Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA UNTUK MENGIKUTI OLIMPIADE
SAINS DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS (Studi Kasus: SD AL-AZHAR 1 Bandar Lampung)
Hera Fransiska, Mei Ratnasari, Siti Zakiah
Institut
Bisnis dan Informatika Darmajaya Bandar
Lampung, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
SD Al-Azhar 1 Bandar
Lampung adalah salah satu sekolah yang sering mengirimkan siswanya dalam
kompetensi Olimpiade Sains. SD Al-Azhar 1 mempunyai kriteria-kriteria dalam
pemilihan siswa untuk mengikuti Olimpiade SAINS, diantaranya yaitu Rangking,
Nilai Mata Pelajaran, Nilai SIKAP, Nilai Test Olimpiade. Sistem pemilihan siswa
untuk mengikuti olimpiade tersebut yang selama ini berjalan hanya memilih siswa
berdasarkan ranking kelas tidak berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh
sekolah, sehingga penilaian tidak obyektif. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka dibutuhkan suatu sistem pengambilan keputusan dengan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Tehnique for Order Preference by
Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Metode Ahp merupakan suatu bentuk model
pendukung keputusan dimana peralatan utamanya adalah sebuah hierarki fungsional
dengan input utamanya persepsi manusia, dalam hal ini adalah orang yang ahli
dalam masalah penentuan siswa untuk mengikuti olimpiade sains berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan metode TOPSIS merupakan suatu bentuk
metode pendukung keputusan yang didasarkan pada konsep bahwa alternatif yang
terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif tetapi
juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif yang dalam hal ini
akan memberikan rekomendasi kepada siswa yang mengikuti olimpiade sains sesuai
dengan yang diharapkan. Dari 30 alternatif yang ada berhasil dilakukan
perankingan dan di urutkan untuk mendapatkan 6 (enam) orang siswa yang memiliki
nilai total dan preferensi tertinggi. dimana dari 30 alternatif dengan metode
AHP yang memiliki nilai total Tertinggi adalah 0,622131 dan terendah adalah
0,110148 sedangkan untuk metode TOPSIS yang memiliki nilai Preferensi tertinggi
adalah 1 dan terendah adalah 0. Hasil penelitian ini dapat memberikan
rekomendasi kepada pihak sekolah dalam menentukan siswa untuk ikut pelatihan
olimpiade sains dengan lebih obyektif.
Kata kunci: AHP, Topsis,
Olimpiade Sains
Abstract
SD Al-Azhar 1 Bandar Lampung is one of the schools that often sends
students in the competence of the Science Olympiad. SD Al-Azhar 1 has criteria
in selecting students to take part in the SCIENCE Olympiad, including Ranking,
Subject Values, Attitude Scores, and Olympic Test Scores. The system for
selecting students to take part in the Olympics, which has been running so far,
only selects students based on class rankings not based on criteria determined
by the school, so the assessment is not objective. Based on these problems, a
decision-making system is needed using the Analytical Hierarchy Process (AHP)
and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
methods. The Ahp method is a form of decision support
model where the main equipment is a functional hierarchy with the main input
being human perception, in this case, people who are experts in the problem of
determining students to take part in science Olympiads based on predetermined
criteria. While the TOPSIS method is a form of decision support method based on
the concept that the best alternative not only has the shortest distance from
the positive ideal solution but also has the longest distance from the negative
ideal solution which in this case will provide recommendations to students who
take part in the science Olympiad in accordance with which are expected. From
the 30 alternatives, the ranking was successfully carried out and sorted to get
6 (six) students who had the highest total score and preference. where of the
30 alternatives with the AHP method which has the highest total score is
0.622131 and the lowest is 0.110148 while for the TOPSIS method which has the
highest preference value is 1 and the lowest is 0. The results of this study
can provide recommendations to the school in determining students to
participate in science Olympiad training more objectively.
Keywords: AHP, TOPSIS, Science Olympiad Competencies.
Pendahuluan
Pada era globalisasi ini perkembangan teknologi
semakin pesat dan harus adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia salah
satunya adalah bidang pendidikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan yaitu dengan diadakaannya Olimpiade Sains. Sistem pendukung
keputusan (SPK) merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang membantu
pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan suatu
masalah. Didalam SPK terdapat beberapa metode untuk mendukung pengambilan
keputusan diantaranya metode analitycal hierarchy process (AHP) merupakan suatu
bentuk model pendukung keputusan dimana peralatan utamanya adalah sebuah
hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Sedangkan metode
Technique For Order Preference By Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
merupakan suatu bentuk metode pendukung keputusan yang didasarkan pada konsep
bahwa alternatif yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi
ideal positif tetapi juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif .
SD AL-AZHAR 1 Bandar Lampung adalah salah satu
sekolah yang pernah meraih juara Olimpiade sains tingkat provinsi bahkan sampai
ditingkat Nasional. Olimpiade sains diadakan setiap satu tahun sekali dan siswa
yang mengikuti Olimpiade Sains adalah siswa yang telah lolos seleksi dan
karenanya adalah siswa-siswa terbaik dari sekolahnya masing-masing. peserta
akan mengikuti serangkaian kegiatan test dan hal ini terkadang siswa akan
kesulitan dalam mengerjakan soal olimpiade dikarenakan pengalaman yang belum
mereka dapatkan dan waktu dalam mengerjakan soal olimpiade yang cepat.
Sistem pemilihan siswa untuk mengikuti olimpiade
tersebut yang selama ini berjalan hanya memilih siswa berdasarkan ranking kelas
tidak berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh sekolah, sehingga
penilaian tidak obyektif. maka dibutuhkan suatu sistem pendukung keputusan
dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Tehnique for
Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) Hal ini diperlukan
kriteria-kriteria untuk menentukan siswa yang layak untuk mengikuti kompetisi
Olimpiade Sains.
Berdasarkan
permasalahan di atas maka dapat mengambil judul �Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Siswa Untuk Mengikuti Olimpiade SAINS dengan Metode AHP dan TOPSIS�
Sehingga dengan adanya sistem pendukung keputusan ini diharapkan dapat membantu
para guru dan pihak sekolah dalam menentukan pemilihan siswa Olimpiade Sains di
SD AL-AZHAR 1 Bandar Lampung.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah penelitian Eksperimen Semu dengan total sampling sebanyak 20 pekerja tambang pasir dan batu, pendekatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah pendekatan one group pre test
and post test design. Intervensi yang diberikan adalah penerapan peregangan dinamis seluruh tubuh menggunakan instrument kuisioner
untuk mengetahui variabel karakteristik usia, tingkat Pendidikan, masa kerja dan alat ukur ketegangan otot berupa Numeric Rating
Scale untuk mengetahui variabel tingkat nyeri otot nilai
pre-post.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1
Distribusi
Responden Berdasarkan Usia
Usia |
Frekuensi |
(%) |
<30 >31 |
4 16 |
20 80 |
N |
20 |
100 |
Distribusi responden berdasarkan usia menunjukkan
bahwa yang paling banyak adalah kelompok umur >31 tahun sebanyak 16
responden dengan persentase 80%.
Tabel 2
Distribusi
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan |
Frekuensi |
(%) |
SD SMP |
13 7 |
65 35 |
N |
20 |
100 |
Distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa yang paling banyak
adalah pekerja dengan Pendidikan SD�
sebanyak 13 responden dengan persentase 65%.
Masa
Kerja |
Frekuensi |
(%) |
1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun |
3 7 10 |
15 35 50 |
N |
20 |
100 |
�Tabel 3
Distribusi
Responden Berdasarkan Masa Kerja
Distribusi
responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa yang paling banyak
adalah pekerja dengan masa kerja selama 3 tahun sebanyak 10 responden dengan
persentase 50%.
Tabel 4
Uji normalitas Tingkat Nyeri
Otot
Shapiro-Wilk |
Statistic |
Df |
P |
Tingkat nyeri
otot sebelum |
0,744 |
20 |
0,000 |
Tingkat nyeri
otot sesudah |
0,695 |
20 |
0,000 |
Berdasarkan
uji normalitas data sebelum
dan sesudah penerapan peregangan nilai Shapiro-Wilk (sampel < 50) didapatkan probabilitas (sig.) yaitu 0,000
dan 0,000. Dan karena nilai
probabilitas (sig.) > 0,05 disimpulkan
bahwa kedua data tersebut terdistribusi tidak normal, maka data akan diolah menggunakan
uji Wilcoxon.� Hasil uji statistik perbedaan tingkat nyeri otot
sebelum dan sesudah penerapan nyeri pada pekerja tambang pasir dan batu di Desa X menghasilkan mean-rank
sebelum peregangan 0,00 sedangkan mean-rank
setelah peregangan 10,50 dengan nilai p = 0,000 (>0,05) dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan antara tingkat nyeri otot
sebelum dan sesudah penerapan peregangan dinamis.
Semakin lanjut usia maka pada individu� akan terjadi penurunan fungsi fisik yang
ditandai dengan penurunan massa kerja otot serta kekuatannya (Notoatmodjo, 2010), tingkat pendidikan juga menjadi peran dalam terbentuknya
perilaku individu. Peran dalam pengambilan keputusan dalam mengatasi sebuah
permasalah, terutama dalam penanganan suatu kesakitan dan penyakit (Young, 1980), namun semakin cukup usia maka tingkat kematangan
seseorang akan lebih matang dalam hal berfikir, bekerja, dan penyesuaian diri
terhadap lingkungan, hal ini menunjukkan pada hasil tabel tetap adanya
perubahan pada pekerja dengan tingkat Pendidikan rendah karena kematangan
perilaku mereka untuk menyesuaikan diri.
Aktifitas dan masa kerja yang berat dan lama, mampu
menimbulkan keluhan nyeri yang akhirnya dapat membuat rasa tidak nyaman saat
bekerja,maka semakin lama bekerja pada posisi tidak alamiah pekerja mengalami
tingkat nyeri yang lebih tinggi (Suma�mur, 2014), pada tambang pasir dan batu pekerja dengan masa kerja 3
tahun banyak yang mengalami tingkat nyeri parah.
Para pekerja mengalami berbagai macam keluhan seperti :
nyeri punggung, nyeri tangan, nyeri kaki, kebas, dan kelelahan. Sebelum
melakukan peregangan, responden mendapatkan nilai 7-9 pada perhitungan
menggunakan numeric rating scale yang menandakan para pekerja merasakan tegang
otot atau nyeri dalam skala berat.
Setelah dilakukan peregangan kepada responden selama 1
bulan dengan durasi 5 hari dalam 1 minggu dan 30 menit setiap sesi peregangan,
maka responden mendapatkan hasil dari skala 4-5 (sedang). Keluhan yang timbul
karena frekuensi dari usaha otot dalam menerima beban selama melakukan
aktivitas kerja yang terjadi secara terus menerus menyebabkan kerusakan
tiba-tiba, sehingga dapat menyebabkan tegang otot (Kumar, 2007). Cara sederhana dalam penanganan tegang otot saat
berkerja adalah melakukan peregangan selama 5 menit di sela jam kerja dengan
durasi 2 kali saat jam kerja, karena setelah melakukan pekerjaan selama 2 jam
maka otot akan mengalami tekanan (Arief, Kuntjoro, &
Suroto, 2020). Peregangan memiliki dampak yang berguna bagi para
pekerja karena� mampu mengurangi
tingkatan nyeri, meningkatkan kebugaran tubuh, dan melancarkan peredaran darah
keseluruh tubuh. Peran penting pemerintah dalam pemanfaatan program GERMAS desa
sehingga mampu meningkatkan aktivitas fisik dimasyarakat, hal ini dapat
menguntungkan dari segi ekonomi dalam pembangunan desa dan sarana monitoring
untuk petugas kesehatan dalam mendapatkan data kesehatan masyarakat (Watson, Harris, Carlson,
Dorn, & Fulton, 2016)
Kesimpulan
Melakukan peregangan ringan disela jam
kerja
Bekerja sama dengan pemerintah
desa melalui program GERMAS untuk menunjang aktivitas kebugaran warga
Pekerja harus lebih
memperhatikan pola hidup sehat pada keseharianya.
Anderson, Bob. (2002). Stretching In The
Office. Shelter Publications, Inc.
Arief, Nur Ahmad, Kuntjoro, Bambang
Ferianto Tjahyo, & Suroto, Suroto. (2020). Gambaran Aktifitas Fisik Dan
Perilaku Pasif Mahasiswa Pendidikan Olahraga Selama Pandemi Covid-19. Multilateral:
Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 19(2), 175�183.
Biddle, Stuart J. H., & Asare, Mavis.
(2011). Physical Activity And Mental Health In Children And Adolescents: A
Review Of Reviews. British Journal Of Sports Medicine, 45(11),
886�895.
Harsono, M. Sc, & Drs, M. S. (1988).
Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi: Jakarta.
Kumar, Shrawan. (2007). Biomechanics During
Ladder And Stair Climbing And Walking On Ramps And Other Irregular Surfaces. In
Biomechanics In Ergonomics (Pp. 675�696). Crc Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu
Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Setiawan, Florentinus Budi. (2015). Studi
Pendahuluan Menguji Perbedaan Ketegangan Otot Antara Jenis Kelamin, Usia, Dan
Subjek Yang Normal Dengan Yang Mengalami Keluhan Nyeri Kepala Dan Pundak. Psikodimensia,
14(2), 74�82.
Statistik, Badan Pusat. (2015). Indikator
Kesejahteraan Rakyat. Bps. Jakarta.
Suma�mur, P. K. (2014). Higiene Perusahaan
Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Penerbit Sagung Seto. Jakarta.
Tarwaka, Solichul, & Sudiajeng, Lilik.
(2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Produktivitas. Uniba,
Surakarta, 34�50.
Umum, B. A. B. I. Ketentuan, & Dan,
Pertambangan Mineral. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara. Paragraph, 51,
53.
Watson, Kathleen B., Harris, Carmen D.,
Carlson, Susan A., Dorn, Joan M., & Fulton, Janet E. (2016). Disparities In
Adolescents� Residence In Neighborhoods Supportive Of Physical Activity�United
States, 2011�2012. Morbidity And Mortality Weekly Report, 65(23),
598�601.
Young, James C. (1980). A Model Of Illness
Treatment Decisions In A Tarascan Town. American Ethnologist, 7(1),
106�131.
����������� Copyright holder: Hera Fransiska, Mei Ratnasari, Siti Zakiah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |