zhao et
al., 2016),(de
Belvis et al., 2019)
Kesimpulan
Implementasi Clinical Pathway pada pasien stroke yang dirawat di rumah sakit memberikan dampak positif bagi pasien dan rumah sakit, khususnya
dalam meningkatkan luaran klinis pasien
dan membuat pelayanan rumah sakit menjadi
lebih efektif dan efisien. Clinical
Pathway perlu diimplementasikan
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memberikan dampak efisiensi bagi rumah sakit.
Asmirajanti Mira, Yani AchirSri Tutik
Hariyati. (2018, June). Clinical care pathway strenghens interprofessional
collaboration and quality of health service: a literature review - ScienceDirect.
de Belvis, Antonio Giulio, Lohmeyer,
Franziska Michaela, Barbara, Andrea, Giubbini, Gabriele, Angioletti, Carmen,
Frisullo, Giovanni, Ricciardi, Walter, & Specchia, Maria Lucia. (2019).
Ischemic stroke: clinical pathway impact. International Journal of Health
Care Quality Assurance, 32(3), 588�598.
https://doi.org/10.1108/IJHCQA-05-2018-0111
DeLaroche, Amy M., Sivaswamy, Lalitha,
Farooqi, Ahmad, & Kannikeswaran, Nirupama. (2016). Pediatric Stroke
Clinical Pathway Improves the Time to Diagnosis in an Emergency Department. Pediatric
Neurology, 65, 39�44.
https://doi.org/10.1016/j.pediatrneurol.2016.09.005
Deng, Y., Jiao, Y., Hu, R., Wang, Y., Wang,
Y., & Zhao, X. (2014). Reduction of length of stay and costs through the
implementation of clinical pathways for stroke
management in China. Stroke, 45(5).
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.114.004729
Iroth, Jemsner Stenly, Ahmad, Riris Andono,
& Pinzon, Rizaldy. (2017). Dampak Penerapan Clinical Pathway Terhadap Biaya
Perawatan Pasien Stroke Iskemik Akut Di Rs Bethesda Yogyakarta. Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 2(1), 267.
https://doi.org/10.21460/bikdw.v2i1.38
Jang, Yun Jeong, Park, Dahye, Kim, Hyeong
Seop, Lee, Chang Han, Byun, Ha Young, Yoon, Chul Ho, Lee, Eun Shin, Shin,
Heesuk, Chun, Se Woong, Lim, Seung Kyu, & Oh, Min Kyun. (2020). Assessment
of the Implementation of Critical Pathway in Stroke Patients: A 10-Year
Follow-Up Study. BioMed Research International, 2020.
https://doi.org/10.1155/2020/3265950
Kass, Benjamin, Dornquast, Christina,
Meisel, Andreas, Holmberg, Christine, Rieckmann, Nina, & Reinhold, Thomas.
(2021). Cost-effectiveness of patient navigation programs for stroke patients-A
systematic review. PLoS ONE, 16(10 October), 1�13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0258582
Kemenkes RI. (2018).
Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan, p. 198.
Kim, Jin Hoan, Byun, Ha Young, Son,
Seungnam, Lee, Joong Hoon, Yoon, Chul Ho, Lee, Eun Shin, Shin, Heesuk, &
Oh, Min Kyun. (2014). Retrospective assessment of the implementation of
critical pathway in stroke patients in a single university hospital. Annals
of Rehabilitation Medicine, 38(5), 603�611.
https://doi.org/10.5535/arm.2014.38.5.603
Kusumaningtyas, Tiara, Utarini, Adi, &
Pinzon, Rizaldy Taslim. (2017). Dampak Pemberlakuan Clinical Pathway Terhadap
Kualitas Pelayanan Stroke Di Rs Bethesda Yogyakarta. Berkala Ilmiah
Kedokteran Duta Wacana, 2(2), 349.
https://doi.org/10.21460/bikdw.v2i2.60
Panella, Massimiliano, Marchisio, Sara,
Barbieri, Antonella, & Di Stanislao, Francesco. (2008). A cluster
randomized trial to assess the impact of clinical pathways for patients with
stroke: Rationale and design of the Clinical Pathways for Effective and
Appropriate Care Study [NCT00673491]. BMC Health Services Research, 8,
1�8. https://doi.org/10.1186/1472-6963-8-223
Panella, Massimiliano, Marchisio, Sara,
Brambilla, Romeo, Vanhaecht, Kris, & Di Stanislao, Francesco. (2012). A
cluster randomized trial to assess the effect of clinical pathways for patients
with stroke: Results of the clinical pathways for effective and appropriate
care study. BMC Medicine, 10(1), 71.
https://doi.org/10.1186/1741-7015-10-71
Saposnik, Gustavo, Fang, Jiming, O�Donnell,
Martin, Hachinski, Vladimir, Kapral, Moira K., & Hill, Michael D. (2008).
Escalating levels of access to in-hospital care
and stroke mortality. Stroke, 39(9), 2522�2530.
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.107.507145
Schmidt, Aur�lie, Heroum, Ch�rif, Caumette,
Didier, Le Lay, Katell, & B�nard, St�ve. (2015). Acute Ischemic Stroke
(AIS) patient management in French stroke units and impact estimation of
thrombolysis on care pathways and associated costs. Cerebrovascular Diseases,
39(2), 94�101.
Stroke Facts _ cdc. (2017).
Tricco, Andrea C., Lillie, Erin, Zarin, Wasifa,
O�Brien, Kelly, Colquhoun, Heather, Kastner, Monika, Levac, Danielle, Ng,
Carmen, Sharpe, Jane Pearson, Wilson, Katherine, Kenny, Meghan, Warren, Rachel,
Wilson, Charlotte, Stelfox, Henry T., & Straus, Sharon E. (2016). A scoping
review on the conduct and reporting of scoping reviews. BMC Medical Research
Methodology, 16(1), 1�10. https://doi.org/10.1186/s12874-016-0116-4
Wright, John, & Hill, Peter. (2003). Clinical
Governance. UK: Churchill Livingstone.
Yang, Jong Min, Park, Yoo Seok, Chung, Sung
Phil, Chung, Hyun Soo, Lee, Hye Sun, You, Je Sung, Lee, Shin Ho, & Park,
Incheol. (2014). Implementation of a clinical pathway based on a computerized
physician order entry system for ischemic stroke attenuates off-hour and
weekend effects in the ED. American Journal of Emergency Medicine, 32(8),
884�889. https://doi.org/10.1016/j.ajem.2014.04.049
Zhao, Min, Yan, Yongmei, Yang, Nan, Wang,
Xinzhi, Tan, Feng, Li, Jiexia, Li, Xiaomin, Li, Guoming, Li, Juehui, Zhao,
Yuanqi, & Cai, Yefeng. (2016). Evaluation of clinical pathway in acute
ischemic stroke: A comparative study. European Journal of Integrative
Medicine, 8(3), 169�175. https://doi.org/10.1016/j.eujim.2015.08.001
Copyright holder: Genoveva Maditias Dwi
Pertiwi, Dian Elawati, Atik
Nurwahyuni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |