Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol.
7, No. 6, Juni 2022
SUPLEMENTASI VITAMIN C DI
DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA REPRODUKSI IKAN PAPUYU (Anabas
testudineus BLOCH)
Pahmi Ansyari, Fatmawati
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Indonesia
Email: [email protected], [email protected].
Abstrak
Tujuan penelitian
adalah mengkaji dan mengevaluasi pengaruh pemberian variasi Vitamin C terhadap performa reproduksi ikan papuyu (Anabas
testudineus BLOCH). Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium
Basah Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru pada bulan Maret s/d Mei 2020.�
Hasil penelitian menunjukkan
penambahan Vitamin C 150 mg/kg pakan
memberikan hasil terbaik dan berbeda sangat nyata dengan penambahan
100 mg/kg pakan, 50 mg/kg pakan
dan 0 mg/kg pakan untuk
parameter daya tetas telur dan tingkat kelangsungan hidup larva, sedangkan parameter lainnya
diameter telur dan fekunditas
tidak berbeda nyata. Suplementasi vitamin C 150
mg/kg pakan menghasilkan daya tetas telur
tertinggi, yaitu 86,0% dan tingkat kelangsungan hidup larva tertinggi yaitu 77,0%.� Pemberian Vitamin C dengan kadar di bawah 150 mg/kg pakan menghasilkan daya tetas telur
di bawah 80% dan tingkat kelangsungan hidup larva di bawah 65%.
Kata Kunci: suplementasi; vitamin c; reproduksi;
ikan papuyu
Abstract
The objective of this research was to analyze the effect of the variation
of Vitamin C on the reproductive performance of climbing perch fish (Anabas testudineus BLOCH). The research was conducted at the Wet
Laboratory of the Faculty of Fisheries and Marine, Lambung
Mangkurat University, Banjarbaru
from March to May 2020. The results showed that the addition of Vitamin C 150
mg/kg of feed gave the best results and was very significantly different with
the addition of 100 mg/kg of feed, 50 mg/kg of feed and 0 mg/kg of feed for the
parameters of egg hatching rate and larvae survival rate, while other
parameters of egg diameter and fecundity were not significantly different. The addition
of Vitamin C 150 mg/kg of feed resulted in the highest egg hatchability, namely
86.0% and the highest larval survival rate at 77.0%. Meanwhile, giving Vitamin
C with levels below 150 mg/kg of feed resulted in hatching rate of eggs below
80.0% and larval survival rates below 65.0%.
Keywords: vitamin
c supplementation; reproductive performance; climbing perch fish
Pendahuluan
Ikan papuyu
(Anabas testudineus Bloch) sering
disebut sebagai ikan pejalan, sehingga dalam bahasa internasional
disebut climbing
perch. Ikan papuyu memiliki
sifat biologi yang lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya dalam
hal pemanfaatan air sebagai media hidupnya. Kelebihan tersebut adalah ikan papuyu memiliki labyrinth yang
berfungsi sebagai alat pernafasan tambahan. Ikan papuyu hidup di rawa-rawa, sungai, danau, genangan air tawar maupun air payau.
Ikan papuyu
adalah spesies
ikan lokal di Kalimantan terutama
di Kalimantan Selatan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan
sebagai ikan budidaya.� Hal ini karena ikan ini merupakan ikan ekonomis penting dan sampai saat ini teknologi
pembenihan dan pembesarannya
sudah mapan (proven
technology).� Namun
demikian, masih banyak kelemahan dalam hal pembenihannya,
diantaranya adalah fekunditas dan daya tetas telur yang masih rendah serta
tingkat mortalitas larvanya yang relatif tinggi.� Dalam rangka mengatasi
masalah di atas, maka diperlukan adanya upaya untuk
meningkatkan performa
parameter-parameter reproduksinya, sehingga diharapkan produktivitas benih secara kualitatif dan kuantitatif dapat dicapai.
Dalam rangka mencapai performa yang baik untuk reproduksi ikan papuyu telah dilakukan
beberapa percobaan atau penelitian, diantaranya dengan meningkatkan kualitas induk ikan papuyu melalui seleksi pada keturunan Filial-2 (Slamat., Rini K.R., Fatmawati., Rukmini., 2013); penelitian� pemberian pakan chlorella untuk menekan mortalitas larva ikan papuyu (Slamat, 2016), selanjutnya
melalui peningkatkan dosis hormon ovaprim
(Anshary, 2018), dan dilakukan
pula dengan penambahan
vitamin E pada pakan induk
ikan papuyu (Putri, 2020). Semua
usaha peningkatan performa reproduksi telah dilakukan, namun hasilnya dirasa belum optimal, sehingga perlu adanya usaha lain yaitu dengan penambahan
atau suplementasi Vitamin C
pada pakan induk ikan papuyu untuk meningkatkan
performa kinerja reproduksi ikan papuyu.� Vitamin C terbukti merupakan vitamin dengan antioksidan dan meningkatkan imun tubuh, sehingga
apakah berhubungan dengan performa dari parameter-parameter reproduksi
ikan papuyu.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan selama 3 bulan sejak bulan
April hingga Juni 2020 bertempat di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Lambung Mangkurat. Bahan yang digunakan meliputi induk ikan papuyu, pakan pellet yang dicampur dengan berbagai dosis Vitamin C, sedangkan peralatan berupa mikroskop, timbangan digital, thermometer, pH-meter, DO-meter, botol sampel dan test kits ammoniak.� Wadah pemeliharaan induk ikan papuyu berupa hapa berukuran
0,5 m x 0,5 m x 0,5 m dan setiap hapa
diisi 3 ekor induk jantan atau
3 ekor induk betina, selanjutnya diberi pakan pellet protein 35% dari Prima Feed dengan kode LP1 yang sudah ditambahkan (suplementasi)
Vitamin C berbagai dosis sesuai perlakuan.� Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari secara� adsatiasi� yaitu pada pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WITA dengan
lama pemeliharaan 15 hari.
Setelah induk
jantan dan betina mencapai TKG IV, maka
masing-masing perlakuan dan unit percobaan,
dilakukan penyuntikan
hormone ovaprim, di mana untuk
induk betina dengan dosis 3 mL/kg dan induk jantan 2 mL/kg. Selanjutnya dilakukan pemijahan dengan cara menggabungkan ikan jantan dan ikan betina dalam wadah akuarium
yang telah disiapkan. Sebelum proses pemijahan dilakukan, induk ikan papuyu yang telah diseleksi disuntik dengan hormon ovaprim
yang telah diencerkan dengan aquadets, sesuai dengan dosis
yang telah ditentukan. Penyuntikan dilakukan dibagian punggung ikan atau di bagian jari-jari sirip urutan keempat dari paling depan dan dibawah sisik keempat
dibawah sirip punggung.
Desain penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu Perlakuan O : �tanpa suplementasi Vitamin C pada pakan
induk (0 mg/kg) (kontrol); Perlakuan A :� suplementasi Vitamin C 50 mg/kg ;� Perlakuan B� :� suplementasi Vitamin C 100 mg/kg dan Perlakuan
C :� suplementasi
Vitamin C 150 mg/kg.� Parameter yang diamati dalam penelitian
ini meliputi:
1. Fekunditas, yaitu
jumlah telur yang dikeluarkan induk betina saat pemijahan
atau pada saat gonad pada
TKG IV, dihitung dengan persamaan:
Keterangan :
F = fekunditas
(butir)
G = bobot
gonad (gram)
V = volume pengenceran (ml)
X = jumlah
telur tiap ml (butir)
Q = bobot
telur contoh (gram)
2. Diameter Telur, dihitung dengan menggunakan mikroskop pembesaran 160 kali dan� mempunyai
fasilitas mikrometer okuler.
3. Daya Tetas
Telur (Hatching rate), yaitu
persentase jumlah telur yang menetas dibanding jumlah keseluruhan telur, dengan persamaan:
4. Kelangsungan Hidup
(Survival Rate), yaitu persentase
jumlah larva yang mampu bertahap hidup pada jangka waktu tertentu
dibanding jumlah keseluruhan larva, dengan persamaan:
Keterangan:
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah
ikan yang mati selama penelitian (ekor)
No� = jumlah
ikan di awal penelitian (ekor)
Data
parameter utama terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Liliefors, uji homogenitas
ragam Bartlett.� Jika memenuhi ketentuan
dilanjutkan dengan Analisis Varians (Anava) dan jika berbeda nyata atau sangat
nyata dilanjutkan dengan uji lanjutan berupa�
Uji jarak Duncan (Duncant Multiple Range Test)
Hasil dan Pembahasan
1) Fekunditas dan Diameter Telur
Berikut disajikan
hasil perhitungan fekunditas dan diameter telur dari berbagai perlakuan
terhadap induk betina ikan papuyu seperti pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Hasil Perhitungan Rerata Fekunditas Dan
Diameter Telur Ikan Papuyu
Perlakuan |
Fekunditas (Butir) |
Diameter Telur (Mm) |
O (0 mg Vit.C /kg pakan) |
7.473 |
0,1718 |
A (50 mg Vit.C/kg pakan) |
7.286 |
0,1646 |
B (100 mg Vit.c/kg pakan) |
8.540 |
0,1595 |
C (150 mg Vit.C/kg pakan) |
8.702 |
0,1817 |
Tabel 1 di atas
menunjukkan fekunditas ikan
papuyu dalam penelitian ini berkisar antara 7.473 � 8.702 butir. Menurut (Anshary, 2018), data rerata
hasil pemijahan ikan papuyu menunjukkan bahwa fekunditas induk ikan berkisar antara 5.687 � 9.067 butir, tergantung ukuran, umur, diameter telur, lingkungan dan tingkat kematangan gonadanya. Namun demikian hasil penelitian (Maidie, Sumoharjo, Asra, Ramadhan, & Hidayanto,
2015) menunjukkan bahwa ikan papuyu yang dibenihkan dengan induced breeding didapat
data pemijahan 100%, jumlah
telur 8.978 � 39.868 butir.
Hasil Analisa varians data fekunditas menunjukkan F hitung = 3,21 <
F tabel (5%) = 4,07 dan (1%) = 7,53, yang berarti antar perlakuan
tidak berbeda nyata.� Hal ini menunjukkan penambahan (suplementasi) Vitamin
C dengan berbagai dosis pada pakan induk� tidak berpengaruh terhadap fekunditas ikan papuyu.� Selanjutnya hasil Analisa varian terhadap diameter telur� menunjukkan
F hitung = 3,04 < F tabel
(5%)= 4,07 dan (1%) = 7,53, yang berarti antar perlakuan tidak berbeda nyata
dan menunjukkan bahwa penambahan suplemen Vitamin C tidak berpengaruh terhadap ukuran diameter telur.� Beberapa pengukuran diameter telur ikan papuyu dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1
Hasil Pengukuran Diameter Telur Ikan Papuyu
Menurut (Prihardianto,
Garnama, Kesuma, & Nurjanah, 2013), diameter telur adalah parameter yang diperlukan untuk menilai kualitas
pemijahan.� Keberhasilan pemijahan dipengaruhi oleh volume kuning telur yang merupakan cadangan makanan bagi embrio ikan selama proses perkembangannya hingga menetas dan pada masa awal kehidupannya. Menurut (Suriansyah,
Sudrajat, & Zairin Jr, 2011), diameter telur menyangkut parameter untuk menentukan kematangan gonada ikan untuk proses pemijahan. Peningkatan diameter telur juga dipengaruhi oleh nutrisi terhadap induk, karena meningkatkan
kematangan gonada. Selanjutnya menurut (Johnny,
Roza, & Priyono, 2009) peningkatan kandungan vitamin C ini berkaitan dengan peningkatan stadium oosit. Kemudian (Sinjal, 2010), mengatakan
bahwa vitamin C sangat dibutuhkan
pada saat siklus reproduksi dan sebaiknya dijadikan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam formulasi pakan induk ikan.� Kandungan vitamin C
ovarium berfluktuasi saat siklus reproduksi dan mencapai maksium pada TKG III, kemudian menurun hingga TKG V.
Dalam penelitian
ini juga dianalisa
parameter kandungan protein, kandungan
lemak dan kandungan air untuk
menganalisa kualitas telur ikan papuyu hasil pemijahan dari induk ikan yang pakannya diberi Vitamin C dengan berbagai dosis.� Berikut hasil uji laboratorium kualitas telur yang disajikan pada Tabel 2. berikut ini:
Tabel 2
Hasil Analisa Laboratorium
Kualitas Telur Hasil Pemijahan Induk
Ikan Papuyu Yang Diberi Pakan Dengan
Berbagai Dosis Vitamin C
Parameter |
Perlakuan |
||||
O (0 mg/kg) |
A (50 mg/kg) |
B (100 mg/kg) |
C (150 mg/kg) |
||
1. |
Kandungan
protein (%) |
16,09 |
16,71 |
17,44 |
17,59 |
2. |
Kandungan
lemak (%) |
39,15 |
36,58 |
36,95 |
39,15 |
3. |
Kandungan
Air (%) |
81,84 |
82,30 |
81,30 |
82,30 |
Tabel 2 di atas
menunjukkan bahwa kualitas telur ditinjau dari kandungan
protein, lemak dan air semua perlakuan
relatif sama, dan ternyata tidak dipengaruhi oleh Vitamin C. Namun
demikian (Khaidir,
2009) menyebutkan
vitamin C mempunyai peranan
penting menjaga nutrisi sebagai sumber energi yang dibutuhkan untuk reproduksi. Vitamin C dalam ransum yang diterima oleh induk papuyu dapat
ditransfer dari induk ke telur
dan disiapkan untuk perkembangan embrio. Selama perkembangan embrio kandungan vitamin C cepat menurun. Ketersediaan vitamin C pada stadia awal
ini sangat bergantung pada ransum yang diterima induk (Susanti
& Mayudin, 2013).� Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian (Soliman,
Jauncey, & Roberts, 1986) bahwa vitamin C yang diterima oleh induk dapat ditransfer ke telur dan disiapkan
untuk perkembangan embrio, serta sangat mempengaruhi kualitas telur.
2) Daya Tetas
Telur
Hasil perhitungan
persentase daya tetas telur rerata
setiap perlakuan dalam penelitian disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Hasil Perhitungan
Jumlah Telur Awal (Butir) |
Jumlah Telur Menetas (Butir) |
Daya Tetas Telur (%) |
|
O
(0 mg/kg pakan) |
100 |
50,7 |
50,7 |
A
(50 mg/kg pakan) |
100 |
54,0 |
54,0 |
B
(100 mg/kg pakan) |
100 |
61,3 |
61,3 |
C
(150 mg/kg pakan) |
100 |
86,0 |
86,0 |
Berikut disajikan
grafik (Gambar 2) hubungan perlakuan suplementasi Vitamin C dengan daya tetas
telur ikan papuyu:
Gambar 2
Grafik Hubungan Perlakuan Vitamin C Terhadap Daya Tetas
Telur
Berdasarkan Tabel
3 dan Grafik pada Gambar 2 di atas,
ternyata suplementasi
Vitamin C dosis 200 mg/kg (perlakuan
C) memberikan persentase daya tetas telur
ikan papuyu yang paling tinggi,
yaitu 86,0%, diikuti perlakuan B (Vitamin C 100 mg/kg) dengan
daya tetas telur 61,3%, kemudian perlakuan A (Vitamin� C 50 mg/kg) 54,0% dan yang terendah perlakuan A (tanpa suplementasi Vitamin C) yaitu hanya 50,7%.� Selanjutnya hasil analisis varians suplementasi Vitamin C dengan berbagai dosis pada pakan induk terhadap daya tetas telur
ikan papuyu didapat F hitung = 7,15 > F tabel (5%) =
4,07 dan (1%) = 7,53.� Hal ini berarti diantara
perlakuan terdapat perbedaan yang nyata.� Dari uji lanjutan yaitu uji jarak Duncan didapat bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antara perlakuan C (Vitamin C 150
mg/kg) dengan perlakuan B
(Vitamin C 100 mg/kg), perlakuan A (Vitamin C 50
mg/kg) dan perlakuan O (Vitamin C 0 mg/L), sedangkan antar perlakuan B, A dan O tidak berbeda nyata.� Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi Vitamin C dengan dosis 150 mg/kg sangat berpengaruh
terhadap parameter reproduksi
daya tetas telur ikan papuyu, sedangkan perlakuan lainnya belum menunjukkan
pengaruh yang nyata.� Dengan demikian dosis Vitamin C yang ditambahkan pada pakan induk merupakan dosis yang mampu meningkatkan daya tetas telur ikan papuyu. Hal ini sesuai dengan pernyataaan (Sinjal, 2010), bahwa
vitamin C sangat dibutuhkan pada saat
siklus reproduksi dan sebaiknya dijadikan salah satu aspek penting
yang harus diperhatikan dalam formulasi pakan induk ikan. Menurut (Susanti & Mayudin, 2013), Ketersediaan vitamin C pada stadia awal ini sangat bergantung pada ransum yang diterima induk.� Selain itu menurut (Dewiyanti
& Hasri, 2017), Vitamin C banyak digunakan dalam campuran pakan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh ikan.
3) Kelangsungan Hidup
Larva
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan
tingkat kelangsungan hidup (survival rate) larva ikan papuyu
mulai dari saat menetas sampai
dengan lepas kuning telur, yang diasumsikan selama 4 hari setelah menetas.� Selanjutnya disajikan persentase kelangsungan hidup larva ikan papuyu pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Rerata Tingkat Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Papuyu
Perlakuan |
Hari
Ke-0 (%) |
Hari
Ke-1 (%) |
Hari
Ke-2 (%) |
Hari
Ke-3 (%) |
Hari
Ke-4 (%) |
O
(0 mg/kg) |
100 |
90,9 |
78,1 |
66,2 |
58,7 |
A
(50 mg/kg) |
100 |
90,7 |
76,4 |
70,9 |
63,7 |
B
(100 mg/kg) |
100 |
97,5 |
76,7 |
72,3 |
65,9 |
C
(150 mg/kg) |
100 |
95,2 |
87,8 |
80,3 |
77,0 |
Berikut disajikan hubungan perlakuan berbagai dosis penambahan Vitamin C di dalam pakan induk terhadap
tingkat kelangsungan hidup larva ikan papuyu secara grafik pada Gambar 3.
Gambar 3
Grafik Hubungan Penambahan Berbagai Dosis Vitamin
C Dengan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Papuyu
Berdasarkan Tabel 4 dan grafik pada Gambar 3 didapat bahwa tingkat kelangsungan
hidup larva ikan papuyu
yang dipelihara saat menetas sampai hari ke-4 yang tertinggi adalah pada perlakuan C (suplementasi Vitamin C 150 mg/kg) yaitu� 77,0% dan yang terendah
perlakuan O (tanpa Vitamin
C) yaitu 58,7%.�
Hasil analisis varians
data suplementasi Vitamin C terhadap
kelangsungan hidup larva
ikan papuyu didapat F hitung = 7,17 > F tabel (5%) =
4,07 dan (1%) = 7,53.� Selanjutnya dilakukan uji jarak Duncan didapat bahwa perlakuan C berbeda nyata dengan
perlakuan B, A dan O, sedangkan
antar perlakuan B, A dan O tidak berbeda nyata.
Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan suplemen dengan dosis 150 mg/kg pakan berpengaruh nyata terhadap meningkatnya kelangsungan hidup larva ikan papuyu, sedangkan dosis 100 mg/kg, 50 mg/kg dan 0 mg/kg tidak
berpengaruh.� Dengan demikian penambahan suplemen Vitamin C dengan dosis 150 mg/kg pakan dapat diterapkan
untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan papuyu, terutama untuk larva sebelum kuning telur habis.
Menurut (Marlida, 2001), larva ikan papuyu sangat sensitif, sehingga sering terjadi mortalitas yang tinggi pada periode larva. Terutama pada waktu larva berubah makanannya dari kuning telur
yang dikandungnya (endogenous food) ke makanan yang berasal dari luar
(exogenous food).� Kesempatan untuk tetap hidup (survival rate) dan mencapai juvenile di lingkungan alam bebas umumnya kurang
dari 10%.�
Larva ikan papuyu akan
habis cadangan makanannya (kuning telur) setelah 3 � 4 hari, setelah itu
larva akan berburu makanan berupa plankton yang sesuai dengan bukaan
mulutnya (Anshary, 2018). Selanjutnya
penelitian (Miranti, 2017) menunjukkan
bahwa pencahayaan selama 24 jam terang menghasilkan tingkat kelangsungan hidup larva ikan papuyu mencapai 81,11%, dengan demikian kelangsungan hidup larva ikan papuyu juga ditentukan oleh pencahayaan, selain suhu air, oksigen terlarut, derajat keasaman dan tentunya ketersediaan pakan alami.
Penelitian (Kursistiyanto, Anggoro, & Suminto, 2013) yaitu� pemberian vitamin
C� dosis 100
mg/kg pakan dan 150 mg/kg pakan
yang dikombinasikan dengan
media yang osmolaritas berbeda
terhadap ikan nila gesit (Oreochromis
sp), di mana hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda signifikan terhadap pertumbuhan berat, tingkat konsumsi pakan, efisiensi pemanfaatan pakan, protein efisiensi ratio
dan kelulus hidupan yang menunjukkan pola kuadrat.� Penggunaan Vitamin C secara visual tidak banyak perbedaan antar perlakuan, akan tetapi secara
mortalitas larva, perlakuan
pemberian vitamin C pada pakan
induk dengan kadar 150 mg/kg adalah terbaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Hasan
& Dayanti, 2014) bahwa
Vitamin C sangat berperan dalam
reproduksi dan pertumbuhan
larva ikan,� dan juga berperan
dalam menormalkan fungsi kekebalan, mengurangi stress dan mempercepat
penyembuhan luka.
Kesimpulan
Penambahan suplemen Vitamin C dengan berbagai dosis tidak berpengaruh terhadap fekunditas dan diameter telur ikan papuyu.� Akan tetapi penambahan Vitamin C dengan dosis 150 mg/kg berpengaruh meningkatkan daya tetas telur dan kelangsungan hidup larva ikan papuyu, sedangkan dosis lainnya 100 mg/kg, 50 mg/kg
dan 0 mg/kg (tanpa Vitamin C) tidak
berpengaruh.
Alam Md.J., Md. G. Mustafa and Md. A. Khaleque.
(2009). Evaluation of the Effects of Different Dietary Vitamin C.
Alfisha, Tisie Hawa, Syakirin, M. Bahrus,
Mardiana, Tri Yusufi, Linayati, Linayati, & Madusari, Benny Diah. (2020).
Penambahan Vitamin C Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
(Channa Striata). Jurnal Litbang Kota Pekalongan, 18(2).
Anshary, Pahmi. (2018). Bioekologi dan
Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch 1792) Di Rawa Monoton.
MBUnivPress.
Aslianti, Titiek, & Priyono, Agus.
(2009). Peningkatan vitalitas dan kelangsungan hidup benih kerapu lumpur
Epinephelus coioides melalui pakan yang diperkaya dengan vitamin C dan kalsium.
Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan, 19(1), 74�81.
Dawood, Mahmoud A. O., & Koshio,
Shunsuke. (2018). Vitamin C supplementation to optimize growth, health and
stress resistance in aquatic animals. Reviews in Aquaculture, 10(2),
334�350.
Dewiyanti, Irma, & Hasri, Iwan. (2017).
Aplikasi Vitamin C Dalam Pakan Komersil Dengan Metode Oral Pada Benih Ikan
Pedih (Tor sp.). Syiah Kuala University.
Faramarzi, M. (2012). Effect of dietary
vitamin c on growth and feeding parameters, carcass composition and survival
rate of common carp (Cyprinus carpio). Global Veterinaria, 8(5),
507�510.
Fitriani, Ratna, & Akmal, Yusrizal.
(2020). Penambahan Vitamin C pada pakan pelet untuk pertumbuhan benih ikan
betok (Anabas testudineus). Arwana: Jurnal Ilmiah Program Studi Perairan,
2(2), 136�142.
Gbadamosi, O. K., Fasakin, E. A., &
Adebayo, O. T. (2013). Clinical changes observed in Clarias gariepinus
(Burchell 1822) fed varying levels of ascorbic acid supplementation. African
Journal of Agricultural Research, 8(30), 4122�4127.
Gunawan, Ary Sarining Airmawati. (2014).
Pengaruh Vitamin C Dalam Pakan Buatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan Dan
Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 3(4), 191�198.
Hasan, Hastiadi, & Dayanti, Fitri.
(2014). Pengaruh Vitamin C Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Benih
Ikan Biawan (Helostoma temmincki). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian Dan
Kajian Ilmu Perikanan Dan Kelautan, 3(1).
Helmizuryani, Helmizuryani, & Muslimin,
Boby. (2016). Growth performance of mono sex and mixed sex climbing perch
(Anabas testudineus). Omni-Akuatika, 12(2).
Helmizuryani, Helmizuryani, Muslimin, Boby,
& Khotimah, Khusnul. (2018). Reproduction performance of climbing perch
Anabas testudineus F1 and F2 broodstock with different dietary supplementation.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 17(1), 61�67.
Hossain, M. K., Ahammad, A. K. S., Ahmed,
M. B. U., Rabbi, M. F., Haque, M. A., & Datta, B. K. (2020). Effects of
probiotic and vitamin C on domestication and breeding performance of indigenous
koi, Anabas testudineus under cage system. Journal of the Bangladesh
Agricultural University, 18(1), 145�151.
Johnny, Fris, Roza, Des, & Priyono,
Agus. (2009). Peningkatan imunitas benih ikan kerapu lumpur, Epinephelus
coioides terhadap infeksi virus irido dengan aplikasi vitamin C dan bakterin. Jurnal
Perikanan Universitas Gadjah Mada, 10(2), 149�157.
Jusadi, Dedi, Dewantara, B. A., &
Mokoginta, I. (2006). Pengaruh kadar L-Ascorbyl-2-Phosphate magnesium yang
berbeda sebagai sumber vitamin C dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan patin
Pangasius Hypophtalamus ukuran sejari. Jurnal Aquakultur Indonesian, 5(1),
21�29.
Khaidir, A. (2009). Pengaruh vitamin C
dalam bentuk l-askorbit-2-fosfat magenesium sebagai sumber vitamin c dalam
pakan terhadap kualitas telur ikan patin (Pangasius hypophtthalmus).
Sekolah Pascasarjana IPB.
Komalasari, Sarah Sekar, Subandiyono,
Subandiyono, & Hastuti, Sri. (2018). Pengaruh Vitamin C Pada Pakan Komersil
Dan Kepadatan Ikan Terhadap Kelulushidupan Serta Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Sains Akuakultur Tropis: Indonesian Journal of
Tropical Aquaculture, 1(1).
Kursistiyanto, Nurcahyo, Anggoro, Sutrisno,
& Suminto, Suminto. (2013). Penambahan Vitamin C Pada Pakan Dan Pengaruhnya
Terhadap Respon Osmotik (Addition of Ascorbic Acid in Feed and Effects on
Osmotic Responses, Feed Efficiency and Growth of Gesit Tilapia (Oreochromis sp)
in Various Osmolarity of Water Medium). Saintek Perikanan: Indonesian
Journal of Fisheries Science and Technology, 8(2), 66�75.
Ma�ruf, Muhammad Masrur. (2019). Performa
reproduksi ikan betok (anabas testudineus) betina dengan pemberian pakan buatan
berbahan baku tepung keong mas (pomacea canaliculata). Universitas Bangka
Belitung.
Maidie, Asfie, Sumoharjo, Sumoharjo, Asra,
Sri Widowati, Ramadhan, Muhammad, & Hidayanto, Dwi Nugroho. (2015).
Pengembangan pembenihan ikan betok (Anabas testudineus) untuk skala rumah
tangga. Media Akuakultur, 10(1), 31�37.
Marlida, Rini. (2001). Kajian Fisiologi
Pencernaan Dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)
Yang Diberi Pakan Berbeda (Thesis). Program Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Miranti, Fultri. (2017). Pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva ikan betok (Anabas testudineus) yang diberi
pencahayaan dengan lama waktu berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia,
5(1), 33�44.
Muslimin, Boby, siti Aminah, Raden I.,
& Khotimah, Khusnul. (2020). The gonadal maturation of climbing perch,
Anabas testudineus (Bloch, 1792) with dietary supplement add on feed. Aquaculture,
Aquarium, Conservation & Legislation, 13(2), 885�892.
Mustika, Rina, Sofia, Leila Ariyani, &
Agusliani, Erma. (2020). Kinerja dan prospek usaha pembenihan ikan papuyu
(Anabas testudineus) di Kalimantan Selatan.
Pengestu, Mustaqiim, Bijaksana, Untung,
& Fitriliyani, Indira. (2016). Kinerja Vitamin C dan Temulawak Terhadap
Kelangsungan Hidup Post Larva Ikan Papuyu (Anabas testudineus Bloch). Fish
Scientiae, 6(1), 25�34.
Pham, Hung Quoc, & Le, Hoang Minh.
(2020). Seasonal changes in three indices of gonadal maturation in male golden
rabbitfish (Siganus guttatus): implications for artificial propagation. Fish
Physiology and Biochemistry, 46(3), 1111�1120.
Pilliang, W. .. (2001). Nutrisi Vitamin.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prihardianto, Raditya Wahyu, Garnama,
Rangga, Kesuma, Rudy Angga, & Nurjanah, Lilis. (2013). Artificial
Maturation: Increase the Speed of Gonad Maturation, Eggs Quality and
Productivity of Climbing Perch (Anabas Testudineus Bloch). Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian 2013.
Indonesian Ministry of Research, Technology and Higher Education.
Priyatha, Chokki Veettil, & Chitra,
Kumari Chidambaran. (2022). Evaluation of the reproductive cycle and gonadal
development in the climbing perch, Anabas testudineus (Bloch, 1792) in
captivity. Journal of Fisheries, 10(1), 101206.
Purwati, Heni, Herliwati, Herliwati, &
Fitriliyani, Indira. (2015). Pengaruh penambahan vitamin c dan ekstrak
temulawak pada pakan komersil terhadap pertumbuhan post larva ikan papuyu
(Anabas testudineus Bloch). Fish Scientiae, 5(2), 60�72.
Putri, A. .. (2020). Penggunaan Vitamin
E untuk Meningkatkan Performance Pemijahan Ikan Papuyu (Anabas testudineus).
Rahmayanti, Syofia, & Sunarto, Sunarto.
(2008). Pengaruh Pemberian Limbah Pemeliharaan Ulat Sutera Terhadap Produksi
Daun Murbei. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 5(5),
451�459.
Sandra, Heri, Jusadi, Dedi, &
Mokoginta, I. N. G. (2002). Pengaruh L-Askorbil-2-Fosfat Magnesium terhadap
Kemampuan Tubuh Mengatasi Stres dan Pertumbuhan Ikan Baung Mystus Nemurus
Effect of Dietary L-Ascorhyl-2-Phosphate Magnesium on the Stress Resistance and
the Growth of Catfish Mystus Nemurus. Jurnal Akuakultur Indonesia, 9(4),
125�129.
Simanjuntak N.O., Putra R. M. dan Windarti.
(2019). Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Rawa
Desa Sawah Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Sinjal, Hengky J. (2010). Kandungan vitamin
c pada ovarium ikan lele (Clarias gariepinus) saat siklus reproduksi. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan Tropis, 6(3), 120�124.
Slamat., Rini K.R., Fatmawati., Rukmini.,
dan Fauzana N. .. (2013). Teknologi Tepat Guna Pembenihan Ikan Betok.
Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat.
Slamat, Ansyari P. dan. (2016).
Pemeliharaan Larva Ikan Papuyu (Anabas testudineus Bloch) dengan Pakan
Chlorella (�Air Hijau�) dan Manipulasi Suhu Air. Prosiding Seminar Nasional,
Perikanan Dan Kelautan, Universitas Lampung Tahun 2016.
Soliman, A. K., Jauncey, K., & Roberts,
R. J. (1986). The effect of dietary ascorbic acid supplementation on
hatchability, survival rate and fry performance in Oreochromis mossambicus
(Peters). Aquaculture, 59(3�4), 197�208.
Suriansyah, Suriansyah, Sudrajat, Agus
Oman, & Zairin Jr, Muhammad. (2011). Studi Perkembangan Gonad Ikan Betok
(Anabas Testudineus Bloch) Dengan Rangsangan Hormon. Berita Biologi, 10(4),
511�520.
Suryanti, Yanti. (2017). Pengaruh la
skorbil. 2-fosfat magnesium sebagai sumber vitamin c terhadap pertumbuhan benih
ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 9(1), 43�48.
Susanti, Romi, & Mayudin, Arif. (2013).
Respons kematangan gonad dan sintasan induk ikan patin siam (Pangasius
hypopthalmus) terhadap pakan dengan kandungan tepung cacing tanah berbeda.
Yani, Jalan Jendral A. (2016). Pembetinaan
ikan betok, Anabas testudineus (Bloch, 1792) menggunakan larutan susu dan
kedelai melalui perendaman larva. Jurnal Iktiologi Indonesia, 17(2),
123�132.
Copyright holder: Pahmi Ansyari,
Fatmawati (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed under: |
Zhou, Qicun, Wang, Ligai, Wang, Hualang,
Xie, Fengjun, & Wang, Tuo. (2012). Effect of dietary vitamin C on the
growth performance and innate immunity of juvenile cobia (Rachycentron canadum).
Fish & Shellfish Immunology, 32(6), 969�975.