Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
6, Juni 2022
KONSEP FLOATING CITY PADA PERMUKIMAN RW 08 DESA SRIWULAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK KONFIGURASI SPASIAL DAN KEBUTUHAN KOMPONEN LOWER
STRUCTURE PENUNJANGNYA
Dwi Ratna Poespaningrum, Ahmad Sarwadi
Departemen Arsitektur dan Perencanaan/Magister Arsitektur, Fakultas Teknik, Univeristas Gadjah Mada, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Dampak perubahan iklim ini mengakibatkan kenaikan level volume permukaan
air laut yang menyebabkan banjir rob yang terjadi pada kawasan pesisir. Salah satu permukiman kawasan pesisir
terdampak banjir rob adalah permukiman RW 08 Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah.� Komponen
Fisik Permukiman (peruntukan fungsi ruang penunjang berbagai aktivitas,
sirkulasi dan jalur penghubung dll) terendam banjir rob dan mengalami kerusakan, alhasil kondisi permukiman kurang layak untuk menjadi
tempat hunian. Sehingga diperlukan suatu penataan agar
menjadi permukiman yang baik dan layak huni dengan konsep hidup berdampingan
dengan alam (Permukiman yang berada diatas perairan utnuk saat ini atau
kedepannya) mengingat kondisi volume permukaan air laut semakin bertambah
seiring dengan perubahan iklim. Floating
City adalah sebuah konsep
Kota Terapung yang difungsikan untuk menciptakan permukiman diatas perairan (Wikipedia,
2019). Konsep Floating City memiliki beberapa jenis, �yang membedakan jenis satu dengan yang lainnya
pada konfigurasi spasial dan komponen lower strcuture penunjangnya. Oleh karena
itu untuk memilih konsep floating city yang paling tepat diterapkan di RW 08
Desa Sriwulan, diperlukannya suatu penelitian terkait bagaimana Konsep Floating City Pada
Permukiman RW 08 Desa Sriwulan Berdasarkan Karakteristik Konfigurasi Spasial
Dan Kebutuhan Komponen
Lower Structure Penunjangnya. Metode Penelitian yang digunakan untuk
menentukan karakteristik konfigurasi spasial dengan Justified Graph Bill
Hillier, sedangkan metode untuk menentukan Tipe Konsep Floating City yang tepat
Permukiman RW 08 Desa Sriwulan dengan menggunakan metode penjodohan
pola. Tipe Konsep Floating City yang tepat untuk RW 08 Desa Sriwulan adalah
Tipe Space Matter untuk Penataan permukiman dengan Konfigurasi Laut dan Tipe
Thailand Amphibious House untuk Konfigurasi Darat.
Kata Kunci:�� Floating City; Permukiman, Banjir Rob; Dampak
Perubahan iklim; Konfigurasi spasial
Abstract
The impact of climate
change has resulted in an increase in the level of sea level volume which
causes tidal flooding that occurs in coastal areas. One of the settlements in
the coastal area affected by the tidal flood is the settlement of RW 08 Sriwulan Village, Sayung
District, Demak Regency, Central Java. Physical
Components Settlements (designated space functions to support various activities,
circulation and connecting lines, etc.) were submerged by tidal flooding and
were damaged, as a result, the conditions of settlements were not suitable for
housing. So we need an arrangement to become a good
and livable settlement with the concept of coexistence with nature (settlement
that is above the waters for now or in the future) considering the condition of
the volume of sea level is increasing along with climate change. Floating City
is a floating city concept that is used to create settlements on the water
(Wikipedia, 2019). The Floating City concept has several types, which
distinguish one type from another in the spatial configuration and the
supporting lower structural components. Therefore, to choose the most appropriate
floating city concept to be applied in RW 08 Sriwulan
Village, a study is needed regarding how the Floating City Concept in RW 08 Sriwulan Village Settlements Based on the Characteristics
of Spatial Configuration and the Need for Supporting Lower Structure
Components. The research method used to determine the characteristics of the
spatial configuration is Bill Hillier's Justified Graph, while the method to
determine the right type of Floating City concept in the RW 08 Sriwulan Village Settlement uses the pattern match method.
The right type of Floating City concept for RW 08 Desa
Sriwulan is the Space Matter Type for Settlement with
Marine Configuration and Thailand Amphibious House Type for Land Configuration.
Keywords: Floating City,
Settlement, Flood, Impact of Climate Change, Spatial Configuration
Pendahuluan
Indonesia menjadi salah satu negara terdampak akibat adanya perubahan iklim.
Perubahan iklim menjadi permasalahan yang sangat menarik, hal ini dikarenakan
dampaknya sulit di prediksi dan sangat mempengaruhi lingkungan alam dan sosial.
Perubahan iklim berpotensi menyebabkan banjir rob melalui peningkatan volume
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dan selatan
(Satterwaite, 2008 dalam Kusuma et.al 2013). Permukiman pada kawasan pesisir banyak yang terendam banjir rob, alhasil kondisi permukiman kurang layak untuk menjadi
tempat hunian. Dalam hal ini
permukiman yang terdampak akibat banjir rob adalah Permukiman RW 08 Desa Sriwulan di Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah.
Banjir rob mengakibatkan kawasan permukiman, fasilitas jalan, fasilitas
umum lainnya dan jaringan utilitas pada kawasan tersebut rusak. Kerusakan yang
sangat terdampak oleh adanya banjir rob adalah kerusakan kawasan permukiman
karena fungsi yang ada pada kawasan ini (Kecamatan sayung yang terdampak banjir
rob) dominan dengan fungsi permukiman. Meskipun demikian, warga masyarakat di
dikawasan terdampak banjir rob tersebut masih tetap bertahan menjadikan kawasan
permukiman tersebut menjadi tempat tinggal walaupun dengan kondisi yang setiap
harinya terendam banjir rob. Masyarakat bertahan dengan cara beradaptasi baik
dari segi aktivitas sosial, ekonomi, bangunan rumah tinggal, fasilitas jalan,
dan infrastruktur lainnya dengan kondisi lingkungan yang berada pada eksisting
dikelilingi air agar tetap dapat bertahan hidup di kawasan permukiman tersebut (Listiani,
Aditya & Bitta, 2015).
Gambar 1: Peta Makro Permukiman RW 08 Desa
Sriwulan
(Sumber: Dokumen pribadi)
Gambar 2: Peta Mikro Permukiman RW 08 Desa
Sriwulan
(Sumber: Dokumen pribadi)
Pemerintah berupaya untuk mengatasi permasalahan terendamnya permukiman akibat banjir rob dengan cara pembangunan tembok laut. Tembok laut berfungsi agar banjir rob tidak masuk ke permukiman RW 08 Desa Sriwulan. Alternatif Solusi selain dengan Tembok laut adalah dengan cara Permukiman yang hidup berdampingan dengan alam (Permukiman yang berada diatas perairan utnuk saat ini atau kedepannya) mengingat kondisi volume permukaan air laut semakin bertambah seiring dengan perubahan iklim.
Gambar 3: Kondisi Eksisting Sirkulasi
Jalan Permukiman Terendam Banjir Rob
(Sumber: Dokumen pribadi)
Gambar 4: Kondisi Eksisting Permukiman
Terendam Banjir Rob
(Sumber: Dokumen pribadi)
Konsep
Floating city dibagi menjadi 2. Terdapat 2 jenis yaitu Konsep Floating City yaitu
Konsep Floating city yang berada diastas perairan (Permanent Floating City) dan
Konsep Floating City yang dapat berada di darat jika tidak ada air dan
terangkat ke atas jika ada air (Amphibious Floating City). Masing-masing konsep
floating city baik Permanent dan Amphibious memiliki pola konfigurasi spasial yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam membentuk suatu permukiman. Pola
Konfigurasi spasial akan mempengaruhi penggunaan jenis lower structur yang
digunakan untuk menunjang kebutuhan Peruntukan lahan yang ada dan jenis
aktivitas yang diwadahi (platform sebagai elemen dasar tempat berdirinya
peruntukan lahan dan pondasi penyokong platform dan bangunan diatasnya).
Media Platform
terdapat skala single platform dengan ukuran besar (dapat membentuk 1 RW) dan
juga terdapat skala kecil untuk peruntukan fungsi tiap unit peruntukan yang
tersebar. Konsep Amphibious Floating City merupakan suatu konsep permukiman
terapung yang terdiri dari single bangunan (single platform) yang mana jika
masing-masing platform dijadikan satu antara masing-masing unit peruntukan
fungsi akan membentuk suatu permukiman. Dalam hal ini Amphibious Floating city
merupakan sebuah konsep permukiman yang berada darat namun bisa terapung jika
terdapat air disekelilingnya dan dapat turun ke daratan setelah air surut
(Media tempat permukiman berada di darat dan air). Sehingga konsep amphibious
Floating City dapat di daratan dan dapat berada di perairan. Komponen Lower
structure yang dimiliki Amphibious House sangat membedakannya dengan lower
structure bangunan pada umumnya karena terdapat pondasi dan platform (pondasi
sebagai elemen pengikat pada tanah dan platform sebagai elemen angkatnya). Kondisi
geografis (kondisi tanah dan ketinggian air) pada lokasi Amphibious House
berada akan menentukan konsep Lower Structure (pondasi dan platform) yang akan
digunakan.
Untuk
menunjang Penataan Permukiman Tepian
Laut terdampak banjir rob berdasarkan Konsep Floating City di RW 08 Desa
Sriwulan diperlukan penelitian terkait Konsep Floating City Pada Permukiman RW 08 Desa
Sriwulan Berdasarkan Karakteristik Konfigurasi Spasial Dan Kebutuhan Komponen Lower
Structure Penunjangnya.
Metode Penelitian
Metode Justified Graph Bill Hillier digunakan untuk menentukan karakteristik konfigurasi spasial Permukiman RW 08, Deskriptif evaluatif untuk menentukan kebutuhan Lower Structure sesuai kondisi geografis yang nantinya akan digunakan untuk menunjang struktur konfigurasi spasial. Sedangkan metode untuk menentukan Tipe Konsep Floating City yang tepat untuk Permukiman RW 08 Desa Sriwulan dengan menggunakan metode penjodohan pola. Penjodohan Pola dilakukan untuk melakukan evaluasi Perbandingan Kesesuaian Karakteristik konfigurasi spasial dan komponen Lower Structure yang ditawarkan masing-masing Floating City (Permanent dan Amphibious Floating City) dengan Karakteristik konfigurasi spasial dan kebutuhan komponen lower structure penunjangnya pada RW 08 Desa Sriwulan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan dalam hal ini terdapat 4 bagian
yaitu terkait Kondisi Eksisting Permuiman, karakteristik konfigurasi spasial
Permukiman RW 08 Desa Sriwulan, kebutuhan Lower Structure penunjangnya dan Tipe
Konsep Floating City yang tepat Permukiman RW 08 Desa Sriwulan.
A.
Kondisi
Eksisting Permukiman
Kondisi Eksisting
Permukiman dalam hal ini merupakan kondisi peruntukan lahan dan Jenis Aktivitas
yang ada pada permukiman. Berikut Penjabaran Lebih detailnya
1.
Peruntukan
Lahan Pada Permukiman RW 08 Desa Sriwulan
Struktur Peruntukan Lahan pada
permukiman di RW 08 Desa Sriwulan dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
a. Fungsi
Hunian & Bangunan Multifungsi Hunian,
Toko Kelontong, Warung Makan,�� Tempat
Pengepul Sampah, Tempat Berkumpul teras depan rumah
b. Fungsi
Tambak
c. Tempat
Pemancingan
d. Gubuk/Shelter
Tempat Berkumpul
e. Mushola
f. Sirkulasi
jalan & Tempat bermain
Berikut Mapping Peruntukan Lahan yang
ada pada permukiman RW 08 Desa Sriwulan
Gambar 5: Peta Peruntukan Lahan Messo Permukiman
RW 08 Desa Sriwulan
(Sumber: Dokumen
pribadi)
2.
Jenis
Aktivitas Pada Permukiman RW 08 Desa Sriwulan
Jenis
aktivitas sosial pada permukiman di RW 08 Desa Sriwulan dibedakan menjadi 3
waktu, yaitu jenis aktivitas pada pagi hari (08.00-11.00), Jenis Aktivitas
Siang Hari (12.30-13.30) dan Jenis Aktivitas Sore Hari (15.30-16.30). Berikut
Penjelasan Lebih detail terkait jenis aktivitas yang ada.Jenis Aktivitas
Dominan Pagi Hari (08.00 -11.00).
a. Jenis
Kegiatan Dominan Pagi hari pada RT 1-8, RW 08 Desa Sriwulan adalah Kegiatan
berkumpul pada urutan pertama kemudaian disusul kegiatan Bermain, Memancing,
Beribadah dan Aktivitas Pengepul Sampah.
b. Jenis
Aktivitas Dominan Siang Hari (12.30 -13.30)
Jenis Kegiatan Dominan siang hari
adalah kegiatan berkumpul pada urutan pertama kemudian disusul kegiatan
bermain, makan di warteg, beribadah dan memancing.
c. Jenis
Aktivitas Dominan Sore Hari (15.30 -16.30)
Jenis
Kegiatan dominan pada sore hari adalah jenis kegiatan berkumpul pada urutan
pertama kemudian disusul memancing, bermain dan beribadah dan makan di warteg.
B.
Karakteristik
konfigurasi spasial Permukiman
Komponen Pembentuk
permukiman di RW 08 Desa Sriwulan, baik itu komponen fisik (peruntukan fungsi
lahan, sirkulasi dan jalur penghubung) dan Kondisi Non Fisik (jenis aktivitas
sosial dan ekonomi) akan membentuk karakteristik konfigurasi spasial pada
permukiman, dalam penelitian ini permukiman RW 08 Desa Sriwulan. Konfigurasi
Spasial suatu permukiman dapat memperlihatkan bagaimana alur keterhubungan
jenis aktivitas dan ruang peruntukannya, bagaimana tingkat privasi ruang, dan
bagaimana pola konfigurasi spasial yang terbentuk akibat jenis aktivitas ruang
yang mewadahi jenis aktivitas yang ada. Dalam hal ini karakteristik konfigurasi
spasial dianalisis dengan justified graph Bill Hillier. Penjelasan lebih detail
terkait karakteristik Konfigurasi Spasial pada permukiman di RW 08 Desa
Sriwulan akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Identifikasi
Ruang Kegiatan, Jenis Aktivitas, dan Waktu Penggunaan
Peruntukan
Ruang kegiatan, Jenis Aktivitas dan Waktu Penggunaan peruntukan lahan akan
dijelaskan lebih detail dengan tabel berikut.
Tabel 1
Identifikasi Ruang, Jenis Aktivitas dan
Waktu Penggunaan
Jenis Aktivitas |
Ruang Kegiatan |
Pelaku Aktivitas |
Waktu Penggunaan |
Memancing |
� Tambak � Talut Sekitar permukiman |
� Bapak-Bapak |
� Sore (15.30-16.30) |
Bermain |
� Jalan |
� Anak-Anak � Balita |
� Siang (12.30-13.30) � Sore (15.30-16.30) |
Berkumpul 1 |
� Teras Depan Rumah |
� Ibu-ibu |
� Pagi (08.00-11.00) |
Berkumpul 2 |
� Bahu Jalan |
� Ibu-ibu � Bapak-bapak � Ibu-bapak |
� Sore (15.30-16.30) |
Berkumpul 3 |
� Shelter |
� Bapak-bapak � Anak-anak |
� Pagi Weekend
(08.00-11.00) � Siang (12.30-13.30) |
Jual Beli |
� Hunian Sebagai Toko
Kelontong |
� Ibu-ibu � Bapak-bapak � Anak-anak |
� Pagi (08.00-11.00) � Siang (12.30-13.30) � Sore (15.30-16.30) |
Makan |
� Warung Makan |
� Ibu-ibu � Bapak-bapak � Anak-anak |
� Pagi (08.00-11.00) � Siang (12.30-13.30) � Sore (15.30-16.30) |
Beribadah |
� Mushola |
� Ibu-ibu � Bapak-bapak � Anak-anak |
� Pagi (08.00-11.00) � Siang (12.30-13.30) � Sore (15.30-16.30) |
Pengepul Sampah |
� Hunian Sebagai Tempat
Pengepul Sampah |
� Ibu-ibu � Bapak-bapak |
� Siang (12.30-13.30) � Sore (15.30-16.30) |
2.
Karakteristik
Konfigurasi Spasial RT 01-08 Permukiman RW 08 Desa Sriwulan
Karakteristik
Konfigurasi Spasial Ruang Permukiman RW 08 Desa Sriwulan adalah sebagai berikut
Tabel 2
Kebutuhan Komponen Lower Structure
Permukiman RW 08 Desa Sriwulan Sesuai Kondisi Geografis Eksiting
Konfigurasi Spasial |
� Pola Konfigurasi menyebar
sehingga Peruntukan ruang masing-masing fungsi Berdiri sendiri � Jalan Utama sebagai akses
utama ke berbagai peruntukan � Peruntukan ruang
masing-masing fungsi terhubung ke jalan utama tapi tidak terhubung antar
ruang satu jenis fungsi dengan jenis fungsi lainnya � Ukuran lahan per segmen masing-masing
fungsi � Pola Konfigurasi Spasial: � Linear Memanjang � Single Loaded Corridor � Double Loaded Corridor |
C.
Kebutuhan
Lower Structure Permukiman RW 08 Desa Sriwulan
Kebutuhan Lower Structure Permukiman
RW 08 Desa Sriwulan berdasarkan Kondisi Geografis dan Karakteristik Konfigurasi
Spasial yang ada sebagai berikut.
1.
Kebutuhan
Komponen Lower Structure Permukiman RW 08 Desa Sriwulan sesuai Kondisi
Geografis Eksisting
Tabel 3
Kebutuhan Komponen Lower Structure Permukiman RW 08
Desa Sriwulan Sesuai Kondisi Geografis Eksiting
No |
Komponen
Kondisi Geografis |
karakteristik
Kondisi Geografis eksisting |
Kebutuhan
Komponen Lower Structure berdasarkan
karakteristik Kondisi Geografis eksisting |
1 |
Media
Tempat Permukiman Berdiri |
||
Daratan |
|||
�
Jenis
Tanah |
|||
� Aluvial Hydromorf |
�
Penurunan
tanah 6 cm tiap tahun �
Dataran
yang tidak diurug Tergenang air �
Tanah
mudah terendam air |
�
Struktur
pondasi bangunan harus kuat (Kokoh dan dimensi besar) �
sampai
tanah keras� |
|
�
Kondisi
Tanah |
�
Sekelilingnya
merupakan area industri �
Tanah
keras pada kedalaman 2m-3m |
�
Pondasi
bangunan harus menancap didalam tanah �
Dapat
mencapai tanah keras dengan kedalaman 2m-3m |
|
2 |
Intensitas Banjir
ROB dan ketinggian Banjir
ROB |
�
Intensitas
banjir rob terjadi setiap hari �
Ketinggian
banjir rob paling tinggi 183 cm diatas permukaan air laut (Sea Level Meter) �
Ketinggian
banjir rob Terendah 70 cm diatas permukaan air laut �
Karena
intensitas banjir robnya setiap hari, dan kondisi saat ini ketinggian banjir
rob antara 70 � 183 cm diatas Mean Sea Level (ketinggian daratan yang diurug
lebih tinggi 70 cm diatas Sea Level Meter untuk sirkulasi jalan dan 70 cm
untuk bangunan rumah tinggal), namun prediksi pada tahun 2031 penambahn
ketinggian air laut mencapai 360 cm (70 cm x 9). Berarti ketinggian banjir
rob pada tahun 2031 mencapai 360 cm + 30 cm (ketinggian daratan saat ini dari
Mean Sea Level meter) + 54 cm penurunan tanah adalah mencapai 444 cm diatas Mean Sea level meter (saat
ini), maka diperlukan teknologi platfrom seperti berikut : �
jenis
teknologi platform yang kuat �
stabil
(terdapat penyeimbang) �
mudah
terangkat ke atas (daya apung ringan) jenis teknologi platfrom yang dapat mengapung hingga 4 m |
�
Peninggian
ketinggian daratan dan lantai dasar bangunan permukiman �
Penggunaan
Konsep Floating City agar permukiman dapat terapung ke atas: � Platform mudah terangkat
ke atas (daya apung ringan) � Platform yang dapat
mengapung hingga 5m �
Platform
dinamis (dapat terangkat naik turun menyesuaikan dengan Kondisi Ketinggian
air) |
Berdasarkan Karakteristik Kondisi Geografis Eksisting, maka Karakteristik Kondisi Geografis jenis tanah menentukan kebutuhan Komponen lower struktur pondasi yang dibutuhkan di RW 08 Desa Sriwulan yaitu Komponen lower structure berupa pondasi harus kuat, pondasi sampai tanah keras, pondasi bangunan harus menancap di dalam tanah dapat mencapai kedalam tanah keras 2m-3m.
2.
Kebutuhan
Komponen Lower Structure Permukiman RW 08 Desa Sriwulan sesuai Karakteristik
Konfigurasi Spasial dan Kondisi Geografis di Lingkungan Permukiman RW 08 Desa
Sriwulan
Tabel 4
Kebutuhan Komponen Lower Structure Permukiman RW 08
Desa Sriwulan Sesuai Kondisi Geografis Eksiting
Karakteristik Konfigurasi
Spasial |
Jenis Komponen Lower Structure |
Kebutuhan
Komponen lower structure penunjang Karakteristik
Konfigurasi Spasial dan Kondisi Geografis |
Pola Konfigurasi �
Pola Peruntukan Ruang masing-masing menyebar (Jalur
utama sebagai pengikat masing-masing peruntukan fungsi) �
Peruntukan masing- masing fungsi berdiri sendiri |
Dimensi Platform Penunjang konfigurasi spasial |
�
Platform � Ukuran Platform per
segmen skala kecil � Pola Menyebar |
Karakteristik Komponen Kondisi Geografis |
Jenis Komponen Lower Structure |
Kebutuhan
Komponen lower structure penunjang Karakteristik
Konfigurasi Spasial |
Media
tempat permukiman berdiri |
||
� Daratan � Jenis Tanah |
Jenis Pondasi |
�
Struktur
pondasi bangunan harus kuat (kokoh dan dimensi besar) �
Struktur
pondasi harus sampai tanah keras �
Pondasi
Bangunan harus menancap didalam tanah �
Pondasi
Dapat mencapai tanah keras dengan kedalaman 2m-3m |
� Kondisi Tanah |
||
� Ketinggian tanah |
||
Intensitas Banjir Rob &
Ketinggian Banjir Rob |
Platform (teknologi
yang digunakan terkait Daya Apung & batasan Ketinggian Pondasi sebagai
elemen penopangnya dan flexibilitas terhadap penambahan ketinggian air) |
�
Syarat
Platform harus: � Platform mudah terangkat
ke atas (daya apung ringan) � Platform dapat mengapung
hingga 5m � Platform dinamis (dapat
terangkat naik turun menyesuaikan dengan kondisi ketinggian air) |
D.
Perbandingan
Jumlah Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Karakteristik Konfigurasi Spasial dan
Komponen Lower Structure yang ditwarkan masing-masing konsep floating city
(Permanent floating city dan Amphibious Floating City) dengan Karakteristik
Konfigurasi Spasial dan �Komponen Lower
Structure permukiman di RW 08 Desa Sriwulan
1.
Perbandingan
Jumlah Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Karakteristik Konfigurasi Spasial yang
ditwarkan masing-masing konsep floating city (Permanent floating city dan
Amphibious Floating City) dengan Karakteristik Konfigurasi Spasial permukiman
di RW 08 Desa Sriwulan
Tabel 5
Perbandingan Jumlah
kesesuaian Karakteristik
Konfigurasi Spasial yang ditwarkan Masing-masing Konsep Floating City
(Permanent Floating City dan Amphibious Floating City) dengan Karakteristik
Konfigurasi Spasial Permukiman di RW 08 Desa Sriwulan
Jenis
Amphibious Floating City |
Kesesuaian dan ketidaksesuaian
Karakteristik Konfigurasi
Spasial yang ditawarkan
Masing-Masing Konsep Floating City (Permanent
Floating City dan Amphibious Floating City) dengan Karakteristik Konfigurasi Spasial Permukiman di RW 08 Desa Sriwulan
|
|
Karakteristik
Konfigurasi Spasial (Terdapat
4 point karakteristik) |
||
Sesuai |
Tidak
sesuai |
|
OCEANIX
City |
2 |
2 |
Urban
Rigger Student Housing |
2 |
2 |
Space Matter |
4 |
0 |
Floatable House |
4 |
0 |
Formosa Amphibious House |
4 |
0 |
Thailand Amphibious House |
4 |
0 |
Maassbommel Amphibious
House |
4 |
0 |
LIFT House |
4 |
0 |
Indonesia Amphibious
House |
4 |
0 |
Dalam hal ini
Konfigurasi Spasial yang memiliki nilai kesesuaian paling banyak diantara ke
sembilan konfigurasi spasial pada sembilan tipe konsep floating city terdapat
beberapa Konsep Floating city yang memiliki kesesuaian konfigurasi spasial yang
sama dengan karakteristik konfigurasi spasial di Permukiman RW 08 Desa Sriwulan
antara lain Konfigurasi spasial Space matter, Floatable House, Formosa
Amphibious House,Thailand Amphibious House, Maassbommel Amphibious House, LIFT
House, dan Indonesia Amphibious House. Konfiguras
Spasial pada tipe Konsep Floating City terpilih ini dapat diterapkan untuk penataan
permukiman dengan konsep Floating city sebagai solusi untuk mengatasi masalah
kondisi permukiman yang tinggal di Desa Sriwulan agar dapat hidup berdampingan
dengan alam kedepannya.
2.
Perbandingan
Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Komponen Lower Structure yang ditawarkan
Masing-Masing Konsep Floating City (Permanent Floating City dan Amphibious
Floating City) dengan kebutuhan komponen lower structure penunnjang konfigurasi
spasial dan kondisi geografis di RW 08 Desa Sriwulan
Tabel 6
Perbandingan Jumlah
kesesuaian dan Ketidaksesuaian Komponen Lower
Structure yang ditawarkan masing-masing konsep floating city (Permanent Floating
City dan Amphibious Floating City) dengan kebutuhan komponen lower structure
penunjang konfigurasi spasial dan kondisi geografis di RW 08 Desa Sriwulan
Jenis
Amphibious Floating City |
Kebutuhan
Komponen Lower Structure Penunjang Konfigurasi Spasial dan Kondisi Geografis
di RW 08 Desa Sriwulan |
|
Komponen
Lower Structure (Terdapat
6 point yang dibutuhkan) |
||
Sesuai |
Tidak
sesuai |
|
Konservasi Laut |
||
OCEANIX
City |
3 |
3 |
Urban
Rigger Student Housing |
3 |
3 |
Space Matter |
5 |
1 |
Konservasi Darat |
||
Jenis
Amphibious Floating City |
Kebutuhan
Komponen Lower Structure Penunjang Konfigurasi Spasial dan Kondisi Geografis
di RW 08 Desa Sriwulan |
|
Komponen
Lower Structure (Terdapat
8 point yang dibutuhkan) |
||
Sesuai |
Tidak
sesuai |
|
|
||
Floatable
House |
6 |
2 |
Formosa
Amphibious House |
4 |
4 |
Thailand
Amphibious House |
8 |
0 |
Maassbommel
Amphibious House |
5 |
3 |
LIFT
House |
5 |
3 |
Indonesia
Amphibious House |
4 |
4 |
Terdapat 3 jenis
konsep floating city (OCEANIX City, Urban Rigger dan Space Matter) yang lower
structurenya dapat dipakai untuk penataan konservasi laut, namun dalam hal ini
dari 3 jenis itu yang paling sesuai dengan kebutuhan komponen lower structure
di permukiman RW 08 Desa Srwiulan adalah Space Matter, hal ini dapat dilihat
bahwa diantaa ketiga konsep floating city untuk konservasi laut, space matter
memiliki nilai jumlah kesesuaian paling banyak (5 kesesuaian dan 1 ketidaksesuaian)
antara komponen lower structure yang ditawarkan dengan kebutuhan komponen lower
structure pada permukiman RW 08 Desa Sriwulan.
Sedangkan Terdapat
6 jenis konsep floating city (Floatable House, Formosa Amphibious House,
Thailand Amphibious House, Maassbommel Amphibious House, LIFT House dan
Indonesia Amphibious House) yang lower structurenya dapat dipakai untuk
penataan konservasi darat penunjang konfigurasi spasial permukiman RW 08 Desa
Sriwulan, dimana yang memiliki nilai kesesuaian paling banyak adalah Thaialnd Amphibious House (8 kesesuaian dan
0 ketidaksesuaian).
E.
Tipe
Konsep Floating City yang Tepat Untuk Permukiman RW 08 Desa Sriwulan
Berdasarkan Hasil
analisis perbandingan Kesesuaian Karakteristik konfigurasi spasial dan komponen
Lower Structure yang ditawarkan masing-masing Floating City (Permanent dan
Amphibious Floating City) dengan Karakteristik konfigurasi spasial dan
kebutuhan komponen lower structure penunjang konfigurasi spasial dan kondisi
geografis di lingkungan permukiman RW 08 Desa Sriwulan, maka tipe konsep Floating
City yang tepat sesuai (yang memiliki jumlah kesesuaian paling banyak diantara
lainnya) adalah sebagai berikut:
1.
Tipe
Floating City Terpilih Berdasarkan Konfigurasi Spasial
Tipe Floating City yang terpilih
dan dapat diterapkan untuk implementasi Konsep Floating City pada Kawasan Permukiman
di RW 08 Desa Sriwulan terdapat beberapa tipe berdasarkan penilaian Kesesuaian
antara Konfigurasi spasial yang ditawarkan masing-masing tipe floating city
dengan karakteristik konfigurasi spasial permukiman RW 08 Desa Sriwulan. Tipe
Floating city tersebut adalah Space
Matter, Floatable House, Formosa Amphibious House, Thailand Amphibious House,
Maassbommel Amphibious House, LIFT House dan Indnesia Amphibious House.
2.
Tipe
Floating City terpilih berdasarkan Komponen Lower Structure untuk Penataan Permukiman
dengan Konservasi Laut
Tipe Floating City yang
terpilih dan dapat diterapkan untuk implementasi Konsep Floating City pada
kawasan permukiman di RW 08 Desa Sriwulan berdasarkan Komponen Lower Structure
untuk penataan permukiman dengan sistem Konservasi laut adalah Tipe Space Matter.
3.
Tipe
Floating City terpilih berdasarkan Komponen Lower Structure untuk Penataan
Permukiman dengan Konservasi Darat
Tipe
Floating City yang terpilih dan dapat diterapkan untuk implementasi Konsep
Floating City pada kawasan permukiman di RW 08 Desa Sriwulan berdasarkan
Komponen Lower Structure untuk penataan permukiman dengan sistem Konservasi
darat adalah Thailand Amphibious House.
Kesimpulan
Tipe Floating city yang tepat sesuai dengan karakteristik konfigurasi spasial dan kebutuhan komponen lower structure penunjang konfigurasi spasial dan kondisi geografis di lingkungan permukiman RW 08 Desa Sriwulan adalah Tipe Floating city Space Matter, Floatable House, Formosa Amphibious House, Thailand Amphibious House, Maassbommel amphibious house, LIFT House dan Indonesia Amphibious House untuk Konfigurasi Spasialnya, Tipe floating city komponen lower structure yang terpilih yang dapat� menunjang penataan konfigurasi spasial Permukiman RW 08 Desa Sriwulan dengan Konservasi laut adalah Komponen Lower Structure Space Matter, dan Tiper Floating city komponen lower structure yang terpilih dapat menunjang penataan konfigurasi spasial permukiman RW 08 Desa Sriwulan dengan konservasi darat adalah komponen lower structure Thailand Amphibious House.
BIBLIOGRAFI
Bachtiar, Firmasyah. 2021. Peran Aspek Sosial Budaya dalam Pengembangan Permukiman Perkotaan pada Kawasan Permukiman Berlatar Belakang Sejarah dan Pertumbuhan Kota. Tesa Arsitektur Volume 13. Nomor 1 2015
Hillier. 2005. The Art of lace and the Science of Space. In World Architecture,24�34. Beijing, China: Space Syntax
Ikhsyan, Nova dkk. 2017. Analisis sebaran, Dampak
dan Adaptasi Masyarakat Terhadap banjir Rob di Kecamatan Semarang Timur dan
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Jurnal GeoEco Vol. 3, No. 2 (Juli 2017) Hal.145-156
Kusuma, Adi Chandra. 2013. Identifikasi Daerah Rawan Rob untuk
Evaluasi Tata Ruang Permukiman
di Kabupaten Demak. Journal
Of Marine Research. 2. 3. (1)
Sutigno,Aditya Listiyan
dan Bitta Pigawati. (2015).Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob di
Desa Sriwulan Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Jurnal Teknik PWK Volume 4
Nomer 4 2015
Sutigno,Aditya Listiyan dan Bitta Pigawati.
(2015).Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob di Desa Sriwulan Kecamatan
Sayung, Kabupaten Demak. Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomer 4 2015
Prosun, Prithula. (2011).
The LIFT House: an amphibious strategy for sustainable and affordable housing
for the urban poor in flood-prone Bangladesh. Canada: A thesis presented to the
University of Waterloo in fulfillment of the thesis requirement for the degree
of Master Architecture
BIG.2019.OCEANIXCity.https://www.archdaily.com//.Diakses
tgl 10 Oktober 2021
BIG.2016.UrbanRigger.https://psmag.com.Diakses
tgl 12 Oktober 2021
Urkude, Tejas,
et.al. 2019. Review On
Amphibious House.International Research Journal of Engneering and
Technology (IRJET)Architect, BACA. 2014. Formosa
Amphibious House. Amphibious-house-formosa-binder.pdf.Diakses 15 Februari 2021
Winston, United States Patent. 1994. Landlocked Floating House. http://www.freepatentsonline.com/5347949.pdf. Diakses tgl 20 Februari 2021
Site-Specific Company Limited. 2011. Thailand Amphibious House. https://asitespecificexperiment.wordpress.com/. Diakses 20 Oktober 2021
Santosa, et.al. 2017. Rumah
Amfibi sebagai solusi Ekologis untuk Mengatasi Rob. Prosiding. Prosiding Seminar
Nasional Arsitektur Populis
Copyright holder: Dwi Ratna Poespaningrum, Ahmad Sarwadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |