Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 6, Juni 2022

 

EFEKTIFITAS DAUN KUBIS TERHADAP INTENSITAS NYERI PAYUDARA PADA WANITA EARLY PUERPERIUM POST SEKSIOSESARIA

 

Wadi Renah1, Mardiana Ahmad2, Andi Nilawati Usman3, Andi Wardihan Sinrang4, Aryadi Arsyad5, Risfah Yulianti6

1,2,3Jurusan Kebidanan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Indonesia ��

4Jurusan Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Afiliasi Pascasarjana,Universitas Hasanuddin, Indonesia

5Jurusan Psysiology, Fakultas kedokteran, Afiliasi Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Indonesia

6Jurusan Farmasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

����� ���

Abstrak

Pendahuluan. Pembengkakan payudara dapat menimbulkan nyeri pada payudara,hal ini dapat menghambat proses laktasi. Ibu post sectio caesarea memiliki hambatan menyusui tiga kali lebih besar jika mengalami nyeri payudara. Rata-rata nyeri payudara yang dirasakan berkisar nyeri sedang hingga berat (3-8). Salah satu intervensi non farmakologi mengurangi nyeri payudara yakni kompres daun� kubis.� Kubis mengandung asam amino, antibiotic, heterosides belerang dan mengeluarkan gel dingin yang menyerap panas sehingga dapat mengurangi nyeri payudara. Tujuan: menganalisis efektifitas kompres daun kubis dingin terhadap intensitas nyeri payudara pada� wanita early puerperium post seksiosesaria di Rumah sakit� Manokwari� Papua Barat Tahun 2022. Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode� quasi eksperimen dengan pretest� postest� design. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Sampel sebanyak 60 ibu puerperium post seksiosesaria� dibagi menjadi 3 kelompok yakni 2 kelompok intervensi dan 1 kelompok kontrol. Setiap kelompok berjumlah 20 responden. Kelompok intervensi (kompres daun kubis dan breast care), dan 1 kelompok kontrol (breast care +edukasi menyusui). intervensi dilakukan pada hari ke 2-hari ke 7 postpartum, lama selama 30 menit setiap hari. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon untuk menguji perbedaan intensitas nyeri payudara pre dan post intervensi. Sedangkan untuk intensitas nyeri menggunakan Cheklist six-point engorgements scale (SPES). Hasil: diperoleh perbedaan skor intensitas nyeri payudara sebelum dan sesudah diberikan intervensi kompres daun kubis, dengan rata-rata intensitas nyeri pre dengan �score 6 dan post� dengan score 1, dengan menggunakan uji Wilcoxon� didapatkan hasil nilai p = 0,000 dimana nilai p < 0,05. Kesimpulan : kompres daun kubis� efektif mengurangi �intensitas nyeri payudara pada wanita Early puerperium post seksiosesaria.

 

Kata Kunci: daun kubis, intensitas nyeri payudara, early puerperium post seksiosesaria���

 

Abstract

Introduction.� Breast swelling can cause pain in the breasts, this can hinder the lactation process. Post sectio caesarea mothers have three times greater inhibition of breastfeeding if they experience breast pain. The average breast pain felt ranges from moderate to severe pain (3-8). One of the non-pharmacological interventions is reducing breast pain, yes, compresses cabbage leaves.� Cabbage contains amino acids, antibiotics, sulfur heterosides and secretes a cold gel that absorbs heat so that it can reduce breast pain. Objective: analyze the effectiveness of cold cabbage leaf compresses on the intensity of breast pain in women early puerperium post sexosesaria at Manokwari Hospital, West Papua in 2022. Methodology: This study used quasi-experimental methods with pretest postest design. �Ptake the sample with purposive sampling technique according to the criteria that have been set. The sample of 60 post-sex puerperium mothers was divided into 3 groups, namely 2 intervention groups and 1 control group. Each group numbered 20 respondents. Kgroup intervention (cabbage leaf compress and breast care), and 1 control group (breast care +breastfeeding education). intervention was carried out on day 2-day 7 postpartum, long for 30 minutes daily. Data analysis used the Wilcoxon test to test differences in the intensity of pre- and post-intervention breast pain. As for the intensity of pain using cheklist six-point engorgements scale (SPES). Results: obtained a difference in breast pain intensity scores before and after being given cabbage leaf compress intervention, with an average intensity of pain pre with a score of 6 and post with a score of 1, using the Wilcoxon test obtained the result of a p value = 0.000 where the p value < 0.05. �Conclusion: cabbage leaf compresses are effective in reducing the intensity of breast pain in women Early puerperium post-sexyocesaria.

 

Keywords: cabbage leaves, intensity of breast pain, early puerperium post sexosesaria

 

Pendahuluan������������������������������������������������������

Pembengkakan pada payudara diakibatkan keterlambatan dalam menyusui dini, ASI yang kurang sering dikeluarkan dikarenakan adanya batasan waktu saat menyusui (Widia & Pangestu, 2019). Pembengkakan payudara dapat menimbulkan nyeri pada payudara (Nabulsi et al., 2019), nyeri yang dirasakan� pada ibu menyusui pembengkakan rata-rata dengan skala nyeri berat (6-8) dan skala nyeri sedang (3-5). Pembengkakan payudara bila tidak ditangani dengan segera akan menimbulkan masalah baru yaitu mastitis dan bahkan terjadi abses pada payudara (Sari et al., 2019). Pembengkakan payudara juga dapat menyebabkan proses laktasi menjadi terhambat karena payudara terasa sakit, tidak nyaman saat menyusui (Fitriani & Apriliyani, 2020). Pembengkakan payudara merupakan kondisi fisiologis yang tidak menyenangkan (Arista Apriani &Wijayanti, 2018), Hal ini dapat memberikan dampak terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi (Eittah & Ashour, 2019).

Masalah� menyusui� pada� umumnya� terjadi� dalam� dua� minggu� pertama� masa� nifas (Sari et al., 2019). Data Survey� Demografi dan Kesehatan� Indonesia tahun 2015 mencatat bahwa� ibu� nifas� yang� mengalami� bendungan� ASI� sebanyak� (37,12%) ibu nifas� (RISKESDAS, 2016). Pembengkakan� payudara� terjadi� hampir� 90%� pada� ibu� yang� baru� melahirkan pertama kali, kejadian ini terjadi pada hari kedua sampai hari keempat postpartum.� Payudara� mulai� terasa� penuh� dan� keras� sehingga� menimbulkan� nyeri, dan akan menghambat bahkan menghentikan pemberian ASI (Aprida, 2017). Ibu postpartum dengan sectio caesarea mempunyai hambatan tiga kali lebih besar dalam proses menyusui dibandingkan dengan ibu postpartum spontan. Hal ini karena ibu tidak dilakukan inisiasi dini serta megalami keterlambatan dalam memberikan ASI (Lim et al., 2015). Ibu juga mengalami nyeri, kelelahan dan proses persalinan yang panjang dapat menyebabkan pembengkakan payudara (Kurnia Dewiani, 2018). Kondisi inilah yang dapat� menyebabkan bengkak dan nyeri payudara� semakin meningkat (Widia & Pangestu, 2019).

Penggunaan obat-obatan saat sectio caesarea juga mempengaruhi pengeluaran ASI. Kesalahan dari teknik menyusui dapat menyebabkan kegagalan proses laktasi (Damayanti et al., 2020). Pembengkakan payudara merupakan suatu kondisi payudara menjadi penuh akibat ASI statis aliran limfatik, peningkatan kongesti dan vaskularitas yang dapat mengakibatkan tekanan intra kaudal yang akan memengaruhi segmen pada payudara (Zagloul et al., 2020).

Pembengkakan payudara akibat bendungan ASI dapat dicegah dengan tindakan non farmakologi� berupa kompres, exercise dan terapi massage (Witt et al., 2016). Kompres� dingin dapat menekan rasa nyeri (Hasibuan et al., 2021), salah satu intervensi non farmakologi yang mudah dilakukan yaitu kompres daun kubis (Mangesi, 2016). Kubis merupakan sayuran yang mudah ditemukan, ekonomis, dan banyak mengandung gizi. Kubis mengandung sulfur yang sangat tinggi yang dapat digunakan untuk mengurangi peradangan payudara (Razmjouei et al., 2020). Kubis kaya akan fitronutrien� serta mengandung glukosinolate untuk mencegah kanker (Dalimartha & Adrian, 2013). Kubis mengandung asam amino sebagai antibiotic berfungsi metionin yang mengandung antibiotic.dan kandungan lain seperti sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, heterosides belerang yang bermanfaat sebagai cauter (membantu memperlebar pembuluh darah kapiler untuk darah), aliran darah� meningkat sehingga� dapat mempermudah� aliran dari� daerah yang membendung. Komposisi tersebut juga dapat memungkinkan tubuh menyerap Kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut (Yunita, 2021), Selain itu daun kubis mengandung asam amino metionin yang berfungsi untuk� mengurangi rasa nyeri (Wong et al., 2017).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan dengan teknik wawancara dan pengamatan oleh bidan di Rumah Sakit Umum daerah Manokwari�� didapati kejadian post seksio sesarea sebanyak 606 kasus dalam setahun.� Di Rumah Sakit umum daerah manokwari dalam satu bulan terakhir terdapat 32 pasien yang dilakukan seksio sesarea, Penanganan ibu nifas yang mengalami nyeri payudara karena bendungan ASI dengan melakukan kompres hangat menggunakan air saja dan diberikan obat anti nyeri serta kurang efektif hasilnya, Kompres daun kubis dingin di Rumah Sakit Umum daerah Manokwari belum pernah diberikan. Berdasarkan latar belakang peneliti melakukan analisis tentang efektifitas daun kubis untuk mengurangi intensitas nyeri pada wanita Early puerperium post Seksiosesaria di Rumah sakit Manokwari Papua Barat.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diRumah sakit Umum daerah Manokwari setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar nomor 1954/UN4.14.1/TP.01.02/2022. Lokasi penelitian adalah di Rumah sakit umum daerah Manokwari Papua barat. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu bulan Maret sampai Mei 2022. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu dengan pendekatan eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan randomized. control group pretest postest design. Subyek penelitian terbagi menjadi dua kelompok, yaitukelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretest dan posttest berupa penilaian langsung intensitas nyeri� payudara dengan menggunakan checklist SPES, pretest dilaksanakan sebelum intervensi diberikan dan posttest dilaksanakan setelah intervensi diberikan. Kelompok eksperimen dengan intervensi berupa kompres daun kubis dan breast care� sedangkan kelompok kontrol dengan intervensi edukasi menyusui, intervensi dilakukan sebanyak 1x sehari selama 7 hari. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu penatalaksanaan kompres daun kubis, breast care dan penatalaksanaan Edukasi menyusui. Sedangkan variabel terikatnya yaitu nyeri payudara. Teknik pengambilan sampel non probability sampling jenis consecutive sampling. Sampel kelompok eksperimen 60� subjek terdiri dari 2 kelompok intervensi yaitu kompres daun kubis dan breast care, sedangkan sampel kelompok kontrol Edukasi menyusui dengan masing masing 20 subjek. Sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan uji Kruskal Wilis dan Man-Whitney. Analisis data yang digunakan adalah untuk beda mean sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan uji wilcoxon.

 

Hasil Dan Pembahasan

A.    Karakteristik Responden

 

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik

Kelompok eksperimen

Kompres daun kubis dingin

(n=20)

Kelompok eksperimen Breast care

(n=20)

Kelompok kontrol edukasi

(n=20)

Jumlah

n

%

n

%

� n

%

n

%

Usia

1                                                                                                                                                               <20 tahun���������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������

2                                                                                                                                                               20-35 tahun

3                                                                                                                                                               >35 tahun

 

1

15

4

 

5.0

75.0

20.0

 

�2

�15

�3

 

 

������ 10.0

�������� 75.0

��������� 15.0

 

10.0

90.0

0

 

5

48

7

 

8,3

80

11,7

Total

20

100

�� 20

���� �����100

���� 20

100

60

100

p-value

 

 

�

������

Pendidikan

 

1        SD

2        SMP

3        SMA

4        PT

 

0

0

20

0

 

0

0

100

0

 

0

3

9

8

 

0.0

15.0

45.0

40.0

 

0

2

15

3

 

0,0

10.0

75.0

15.0

 

��� 0��������� ����������� 0

��� 5��������� ���������� 10

�� 44�������� ��������� 75

�� 11�������� ��������� 15

 

Total

20

100

20

100

20

100

� 60

1 100

p-value

 

 

 

 

 

����

0,199 ḁ

 

Pekerjaan

a.                                                                                                                                                                      Tidak bekerja�����������������������������������������������������������������������������������������������������������

b.                                                                                                                                                                      Bekerja

 

18

2

 

90.0

10.0

 

19

1

 

95.0

5.0

 

18

2

 

90.0

10.0

 

55

5

 

91,7

8,3

Total

20

100

20

100

20

100

60

100

p-value

 

 

 

 

 

 

1.000 ḅ

 

Paritas

a.       Primipara������������������������

b.       Multipara�

 

7

13

 

35.0

65.0

 

8

12

 

40.0

60.0

 

11

9

 

55.0

45.0

 

26

34

 

43,3

56,7

Total

20

100

20

100

20

100

20

100

p-value

 

 

 

 

 

 

0,206 ḅ

 

Riwayat menyusui

a.       Belum�� menyusui��� bayinya���������������������������������������������

b.       Sudah� menyusui�� bayinya

 

20

0

 

100

0,0

 

20

0

 

100

0,0

 

20

0

 

100

0,0

 

60

0

 

100

0

Total

20

100

20

100

20

100

20

100

ḁ Uji Kruskal Wallis

ḅ Uji Mann-Whitney

Sumber: Data Primer, 2022

 

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hasil usia responden terbanyak antara 20-35 tahun sebanyak 48 responden (80%), dengan pendidikan terbanyak SLTA sebanyak 44 responden (73,3%). Pekerjaan terbanyak adalah� tidak bekerja sebanyak 55 responden (91,7%), Paritas terbanyak adalah paritas multipara sebanyak 34 responden� (56,7%) dan riwayat menyusui terbanyak adalah� belum menyusui sebanyak� 60 responden (100%).

 

Tabel 2

Hasil Skala Intensitas Nyeri Payudara Kelompok Intervensi� Sebelum Dan Sesudah Penatalaksanaan Intervensi Kompres Daun Kubis Dan Breast Care� Pada Kelompok Intervensi.

Kelompok intervensi

Intensitas� nyeri payudara

 

P-Value

1

��� �n(%)

� 2

�n(%)

� 3

�n(%)

� 4

�n(%)

�� 5

�n(%)

�� 6

n(%)

Kompres �

daun kubis

 

 

 

 

 

 

 

sebelum

�0

0

0

0

��� 0

20 (100)

0,000*

 

Sesudah

�20(100)

0

0

0

0

0

Breast care

 

 

 

 

 

 

 

Sebelum

0

0

0

0

0

20(100)

�������� 0,000*

Sesudah

0

20(100)0)

0

0

0

0

*Uji Wilcoxon

Sumber: Data Primer, 2022

 

Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik adalah sebagai berikut :

 

 

 

Tabel 3

Perbandingan Skala Intensitas Nyeri Payudara Kelompok Intervensi� Sebelum Dan Sesudah Di Berikan Kompres Daun Kubis Dan Breast Care.

Kelompok intervensi

 

Skala intensitas nyeri payudara

P Value

Sebelum intervensi

Sesudah intervensi

Mean+SD

Medium (Min-Max)

Mean+ SD

�Medium

(Min-Max)

Kompres daun

kubis

6

6

1

1

0,000*

 

Breast care

6

6

2

2

0,000*

*Uji Wilcoxon

Sumber: Data Primer, 2022

 

Berdasarkan uji Wilcoxon sebagaimana ditampilkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk skala intensitas nyeri payudara sebelum dan sesudah di berikan intervensi kompres kubis dan breast care� dengan p value 0,000. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai� 0,000 (p value < α 0.05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi kompres daun kubis dingin dan perawatan payudara (breast care) terhadap intesitas nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum.

 

Tabel 4

Hasil� skala Intensitas Nyeri Payudara� pada kelompok kontrol Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Edukasi Menyusui.

Kelompok kontrol

Intensitas� nyeri payudara

 

P-Value

�� 1

n(%)

� 2

n(%)

� �3

�n(%)

�4

�n(%)

��� 5

�n(%)

6 n(%)

 

Edukasi menyusui

 

 

 

 

 

 

 

sebelum

0

0

0

0

0

20 (100)

0,000*

 

Sesudah

0

0

20(100)

0

0

0

*Uji Wilcoxon

Sumber: Data Primer, 2022

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 5

Hasil Analisis Dengan Menggunakan Uji Statistik Adalah Sebagai Berikut:

Kelompok kontrol

��������

Skala intensitas nyeri payudara

P Value

Sebelum intervensi

Sesudah intervensi

Mean+SD

Medium (Min-Max)

Mean+ SD

�Medium �(Min-Max)

Edukasi menyusui

6

6

3

3

0,000*

 

*Uji Wilcoxon

Sumber: Data Primer, 2022

 

Berdasarkan uji Wilcoxon sebagaimana ditampilkan pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk skala intensitas nyeri payudara sebelum dan sesudah di berikan intervensi edukasi menyusui dengan p-value� 0,000.� Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai� 0,000 (p value < α 0.05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan edukasi terhadap intesitas nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum.

 

Pembahasan����������������������������������������������������

Karakteristik responden

A.    Usia

Hasil penelitian mayoritas usia responden yaitu rentang usia 20-35 tahun sebanyak 48 responden (80%). Hal ini dikarenakan seorang wanita pada rentang usia 20-35 tahun merupakan masa reproduksi yang aman untuk masa kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2014). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rutiani dan Fitriana (2016) bahwa usia ibu nifas berpengaruh terhadap kejadian pembengkakan payudara dan sebagian besar terjadi pada usia 20-35 tahun, akibat kurangnya pengalaman, pemahaman dan informasi tentang pembengkakan payudara. 22 Hasil penelitian ini di dukung juga penelitian Mubasyiroh dkk (2016)� menemukan bahwa terdapat usia < 20 tahun (5,9%) dan usia > 35 tahun (20,6%). Usia < 20 tahun dianggap belum matang secara fisik, organ- organ reproduksi belum berfungsi secara sempurna sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih beresiko mengalami komplikasi, sedangkan untuk usia > 35 tahun dianggap berbahaya karena sudah terjadi penurunan kesehatan reproduktif akibat proses degeneratif, alat reproduksi dan fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun������������� (Mubasyiroh, Tejayanti & Senewe, 2016).

B.    Paritas

Hasil penelitian, paritas responden terbanyak adalah multipara sebanyak 34 responden� (56,7%). Hal ini didukung oleh penelitian Rutiani dan Fitriana (2016) yaitu sebanyak 11 orang (57,9%) ibu nifas dengan paritas primipara mengalami pembengkakan payudara, dimana paritas primipara lebih berpeluang besar mengalami pembengkakan payudara akibat belum pernah memiliki pengalaman sebelumnya tentang melahirkan dan menyusui bayi. Peneliti berasumsi bahwa status paritas tidak dapat dijadikan sebagai pedoman bahwa hanya paritas primipara yang berpeluang mengalami nyeri pembengkakan payudara. Paritas multipara juga mengalami pembengkakan payudara. Hal ini terjadi karena banyaknya faktor pencetus seperti frekuensi menyusui, masalah pada puting, isapan bayi yang tidak kuat, ataupun posisi menyusui yang salah dan belum pernah menyusui sehingga ASI terkumpul dan tidak dikeluarkan menyebabkan nyeri dan pembengkakan semakin meningkat.

C.    Pendidikan�

Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas pendidikan responden adalah SMA sebanyak 44 responden (73,3%). Yanti (2017) juga menemukan hal yang sama bahwa responden menyusui yang mengalami pembengkakan payudara mayoritas berpendidikan SMA (43,3%). Rutiani dan Fitriana (2016) mendapati bahwa tingginya tingkat pendidikan dan pekerjaan� berpengaruh terhadap kejadian pembengkakan payudara, seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi� akan lebih banyak mengetahui informasi, memiliki wawasan yang luas, daya tangkap dan pola pikir yang jauh lebih baik, sehingga mempunyai peluang lebih untuk mengetahui informasi tentang pembengkakan payudara dan cara mengatasi pembengkakan payudara, akan tetapi tingkat pendidikan seseorang tidak dapat dijadikan pedoman bahwa sesorang akan berhasil pada proses menyusui. Hal ini sejalan dengan penelitian Sutrisno (2015) menunjukkan bahwa ibu memiliki sikap rendah dalam proses menyusui namun tingkat pendidikannya tinggi, dan sebaliknya ibu berpendidikan rendah namun memilki sikap yang tinggi dalam proses menyusui.

D.    Riwayat menyusui

Hasil penelitian ini juga menemukan sebanyak 60 orang (100%) dengan jenis persalinan sectio caesarea belum menyusui bayinya. Wijaya (2018) menyatakan bahwa ibu dengan post sectio caesarea tidak mulai menyusui bayinya pada hari pertama melahirkan seharusnya 24 jam setelah melahirkan merupakan masa yang penting untuk proses inisiasi pemberian ASI yang akan menentukan keberhasilan menyusui selanjutnya. Jika ibu tidak menyusui akibatnya bayi diberikan susu formula untuk mengganti kebutuhan ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2016) menyatakan bahwa ibu dengan post sectio caesarea lebih memilih pasif dan beristirahat dibandingkan memberikan ASI kepada bayinya walaupun ibu tahu bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, sehingga kondisi inilah yang dapat menyebabkan bengkak dan nyeri payudara semakin meningkat. Peneliti berasumsi bahwa baik jenis persalinan normal dan sectio caesarea dapat mengalami pembengkakan payudara.�������������������������������������������������������������������������������������������

Efektifitas kompres daun kubis� terhadap intensitas nyeri payudara early puerperium post seksiosesaria.

Berdasarkan deskripsi data penelitian pada Tabel 2 sesuai dengan hipotesis penelitian dimana adanya� perbedaan skor intensitas nyeri payudara sebelum dengan sesudah diberikan intervensi kompres daun kubis, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata yang secara statistik, signifikan antara skor pembengkakan payudara sebelum dibandingkan sesudah perlakuan� mempunyai arti penatalaksanaan kompres daun kubis� sangat efektif menangani masalah� nyeri payudara yang disebabkan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian yang dilakukan� oleh Kurnia Dewiani dkk pada Tahun 2018 yang meneliti tentang �Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri dan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum�. Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan intensitas nyeri pembengkakan payudara sebelum diberikan intervensi baik pada kelompok yang diberikan kompres hangat dan dingin, diperoleh p value = 0,000 < (0,05) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri pembengkakan payudara setelah diberikan intervensi baik pada kelompok yang diberikan kompres dingin daun kubis dari pada kompres hangat dan dingin.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Zuhana (2017), dengan hasil terdapat perbedaan secara statistik signifikan p<0,05 efektivitas daun kubis dingin dengan perawatan payudara dalam mengurangi pembengkakan payudara. Pada penelitian Lee et al (2015), menunjukkan bahwa perawatan payudara awal dan kompres kubis dianggap efektif untuk menghilangkan nyeri payudara dimana telah melunakkan payudara dan mengurangi tingkat pembengkakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wong et al (2017) yang membandingkan terapi� kompres dingin daun kol dan gel dingin menunjukkan bahwa daun kubis dingin membantu menghilangkan rasa sakit dan pembengkakan di payudara di semua titik setelah pengompresan secara rutin sementara paket gel dingin hanya membantu untuk menghilangkan raa sakit tanpa banyak berefek pada pengurangan pembengkakan.

Pemberian kompres daun kubis merupakan salah satu cara penanganan secara non farmakologis untuk mengurangi bengkak payudara.� Kubis mengandung asam amino metionin yang berfungsi sebagai antibiotik dan kandungan lain seperti sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, Oxylate heterosides belerang yang dapat membantu memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk melalui daerah tersebut dan memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut. Selain itu daun kubis juga mengeluarkan gel dingin yang dapat menyerap panas yang ditandai dengan klien merasa lebih nyaman serta daun kubis menjadi layu/matang setelah penempelan (Salgaonkar, 2019).

Kubis mengandung sumber yang baik dari asam amino glutamine dan diyakini untuk mengobati semua jenis peradangan salah satunya radang payudara. Selain itu kubis mengandung minyak mustard, magnesium, oksalat dan sulfur heterosides. Asam metionin sebagai antibiotik dan anti-iritasi, yang pada gilirannya menarik aliran tambahan darah ke daerah tersebut. Hal Ini dapat melebarkan pembuluh kapiler dan bertindak sebagai iritan counter, sehingga menghilangkan pembengkakan dan peradangan serta memungkinkan ASI keluar dengan lancar (W. B. Boi, 2015).

Penelitian oleh Yuni dan Tuti pada Tahun 2019 yang meneliti tentang �Pengaruh Kompres Kubis Terhadap Breast Engorgement Ibu Postpartum Sectio Caesarea�. Penelitian ini menggunakan kelompok intervensi saja tanpa kelompok kontrol dengan jumlah responden sebanyak 31 responden. Sebelum pelaksanaan penelitian,. Hasil uji kappa didapatkan p value 0,001 (<0,05) yang berarti tidak ada perbedaan persepsi mengenai skala pembengkakan payudara. Penelitian ini menggunakan kubis suhu ruangan dengan spesies brassica oleracea L. Var. Capitata. Pelaksanaannya dilakukan sehari 2 kali selama 3 hari. Hasil analisa data menunjukkan bahwa rata-rata intensitas nyeri pembengkakan payudara sebelum diberikan intervensi� menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk skala pembengkakan payudara sebelum dan sesudah diberikan intervensi kompres kubis dengan p value 0,001.

Efektivitas penatalaksanaan breast care terhadap intensitas nyeri payudara early puerperium postseksiosesaria. �������������������������������������������������������������������������������������

Efektivitas penatalaksanaan breast care terhadap pembengkakan payudara, pada tabel 3 dengan menggunakan� Uji� Wilcoxon mendapatkan nilai 0,000 (p value < α 0.05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan payudara (breast care) terhadap intesitas nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum. Sehingga, analisis data menggunakan uji Paired Sample T-Test. Berdasarkan perbedaan rerata skor pembengkakan payudara antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok breast care.

Berdasarkan deskripsi data penelitian pada tabel 3 menujukkan bahwa korelasi antara skor pembengkakan payudara sebelum dan sesudah perlakuan adalah kuat dan signifikan serta terdapat perbedaan rerata yang secara statistik signifikan antara skor pembengkakan payudara sebelum dibandingkan dengan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol, yang mempunyai arti penatalaksanaan breast care efektif menangani masalah pembengkakan payudara pada ibu nifas, Menurut hasil penelitian Fauziah dkk (2014). Terdapat perbedaan skala pembengkakan payudara setelah dilakukan perawatan payudara, dengan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan hasil nilai p = 0,000 dimana nilai p < 0,05 dengan kesimpulan ada perbedaan terjadinya pembengkakan payudara pada ibu nifas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan supervised breast care terhadap kelompok intervensi.

Pelaksanaan� kelompok kontrol edukasi menyusui terhadap intensitas nyeri payudara wanita early puerperium post seksiosesaria.

Berdasarkan Tabel� 4 dapat diketahui bahwa berdasarkan uji� Wilcoxon sebagaimana ditampilkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk skala intensitas nyeri payudara sebelum dan sesudah di berikan intervensi edukasi menyusui dengan p-value� 0,000. Berdasarkan hasil uji statistik memperoleh nilai 0,000 (p value < α 0.05) maka Ha diterima artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan edukasi terhadap intesitas nyeri yang dirasakan oleh ibu postpartum yang disebabkan oleh bendungan ASI.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Penti dora yanti 2017 yang menyatakan bahwa di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 67 responden terdapat 43 yang berpengetahuan kurang dimana terdapat 36 orang (53,7%) bendungan ASI dan yang tidak bendungan ASI sebanyak 7 (10,4%) responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wellina,2021 yang menyatakan alah satu masalah pada masa nifas adalah bendungan ASI. Bendungan ASI dapat mengganggu kenyamanan ibu masa nifas dan menghalangi efektifitas ASI Eksklusif. Peran penting dalam susksesnya pemberian ASI Eksklusif adalah upaya pencegahan terjadinya bendungan ASI pada ibu postpartum yaitu dengan memperdayakan ibu postpartum untuk memperhatikan teknik menyusui yang baik dan benar. Dengan pemberian pengetahuan kepada ibu postpartum tentang penanganan bendungan ASI yang tepat maka diharapkan ibu dapat merubah perilaku untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif dengan tepat. Metode dalam pengabdian masyarakat ini menggunakan komunikasi interaktif edukasi dan pelatihan secara langsung kepada dengan 20 partisipan ibu postpartum di Klinik Nana Diana Helvetia Medan. Hasilnya� adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan ibu tentang penanganan bendungan ASI setelah dilakukan Edukasi di Klinik Nana Diana Helvetia Medan tahun 202I (Ridwan et al., 2021).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wulandari,2014 �yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sebagian besar dalam kategori baik sebesar 87,8% (11). Hasil penelitian masih terdapat responden dengan kategori pengetahuan kurang, kemungkinan hal tersebut dapat terjadi karena responden mengetahui definisi ASI eksklusif namun belum memahami komposisi dan manfaat ASI eksklusif terlihat pada jawaban kuesioner rata-rata responden menjawab salah pada indikator komposisi dan manfaat ASI eksklusif (Wulandari & Dewanti, 2014). Hasil penelitian ini didukung oleh Sari, yang menunjukkan Pengetahuan yang kurang dikarenakan ibu yang menjadi responden kurang memahami arti pentingnya ASI eksklusif� bagi bayi. Pekerjaan ibu yang sebagian besar sebagai pekerja swasta yaitu sebagai karyawan pabrik dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan informasi mengenai ASI eksklusif tidak dapat dipahami dengan baik. Pengetahuan kurang dalam penelitian ini juga dapat dikarenakan budaya masyarakat yang menganut cara lama dalam mengasuh bayi. Orang tua terdahulu mempunyai anggapan bahwa jika anak menangis adalah pertanda bahwa anak lapar, sehingga ASI saja dianggap tidak cukup dan harus diberikan makanan tambahan lain seperti pisang atau makanan-makanan lunak lain yang dapat membuat bayi merasa kenyang dan akhirnya tenang.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulan, yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu sejumlah 49 responden (76,6%). Hal ini dikarenakan ibu kurang memahami manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayinya (Mayang Wulan, 2022). Padahal menurut Maryunani, keuntungan ASI Eksklusif bagi bayi yaitu mendapatkan zat antibodi alami, mengurangi risiko alergi, sterilisasi ASI terjamin dan ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi. Ibu yang bekerja cenderung akan memberikan susu formula kepada bayinya saat meninggalkan bayinya.�������������������������������������������������������������������

 

Kesimpulan

Pemberian Kompres daun kubis dingin efektif dalam mengatasi masalah nyeri payudara yang disebabkan bendungan ASI, dapat terlihat adanya pengaruh terhadap penurunan skala intensitas nyeri yang signifikan secara statistik, skala nyeri yang dirasakan responden� sudah berada pada skala 1 (payudara lembek,tidak ada konstriksi pada payudara dan tidak dirasakan nyeri pada� payudara) �sesudah� intervensi.

Pemberian breast care efektif dalam mengatasi masalah nyeri payudara yang disebabkan bendungan ASI, dapat terlihat adanya pengaruh terhadap penurunan skala intensitas nyeri yang signifikan secara statistik, meskipun demikian nyeri yang dialami ibu masih berada pada skala 2 (terdapat� perubahan sedikit pada payudara dan ibu masih merasakan nyeri) sesudah intervensi.

Pemberian edukasi� berpengaruh terhadap penurunan skala intensitas nyeri payudara yang signifikan secara statistik, meskipun demikian nyeri yang dialami ibu masih berada pada skala 3 (payudara keras dan ibu mulai terasa nyeri) sesudah intervensi.

Pemberian edukasi, breast care dan kompres daun kubis sama-sama berpengaruh terhadap penurunan skala intensitas nyeri, hanya saja kompres daun kubis lebih baik dibandingkan kedua intervensi yang lain karena mampu menurunkan sampai skala 1.


BIBLIOGRAFI

Anik Maryunani. 2013.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika Google Scholar

 

Aprida, R. A. (2017). Penerapan kompres daun kol untuk mengurangi pembengkakan payudara pada ibu postpartum di BPM Yustin Trisnowati Rowokele Kebumen. Google Scholar

 

Arista Apriani , Wijayanti, D. W. (2018). Efektifitas penatalaksanaan kompres daun kubis ( Brassica oleracea var capitata) dan breast care terhadap pembengkakan payudara bagi ibu nifas , II(4), 238�243. Google Scholar

 

Astuti, Y., & Anggarawati, T. (2019). Pengaruh Kompres Kubis Terhadap Breast Engorgement Ibu Postpartum Sectio Caesarea. Indonesian Journal of Nursing Research �, 2(1). http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijnr/article/view/232 Google Scholar

 

Damayanti, E., Ariani, D., & Agustin, D. (2020). Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin sebagai Terapi Pendamping bendungan ASI terhadap Skala Pembengkakan dan Intensitas Nyeri Payudara serta Jumlah ASIpada Ibu Postpartum di RSUD Bangil. Journal of Issues in Midwifery, 4(2), 54�66. https://doi.org/10.21776/ub.joim.2020.004.02.1 Google Scholar

 

Dasar, R. K. (2016). Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2016. September 2009.

 

Dalimartha, S., dan Felix Adrian. (2011). Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 91. Google Scholar

 

Dewi, U. M. (2016). Faktor yang mempengaruhi praktik menyusui pada ibu post section caesarea di RSI A. Yani Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 43-47. Diperoleh pada tanggal 19 Juni 2019 dari http://journal.unusa.ac.id/ index.php/jhs/article/view/83/75. Google Scholar

 

Eittah, H. F. A., & Ashour, E. S. S. (2019). Comparing warm compresses application vs. chilled cabbage leaves for relieving breast engorgement among post-natal mothers. Clinical Nursing Studies, 7(3), 58. https://doi.org/10.5430/cns.v7n3p58 Google Scholar

 

Fauziah, H. (2014). Efektifitas supervised breast care� terhadap pencegahan pembengkakan payudara pada ibu nifas di rumah sakit� ilayah kecamatan� Pontianak selatan. Nursing Student Tanjungpura University. Google Scholar

 

Fitriani, H., & Apriliyani, D. (2020). Kompres Hangat Payudara untuk Meningkatkan Kecukupan ASI Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah The Effectivity of Worm Compress on Breast Milk Supply Among Post-Partum in Primary. 15(023). Google Scholar

 

Hasibuan, J. S., Simarmata, D., Farma, A., Sitompul, A. W., & Yanti, L. (2021). Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin ( Brassica Oleracea ) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Post Partum.

 

Kurnia dewiani,� yetti purnama. (2018). Pengaruh Kompres Daun Kubis Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum. Pengaruh Kompres Daun Kubis Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum, 06(02), 488�493. Google Scholar

 

Lim, A. R., Song, J. A., Hur, M. H., Lee, M. K., & Lee, M. S. (2015). Cabbage compression early breast care on breast engorgement in primiparous women after cesarean birth: A controlled clinical trial. International Journal of Clinical and Experimental Medicine, 8(11), 21335�21342. Google Scholar

 

Mangesi, L. (2016). Treatments for breast engorgement during lactation (Review) Summary Of Findings For The Main Comparison. Cochrane Database Syst Rev, 6. https://doi.org/10.1002/14651858.CD006946.pub3.www.cochranelibrary.com Google Scholar

 

Mayang Wulan, (2022). Pendidikan Kesehatan Tentang Asi Eksklusif Dengan Menggunakan Video Abstract Health Education About Exclusive Breast Milk Using Video Influences on. 8(1), 163�172.

 

Maryunani, Anik. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Trans Info Media (TIM).

 

Mubasyiroh, R., Tejayanti, T., & Senewe, F.P. (2016). Hubungan kematangan reproduksi dan usia saat melahirkan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) di Indonesia tahun 2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 7(2), 109-118. Diperoleh pada tanggal 24 Mei 2019 dari http://media.neliti.com/media/ publication/107918. Google Scholar

 

Nabulsi, M., Ghanem, R., Abou-Jaoude, M., & Khalil, A. (2019). Breastfeeding success with the use of the inverted syringe technique for management of inverted nipples in lactating women: A study protocol for a randomized controlled trial. Trials, 20(1), 1�7. https://doi.org/10.1186/s13063-019-3880-8 Google Scholar

 

Prawirohardjo, Sarwono Ilmu kebidanan. Yayasan bina Pustaka. Jakarta. 2014;700.

 

Razmjouei, P., Khashkhashi Moghaddam, S., Heydari, O., Mehdizadeh, B., Pooredalati, M., Tabarestani, M., Nasibeh, R., & Moeindarbary, S. (2020). Investigating the effect of herbal medicine on reduction of breast engorgement in breastfeeding women: A review study. International Journal of Pediatrics, 8(3), 11041�11047. https://doi.org/10.22038/ijp.2020.46493.3780 Google Scholar

 

Ridwan, I. S., Medan, U. I., & Info, A. (2021). Faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI pada Postpartum Di Klinik Nana Diana Helvetia Medan. 1(1), 6�9.

 

Rohmah, M., Wulandari, A., & Sihotang, D. W. (2019). Efektivitas Kompres Daun Kubis (Brassica Oleracea) terhadap Skala Pembengkakan Payudara pada Ibu Post Partum di PMB Endang Kota Kediri. Journal for Quality in Women�s Health, 2(2), 23�30. Google Scholar

 

Rutiani, C.E.A., & Fitriana, L.A. (2016). Gambaran bendungan ASI pada ibu nifas dengan seksio sesarea berdasarkan karakteristik di rumah sakit Sariningsih Bandung. Jurnal Keperawatan Indonesia, (2), 146-155. Diakses pada tanggal 11 Januari 2019 dari https://www..researchgate.net/publicatio� n/322760075 Google Scholar

 

Sari, R. I., Dewi, Y. I., & Indriati, G. (2019). Efektivitas Kompres Aloe Vera Terhadap Nyeri Pembengkakan Payudara Pada Ibu Menyusui. Jurnal Ners Indonesia, 10(1), 38. https://doi.org/10.31258/jni.10.1.38-50 Google Scholar

 

Salgaonkar, Rajashree. Chilled Cabbage Leaves: The Possible Remedy for Breast Engorgement. International Journal of Nursing and medical investigation. 2019;4(1):1-3 Google Scholar

 

Wellina BR. Sebayang& Indah Sari Ridwan (2019). Edukasi penanganan bendungan ASI pada ibu postpartum di klinik Nana Diana Helvetia. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat (Ji-SOMBA) Vol.1, No.1, November 2021, pp.6-9 e-ISSN: 2808-232X Google Scholar

 

Widia, L., & Pangestu, D. A. P. (2019). Pengaruh Kompres Daun Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) Terhadap Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement) Pada Ibu Nifas. Jurnal Darul Azhar, 8(1), 45�51

 

Wijaya, P. W. D. (2018). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif. Naskah Publikasi. Diperoleh pada tanggal 20 Juni 2019 dari http://eprints.ums.ac.id.. Google Scholar

 

Witt, A. M., Bolman, M., Kredit, S., & Vanic, A. (2016). Therapeutic Breast Massage in Lactation for the Management of Engorgement, Plugged Ducts, and Mastitis. Journal of Human Lactation, 32(1), 123�131. https://doi.org/10.1177/0890334415619439 Google Scholar

 

Wong, B. B., Chan, Y. H., Leow, M. Q. H., Lu, Y., Chong, Y. S., Koh, S. S. L., & He, H. G. (2017). Application of cabbage leaves compared to gel packs for mothers with breast engorgement: Randomised controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 76(August), 92�99. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2017.08.014 Google Scholar

 

Wulandari, D. R., & Dewanti, L. (2014). Rendahnya Praktik Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit. Kesmas: National Public Health Journal, 8(8), 393. https://doi.org/10.21109/kesmas.v8i8.410 Google Scholar

 

Yanti, Paradiksa, S. (2021).Literatur Review terapi komplementer bendungan ASI. Jurnal Keperawatan & Kebidanan Jurnal Keperawatan & Kebidanan. Jurnal Keperawatan, 13(1), 213�226.

 

Yanti, P. D. (2017). Hubungan pengetahuan, sikap ibu dengan bendungan ASI di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
Journal Endurance, 2(1), 81-88.
Diakses pada tanggal 22 November 2018 dari http://ejournal.kopertis10. or.id/index.php/endurance/article/view/1 675. Google Scholar

 

Yuni Astuti & Tuti anggarawati� (2019). Pengaruh Kompres Kubis Terhadap Breast Engorgement Ibu Postpartum Sectio Caesarea. Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 2 No 1, Mei 2019 e-ISSN 2615-6407 Google Scholar

 

Yunita, S. (2021). Keefektifan daun kol dalam menghambat bendungan ASI ibu menyususi di Klinik bersalin Besnawati Br.Sembiring. Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 1, April 2021 ISSN 2599-1841 Keefektifan, 6(1), 107�112. Google Scholar

 

Zagloul, M. C., Naser, E. G., & Hassan, H. E. (2020). Influence of Hot Compresses Versus Cabbage Leaves on Engorged Breast in Early Puerperium. International Journal of Studies in Nursing, 5(2), 7. https://doi.org/10.20849/ijsn.v5i2.740 Google Scholar

 

Zuhana, N. (2017). Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea Var. Capitata) Dengan Perawatan Payudara Dalam Mengurangi Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement). Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2), 51�56. Google Scholar

 

Copyright holder:

Wadi Renah, Mardiana Ahmad, Andi Nilawati Usman, Andi Wardihan Sinrang, Aryadi Arsyad, Risfah Yulianti (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: