Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
EFEKTIFITAS DAUN KUBIS TERHADAP INTENSITAS NYERI PAYUDARA PADA WANITA EARLY PUERPERIUM POST
SEKSIOSESARIA
Wadi
Renah1, Mardiana Ahmad2, Andi Nilawati Usman3, Andi Wardihan
Sinrang4, Aryadi Arsyad5, Risfah Yulianti6
1,2,3Jurusan
Kebidanan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin,
Indonesia ��
4Jurusan
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Afiliasi Pascasarjana,Universitas Hasanuddin, Indonesia
5Jurusan
Psysiology, Fakultas kedokteran, Afiliasi Pascasarjana, Universitas Hasanuddin,
Indonesia
6Jurusan
Farmasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin,
Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
����� ���
Abstrak
Pendahuluan. Pembengkakan payudara dapat menimbulkan nyeri pada
payudara,hal ini dapat
menghambat proses laktasi.
Ibu post sectio caesarea memiliki hambatan menyusui tiga kali lebih besar jika
mengalami nyeri payudara. Rata-rata nyeri payudara yang dirasakan berkisar nyeri sedang hingga berat
(3-8). Salah satu intervensi non farmakologi mengurangi nyeri
payudara yakni kompres daun� kubis.� Kubis mengandung asam amino, antibiotic,
heterosides belerang dan mengeluarkan gel dingin yang menyerap panas sehingga dapat mengurangi nyeri payudara.
Tujuan: menganalisis efektifitas kompres daun kubis
dingin terhadap intensitas nyeri payudara pada�
wanita early puerperium post seksiosesaria di Rumah sakit� Manokwari�
Papua Barat Tahun 2022. Metodologi:
Penelitian ini menggunakan metode� quasi eksperimen dengan pretest�
postest� design. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Sampel sebanyak 60 ibu puerperium post
seksiosesaria� dibagi menjadi 3
kelompok yakni 2 kelompok
intervensi dan 1 kelompok kontrol. Setiap kelompok berjumlah 20 responden. Kelompok intervensi (kompres daun kubis dan
breast care), dan 1 kelompok kontrol (breast care +edukasi
menyusui). intervensi dilakukan pada hari ke 2-hari ke 7 postpartum, lama selama 30 menit setiap hari. Analisis
data menggunakan uji Wilcoxon
untuk menguji perbedaan intensitas nyeri payudara pre dan post intervensi. Sedangkan untuk intensitas nyeri menggunakan Cheklist six-point
engorgements scale (SPES). Hasil: diperoleh perbedaan skor
intensitas nyeri payudara sebelum dan sesudah diberikan intervensi kompres daun
kubis,
dengan rata-rata intensitas nyeri pre dengan �score 6 dan
post� dengan score 1, dengan
menggunakan uji Wilcoxon� didapatkan
hasil nilai p = 0,000 dimana nilai p < 0,05. Kesimpulan : kompres daun kubis�
efektif mengurangi �intensitas
nyeri payudara pada wanita Early puerperium
post seksiosesaria.
Kata Kunci: daun kubis, intensitas nyeri payudara, early puerperium post
seksiosesaria���
Abstract
Introduction.� Breast swelling can
cause pain in the breasts, this can hinder the lactation process. Post sectio caesarea mothers have
three times greater inhibition of breastfeeding if they experience breast pain.
The average breast pain felt ranges from moderate to severe pain (3-8). One of
the non-pharmacological interventions is reducing breast pain, yes, compresses
cabbage leaves.� Cabbage contains amino
acids, antibiotics, sulfur heterosides and secretes a
cold gel that absorbs heat so that it can reduce breast pain. Objective:
analyze the effectiveness of cold cabbage leaf compresses on the intensity of
breast pain in women early puerperium post sexosesaria
at Manokwari Hospital, West Papua in 2022.
Methodology: This study used quasi-experimental methods with pretest postest design. �Ptake the sample with purposive sampling technique
according to the criteria that have been set. The sample of 60 post-sex
puerperium mothers was divided into 3 groups, namely 2 intervention groups and
1 control group. Each group numbered 20 respondents. Kgroup
intervention (cabbage leaf compress and breast care), and 1 control group (breast
care +breastfeeding education). intervention was carried out on day 2-day 7
postpartum, long for 30 minutes daily. Data analysis used the Wilcoxon test to
test differences in the intensity of pre- and post-intervention breast pain. As
for the intensity of pain using cheklist six-point
engorgements scale (SPES). Results: obtained a difference in breast pain
intensity scores before and after being given cabbage leaf compress
intervention, with an average intensity of pain pre with a score of 6 and post
with a score of 1, using the Wilcoxon test obtained the result of a p value =
0.000 where the p value < 0.05. �Conclusion:
cabbage leaf compresses are effective in reducing the intensity of breast pain
in women Early puerperium post-sexyocesaria.
Keywords: cabbage leaves, intensity of breast pain, early
puerperium post sexosesaria
Pendahuluan������������������������������������������������������
Pembengkakan pada payudara
diakibatkan keterlambatan dalam menyusui dini, ASI yang kurang sering dikeluarkan dikarenakan adanya batasan waktu saat
menyusui (Widia & Pangestu, 2019).
Pembengkakan payudara dapat menimbulkan nyeri pada payudara (Nabulsi et al., 2019),
nyeri yang dirasakan� pada ibu menyusui pembengkakan rata-rata dengan skala nyeri
berat (6-8) dan skala nyeri sedang (3-5). Pembengkakan payudara bila tidak ditangani
dengan segera akan menimbulkan masalah baru yaitu
mastitis dan bahkan
terjadi abses pada payudara (Sari et al., 2019). Pembengkakan payudara juga dapat menyebabkan proses laktasi menjadi terhambat karena payudara terasa sakit, tidak
nyaman saat menyusui
(Fitriani & Apriliyani, 2020). Pembengkakan payudara merupakan
kondisi fisiologis yang tidak menyenangkan (Arista Apriani &Wijayanti,
2018),
Hal ini dapat memberikan dampak terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi (Eittah & Ashour, 2019).
Masalah� menyusui�
pada� umumnya� terjadi�
dalam� dua� minggu�
pertama� masa� nifas (Sari et al., 2019). Data Survey� Demografi dan Kesehatan� Indonesia tahun 2015 mencatat bahwa�
ibu� nifas� yang�
mengalami� bendungan� ASI�
sebanyak� (37,12%) ibu nifas� (RISKESDAS, 2016).
Pembengkakan� payudara� terjadi�
hampir� 90%� pada�
ibu� yang� baru�
melahirkan pertama kali, kejadian ini terjadi pada hari kedua sampai
hari keempat postpartum.�
Payudara� mulai� terasa�
penuh� dan� keras�
sehingga� menimbulkan� nyeri, dan akan menghambat bahkan menghentikan pemberian ASI (Aprida, 2017). Ibu postpartum dengan sectio caesarea mempunyai hambatan tiga kali lebih besar dalam
proses menyusui dibandingkan
dengan ibu postpartum spontan. Hal ini karena ibu tidak
dilakukan inisiasi dini serta megalami
keterlambatan dalam memberikan ASI (Lim et al., 2015).
Ibu juga mengalami nyeri, kelelahan dan proses persalinan
yang panjang dapat menyebabkan pembengkakan payudara (Kurnia Dewiani, 2018).
Kondisi inilah yang dapat� menyebabkan bengkak dan nyeri payudara� semakin meningkat (Widia & Pangestu, 2019).
Penggunaan obat-obatan saat sectio caesarea juga mempengaruhi
pengeluaran ASI. Kesalahan dari teknik menyusui
dapat menyebabkan kegagalan proses laktasi (Damayanti et al., 2020).
Pembengkakan payudara merupakan suatu kondisi payudara menjadi penuh akibat
ASI statis aliran limfatik, peningkatan kongesti dan vaskularitas yang dapat
mengakibatkan tekanan intra kaudal yang akan memengaruhi segmen pada payudara (Zagloul et al., 2020).
Pembengkakan payudara akibat bendungan
ASI dapat dicegah dengan tindakan non
farmakologi� berupa kompres, exercise dan terapi massage (Witt et al., 2016).
Kompres� dingin dapat menekan rasa nyeri (Hasibuan et al., 2021), salah satu
intervensi non farmakologi yang mudah dilakukan yaitu kompres daun kubis (Mangesi, 2016). Kubis merupakan sayuran yang mudah
ditemukan, ekonomis, dan banyak mengandung gizi. Kubis mengandung sulfur yang
sangat tinggi yang dapat digunakan untuk mengurangi peradangan payudara (Razmjouei et al., 2020). Kubis kaya akan fitronutrien� serta
mengandung glukosinolate untuk
mencegah kanker (Dalimartha & Adrian, 2013).
Kubis mengandung asam amino
sebagai antibiotic berfungsi metionin yang mengandung antibiotic.dan kandungan
lain seperti sinigrin
(Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, heterosides belerang yang
bermanfaat sebagai cauter (membantu
memperlebar pembuluh darah kapiler untuk darah), aliran
darah� meningkat sehingga� dapat mempermudah� aliran dari�
daerah yang membendung. Komposisi
tersebut juga dapat memungkinkan
tubuh menyerap Kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut (Yunita, 2021),
Selain itu daun kubis mengandung asam
amino metionin yang berfungsi untuk�
mengurangi rasa nyeri (Wong et al., 2017).
Berdasarkan hasil
survey pendahuluan dengan teknik wawancara dan pengamatan oleh bidan di Rumah Sakit Umum
daerah Manokwari�� didapati kejadian post seksio sesarea sebanyak 606 kasus dalam setahun.� Di Rumah Sakit umum daerah
manokwari dalam satu bulan terakhir
terdapat 32 pasien yang dilakukan seksio sesarea, Penanganan ibu
nifas yang mengalami nyeri payudara karena bendungan ASI dengan melakukan kompres hangat menggunakan air saja dan diberikan obat anti nyeri serta kurang efektif hasilnya, Kompres daun kubis dingin di Rumah Sakit Umum
daerah Manokwari belum pernah diberikan.
Berdasarkan latar belakang peneliti melakukan analisis tentang efektifitas daun kubis untuk mengurangi intensitas nyeri pada wanita Early
puerperium post Seksiosesaria di Rumah sakit Manokwari
Papua Barat.
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan diRumah sakit Umum daerah Manokwari setelah mendapat izin penelitian
dari Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar nomor 1954/UN4.14.1/TP.01.02/2022. Lokasi penelitian adalah di Rumah sakit umum daerah Manokwari Papua barat.
Waktu penelitian selama
2 bulan
yaitu bulan Maret sampai
Mei 2022. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu dengan pendekatan eksperimen semu (quasi eksperimen)
dengan randomized.
control group pretest postest design. Subyek
penelitian terbagi menjadi dua kelompok, yaitukelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pretest dan posttest
berupa penilaian langsung intensitas nyeri�
payudara dengan menggunakan checklist SPES, pretest dilaksanakan sebelum intervensi diberikan dan posttest dilaksanakan setelah intervensi
diberikan. Kelompok eksperimen dengan intervensi berupa kompres daun kubis dan
breast care� sedangkan kelompok kontrol
dengan intervensi edukasi menyusui, intervensi dilakukan sebanyak 1x sehari
selama 7 hari. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu
penatalaksanaan kompres daun kubis, breast
care dan penatalaksanaan Edukasi menyusui. Sedangkan variabel terikatnya
yaitu nyeri payudara. Teknik pengambilan sampel non probability sampling jenis
consecutive sampling. Sampel kelompok eksperimen 60� subjek terdiri dari 2 kelompok intervensi
yaitu kompres daun kubis dan breast care,
sedangkan sampel kelompok kontrol Edukasi menyusui dengan masing masing 20
subjek. Sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan uji Kruskal Wilis dan
Man-Whitney. Analisis data yang digunakan adalah untuk beda mean sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan uji
wilcoxon.
Hasil Dan Pembahasan
A.
Karakteristik
Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
Karakteristik |
Kelompok eksperimen Kompres daun kubis dingin (n=20) |
Kelompok
eksperimen Breast care (n=20) |
Kelompok
kontrol edukasi (n=20) |
Jumlah |
|||||||
n |
% |
n |
% |
� n |
% |
n |
% |
||||
Usia 1
<20 tahun���������������������������������� ������������������������������������������������������������������������������������������������� 2
20-35 tahun 3
>35 tahun |
1 15 4 |
5.0 75.0 20.0 |
�2 �15 �3 |
|
������ 10.0 �������� 75.0 ��������� 15.0 |
10.0 90.0 0 |
5 48 7 |
8,3 80 11,7 |
|||
Total |
20 |
100 |
�� 20 |
���� �����100 |
���� 20 |
100 |
60 |
100 |
|||
p-value |
|
� |
������ |
||||||||
Pendidikan 1
SD 2
SMP 3
SMA 4
PT |
0 0 20 0 |
0 0 100 0 |
0 3 9 8 |
0.0 15.0 45.0 40.0 |
0 2 15 3 |
0,0 10.0 75.0 15.0 |
��� 0��������� ����������� 0 ��� 5��������� ���������� 10 �� 44�������� ��������� 75 �� 11�������� ��������� 15 |
||||
Total |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
� 60 |
1 100 |
|||
p-value |
|
|
|
|
|
���� |
0,199 ḁ |
|
|||
Pekerjaan a.
Tidak bekerja����������������������������������������������������������������������������������������������������������� b.
Bekerja |
18 2 |
90.0 10.0 |
19 1 |
95.0 5.0 |
18 2 |
90.0 10.0 |
55 5 |
91,7 8,3 |
|||
Total |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
60 |
100 |
|||
p-value |
|
|
|
|
|
|
1.000 ḅ |
|
|||
Paritas a.
Primipara������������������������ b.
Multipara� |
7 13 |
35.0 65.0 |
8 12 |
40.0 60.0 |
11 9 |
55.0 45.0 |
26 34 |
43,3 56,7 |
|||
Total |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
|||
p-value |
|
|
|
|
|
|
0,206 ḅ |
|
|||
Riwayat menyusui a.
Belum��
menyusui��� bayinya���������������������������������������������
b.
Sudah�
menyusui�� bayinya |
20 0 |
100 0,0 |
20 0 |
100 0,0 |
20 0 |
100 0,0 |
60 0 |
100 0 |
|||
Total |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
20 |
100 |
|||
ḁ Uji Kruskal Wallis
ḅ Uji Mann-Whitney
Sumber: Data
Primer, 2022
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwa hasil usia responden terbanyak antara 20-35 tahun
sebanyak 48 responden (80%), dengan pendidikan terbanyak SLTA sebanyak 44 responden
(73,3%). Pekerjaan terbanyak adalah�
tidak bekerja sebanyak 55 responden (91,7%), Paritas terbanyak adalah
paritas multipara sebanyak 34 responden�
(56,7%) dan riwayat menyusui terbanyak adalah� belum menyusui sebanyak� 60 responden (100%).
Tabel 2
Hasil Skala Intensitas Nyeri Payudara
Kelompok Intervensi� Sebelum Dan Sesudah
Penatalaksanaan Intervensi Kompres Daun Kubis Dan Breast Care� Pada Kelompok Intervensi.
Kelompok intervensi |
Intensitas� nyeri
payudara |
P-Value |
|||||
1 ��� �n(%) |
� 2 �n(%) |
� 3 �n(%) |
� 4 �n(%) |
�� 5 �n(%) |
�� 6 n(%) |
||
Kompres � daun kubis |
|
|
|
|
|
|
|
sebelum |
�0 |
0 |
0 |
0 |
��� 0 |
20 (100) |
0,000* |
Sesudah |
�20(100) |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
Breast care |
|
|
|
|
|
|
|
Sebelum |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
20(100) |
�������� 0,000* |
Sesudah |
0 |
20(100)0) |
0 |
0 |
0 |
0 |
*Uji Wilcoxon
Sumber: Data Primer,
2022
Hasil analisis dengan
menggunakan uji statistik adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Perbandingan Skala Intensitas Nyeri
Payudara Kelompok Intervensi� Sebelum Dan
Sesudah Di Berikan Kompres Daun Kubis Dan Breast Care.
Kelompok
intervensi |
Skala intensitas nyeri payudara |
P Value |
|||
Sebelum intervensi |
Sesudah intervensi |
||||
Mean+SD |
Medium (Min-Max) |
Mean+
SD |
�Medium (Min-Max) |
||
Kompres
daun kubis |
6 |
6 |
1 |
1 |
0,000* |
Breast
care |
6 |
6 |
2 |
2 |
0,000* |
*Uji Wilcoxon
Sumber: Data Primer, 2022
Berdasarkan uji
Wilcoxon sebagaimana ditampilkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan untuk skala intensitas nyeri payudara sebelum dan
sesudah di berikan intervensi kompres kubis dan breast care� dengan p value 0,000. Berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan nilai� 0,000 (p
value < α 0.05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi kompres daun kubis dingin dan perawatan payudara
(breast care) terhadap intesitas nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum.
Tabel 4
Hasil�
skala Intensitas Nyeri Payudara�
pada kelompok kontrol Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Edukasi Menyusui.
Kelompok
kontrol |
Intensitas� nyeri
payudara |
P-Value |
|||||
�� 1 n(%) |
� 2 n(%) |
� �3 �n(%) |
�4 �n(%) |
��� 5 �n(%) |
6 n(%) |
|
|
Edukasi menyusui |
|
|
|
|
|
|
|
sebelum |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
20 (100) |
0,000* |
Sesudah |
0 |
0 |
20(100) |
0 |
0 |
0 |
*Uji Wilcoxon
Sumber: Data
Primer, 2022
Tabel 5
Hasil Analisis Dengan Menggunakan Uji Statistik
Adalah Sebagai Berikut:
Kelompok kontrol �������� |
Skala intensitas nyeri payudara |
P
Value |
|||
Sebelum intervensi |
Sesudah intervensi |
||||
Mean+SD |
Medium (Min-Max) |
Mean+
SD |
�Medium �(Min-Max) |
||
Edukasi menyusui |
6 |
6 |
3 |
3 |
0,000* |
*Uji Wilcoxon
Sumber: Data Primer,
2022
Berdasarkan uji
Wilcoxon sebagaimana ditampilkan pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan untuk skala intensitas nyeri payudara sebelum dan
sesudah di berikan intervensi edukasi menyusui dengan p-value� 0,000.�
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai� 0,000 (p value < α 0.05) maka Ha
diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan edukasi
terhadap intesitas nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum.
Pembahasan����������������������������������������������������
Karakteristik responden
A.
Usia
Hasil penelitian mayoritas usia responden yaitu rentang
usia 20-35 tahun sebanyak 48 responden (80%). Hal ini dikarenakan seorang
wanita pada rentang usia 20-35 tahun merupakan masa reproduksi yang aman untuk
masa kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2014). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rutiani dan
Fitriana (2016) bahwa usia ibu nifas berpengaruh terhadap kejadian
pembengkakan payudara dan sebagian besar terjadi pada usia 20-35 tahun, akibat
kurangnya pengalaman, pemahaman dan informasi tentang pembengkakan payudara.
22 Hasil penelitian ini di dukung juga penelitian Mubasyiroh dkk
(2016)� menemukan bahwa terdapat usia
< 20 tahun (5,9%) dan usia > 35 tahun (20,6%). Usia < 20 tahun dianggap belum matang secara fisik,
organ- organ reproduksi belum berfungsi secara sempurna sehingga bila terjadi
kehamilan dan persalinan akan lebih beresiko mengalami komplikasi, sedangkan
untuk usia > 35 tahun dianggap berbahaya karena sudah terjadi penurunan
kesehatan reproduktif akibat proses degeneratif, alat reproduksi dan fisik ibu
sudah jauh berkurang dan menurun�������������
(Mubasyiroh, Tejayanti & Senewe, 2016).
B.
Paritas
Hasil penelitian, paritas responden terbanyak adalah
multipara sebanyak 34 responden� (56,7%).
Hal ini didukung oleh penelitian Rutiani dan Fitriana (2016) yaitu sebanyak 11
orang (57,9%) ibu nifas dengan paritas primipara mengalami pembengkakan
payudara, dimana paritas primipara lebih berpeluang besar mengalami
pembengkakan payudara akibat belum pernah memiliki pengalaman sebelumnya
tentang melahirkan dan menyusui bayi. Peneliti berasumsi bahwa status paritas tidak dapat
dijadikan sebagai pedoman bahwa hanya paritas primipara yang berpeluang
mengalami nyeri pembengkakan payudara. Paritas multipara juga mengalami
pembengkakan payudara. Hal ini terjadi karena banyaknya faktor pencetus seperti
frekuensi menyusui, masalah pada puting, isapan bayi yang tidak kuat, ataupun
posisi menyusui yang salah dan belum pernah menyusui sehingga ASI terkumpul dan
tidak dikeluarkan menyebabkan nyeri dan pembengkakan semakin meningkat.
C.
Pendidikan�
Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas pendidikan
responden adalah SMA sebanyak 44 responden (73,3%). Yanti (2017) juga menemukan
hal yang sama bahwa responden menyusui yang mengalami pembengkakan payudara
mayoritas berpendidikan SMA (43,3%). Rutiani dan Fitriana (2016) mendapati bahwa tingginya
tingkat pendidikan dan pekerjaan� berpengaruh
terhadap kejadian pembengkakan payudara, seseorang dengan tingkat pendidikan
tinggi� akan lebih banyak mengetahui
informasi, memiliki wawasan yang luas, daya tangkap dan pola pikir yang jauh
lebih baik, sehingga mempunyai peluang lebih untuk mengetahui informasi tentang
pembengkakan payudara dan cara mengatasi pembengkakan payudara, akan tetapi
tingkat pendidikan seseorang tidak dapat dijadikan pedoman bahwa sesorang akan
berhasil pada proses menyusui. Hal ini sejalan dengan penelitian Sutrisno (2015)
menunjukkan bahwa ibu memiliki sikap rendah dalam proses menyusui namun tingkat
pendidikannya tinggi, dan sebaliknya ibu berpendidikan rendah namun memilki
sikap yang tinggi dalam proses menyusui.
D.
Riwayat
menyusui
Hasil penelitian ini juga menemukan sebanyak 60 orang
(100%) dengan jenis persalinan sectio caesarea belum menyusui bayinya. Wijaya
(2018) menyatakan bahwa ibu dengan post sectio caesarea tidak mulai menyusui
bayinya pada hari pertama melahirkan seharusnya 24 jam setelah melahirkan merupakan
masa yang penting untuk proses inisiasi pemberian ASI yang akan menentukan
keberhasilan menyusui selanjutnya. Jika ibu tidak menyusui akibatnya bayi diberikan susu
formula untuk mengganti kebutuhan ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2016)
menyatakan bahwa ibu dengan post sectio caesarea lebih memilih pasif dan
beristirahat dibandingkan memberikan ASI kepada bayinya walaupun ibu tahu bahwa
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, sehingga kondisi inilah yang dapat
menyebabkan bengkak dan nyeri payudara semakin meningkat. Peneliti berasumsi
bahwa baik jenis persalinan normal dan sectio caesarea dapat mengalami
pembengkakan payudara.�������������������������������������������������������������������������������������������
Efektifitas kompres daun kubis� terhadap intensitas nyeri payudara early
puerperium post seksiosesaria.
Berdasarkan
deskripsi data penelitian pada Tabel 2 sesuai dengan hipotesis penelitian
dimana adanya� perbedaan skor intensitas
nyeri payudara sebelum dengan sesudah diberikan intervensi kompres daun kubis,
sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata yang secara statistik,
signifikan antara skor pembengkakan payudara sebelum dibandingkan sesudah
perlakuan� mempunyai arti penatalaksanaan
kompres daun kubis� sangat efektif
menangani masalah� nyeri payudara yang
disebabkan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian yang dilakukan� oleh Kurnia Dewiani dkk pada Tahun 2018 yang
meneliti tentang �Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri dan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum�. Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan
intensitas nyeri pembengkakan payudara sebelum diberikan intervensi baik pada
kelompok yang diberikan kompres hangat dan dingin, diperoleh p value = 0,000
< (0,05) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri
pembengkakan payudara setelah diberikan intervensi baik pada kelompok yang
diberikan kompres dingin daun kubis dari pada kompres hangat dan dingin.
Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Zuhana (2017), dengan
hasil terdapat perbedaan secara statistik signifikan p<0,05 efektivitas daun
kubis dingin dengan perawatan payudara dalam mengurangi pembengkakan payudara.
Pada penelitian Lee et al (2015), menunjukkan bahwa
perawatan payudara awal dan kompres kubis dianggap efektif untuk menghilangkan
nyeri payudara dimana telah melunakkan payudara dan mengurangi tingkat
pembengkakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wong et al (2017) yang membandingkan terapi� kompres dingin daun kol dan gel dingin menunjukkan
bahwa daun kubis dingin membantu menghilangkan rasa sakit dan pembengkakan di
payudara di semua titik setelah pengompresan secara rutin sementara paket gel
dingin hanya membantu untuk menghilangkan raa sakit tanpa banyak berefek pada
pengurangan pembengkakan.
Pemberian kompres daun kubis merupakan salah satu cara
penanganan secara non farmakologis untuk mengurangi bengkak payudara.� Kubis mengandung asam amino metionin yang
berfungsi sebagai antibiotik dan kandungan lain seperti sinigrin (Allylisothiocyanate),
minyak mustard, magnesium, Oxylate heterosides belerang yang dapat membantu
memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah untuk
keluar masuk melalui daerah tersebut dan memungkinkan tubuh untuk menyerap
kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut. Selain itu daun kubis
juga mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas yang ditandai dengan
klien merasa lebih nyaman serta daun kubis menjadi layu/matang setelah
penempelan (Salgaonkar, 2019).
Kubis
mengandung sumber yang baik dari asam amino glutamine dan diyakini untuk
mengobati semua jenis peradangan salah satunya radang payudara. Selain itu kubis
mengandung minyak mustard, magnesium, oksalat dan sulfur heterosides. Asam
metionin sebagai antibiotik dan anti-iritasi, yang pada gilirannya menarik
aliran tambahan darah ke daerah tersebut. Hal Ini dapat melebarkan pembuluh
kapiler dan bertindak sebagai iritan counter, sehingga menghilangkan
pembengkakan dan peradangan serta memungkinkan ASI keluar dengan lancar (W. B. Boi, 2015).
Penelitian
oleh Yuni dan Tuti pada Tahun 2019 yang meneliti tentang �Pengaruh Kompres
Kubis Terhadap Breast Engorgement Ibu
Postpartum Sectio Caesarea�. Penelitian ini menggunakan kelompok
intervensi saja tanpa kelompok kontrol dengan jumlah responden sebanyak 31
responden. Sebelum pelaksanaan penelitian,. Hasil uji kappa didapatkan p value
0,001 (<0,05) yang berarti tidak ada perbedaan persepsi mengenai skala
pembengkakan payudara. Penelitian ini menggunakan kubis suhu ruangan dengan
spesies brassica oleracea L. Var. Capitata. Pelaksanaannya dilakukan sehari 2
kali selama 3 hari. Hasil analisa data menunjukkan bahwa rata-rata intensitas
nyeri pembengkakan payudara sebelum diberikan intervensi� menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan untuk skala pembengkakan payudara sebelum dan sesudah diberikan
intervensi kompres kubis dengan p value 0,001.
Efektivitas penatalaksanaan breast care terhadap intensitas nyeri payudara early puerperium
postseksiosesaria. �������������������������������������������������������������������������������������
Efektivitas
penatalaksanaan breast care terhadap pembengkakan payudara, pada tabel 3 dengan
menggunakan� Uji� Wilcoxon mendapatkan nilai 0,000 (p value
< α 0.05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan
sesudah dilakukan perawatan payudara (breast care) terhadap intesitas nyeri
yang dirasakan oleh ibu postpartum. Sehingga, analisis data menggunakan uji Paired Sample
T-Test. Berdasarkan perbedaan rerata skor pembengkakan payudara antara sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelompok breast care.
Berdasarkan
deskripsi data penelitian pada tabel 3 menujukkan bahwa korelasi antara skor
pembengkakan payudara sebelum dan sesudah perlakuan adalah kuat dan signifikan
serta terdapat perbedaan rerata yang secara statistik signifikan antara skor
pembengkakan payudara sebelum dibandingkan dengan sesudah perlakuan pada
kelompok kontrol, yang mempunyai arti penatalaksanaan breast care efektif
menangani masalah pembengkakan payudara pada ibu nifas, Menurut hasil
penelitian Fauziah dkk (2014). Terdapat perbedaan skala pembengkakan payudara setelah
dilakukan perawatan payudara, dengan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan
hasil nilai p = 0,000 dimana nilai p < 0,05 dengan kesimpulan ada perbedaan
terjadinya pembengkakan payudara pada ibu nifas antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol setelah dilakukan supervised breast care terhadap kelompok
intervensi.
Pelaksanaan� kelompok kontrol edukasi menyusui terhadap
intensitas nyeri payudara wanita early puerperium post seksiosesaria.
Berdasarkan Tabel�
4 dapat diketahui bahwa berdasarkan uji�
Wilcoxon sebagaimana ditampilkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan untuk skala intensitas nyeri payudara sebelum dan
sesudah di berikan intervensi edukasi menyusui dengan p-value� 0,000. Berdasarkan hasil uji statistik
memperoleh nilai 0,000 (p value < α 0.05) maka Ha diterima artinya
terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan edukasi terhadap intesitas
nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum yang disebabkan oleh bendungan ASI.
Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Penti dora yanti 2017 yang menyatakan bahwa
di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari
67 responden terdapat 43 yang berpengetahuan kurang dimana terdapat 36 orang
(53,7%) bendungan ASI dan yang tidak bendungan ASI sebanyak 7 (10,4%)
responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Wellina,2021 yang menyatakan alah satu masalah pada masa nifas adalah bendungan
ASI. Bendungan ASI dapat mengganggu kenyamanan ibu masa nifas dan menghalangi
efektifitas ASI Eksklusif. Peran penting dalam susksesnya pemberian ASI Eksklusif
adalah upaya pencegahan terjadinya bendungan ASI pada ibu postpartum yaitu
dengan memperdayakan ibu postpartum untuk memperhatikan teknik menyusui yang
baik dan benar. Dengan pemberian pengetahuan kepada ibu postpartum tentang
penanganan bendungan ASI yang tepat maka diharapkan ibu dapat merubah perilaku
untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif dengan tepat. Metode dalam
pengabdian masyarakat ini menggunakan komunikasi interaktif edukasi dan
pelatihan secara langsung kepada dengan 20 partisipan ibu postpartum di Klinik
Nana Diana Helvetia Medan. Hasilnya�
adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan ibu tentang penanganan
bendungan ASI setelah dilakukan Edukasi di Klinik Nana Diana Helvetia Medan
tahun 202I (Ridwan et al., 2021).
Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Wulandari,2014 �yang menyatakan
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sebagian besar dalam
kategori baik sebesar 87,8% (11). Hasil penelitian masih terdapat responden dengan kategori
pengetahuan kurang, kemungkinan hal tersebut dapat terjadi karena responden
mengetahui definisi ASI eksklusif namun belum memahami komposisi dan manfaat
ASI eksklusif terlihat pada jawaban kuesioner rata-rata responden menjawab salah
pada indikator komposisi dan manfaat ASI eksklusif (Wulandari & Dewanti, 2014).
Hasil penelitian ini didukung
oleh Sari, yang menunjukkan Pengetahuan yang kurang dikarenakan ibu yang
menjadi responden kurang memahami arti pentingnya ASI eksklusif� bagi bayi. Pekerjaan ibu yang sebagian besar
sebagai pekerja swasta yaitu sebagai karyawan pabrik dengan tingkat pendidikan
yang rendah menyebabkan informasi mengenai ASI eksklusif tidak dapat dipahami
dengan baik. Pengetahuan kurang dalam penelitian ini juga dapat dikarenakan
budaya masyarakat yang menganut cara lama dalam mengasuh bayi. Orang tua
terdahulu mempunyai anggapan bahwa jika anak menangis adalah pertanda bahwa
anak lapar, sehingga ASI saja dianggap tidak cukup dan harus
diberikan makanan tambahan lain seperti pisang atau
makanan-makanan lunak lain yang dapat membuat bayi merasa kenyang dan akhirnya
tenang.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wulan, yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
memberikan ASI eksklusif, yaitu sejumlah 49 responden (76,6%). Hal ini dikarenakan
ibu kurang memahami manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayinya
(Mayang Wulan, 2022).
Padahal menurut Maryunani, keuntungan ASI Eksklusif bagi
bayi yaitu mendapatkan zat antibodi alami, mengurangi risiko alergi,
sterilisasi ASI terjamin dan ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh usus
bayi. Ibu yang bekerja cenderung akan memberikan susu formula kepada bayinya
saat meninggalkan bayinya.�������������������������������������������������������������������
Kesimpulan
Pemberian Kompres daun kubis
dingin efektif dalam mengatasi masalah nyeri payudara yang disebabkan bendungan
ASI, dapat terlihat adanya pengaruh terhadap penurunan skala intensitas nyeri
yang signifikan secara statistik, skala nyeri yang dirasakan responden� sudah berada pada skala 1 (payudara
lembek,tidak ada konstriksi pada payudara dan tidak dirasakan nyeri pada� payudara) �sesudah�
intervensi.
Pemberian breast care efektif dalam mengatasi masalah nyeri payudara yang
disebabkan bendungan ASI, dapat terlihat adanya pengaruh terhadap penurunan
skala intensitas nyeri yang signifikan secara statistik, meskipun demikian
nyeri yang dialami ibu masih berada pada skala 2 (terdapat� perubahan sedikit pada payudara dan ibu masih
merasakan nyeri) sesudah intervensi.
Pemberian edukasi� berpengaruh terhadap penurunan skala
intensitas nyeri payudara yang signifikan secara statistik, meskipun demikian
nyeri yang dialami ibu masih berada pada skala 3 (payudara keras dan ibu mulai
terasa nyeri) sesudah intervensi.
Pemberian edukasi, breast care
dan kompres daun kubis sama-sama berpengaruh terhadap penurunan skala
intensitas nyeri, hanya saja kompres daun kubis lebih baik dibandingkan kedua
intervensi yang lain karena mampu menurunkan sampai skala 1.
Anik Maryunani. 2013.Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika
Google Scholar
Aprida, R. A. (2017). Penerapan kompres daun kol untuk
mengurangi pembengkakan payudara pada ibu postpartum di BPM Yustin Trisnowati
Rowokele Kebumen. Google Scholar
Arista Apriani , Wijayanti, D. W. (2018). Efektifitas
penatalaksanaan kompres daun kubis ( Brassica
oleracea var capitata) dan breast care terhadap pembengkakan payudara bagi ibu
nifas , II(4), 238�243. Google Scholar
Astuti, Y., & Anggarawati, T. (2019). Pengaruh Kompres
Kubis Terhadap Breast Engorgement Ibu Postpartum Sectio Caesarea. Indonesian
Journal of Nursing Research �, 2(1).
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijnr/article/view/232 Google Scholar
Damayanti, E., Ariani, D., & Agustin, D. (2020). Pengaruh
Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin sebagai Terapi Pendamping bendungan ASI
terhadap Skala Pembengkakan dan Intensitas Nyeri Payudara serta Jumlah ASIpada
Ibu Postpartum di RSUD Bangil. Journal of Issues in Midwifery, 4(2),
54�66. https://doi.org/10.21776/ub.joim.2020.004.02.1 Google Scholar
Dasar, R. K. (2016). Riset kesehatan dasar (riskesdas)
2016. September 2009.
Dalimartha, S.,
dan Felix Adrian. (2011). Khasiat Buah
dan Sayur. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 91. Google Scholar
Dewi,
U. M. (2016). Faktor yang mempengaruhi praktik
menyusui pada ibu post section caesarea di RSI A. Yani Surabaya.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1),
43-47. Diperoleh pada tanggal 19 Juni 2019 dari
http://journal.unusa.ac.id/ index.php/jhs/article/view/83/75. Google Scholar
Eittah, H. F. A., & Ashour, E. S. S. (2019). Comparing
warm compresses application vs. chilled cabbage leaves for relieving breast
engorgement among post-natal mothers. Clinical Nursing Studies, 7(3),
58. https://doi.org/10.5430/cns.v7n3p58 Google Scholar
Fauziah, H. (2014). Efektifitas
supervised breast care� terhadap
pencegahan pembengkakan payudara pada ibu nifas di rumah sakit� ilayah kecamatan� Pontianak selatan. Nursing Student Tanjungpura University. Google Scholar
Fitriani, H., & Apriliyani, D. (2020). Kompres Hangat
Payudara untuk Meningkatkan Kecukupan ASI Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Cimahi Tengah The Effectivity of Worm Compress on Breast Milk Supply
Among Post-Partum in Primary. 15(023). Google Scholar
Hasibuan, J. S., Simarmata, D., Farma, A., Sitompul, A. W.,
& Yanti, L. (2021). Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin (
Brassica Oleracea ) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan
Payudara Pada Ibu Post Partum.
Kurnia dewiani,� yetti purnama. (2018). Pengaruh Kompres Daun
Kubis Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan Payudara Pada
Ibu Postpartum. Pengaruh Kompres Daun Kubis Dingin Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum, 06(02),
488�493. Google Scholar
Lim, A. R., Song, J. A., Hur, M. H., Lee, M. K., & Lee,
M. S. (2015). Cabbage compression early breast care on breast engorgement in
primiparous women after cesarean birth: A controlled clinical trial. International
Journal of Clinical and Experimental Medicine, 8(11), 21335�21342. Google Scholar
Mangesi, L. (2016). Treatments for breast engorgement during
lactation (Review) Summary Of Findings For The Main Comparison. Cochrane
Database Syst Rev, 6.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD006946.pub3.www.cochranelibrary.com Google Scholar
Mayang Wulan, (2022). Pendidikan Kesehatan Tentang Asi
Eksklusif Dengan Menggunakan Video Abstract Health Education About Exclusive
Breast Milk Using Video Influences on. 8(1), 163�172.
Maryunani, Anik. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta
: Trans Info Media (TIM).
Mubasyiroh,
R., Tejayanti, T., & Senewe, F.P. (2016). Hubungan kematangan reproduksi dan usia saat melahirkan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di
Indonesia tahun 2010.
Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 7(2), 109-118. Diperoleh
pada tanggal 24 Mei 2019 dari
http://media.neliti.com/media/ publication/107918. Google Scholar
Nabulsi, M., Ghanem, R., Abou-Jaoude, M., & Khalil, A.
(2019). Breastfeeding success with the use of the inverted syringe technique
for management of inverted nipples in lactating women: A study protocol for a
randomized controlled trial. Trials, 20(1), 1�7. https://doi.org/10.1186/s13063-019-3880-8 Google Scholar
Prawirohardjo, Sarwono Ilmu kebidanan. Yayasan bina Pustaka. Jakarta. 2014;700.
Razmjouei, P., Khashkhashi Moghaddam, S., Heydari, O., Mehdizadeh,
B., Pooredalati, M., Tabarestani, M., Nasibeh, R., & Moeindarbary, S.
(2020). Investigating the effect of herbal medicine on reduction of breast
engorgement in breastfeeding women: A review study. International Journal of
Pediatrics, 8(3), 11041�11047.
https://doi.org/10.22038/ijp.2020.46493.3780 Google Scholar
Ridwan, I. S., Medan, U. I., & Info, A. (2021). Faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI pada Postpartum Di Klinik Nana Diana Helvetia Medan. 1(1), 6�9.
Rohmah, M., Wulandari, A., & Sihotang, D. W. (2019). Efektivitas Kompres Daun Kubis (Brassica
Oleracea) terhadap Skala Pembengkakan Payudara pada Ibu Post Partum di PMB
Endang Kota Kediri. Journal for Quality in Women�s Health, 2(2),
23�30. Google Scholar
Rutiani,
C.E.A., & Fitriana, L.A. (2016). Gambaran
bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea berdasarkan karakteristik di
rumah sakit Sariningsih Bandung.
Jurnal Keperawatan Indonesia,
(2), 146-155. Diakses pada tanggal
11 Januari 2019 dari https://www..researchgate.net/publicatio� n/322760075 Google Scholar
Sari, R. I., Dewi, Y. I., & Indriati, G. (2019). Efektivitas
Kompres Aloe Vera Terhadap Nyeri Pembengkakan Payudara Pada Ibu Menyusui. Jurnal
Ners Indonesia, 10(1), 38. https://doi.org/10.31258/jni.10.1.38-50 Google Scholar
Salgaonkar, Rajashree.
Chilled Cabbage Leaves: The Possible Remedy for Breast Engorgement.
International Journal of Nursing and medical investigation. 2019;4(1):1-3 Google Scholar
Wellina
BR. Sebayang& Indah Sari Ridwan (2019). Edukasi penanganan
bendungan ASI pada ibu postpartum di klinik Nana Diana Helvetia. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
(Ji-SOMBA) Vol.1, No.1, November 2021, pp.6-9 e-ISSN: 2808-232X Google Scholar
Widia, L., & Pangestu, D. A. P. (2019). Pengaruh Kompres
Daun Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) Terhadap Pembengkakan Payudara
(Breast Engorgement) Pada Ibu Nifas. Jurnal Darul Azhar, 8(1),
45�51
Wijaya,
P. W. D. (2018). Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif.
Naskah Publikasi.
Diperoleh pada tanggal 20 Juni
2019 dari http://eprints.ums.ac.id.. Google Scholar
Witt, A. M., Bolman, M., Kredit, S., & Vanic, A. (2016).
Therapeutic Breast Massage in Lactation for the Management of Engorgement,
Plugged Ducts, and Mastitis. Journal of Human Lactation, 32(1),
123�131. https://doi.org/10.1177/0890334415619439 Google Scholar
Wong, B. B., Chan, Y. H., Leow, M. Q. H., Lu, Y., Chong, Y.
S., Koh, S. S. L., & He, H. G. (2017). Application of cabbage leaves
compared to gel packs for mothers with breast engorgement: Randomised
controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 76(August),
92�99. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2017.08.014 Google Scholar
Wulandari, D. R., & Dewanti, L. (2014). Rendahnya Praktik
Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah
Sakit. Kesmas: National Public Health Journal, 8(8), 393.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v8i8.410 Google Scholar
Yanti, Paradiksa, S.
(2021).Literatur Review terapi komplementer bendungan
ASI. Jurnal Keperawatan
& Kebidanan Jurnal Keperawatan & Kebidanan. Jurnal Keperawatan, 13(1),
213�226.
Yanti,
P. D. (2017). Hubungan pengetahuan, sikap ibu dengan bendungan ASI di Puskesmas
Sidomulyo Pekanbaru.
Journal Endurance, 2(1), 81-88. Diakses pada
tanggal 22 November 2018
dari http://ejournal.kopertis10. or.id/index.php/endurance/article/view/1 675. Google Scholar
Yuni Astuti & Tuti
anggarawati� (2019). Pengaruh Kompres Kubis Terhadap Breast Engorgement Ibu Postpartum
Sectio Caesarea. Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 2 No 1, Mei
2019 e-ISSN 2615-6407 Google Scholar
Yunita, S. (2021). Keefektifan daun kol dalam menghambat
bendungan ASI ibu menyususi di Klinik bersalin Besnawati Br.Sembiring. Jurnal
Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 1, April 2021 ISSN 2599-1841 Keefektifan, 6(1),
107�112. Google Scholar
Zagloul, M. C., Naser, E. G., & Hassan, H. E. (2020).
Influence of Hot Compresses Versus Cabbage Leaves on Engorged Breast in Early
Puerperium. International Journal of Studies in Nursing, 5(2), 7.
https://doi.org/10.20849/ijsn.v5i2.740 Google Scholar
Zuhana, N. (2017). Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin
(Brassica Oleracea Var. Capitata) Dengan Perawatan Payudara Dalam Mengurangi
Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement). Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2),
51�56. Google Scholar
Copyright
holder: Wadi Renah, Mardiana Ahmad, Andi Nilawati
Usman, Andi Wardihan Sinrang,
Aryadi Arsyad, Risfah Yulianti (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |