Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FORMULASI TONER WAJAH BERBAGAI BAHAN AKTIF
ALAMI: REVIEW JURNAL
Fakultas
Farmasi Universitas Buana Perjuangan, Karawang, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Indonesia
merupakan salah satu negara dengan cuaca terpanas yang ada di dunia. Toner wajah
merupakan sediaan kosemtik berbentuk cairan yang digunakan untuk menyegarkan
wajah dan membersihkan kotoran sisa, yang digunakannya setelah mencuci wajah
dengan sabun pembersih. Tanaman jeruk
nipis (Citrus aurantiifolia), lidah
buaya (Aloe vera), mulberry (Morus alba), teh hijau (Camelia sinensis), umbi garut (Maranta arundinacea), dan mentimun (Cucumis sativus L.). Semua jenis tanaman
tersebut memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan zat aktif yang
terkonsentrasi sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai toner eksfoliasi.
Kata Kunci: kosmetika, toner wajah,
bahan alam, antioksidan, formulasi
Abstract
Indonesia is one of the countries with the hottest weather in the world. �Facial toner is a liquid-shaped cosemtic preparation used to refresh the face and clean
residual dirt, which it uses after washing the face with cleansing soap. �Lime plants (Citrus
aurantiifolia), aloe vera (Aloe vera), mulberry (Morus
alba), green tea (Camelia sinensis), arrowroot tubers (Maranta arundinacea), and cucumbers (Cucumis sativus L.). All types
of such plants have activity as antioxidants and concentrated active substances
so that the plant can be used as an exfoliating toner.
Keywords: cosmetics, facial toners,
natural ingredients, antioxidants, formulations
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan cuaca
terpanas yang ada di dunia. Hal itu dikarenakan Indonesia mempunyai iklim tropis
yang mendapatkan paparan sinar matahari yang sangat kuat. Suhu di Indonesia
berkisar 32-34 �C� pada siang hari, jika
belum mengalami musim hujan. Dengan kondisi cuaca yang ekstrim, berbagai
masalah kulit dapat terlihat. Masalah kulit pada wajah yang paling sering
dilihat adalah perubahan warna kulit, kulit kusam dan lain seagainya, tidak
terkecuali masalah jerawat. Masalah jerawat nantinya memberikan dampak negatif
yaitu munculnya flek hitam pada wajah yang dianggap mengganggu bagi beberapa
orang. Untuk mengurangi masalah kulit yang sudah disebutkan diatas, maka perlu
diberikan skincare yang digunakan sebagai eksfoliasi. Eksfoliator
merupakan prosedur yang dipakai untuk mengatasi masalah kulit. Namun kebanyakan
orang menggunakan eksfoliator untuk mengangkat sel kulit mati dan membantu
meregenerasi kulit, sehingga kita mendapatkan kulit yang lebih bersih dan sehat
(Nurjanah dkk.,2008).
Berdasarkan masalah yang terjadi pada kulit, maka
produk yang dibuat sebagai solusi dari masalah kulit ini yaitu dibuatkan produk
sediaan Toner wajah berbahan dasar alami. Toner wajah merupakan
cairan yang digunakan untuk menyegarkan wajah dan membersihkan kotoran sisa,
yang digunakannya setelah mencuci wajah dengan sabun pembersih (Friatna dkk., 2011). Toner juga
dapat menghilangkan sisa makeup. Perawatan wajah dengan toner
tradisional yang terbuat dari beberapa tumbuhan adalah salah satu solusi dari
masalah kulit yang terjadi. Berdasarkan landasan teori� masalah yang ditanyakan adalah apakah toner
tradisional ini bisa menjadi toner untuk kulit berminyak, kulit kusam,
kulit berjerawat dan sebaginya.�
Maka dari itu dibuatkan review jurnal diharapkan
memberikan manfaat pengetahuan tentang kandungan kosmetika tradisional serta
memberikan manfaat bagi masyarakat yang memiliki masalah kulit dengan
menggunkan kosmetik tradisional sebagai toner wajah.
Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan
metode literature review article (LRA) dengan menggunakan sumber pustaka yang
berasal melalui data base seperti Google, Google Scholar, dan PubMed yang
dipublikasikan mulai dari tahun 2012 hingga 2022. Pada literatur review ini
menggunakan topik formulasi toner wajah dari berbagai tanaman sebagai aktivitas
exfoliating, adapun kata kunci yang digunakannya antara lain Formulasi toner
wajah exfoliating, toner exfoliating, dan tanaman sebagai toner exfoliating.
Jurnal dari hasil pencarian dengan keterkaitan topik tersebut yang telah
diseleksi mendapatkan hasil jurnal sebanyak 33 jurnal dan menggunakan referensi
e-book sebanyak 6 e-book.
Hasil dan
Pembahasan
A.
Hasil �������
Toner
wajah merupakan cairan yang digunakan untuk menyegarkan wajah dan membersihkan
kotoran sisa, yang digunakannya setelah mencuci wajah dengan sabun pembersih
(Friatna, dkk.,2011). Berdasarkan
pencarian dari berbagai sumber, didapatkan informasi berdasarkan literatur terkait bahan alam
sebagai toner dapat diperoleh dari bahan alam dan dapat dilihat dalam
(Tabel 1).
Tabel 1
Kandungn Senyawa Aktif
Tanaman |
Kandungan Senyawa |
Referensi |
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) |
Peptin
dan flavonoid |
|
Lidah
buaya (Aloe vera) |
Vitamin,
mineral, enzim, asam
amino |
|
Mulberry (Morus alba L.) |
Fenol |
|
Teh hjau (Camelia Sintesis L.) |
Katekin
dan polifenol |
(Sutarna, Alatas, & Al Hakim, 2016); (Kusmiyati, Sudaryat, Lutfiah, Rustamsyah, & Rohdiana, 2015) |
Tanaman
Mentimun (Cucumis Sativus L.) |
Terpenoid
fenolik, flavonoid, dan alkaloid |
|
Umbi Garut |
Fenol
dan flavonoid |
|
Buah naga (Dragon Fruit) |
Vitamin C |
|
Belimbing wuluh (Averrhoa Blimbli L.) |
Flavonoid
dan tannin |
1. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
Jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) adalah sejenis tanaman
perdu yang banyak tumbuh dan dikembangkan di Indonesia. Selain daerah
penyebaran yang sangat luas, jeruk ini juga dapat berbuah terus�menerus
sepanjang tahun. Kulit jeruk yang dapat di manfaatkan dalam kosmetik untuk
mendaptkan kandungan pektin dan flavonoid. Flavonoid salah satu zat metabolisme
sekunder yang terdapat pada jeruk� yang
berperan sebagai antioksidan, penghambat enzim tyrosinase dan juga bekerja pada
bagian akhir dari jalur oksidatif. Kulit Jeruk ini sudah melakukan penelitian
secara in vitro yang dapat menghambat enzim tyrosinase sebagai
antioksidan IC50 54,458 �g/ml (Okwu, 2008).
Tyrosinase merupakan enzim mono oksigenase yang berperan sebagai katalisator
pada reaksi hidrosilaksi monofenol menjadi bentuk difenol dan oksidasi difenol
menjadi kuinon. maka dari itu tirosin ini berperan penting dalam pembentukan
melanin selama proses melagonesis karena kemampuan nya menghidrolisis
L-tirosin� menjadi L-dopa menjadi
dopakuinon. Kulit
jeruk yang memiliki kandungan flavonoid tinggi total 0,667 % b/b berpotensi
sebagai pencerah kulit (Okwu, 2008).
2. Lidah buaya (Aloe
vera)
Lidah buaya (Aloe
vera) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam Industri
Farmasi, terutama dalam sediaan kosmetik dan farmasi. Tanaman lidah buaya
termasuk semak rendah tergolong tanaman yang bersifat sukulen dan menyukai
hidup di tempat kering. Komposen terbesar terbesar dalam daun lidah buaya
adalah air. Komponen selanjutmua adalah berbagai macam polimer karbohidrat
(polisakarida. Mukopolisakarida dan lignin), dengan sejumlah komponen organik
dan anorganik (Brooks et al., 2005).
Komponen berkutnya adalah asam amino, lemak, vitamin, mineral, enzim dan
hormon. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa khasiat buah lidah buaya banyak
sekali manfaat yang dapat digunakan salah satunya dibuat sebagai toner wajah.
Lidah buaya yang berkhasiat antioksidan, antibiotik, antiseptik, antiskabies,
antibakteri, anti peradangan, antiinfeksi dan anti peradangan. Kegunaan lidah
buaya ini terletak pada nutrisinya yakni polisakarida yang bekerja dengan asam-asam
amino essensial dan memperbaiki kulit. Lidah buaya ini digunakan pada bagian
daun nya, daun nya yang mengandung zat lain seperti vitamin, mineral, enzim dan
asam amino. Pada uji antibakteri in vitro pada lidah buaya dengan
konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100% mempunyai aktivitas. Pada uji
antiskabies in vitro dengan LC viii50 180,74 mg/ml, serta uji
Antioksidan dengan in vitro didapatkan nilai IC 50 senilai 250 ppm.
3. Mulberry (Morus alba L.)
Mulberry (Morus alba L.) merupakan jenis tanaman
perdu yang termasuk ke dalam famili moraceae (Azmi & Yunianta, 2014).
Daun pada tanaman mulberry mengandung senyawa polifenol dimana senyawa ini
memiliki aktivitas exfoliating. Setelah dilakukan pengujian in vitro
menunjukkan bahwasannya tanaman ini memiliki sifat defignemtasi. Hasil
penelitian menujukkan bahwasannya ekstrak mulberry dengan dosis 100 μg/mL
dapat menginhibisi tirosinase sebesar IC50 70% (Yang, Wang, Wang, & Zhang, 2012).
Ekstrak mulberry menghambat aktivitas tirosinase. Menginhibisi tirosinase ini
dapat disebabkan oleh pembentukan ikatan hidrogen dari gugus hidroksil senyawa
fenol yang terkandung dalam ekstrak mulberry dengan situs aktif pada enzim (Hanh et al., 2017).
Formulasi sediaan toner wajah pada ekstrak daun mulberry yaitu ekstrak daun
mulberry (zat aktif) 0,02%, propylen glikol (cosolvent) 9%, polysorbate 80
(surfaktan) 1%, butylhydroksitoluen (antioksidant) 0,01%, benzoalkonium klorida
(pengawet) 0,01%, isopropil alkohol (pelarut) 60%, dan aquadest (pelarut) ad
100%. Stabilitas formula sediaan toner dari ekstrak daun mulberry ini yaitu
didapatkan sediaanya pada uji organoleptis warna yang didapatkan jernih, tidak
berbau, dan teksturnya lembut. Kemudian pH yang didapatkan yaitu 5,5.
Stabilitas formula sediaan didapatkan sediaanya memiliki stabilitas yang baik,
homogen tidak adanya partikel. Viskositas yang didapatkan 2,5 cPs. Pada uji
iritasi kilit setelah dilakukan pengujian hasil yang didapatkan tidak terjadinya
iritasi pada kulit dan setelah diaplikasikan kulit menjadi lebih lembab,
lembut, dan kenyal (Sari, DY., Ariansyah, S., Shinta, S., and Beniardi, 2021).
4. Teh hjau (Camelia Sintesis L.)
Teh hjau (Camelia Sintesis L.) merupakan teh alami
karena teh ini tidak mengalami proses fermentasi sehingga zat yang ada pada teh
hijau belum mengalami perubahan (Lelita, Rohadi, & Putri, 2013); (Tamon, Tiho, & Kaligis, 2021).
Bahan alami yang dimanfaatkan pada toner sebagai antioksidan salah satunya
yaitu daun teh hijau (Camelia Sintesis L.). Setelah dilakukan pengujian in
vitro hasil penelitian bahwasannya ekstrak daun teh hijau menunjukkan nilai
IC50 dengan menghambat tirosinase sebagai aktivitas antioksidan pada ekstak
daun teh hijau sebesar 781,17 ppm (Kusmiyati et al., 2015); (Sungthong & Phadungkit, 2015).
Daun teh hijau ini mengandung senyawa katekin dan polifenol (Sutarna et al., 2016); (Kusmiyati et al., 2015).
Senyawa fenol mampu mencegah oksidasi LDL 20 kali lebih kuat dibandingkan
dengan vitamin E (Winarsi, 2007);
(Kusmiyati et al., 2015).
Formulasi sediaan toner wajah yaitu ekstrak daun teh hijau (Zat aktif) 0,03%,
gliserin (pelembab) 1%, alantoin (anti-iritasi) 1%, trimethylglycine (pengawet)
3,1%, gildan (pengawet) 3,1%, trietanolamin (pengatur pH) q.s, dan air suling
(pelarut) 95,9%. Stabilitas formula sediaan toner dari ekstrak daun teh hijau
ini yaitu didapatkan sediaanya memiliki stabilitas yang baik, homogen tidak
adanya partikel, kemudian pH yang didapatkan yaitu 5,6. Pada uji iritasi kilit
setelah dilakukan pengujian terhadap 30 penalis hasil yang didapatkan tidak
terjadinya iritasi pada kulit, dan setelah diamati sediaan toner ekstrak daun teh
hijau ini tidak terjadinya perubahan warna, Viskositas yang didapatkan 1,6 cP (Timudom, Chaiyasut, Sivamaruthi, Tiampasook, & Nacapunchai, 2020).
5.
Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.)
Tanaman Mentimun (Cucumis
Sativus L.) termasuk ke
dalam keluarga cucurbitacea yang
berasal dari Asia Utara (Sabaruddin, LS., Yadi, L., 2012).
Buah mentimun berbentuk bulat dan lonjong, bijinya berbentuk pipih yang berwarna putih kekuningan (Amin, 2010; Wijoyo, 2012)
yang mengandung banyak
vitamin E yang digunakan untuk
exfoliating dan menghilangkan
minyak berlebih (Anonim, 1993). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yuhernita
(2011) menjelaskan bahwa mentimun memiliki daya antioksidan karena terdapat kandungan terpenoid, fenolik,
flavonoid serta alkaloid yang tinggi
(Yuhernita, 2011). Setelah
dilakukan pengujian in
vitro oleh Agustin dan Gunawan (2019) menunjukan bahwa mentimun memiliki aktivitas antioksidan dengan menentukan panjang gelombang maksimum dari DPPH control dengan pengujian dari berbagai konsentrasi
10, 30, 50, 70, 90 μg/mL.
Hasil IC50 ekstrak mentimun
adalah 189,261 (μg/mL)
dan didapatkan hasil bahwa semakin besar
konsentrasi maka akan semakin besar
aktivitas antioksidan
(Agustin dan Gunawan, 2019). Mentimun
memiliki kandungan senyawa flavonoid yang digunakan sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk memutus rantai
radikal bebas (Santoso,
2005). Mekanisme kerja kandungan flavonoid pada mentimun
ini dengan memotong atau menangkap
reaksi berantai dari suatu radikal
bebas (Winarsi, 2007).
Formulasi toner wajah pada ekstrak mentimun diantaranya ekstrak mentimun
sebanyak 10 %, madu (antioxidant) 4
%, tween 80 (surfaktan) 4 %, benzoalkonium klorida 0,01 % (pengawet), methanol
(pelarut) 20 %, dan aquadest (pelarut) ad 25 %. Hasil pengujian organoleptik
yang didapat pada formula ini diantaranya warna kehijauan dan Aroma yang
menyenangkan. pH yang didapatkan 6, stabilitas formula setelah dua bulan
stabil, daya sebar seragam, pengujian homogenitas baik karena tidak adanya
partikel. Pada uji iritasi kulit setelah dilakukan pengujian hasil yang
didapatkan tidak terjadi iritasi pada kulit. Formulasi yang didapat pada
sediaan ditemukan memiliki aktivitas antioksidan. Dengan demikian toner gel
yang dibuat pada formulasi tersebut dapat digunakan secara topical untuk
meningkatkan kesehatan, peremajaan pada kulit, exfoliating serta dapat membuat
kulit menjadi lebih bersih dan sehat (Chatur et al., 2021).
6. Tanaman Umbi
Garut
Tanaman Umbi Garut merupakan tanaman
yang termasuk dalam family Marantaceae, genus Maranta dan spesies Marantha Arundiniceae
L (Titiek
et al., 2010) dan tumbuh
dengan baik pada tanah dengan keasaman rendah serta lembab (Lingga, 1995;
Sastra, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruba dan Mohan (2013)
menggunakan pengujian in vitro menunjukan bahwa pada umbi garut
terdapat kandungan total fenol dan flavonoid ekstrak metanol umbi garut dengan
masing-masing 0,16g 100g-1dan 0,15 g-1 (Ruba dan Mohan, 2013).
Sedangkan menurut hasil penelitian Purwanto (2016) menggunakan metode DPPH
dengan pengujian in vitro. Nilai IC50 ekstrak etanol umbi garut sebesar 1660
μg/mL menunjukan hasil bahwa umbi garut memiliki aktivitas antioksidan
yang lemah (Purwanto, 2016). Umbi garut mengandung senyawa bioaktif fenol
yang digunakan sebagai antioksidan. Mekanisme kerja senyawa fenolik pada
aktivitas antioksidan yaitu adanya kemampuan gugus fenol untuk mengikat radikal
bebas kemudian akan memberikan atom hidrogennya melalui transfer elektron sehingga
fenol akan berubah menjadi radikal fenoksil (Janeiro dan Brett, 2004). Formulasi sediaan toner
wajah pada ekstrak umbi garut diantaranya ekstrak etanol umbi garut (Bahan
aktif) 0,02%, Propilen glikol (Cosolvent) 10%, Polisorbat 80 (surfaktan) 1 %,
Butilhidroksitoluen (BHT) (antioksidan) 0,01 %, Benzalkonium klorida (Pengawet)
0,01 %, Isopropil alkohol (solvent) 60 %, dan aquadest ad 100 %. Hasil
pengujian organoleptik yang didapat pada formulasi ini diantaranya tak berwana,
aroma tidak berbau, dan tekstur yang lembut. Nilai pH yang didapat pada
formula ini 6,5, uji homogenitas sediaan yang didapat homogen tidak terdapat
partikel dan pengujian viskositas yang didapat pada formula ini 4,5 cPs. Pada
uji iritasi kulit setelah dilakukan pengujian dari beberapa responden tidak
mengiritasi kulit dan sediaan face tonic
setelah diaplikasikan pada kulit menghasilkan kulit yang lembut, lembab,
kenyal, bersih dan sehat.
7. Buah naga (Dragon Fruit)
Buah naga (Dragon Fruit) merupakan
salah satu jenis tumbuhan hortikultura yang termasuk kedalam famili Cactales (Emil, 2011).
Batang pada buah naga sendiri mengandung vitamin C yang dapat melembabkan kulit
wajah dan antimikroba yang dapat membantu membunuh bakteri serta mengandung
banyak serat yang dapat digunakan sebagai bahan kosmetika contohnya toner
wajah. Setelah dilakukan pengujian melalui uji indrawati, uji klinis, uji
validator dan uji kesukaan dapat diperoleh hasil bahwa batang buah naga
dinyatakan valid ole validator melalui uji validator� produk yang efektif digunakan sebagai toner
wajah untuk jenis kulit kering, dan batang buah naga dinyatakan sangat layak
untuk perawatan kulit wajah melalui uji inderawati serta dinyatakan sangat suka
pada uji kesukaan dimana setelah penggunaan toner wajah dari batang buah naga
ini terjadi perubahan terhadap tingkat kelembaban kulit setelah diberikan perlakuan
melalui uji klinis (Chasanah, 2019).
Formulasi sediaan toner wajah pada batang buah naga yaitu dengan memanfaatkan 1
ons batang buah naga (zat berkhasiat / zat aktif) dan 15 mL aqua rosa (pelarut
dan fragrance). Namun untuk uji
stabilitas dan tingkat iritan pada sediaan toner dari batang� buah naga belum dilakukan penelitian lebih
dalam (Khairunnas & Tety, 2011).
8. Belimbing wuluh (Averrhoa Blimbli L.)
Belimbing wuluh (Averrhoa Blimbli L.) merupakan salah
satu tumbuhan yang kaya akan manfaat. Salah satu pemanfaat dari daun belimbing
wuluh yakni dijadikan sediaan face toner. Daun dari belimbing wuluh dapat
digunakan untuk mengobati jerawat karena memiliki kandungan beberapa zat aktif
yang berperan sebagai antibakteri. Senyawa tersebut ialah flavonoid dan tanin. Pengujian
fitokimia dari daun belimbing wuluh ini dilakukan secara in vivo, in vitro dan
in silico dimana ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 2,5% dapat
menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan ekstrak etanol daun belimbing
wuluh dengan konsentrasi 1% dapat menghambat pertumbuhan bakteri� Propionibacterium acnes. Formulasi yang
digunakan ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 5% (zat aktif),
aquadest 60 mL (pelarut), Methyl paraben 0,5% (Pengawet) dan PPG 3%
(cosolvent). Dari sediaan face toner ekstrak daun belimbing wuluh dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes penyebab kerawat pada
wajah. Stabilitas sediaannya pada uji ritasi tidak menimbulkan adanya iritasi
dan dapat mengurangi produksi minyak berlebih pada wajah, pH stabil, uji
organoleptis banyak disukai dari bentuk sediaan, warna dan aroma yang khas (Hasanah & Novian, 2020);
(Wijayanti & Safitri, 2018).
B.
Pembahasan
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) dalam Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011
tentang Metode Analisis Kosmetika menyebutkan bahwa kosmetik merupakan bahan
atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mengubah penampilan, mewangikan,
dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi dan memelihara tubuh pada
kondisi baik. Jika berdasarkan kegunaannya, kosmetika dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kosmetika riasan atau make-up dan kosmetika perawatan wajah
atau skin care (Briliani, 2016).
Dipasaran terdapat banyak kosmetika yang
beredar baik dari jenis, merek, khasiat, bentuk maupun warna, sehingga
seringkali mambuat komsumen menjadi bingung dalam pemilihan produk kosmetik.
Kosmetik sendiri merupakan salah satu produk yang paling sering digunakan
secara rutin dan terus menerus dari kalangan wanita maupun pria dari segala
usia. Keinginan untuk berpenampilan cantik dan menarik menggunakan kosmetik
yang tidak diikuti dengan pengetahuan yang memadai tentang kosmetik dapat
memberikan efek negatif bagi kondisi kulit. Pengetahuan tentang kosmetik akan
sangat membantu dalam menentukan kosmetika yang akan digunakannya, konsumen
harus dapat bisa memilih produk kosmetika agar tidak terjadi kesalahan dalam
memilih kosmetik sehingga dampak negatif dari penggunaan kosmetik lebih dapat
bisa terhindarkan (Muliyawan., Dewi., 2019).
Untuk mendapatkan kulit yang sehat sebaiknya
kita perlu merawat dan menjaga kesehatan kulit kita, salah satu contoh merawat
kesehatan kulit wajah yaitu dengan menggunakan kosmetika berupa skincare yaitu
toner dengan khasiat ekspoliasi.
Eksfoliator dapat digunakan untuk
mengatasi masalah anti penuaan/anti aging, mengurangi atau menghilangkan
kerutan, dan menghaluskan tekstur dari wajah. Namun kebanyakan konsumen
menggunakan eksfoliator untuk mengangkat sel kulit mati dan membantu
meregenerasi kulit dari� bekas jerawat
sehingga bisa mendapatkan kulit yang bersih dan sehat. Eksfoliator menggunakan
formulasi seperti larutan asam. Larutan asam yang dapat digunakan sebagai toner
eksfoliasi yaitu larutan asam salisilat, asam laktat, asam glikolat dan asam
yang lainnya. Dengan menggunakan larutan asam tersebut kulit dapat melakukan
revitalisasi dengan glikosaminoglikan, fibroblas, dan pembentukan kembali serat
elastin dan kolagen sehingga penggunaan eksfoliator digunakan sebagai alternatif
dibandingkan melakukan laser atau derma-abrasions.
Skincare dapat didefinisikan sebagai
prosedur atau langkah-langkah untuk merawat kulit yang dilakukan dengan
menggunakan produk-produk dengan kandungan bahan yang aman serta baik digunakan
sesuai dengan jenis kulit wajah masing-masing individu. Sebelum melakukan
perawatan sebaiknya dan yang paling utama adalah mengetahui jenis kulit wajah.
Jenis kulit wajah yang paling umum dimiliki oleh manusia yaitu jenis kulit
wajah yang normal, kering, berminyak, atau�
kombinasi. Salah satu jenis skincare yang dapat digunakan oleh semua
jenis kulit yaitu toner ekspoliasi. Toner ekspoliasi merupakan sediaan dengan
zat aktif terkonsentrasi yang memiliki kemampuan menembus kulit sehingga
membuat kulit menjadi lebih halus karena terdapat zat aktif dalam toner
ekspoliasi yang memiliki kemampuan mengelupaskan sel-sel kulit mati saat
pengaplikasiannya. Perawatan menggunakan toner ekspoliasi yang terbuat dari
bahan alam seperti mulberry, teh hujau, mentimun, lidah buaya, dan jeruk nipis
memiliki kandungan baik yang sangat banyak untuk perawatan kulit wajah.
Bahan alam seperti mulberry memiliki
kandungan zat aktif seperti senyawa polifenol yang dimana senyawa tersebut
memiliki aktivitas sebagai ekspoliasi. Menurut hasil penelitian bahwa
ekstrak� mulberry dengan dosis 100
μg/mL memiliki khasiat untuk menginhibisi tirosinase sebesar IC50 70%. Teh
hijau memiliki aktivitas antioksidan, setelah pengujian in vitro ekstrak teh
hijau mendapatkan hasil nilai IC50 dan dapat menghambat tirosinase sebagai
aktivitas antioksidan sebesar 781,17 ppm. Teh hijau juga memiliki kandungan zat
aktif seperti senyawa katekin (flavonoid) dan polifenol. Selain mulberry dan
teh hijau, tanaman mentimun, lidah buaya, dan jeruk nipis juga dapat digunakan
sebagai toner ekspoliasi. Lidah buaya memiliki kandungan senyawa zat aktif
seperti polimer karbohidrat, asam amino, lemak, vitamin, mineral, dan enzim.
Lidah buaya memiliki khasiat seperti antioksidan yang dapat memperbaiki kulit,
setelah dilakukan pengujian dengan uji in vitro dengan dosis 180,74 mg/ml maka
mendapatkan hasil dengan nilai IC50 sebanyak 250 ppm.
Jeruk nipis dapat digunakan sebagai
antioksidan untuk kulit wajah, jeruk nipis juga memiliki kandungan senyawa
seperti pektin dan flavonoid dan telah dilakukan pengujian secara in vitro yang
kemudian mendapatkan hasil untuk menghambat enzim tyrosinase sebagai
antioksidan IC50 sebesar 54,458 μg/mL selain itu flavonoid pada jeruk
nipis dapat digunakan sebagai pencerah kulit wajah (Okwu, 2008).
Umbi garut memiliki aktivitas antioksidan
yang tergolong lemah yaitu dengan nilai nilai IC50 yaitu sebesar 1660
μg/mL, hasil ini dilakukan menggunakan metode DPPH dengan pengujian in
vitro. Umbi garut mengandung zat aktif yang dapat dikatakan mempunyai aktivitas
sebagai antioksidan adalah senyawa fenol dan flavonoid. Formulasi toner
ekspoliasi antara lain ekstrak umbi garut 0,02%, Propilen glikol (Cosolvent)
10%, Polisorbat 80 (surfaktan) 1 %, Butilhidroksitoluen (BHT) (antioksidan)
0,01 %, Benzalkonium klorida (Pengawet) 0,01 %, Isopropil alkohol (solvent) 60
%, dan aquadest ad 100 %.
Jenis toner eksfoliasi yang paling sering
digunakan adalah dengan bahan dasar seperti asam salisilat dan asam glikolat.
Toner ekspoliasi memiliki khasiat untuk menghilangkan sel-sel kulit mati
sehingga meningkatkan pembentukan sel kulit baru lainnya, selain itu toner ekspoliasi
juga memiliki fungsi untuk meningkatkan produksi kolagen pada kulit. Toner
ekspoliasi dapat digunakan untuk menjaga pori-pori tetap bersih dari komedo dan
dapat mengurangi visibilitasnya. Toner ini dapat mengiritasi kulit jika
memiliki jenis kulit kering, maka dari itu toner ini memerlukan asam yang aman
digunakan untuk jenis kulit kering sensitif agar mendapatkan manfaatnya. Asam
laktat atau asam polihidroksi dapat digunakan untuk toner ekspoliasi karena
asam ini dapat menghidrasi kulit (Jin, CY., Laopanupog, 2021).
Selain menghidrasi dan mengangkat sel
kulit mati, toner eksfoliasi
juga berfungsi sebagai pencerah karena memiliki fungsi antioksidan dan dapat
meredakan peradangan akibat bakteri pada jerawat. Toner ini dapat dibuat menggunakan
bahan alam seperti mulberry, jeruk nipis, teh hijau, lidah buaya, dan juga
mentimun yang dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan kulit.
Kesimpulan
Berdasarkan literatur
review yang dilakukan bahwa terdapat 6 tanaman terpilih yang dapat dijadikan
sebagai formula untuk toner ekspoliasi yang dimana tanaman tersebut mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan. Tanaman tersebut antara lain yaitu jeruk nipis (Citrus aurantiifolia), lidah buaya (Aloe vera), mulberry (Morus alba), teh hijau (Camelia sinensis), umbi garut (Maranta arundinacea), dan mentimun (Cucumis sativus L.). Semua jenis tanaman
tersebut memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan zat aktif yang
terkonsentrasi sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai toner eksfoliasi.�
Azmi, Aliefa Nur, & Yunianta, Yunianta. (2014). Ekstraksi
Antosianin Dari Buah Murbei (Morus alba. L) Metode Microwave Assisted
Extraction (Kajian Waktu Ekstraksi Dan Rasio Bahan: Pelarut)[In Press Juli 2014].
Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(3). Google Scholar
Briliani, Rizka Asri. (2016). Analisis Kecenderungan Pemilihan Kosmetik
Wanita Di Kalangan Mahasiswi Jurusan Statistika Universitas Diponegoro
Menggunakan Biplot Komponen Utama. Fakultas Sains dan Matematika. Google Scholar
Brooks, Geo F., Butel, Janet S., & Morse, Stephen A. (2005).
Mikrobiologi kedokteran buku 1. Jakarta: Salemba Medika. Hal, 235. Google Scholar
Chasanah, U. (2019). Kelayakan Limbah Batang Buah Naga Sebagai Toner Untuk
Kulit Kering. Ilmu Kesehatan UNNES, 1(1), 60.
Emil, S. (2011). Untung Berlipat dari Bisnis Buah Naga Unggul. Yogyakarta:
Lili Publisher. Google Scholar
Hanh, Nguyen Thi My, Phung, Nguyen Kim Phi, & Phuong, Quach Ngo Diem.
(2017). Studying on tyrosinase inhibition activity of some Vietnamese folk
plants aims to use in skin-whitening cosmetics. American Journal of Plant Sciences,
8(06), 1319. Google Scholar
Hasanah, Nur, & Novian, Dede Rival. (2020). Daya Hambat Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat
(Propionibacterium acnes). Jurnal Ilmiah Farmasi, 9(1), 46�53. Google Scholar
Jin, CY., Laopanupog, T. (2021). Protecting and Resolving Facial Skin from
UV Rays and Air Pollution. Journal of Clinical and Laboratory Research, 2(1),
1�7.
Juniarti Departemen Biokimia, Fakultas K. (2011). Analisis senyawa
metabolit sekunder dari ekstrak metanol daun surian yang berpotensi sebagai
antioksidan. Makara Journal of Science. Google Scholar
Khairunnas, Khairunnas, & Tety, Ermi. (2011). Analisis Kelayakan
USAhatani Buah Naga (Hylocereus Costaricansis) di Pekanbaru (Studi di Kelurahan
Sail Tenayan Raya Pekanbaru). Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis, 3(03),
8984. Google Scholar
Kusmiyati, Mimin, Sudaryat, Yayat, Lutfiah, Isti Agnia, Rustamsyah, Ardi,
& Rohdiana, Dadan. (2015). Aktivitas antioksidan, kadar fenol total, dan
flavonoid total dalam teh hijau (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) asal tiga
perkebunan Jawa Barat. Jurnal Penelitian Teh Dan Kina, 18(2), 101�106. Google Scholar
Lelita, Dea Ira, Rohadi, Rohadi, & Putri, Aldila Sagitaning. (2013).
Sifat Antioksidatif Ekstrak Teh (Camellia Sinensis Linn.) Jenis Teh Hijau, Teh
Hitam, Teh Oolong dan Teh Putih dengan Pengeringan Beku (Freeze Drying). Jurnal
Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian, 13(1), 15�30. Google Scholar
Muliyawan., Dewi., et al. (2019). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT
Elex Media Kumputindo.
Okwu, Donatus Ebere. (2008). Citrus fruits: A rich source of
phytochemicals and their roles in human health. Int J Chem Sci, 6(2),
451�471. Google Scholar
Sabaruddin, LS., Yadi, L., dan Karimuna. (2012). Pengaruh pemangkasan dan
pemberian pupuk organik terhadap produksi mentimun (Cucumis sativus L.). Penelitian
Agronomi, 1(2), 107 � 114.
Sakthidevi, G., & Mohan, V. R. (2013). Total phenolic, flavonoid
contents and in vitro antioxidant activity of Dioscorea alata L. tuber. Journal
of Pharmaceutical Sciences and Research, 5(5), 115. Google Scholar
Sari, DY., Ariansyah, S., Shinta, S., and Beniardi, W. (2021). Face Toner
Formulation From Ethanol Extract of Maranta arundinacea L. With Variety of
Cosovent and Surfactant: Propylene Glycol and Polysorbate. Proceedig of 27th
International Conference ADRI, 35�38. Google Scholar
Sungthong, Bunleu, & Phadungkit, Methin. (2015). Anti-tyrosinase and
DPPH radical scavenging activities of selected Thai herbal extracts
traditionally used as skin toner. Pharmacognosy Journal, 7(2). Google Scholar
Sutarna, Titta Hartyana, Alatas, Fikri, & Al Hakim, Nur Achsan.
(2016). Pemanfaatan Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis L) Sebagai Bahan
Aktif Pembuatan Sediaan Krim Tabir Surya. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi,
4(2), 32�35. Google Scholar
Tamon, Brigita T., Tiho, Murniati, & Kaligis, Stefana H. M. (2021).
Efek Antioksidan pada Teh Hijau terhadap Kadar Kolesterol Darah. EBiomedik,
9(2). Google Scholar
Timudom, Thanaroat, Chaiyasut, Chaiyavat, Sivamaruthi, Bhagavathi
Sundaram, Tiampasook, Pratya, & Nacapunchai, Duangporn. (2020). Anti-Sebum
Efficacy of Phyllanthus emblica L.(Emblica) Toner on Facial Skin. Applied
Sciences, 10(22), 8193. Google Scholar
Wijayanti, Tut Rayani Aksohini, & Safitri, Rani. (2018). Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Penyebab Infeksi Nifas. Care:
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(3), 277�285. Google Scholar
Winarsi, Hery. (2007). Antioksidan alami & radikal bebas. Google Scholar
Yang, Zhenzhong, Wang, Yingchao, Wang, Yi, & Zhang, Yufeng. (2012).
Bioassay-guided screening and isolation of α-glucosidase and tyrosinase
inhibitors from leaves of Morus alba. Food Chemistry, 131(2), 617�625. Google Scholar
Copyright
holder: Aghnia Ahda, Devia Setyaningsih, Resha Rosalia, Salma Aziz, Siti
Lulu Lutfiah, Vera Dwi Apriani, Nia Yuniarsih (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |