Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
ANALISIS FAKTOR RISIKO PELAKSANAAN TERHADAP KINERJA
MUTU BERBASIS SIX SIGMA PADA PROYEK PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR
Afrina Khairunnisa,
Budi Susetyo
Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Mercu
Buana, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel � variabel risiko dominan yang terjadi terhadap kinerja mutu proyek, mengetahui penyebab terjadi risiko terhadap kinerja mutu proyek serta melakukan analisis pengaruh manajemen risiko terhadap kinerja mutu proyek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara survey. Survey ini dilakukan dengan cara kuisioner dan wawancara terhadap personil yang terlibat langsung dalam kegiatan proyek. Berdasarkan dari hasil kuesioner dan analisis dengan SPSS maka variabel yang paling berpengaruh dalam pengaruh risiko terhadap kinerja mutu yang merupakan faktor � faktor yang harus lebih diperhatikan yang memiliki nilai indeks tertinggi yaitu: Kondisi Cuaca, Tenaga kerja yang tidak terampil, Kurangnya ketersediaan material, Keterlambatan pengiriman material, Ketidaktelitian dan ketidaksesuaian spesifikasi detail, Produktivitas peralatan. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa risiko tenaga kerja dan risiko pelaksanaan terhadap kinerja mutu pada pekerjaan IPA akan menyebabkan perubahan pada kinerja mutu pada pekerjaan IPA secara signifikan. Penerapan dari metode six sigma pada risiko kinerja proyek diperoleh faktor penting dan paling berpengaruh disetiap gedung � gedung pengolahan IPA. Dari perhitungan dengan menggunakan six sigma dapat mengurangi defect pada pelaksanaan pekerjaan IPA yang didapat hasil nilai DPMO sebesar 21.711 setara dengan 3,52 Sigma.
Kata kunci: Faktor Risiko, Kinerja Mutu, Proyek Pembangunan
Abstract
The purpose of this study is to determine the dominant risk variables
that occur on project quality performance, determine the causes of risks to
project quality performance and analyze the influence of risk management on
project quality performance. The method used in this research is a survey
research method with a quantitative approach. The data collection technique in
this study was conducted by means of a survey. This survey was conducted by
means of questionnaires and interviews with personnel directly involved in
project activities. Based on the results of the questionnaire and analysis with
SPSS, the most influential variables in the influence of risk on quality
performance are factors that must be considered which have the highest index
values, namely: Weather Conditions, Unskilled Labor, Lack of material
availability, Delivery delays material, Inaccuracy and non-conformance of
detailed specifications, Productivity of equipment. The results of linear
regression analysis indicate that labor risk and implementation risk on quality
performance in science work will cause significant changes in quality
performance in science work. The application of the six sigma
method to project performance risks obtained the important and most influential
factors in every building - the building of the IPA processing. From
calculations using six sigma can reduce defects in the implementation of
science work, the results obtained are the DPMO value of 21,711 which is
equivalent to 3.52 Sigma.
Keywords: Risk Factors, Quality Performance, Development Projects
Pendahuluan
Air merupakan
sumber daya alam yang sangat berharga dan paling potensial dalam memenuthi
kebutuhan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Air juga dapat dikatakan
sebagai sumber kehidupan di bu mi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal
ini tidak hanya disebabkan oleh faktor pertumbuhan jumlah penduduk, melainkan
air juga disebabkan oleh penggunaan air yang digunakan dalam kegiatan industri
(Kodoatie dan Roestam, 2005).
Air bersih di
daerah perkotaan menjadi sangat penting karena terdapat akitivitas kehidupan
masyarakat kota yang sangat dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih
tersebut maka penduduk daerah perkotaan tidak dapat mengandalkan air dari
sumber air langsung seperti air permukaan dan air hujan karena kedua sumber air
tersebut sebagian besar telah tercemar baik secara langsung maupun tidak
langsung dari aktivitas manusia. Saat ini, Air tanah dan Air PAM merupakan
alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Dengan
pertumbuhan penduduk dan banyaknya aktivitas yang dilakukan tentunya memberikan
dampak terhadap peningkatan kebutuhan pada kuantitas dan kualitas air bersih.
Pada proyek instalasi pengolahan air (IPA) Karang Anyar 2 merupakan salah satu
pengolahan air yang dimiliki oleh PDAM Tirtanadi kota Palembang. Sehingga
Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan solusi tepat bagi penduduk kota saat
ini agar tetap memperoleh air bersih yang dapat di konsumsi sehari-hari.
Dalam hal ini
sangat penting pada upaya memenuhi kebutuhan kualitas air minum atau air bersih
dengan pengolahan fisika, kimia dan bakteriologi. Kualitas air baku yang semula
belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang
aman bagi manusia. Persyaratan kualitas air dikaitkan dengan kesehatan.
Pemenuhan kebutuhan air minum tidak saja diorientasikan pada kualitas
sebagaimana persyaratan kesehatan air minum, tetapi sekaligus menyangkut kuantitas
dan kontinuitasnya. Dalam spesifikasi teknis ini dengan acuan instalasi
pengolahan air minum menggunakan standar yang berlaku yaitu SNI 6774 tahun
2008.
Pada RPJMN
2015-2019, dana APBN yang tersedia untuk pembangunan infrastruktur sektor air
minum hanya sebesar Rp 33,899 Triliun. Oleh karena itu, pembangunan konstruksi
di bidang infrastruktur air perlu diupayakan dengan cara yang efisien, efektif,
tepat waktu, informatif, komunikatif dan bermutu. Pembangunan IPA akan
berkaitan dengan sistem jaringan pipa dan pekerjaan sipil. Sistem perpipaan
berfungsi sebagai media untuk mengalirkan suatu fluida dari satu equipment ke
equipment lainnya. Konstruksi sistem jaringan perpipaan dan sipil yang baik
harus memenuhi standar. Yang dimana jaringan pipa tersebut tidak hanya
berfungsi mengalirkan fluida saja tetapi harus bisa menjamin mutu, kualitas,
keselamatan dan keamanan serta keberlangsungan air yang dialirkan.
Permasalahan
yang terjadi pada konstruksi IPA dan sipil air minum adalah keterlambatan
proyek konstruksi, risiko kegagalan mutu pada tahap pelaksanaan proyek, aspek
manajerial pada tahap pelaksanaan seperti perencanaan dan penjadwalan proyek
yang kurang sempurna, Adapun hal lain volume material yang dikirim tidak tepat,
perhitungan dari engineer kontraktor kurang tepat pada saat menghitung jumlah
kebutuhan pipa DN 600, hal ini disebabkan oleh kurang tepatnya design gambar
dengan kondisi aktual lapangan dan efisien. Hal tersebut maka belum
diterapkannya manajemen risiko yang terstruktur untuk mengidentifikasi dan
memitigasi risiko yang terjadu dalam konstruksi instalasi pengolahan air (IPA).
Kajian manajemen
resiko pada proyek konstruksi antara lain pemipaan IPA Kaligarang-Semarang
Barat dilakukan oleh Purba, et. al (2015) dengan menggunakan korelasi antara
manajemen risiko dan Work Breakdown Structure (WBS), Anggraini dan Hariastuti
pada pemasangan pipa baja (2014) serta Listianti dan Sekarsari (2017) yang
mengidentifikasi risiko konsultan perencana jalan dan jembatan.
Proyek
konstruksi IPA tidak akan terlepas dari berbagai resiko. Bila suatu risiko
konstruksi terjadi, sektor bisnis juga akan ikut terserang akibatnya akan
mempengaruhi aspek penilaian kinerja perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, mengevaluasi risiko dan
merespons risiko pada proyek konstruksi IPA. Dengan identifikasi prioritas
manajemen resiko diharapkan berdampak pada keberlangsungan dalam pencapaian
tujuan proyek dibidang mutu kualitas (quality) agar proyek dapat tercapai
sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian terkait manajemen risiko yang mencakup
identifikasi risiko, analisis risiko, distribusi penerimaan risiko, mitigasi
risiko dan kepemilikan risiko yang bertujuan mengetahui risiko dominan yang terjadi,
penyebab terjadinya risiko dan pengaruh manajemen risiko pada saat pelaksanaan
proyek konstruksi Analisis Faktor Risiko Pelaksanaan Terhadap Kinerja Mutu
Berbasis Six Sigma Pada Proyek Pembangunan Instalasi Pengolahan Air.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan teori metode penelitian
maka strategi penelitian
yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah strategi survey.
Strategi survey adalah metode
yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiono, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil beberapa sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara survey. Survey ini dilakukan dengan cara kuisioner dan wawancara terhadap personil yang terlibat langsung dalam kegiatan proyek. Metode analisa adalah sangat penting untuk mengidentifikasi variabel - variabel yang relevan sehingga didapatkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan. Sebagai input untuk melakukan analisa tersebut adalah data dan informasi hasil dari kuesioner para responden. Setelah itu data �
data tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan analisa data secara statistic dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Program for Social Science).
Variabel penelitian
ini meliputi faktor � faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Dalam penelitian ini variabel � variabel tersebut terdapat dua variabel yaitu :
a) Variabel bebas
(independent)
Variabel dikatakan
independen apabila variabel tersebut bertindak sebagai variabel stimulus, input, predictor dan antecedent. Variabel independen disebut juga sebagai variabel bebas atau variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat).
b) Variabel terikat
(dependent)
Variabel dikatakan
dependen apabila variabel tersebut merupakan variabel terikat yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas.
Hubungan variabel
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik Y = f(X), dimana kinerja mutu digambarkan sebagai sumbu Y, sedangkan faktor risiko sebagai variabel bebas yang digambarkan pada sumbu X, dengan sebagai berikut :
�����
Dalam model matematika
hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam fungsi yaitu :
Y=
f(X)
Keterangan :
Y = Variabel terikat,
kinerja mutu
X = Variabel bebas,
faktor � faktor risiko
F = Fungsi
Y= f(X)
Variabel Terikat (Y)
Variabel Bebas (X)
Gambar 1 Hubungan
Variabel Bebas dan Variabel Terikat
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Hasil dan Pembahasan
1. Pendahuluan
Dalam
proses penelitian ini diperoleh dari hasil distribusi kuesioner kepada pihak �
pihak yang terlibat atau pernah terlibat dalam pekerjaan proyek Instalasi
Pembangunan Air. Pengolahan data untuk hasil survey kuesioner diannalisa dengan
menggunakan software SPSS dengan metode six sigma. Pengolahan
data ini mengikuti langkah DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
untuk memudahkan proses perbaikan serta menggunakan alat kualitas serta metode
perhitungan dan statistic pada setiap langkah � langkahnya.
2. Survey Kuesioner
Waktu dan Tempat
Pengambilan
data dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2021 sampai dengan 31 Desember 2021
pada proyek Instalasi Pembangunan Air. Proyek yang diteliti adalah proyek yang
hampir selesai dikerjakan (on progress). Pada penelitian ini
menggunakan metode kuesioner dan melakukan wawancara dan kepada para pakar dan
koresponden di lapangan yang bertanggung jawab secara langsung dalam tahap
pekerjaan Instalasi Pembangunan Air sebagai cara mengumpulkan data primer dalam
mengamati dan mendapatkan keterangan � keterangan yang jelas terhadap suatu
masalah yang diteliti.
Hasil Survey Validasi Pakar
Pada
pembahasan ini mengenai analisa dari penelitian keterkaitan dengan hubungan
antara variabel pengaruh risiko terhadap kinerja mutu proyek yaitu melalui para
pakar dan responden yang selanjutnya dilakukan analisa data hubungan
keterkaitan menggunakan SPSS 25.0. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
penyebaran kuesioner dengan butir � butir pertanyaan yang diperoleh dari
variabel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan studi
literatur, yang berkaitan dengan faktor pengaruh risiko terhadap kinerja mutu
proyek. Pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner terdiri dari tahap
validasi oleh pakar dan tahap selanjutnya ke responden.
Kemudian
data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pakar merupakan pernyataan
setuju atau tidak setuju terhadap variabel � variabel penelitian tersebut.
Hasilnya yang diperoleh dari proses pengumpulan data kuesione terhadap para
pakar selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk pengumpulan data kuesioner
terhadap responden yang langsung terlibat dalam proses pekerjaan proyek IPA.
Data yang diperoleh dari para pakar diuraikan dalam tabulasi data dibawah ini.
Untuk tabulasi data angka 1 sebagai nilai bagi pakar yang setuju terhadap
variabel dan angka 0 sebagai nilai bagi pakar yang tidak setuju terhadap
variabel. Dari hasil penjumlah apabila lebih besar atau sama dengan 3 maka
variabel dianggap sudah disetujui oleh pakar untuk digunakan dalam kuesioner selanjutnya.
Dari
hasil pengumpulan data yang sudah diverifikasi dan divalidasi oleh para pakar
maka diperoleh variabel penelitian yang akan digunakan dalam tahap kuesionr
selanjutnya, hasil yang diperoleh sebanyak 25 variabel. Kemudian hasil 25
variabel tersebut diajukan dalam bentuk pertanyaan � pertanyaan. Kuesioner akan
disebarkan kepada pihak responden yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Pengumpulan Data Responden
Setelah
Pengumpulan data survey kuesioner dilaksanakan dengan mendistribusikan
kuesioner kepada orang yang terlibat langsung dalam pekerjaan proyek Instalasi
Pembangunan Air dan para pakar yang sudah berpengalaman dalam pekerjaan
tersebut. Kuesioner ini dilaksanakan dengan disebarkan dengan jumlah 80 buah
kuesioner (angket) langsung kepada para penyedia jasa proyek Instalasi
Pembangunan Air dimana, didistribusikan mulai dari bulan oktober 2021 sampai
dengan Desember 2021.
3. Pengolahan Data
Kuesioner
dibentuk untuk memudahkan para responden dalam pengisian dimana yang terdiri
dari 7 halaman dengan 2 halaman pembuka, 1 halaman data responden, 4 halaman
pertanyaan � pertanyaan. Kuesioner dilakukan setelah kuesioner masuk dalam
validasi para pakar, peneliti telah mencapai 55 responden. Berdasarkan jawaban
responden kepada peneliti maka menunjukkan pola/cara yang dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan.
Data Umum
Pada
bagian I terdiri pertanyaan mengenai data diri dari responden. Pertanyaan
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang responden yang melakukan
pengisian kuesioner. Oleh karena itu bagaian pertanyaan ini yang diajukan
berupa tempat bekerja, jabatan, pendidikan terakhir, beserta pengalaman kerja. Memiliki
jabatan project manager sebanyak 2 orang atau sama dengan 3,64 %, yang memiliki
jabatan site manager sebanyak 2 orang atau sama dengan 3,64 %, yang memiliki
jabatan quality control sebanyak 4 orang atau sama dengan 7,27%, yang memiliki
jabatan staff engineer sebanyak 30 orang atau sama dengan 54,%, yang memiliki
jabatan konsultan sebanyak 5 orang atau sama dengan 9,09 %, yang memiliki
jabatan team leader sebanyak 2 orang atau sama dengan 3,64 %, yang memiliki
jabatan quantity surveyor sebanyak 5 orang atau sama dengan 9,09%. Dalam
kondisi ini dapat memberikan kebenaran opini.
Identifikasi Faktor Risiko
Pada
penelitian ini ditujukan untuk divalidasi ke para pakar yang secara langsung
pada proyek pelaksanaan pembangunan instalasi pengolahan air. Setelah
divalidasi hasil variabel terdapat 25 (dua puluh) faktor atau variabel yang
mempengaruhi faktor risiko terhadap kinerja mutu pada pelaksanaan proyek
instalasi pembangunan air. Setelah hasil variabel didapatkan kemudian
menggunakan skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel, kemudian indikator tersebut menyusun item � item instrumen yang
berupa pertanyaan dan pernyataan. Dapat dilihat bahwa secara keseluruhan nilai
rata � rata dari variabel yang dijawab cukup memuaskan.
Penentuan
jumlah sampel
Penentuuan jumlah sampel acak minimum dengan rumus (Hogg dan Tannis
1997)
������������������� (3.1)
���������������������� (3.2)
Dimana:
m� : Sampel dari poplasi tak
terbatas
n�� : Sampel dari populasi terbatas
(minimum)
Z� : Nilai (e.g 1,96 untuk 95%
level aman)
P* : Derajat variasi antar elemen
populasi (0,5)
ꜫ�� : Batas
toleransi kesalahan (0,05)
N� : Jumlah populasi terwakili
Diketahui :
Z� = 1,96
P* = 0,5
ꜫ�� = 0,05
N� = 25 Variabel pertanyaan
Penentuan jumlah sampel acak
Maka jumlah minimum sampel pakar yang harus
dimiliki dalam penelitian ini adalah 24 reponden agar data yang diperoleh
valid.
4. Uji Instrumen
Sebelum
melakukan analisis terhadap hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan
pengujian instrument yang dipakai sebagai alat pengumpul data primer dalam
penelitian dalam penelitian ini. Uji instrumen ini dilakukan yaitu pengujian
validitas dan pengujian reliabilitas dengan menggunakan SPSS for windows 23.0.
Dalam
pengujian validitas atau alat pengukur data menggunakan rumus korelasi dari Person
Product Moment. Pengujian validitas diambil dari setiap butir variabel pernyataan
digunakan analisis butir yaitu mengkorelasikan nilai setiap pernyataan dengan
nilai total yang merupakan jumlah nilai dari setiap butir/variabel pernyataan.
Dalam
pengujian reliabilitas menunjukkann konsistensi suatu instrumen. Suatu
instrumen data dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan
hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
dapat dikatakan reliabilitas (dapat dipercaya).
Uji Validitas
Validitas
menurut (sugiono, 2007) adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan kevalidan
atau kesahihan dari instrument. Pada pengujian validitas ini mengacu pada
sebuah instrument dalam menjalankan fungsinya. Variabel � variabel yang
didapatkan dari artikel, jurnal dan karya ilmiah yang di publikasikan. Pengolahan
datanya menggunakan bantuan program SPSS for windows. Sebuah instarument dapat
dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
Dari
hasil data uji statistik validitas terlihat bahwa tidak ada satupun butir
pernyataan dari variabel tersebut adalah valid. Syarat minimum dianggap
memenuhi syarat dengan nilai r = 0,266. Maka kalau korelasi antara butir dengan
skor total lebih dari 0,266 maka variabel tersebut dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Mencari
nilai Jumlah Varians Butir (Σσb2) dengan mencari dulu varian setiap
butir, kemudian di jumlahkan. Reliabilitas merupakan
pengertian dimana suatu instrument cukup dapat dipercaya dan diandalkanm dengan
menggunakan analisis Cornbach Alpha. Apabila kuesioner dianggap andal apabila
koefisien Cornbach Alpha lebih besar atau sama dengan 60% (0,6) (Arikunto,
2010). Dari
hasil pengujian dari statistik reliabilitas memperlihatkan bahwa nilai dari
Cronbach�s Alpha, r = 0,759 dengan demikian seluruh 7 variabel pernyataan
tersebut adalah reliable, karena nilai Cronbach�s Alpha diatas nilai minimal
0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukura metode liner mempunyai
reliabilitas yang baik.
5. Analisis Regresi Linier
Berganda
Analisis
regresi yaitu mempelajari tentang model persamaan yang menjelaskan hubungan
antara satu variabel tak bebas/dependent (Y) dengan dua atau lebih variabel
bebas/independent (X1, X2,�, Xn) diketahui. Pada analisis regresi berganda
dalam penelitian ini mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas
(independent) yang terdiri dari risiko lingkungan (X1), risiko material (X2),
risiko peralatan (X3), risiko tenaga kerja (X4), risiko pelaksanaan (X5),
risiko desain (X6), risiko manajemen (X7) terhadap variabel terikat (dependent)
pengaruh risiko terhadap kinerja mutu (Y1). �Dari hasil uji regresi
berganda dapat dibuat persamaan sebagai berikut ini :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + e
Y = 3.993 - 0,052X1 - 0,021X2 +
0,056X3 + 0,066X4 - 0,041X5 - 0,028X6 - 0,019X7
Keterangan:
Y = Variabel terikat yang diprediksikan (Pengaruh Risiko Terhadap
Kinerja���������� Mutu)
X1 = Variabel bebas (Risiko Lingkungan)
X2 = Variabel bebas (Risiko Material)
X3 = Variabel bebas (Risiko Peralatan)
X4 = Variabel bebas (Risiko Tenaga Kerja)
X5 = Variabel bebas (Risiko Pelaksanaan)
X6 = Variabel bebas (Risiko Desain)
X7 = Variabel bebas (Risiko Manajemen)
α = Nilai konstanta
β1 = Koefisien regresi 1
β2 = Koefisien regresi 2
β3 = Koefisien regresi 3
β4 = Koefisien regresi 4
β5 = Koefisien regresi 5
β6 = Koefisien regresi 6
β7 = Koefisien regresi 7
e = Error
Dari
persamaan regresi berganda linier yang terbentuk diatas dapat dijelaskan
interpretasinya sebagai berikut ini :
1. Nilai
konstanta α sebesar 3.993, yang artinya bahwa jika seluruh variabel
nilainya 0 (nol) maka tingkat kualitas proyek sebesar positif 3.993 atau
tingkat kualitas meningkat.
2. Nilai
koefisien regresi variabel risiko lingkungan bernilai negatif sebesar 0,052
yang artinya jika variabel risiko lingkungan naik satu satuan maka tingkat
kualitas proyek akan mengalami penurunan sebesar 0,052.
3. Nilai
koefisien regresi variabel risiko peralatan bernilai positif sebesar 0,056 yang
artinya jika peningkatan naik satu satuan maka tingkat kualitas proyek akan
mengalami peningkatan sebesar 0,056.
4. Nilai
koefisien regresi variabel risiko tenaga kerja bernilai positif sebesar 0,066
yang artinya jika peningkatan naik satu satuan maka tingkat kualitas proyek
akan mengalami peningkatan sebesar 0,013.
6. Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi
(R2)
Koefisien
korelasi (R) merupakan seberapa kuat hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat sedangkan koefisien determinasi (R2) yaitu mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependent.
Berdasarkan
nilai R dalam regresi linier berganda menunjukkan bahwa nilai korelasi berganda
yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel independent (variabel X) degan
variabel dependen (variabel Y). nilai R berkisar 0 sampai 1. Jika mendekati 1,
hubungan semakin erat, jika mendekati 0, hubungan semakin lemah. Nilai R
didapat 0,253 yang artinya bahwa korelasi antara variabel � variabel X terhadap
variabel Y erat karena mendekati 1.
Untuk
nilai R square menunjukkan nilai koefisien determinasi yang mendefinisikan
bahwa pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Nilai R2
sebesar 0,640 yang artinya pengaruh variabel � variabel X terhadap variabel Y
sebesar 64%, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lainnya.
Untuk
nilai adjusted R square menunjukkan pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependen dengan menggunakan lebih dari dua variabel independent. Nilai
adjusted R2 didapat 0,750 yang artinya pengaruh variabel � variabel X terhadap
variabel Y sebesar 75%.
7. Uji Hipotesis
Pengujian Parsial (Uji T)
Uji t
dilakukan untuk mengetahui masing � masing dari variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan uji masing � masing koefisien
regresi variabel bebas apakah dapat mempengaruhi yang signifikan atau tidak
terhadap variabel terikat. Pengujian parsial (Uji T) dilakukan dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel,
maka berpengaruh secara signifkan dan jika apabila t hitung < t tabel, maka
berpengaruh secara tidak signifikan.
Tabel 1. Hasil
Pengujian Parsial (Uji T)
Coefficientsa |
|
|
|||
Model |
T |
Sig. |
Nilai t |
Sig. |
|
1 |
(Constant) |
5.517 |
.000 |
|
|
Risiko Lingkungan
(X1) |
-.356 |
.724 |
Tidak Berpengaruh |
Tidak Signifikansi |
|
|
Risiko Material (X2) |
.598 |
.553 |
Tidak Berpengaruh |
Tidak Signifikansi |
|
Risiko Peralatan (X3) |
1.084 |
.284 |
Berpengaruh |
Signifikansi |
|
Risiko Tenaga Kerja
(X4) |
.821 |
.416 |
Tidak Berpengaruh |
Tidak Signifikansi |
|
Risiko Pelaksanaan (X5) |
-.542 |
.591 |
Tidak Berpengaruh |
Tidak Signifikansi |
|
Risiko Desain (X6) |
-.434 |
.666 |
Tidak Berpengaruh |
Tidak Signifikansi |
|
Risiko Manajemen (X7) |
-.226 |
.822 |
Tidak Berpengaruh |
Tidak Signifikansi |
|
a. Dependent Variable: Pengaruh Risiko Terhadap Kinerja
Mutu |
(Sumber : Hasil Olahan
Peneliti, 2022)
Pada
tabel diatas dijelaskan bahwa hasil rekapan uji t variabel bebas terhadap
variabel terikat berdasarkan nilai t tabel dan signifikansi menunjukkan bahwa
ada beberapa variabel bebas yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
variabel terikat dan Ho ditolak, Ha diterima yakni :
� Variabel Risiko Peralatan (X3)
Dari
variabel bebas yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat yang
didapatkan hasil nilai t hitung sebesar 1.084 dengan nilai sig sebesar 0,284
maka demikian menunjukkan memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko kinerja
mutu. Dari
hasil tersebut maka didapatkan variabel bebas yang memiliki faktor dominan
terhadap variabel terikat yakni variabel risiko peralatan maka dapat dijelaskan
sebagai berikut : Pengaruh dari risiko peralatan dalam proyek
berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu proyek. Hal tersebut dikarenakan
dari hasil wawancara menjelasakan berjalannya proyek saat peralatan yang tidak
sesuai dengan kondisi kerja makanya dapat mempengaruhi kualitas dari mutu
kinerja proyek tersebut. Kondisi lainnya saat kerusakan alat berat sering
terjadi dapat mempengaruhi produktifitas dari para pekerja yang berkurang. Maka
dari itu sebaiknya perlu diperhatikannya produktifitas pada peralatan sehingga
terciptanya kinerja mutu proyek yang baik.
Pengujian Simultan (Uji F)
Uji F
digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variabel independent
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent. Dasar
pengambilan keputusan:
a. Apabila
Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel terikat X secara bersama- sama
terhadap variabel bebas Y.
b. Apabila
Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel terikat X secara bersama-sama terhadap variabel
bebas Y.
Tabel 2. Hasil
Data Uji F
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
27.630 |
7 |
1.271 |
7.461 |
.000b |
Residual |
1.897 |
47 |
.588 |
|
|
|
Total |
29.527 |
54 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Total Y1 |
||||||
b. Predictors: (Constant), Total
X7, Total X1, Total X6, Total X3, Total X4, Total X2, Total X5 |
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Berdasarkan
pada tabel diatas bahwa hasil uji F hitung sebesar 7,461 dan untuk menghitung
nilai F tabel dengan tingkat signifikansi α = 0,05 maka nilai F tabel =
(α; Df1; Df2) menjadi Df1 = (k � 1) = (7 � 1) = 6, Df2 = (n � k) = (55 �
6) = 49 maka nilai F tabel (0,05; 6; 49) = 2,290
Kriteria
pengujian jika F hitung ≤ F tabel, Ho diterima, Ha ditolak. Jika F hitung
> F tabel, Ho ditolak, Ha diterima. Berdasarkan nilai F hitung > F tabel
atau 7,461> 2,290 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel �
variabel X secara bersama � sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel Y
kinerja mutu proyek.
Berdasarkan
nilai signifikansi, jika nilai signifikansi ≤ 0,05, Ho ditolak, Ha
diterima dan jika nilai signifikansi > 0,05 Ho diterima, Ha ditolak. Nilai
signifikansi pada uji F kurang dari 0,05(0,000 < 0,05), sehingga Ho ditolak,
Ha diterima yang artinya variabel � variabel independent secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.�
8. Penerapan Six Sigma
Six
sigma merupakan metode yang sangat tepat digunakan dalam pendekatan sistematik
untuk menghilangkan pemborosan (waste) atau aktifitas yang tidak bernilai
tambah melalui peningkatan terus � menerus untuk mencapai tingkat kinerja enam
sigma (Nyata, 2017). Penelitian ini menggunaka metode Lean Six Sigma akan
diintegrasikan kedalam metodologi DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improvement dan Control) yang bertujuan untuk menentukan nilai total
dari pekerjaan defect dan total dari kemungkinan terjadinya defect dalam setiap
pengecekan pekerjaan (Defect per millon opportunities). Maka dalam hal
ini penulis menggunakan metode six sigma untuk pekerjaan proyek ini dimana
tahapan peningkatan kualitas pekerjaannya adalah dengan menerapkan evaluasi
DMAIC sebagai berikut :
1. DEFINE
Define
yang dimana merupakan awalan dalam metode six sigma, pada tahapan ini yaitu
tahapan dimana mengenai permasalah apa yang tejadi saat ini, dan menentukan
aktifitas mana yang termasuk value added dan non value added dengan pembuatan
tabel SIPOC (Supplier, Input, Proses, Output dan Customer).
2. MEASURE
Measure
yaitu tahapan dimana mengukur kualitas yang dihasilkan dari setiap pekerjaan,
mengindetifikasi hasil pekerjaan yang mengacu kepada CTQ (Critical to
quality). Untuk menentukan hasil total dari pekerjaan
defect dan total dari kemungkinan terjadinya defect dalam setiap pengecekan
pekerjaan dengan cara DPMO (Defect Per Millon Opportunities). Dari
checklist yang dilakukan bersama dengan pemilik proyek (owner), berhasil
menemukan temuan-temuan pekerjaan yang memiliki mutu yang tidak sesuai dengan
target, hasil defect yang dituangkan dalam Non Conformance Report (NCR) dan Post
Concreting ceklis pada pengecekan yang dilakukan antara kontraktor dan
konsultan.
Tabel 3.
summary defect dari
ceklis Non Conformance Report (NCR)
dan Post Concreting pada dinding bangunan IPA
No |
Item Pekerjaan |
Lokasi Pier |
Jumlah Lokasi
Seluruhnya |
Jumlah Titik
Lokasi Yang Cacat |
Keterangan |
Dinding Bangunan IPA (D1- D154) |
|||||
1 |
Bekisting Dinding |
D4 � D8 |
308 |
5 |
CLOSED |
2 |
Pengecoran |
D4 � D6 |
154 |
57 |
CLOSED |
TOTAL DEFECTS |
62 |
|
������� (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
No |
Item Pekerjaan |
Lokasi Pier |
Jumlah Lokasi
Seluruhnya |
Jumlah Titik
Lokasi Yang Cacat |
Keterangan |
|
Atap Bangunan IPA (A1- A100) |
||||||
1 |
Spandek |
A7
� A10 |
100 |
4 |
CLOSED |
|
TOTAL DEFECTS |
|
4 |
|
|||
Tabel 4
summary defect dari ceklis Non Conformance Report (NCR) dan Post Concreting pada atap bangunan IPA
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Dari data tabel diatas dapat dilihat untuk mencari nilai DPMO dengan nilai defect per opportunieties untuk pekerjaan instalasi pengolahan air slab track :
DPMO = DPO x 1.000.000
Dimana :
U�������� = Unit
OP������ = Opportunities
D�������� = Defect
DPU��� = Defect per unit
𝐷𝑃𝑀𝑂 = 𝐷𝑃𝑂 𝑥 1.000.000
DPO��� = Defect per Opportunieties
DPOM= Defect per million opportunities
Diketahui������� : Jumlah
defect dari
ceklis post
concreting dan NCR = 66 (D)
� Jumlah Opportunities = 20 (O)
� Jumlah Station = 2 (U)
�
Jumlah rata � rata pier per section = 19 unit
Ditanyakan���� : DPMO?
DPU merupakan hasil rata � rata defect yang dihasilkan pada setiap section.
DPMO= 0,02171053 x 1.000.000 = 21.710,53 ≈ 21.711
Dari data sigma yang ditunjukkan pada tabel diatas untuk defect yang dihasilkan dari pekerjaan instalasi pengolahan air dengan nilai DPMO sebesar 21.711 setara dengan 3,52 Sigma berikut dari tabel nilai sigma :
Tabel 5.
�Hubungan Sigma dan DPMO
SIGMA |
PARTS PER MILLION |
6 Sigma |
3,4 defects per
million |
5 Sigma |
233 defects per
million |
4 Sigma |
6.210 defects per million |
3,52
Sigma |
21.711 defects per
million |
3 Sigma |
66.807 defects per
million |
2 Sigma |
308.537 defects per
million |
1 Sigma |
690.000 defects per
million |
Dari tabel diatas nilai sigma diatas dapat disimpul bahwa
pembangunan instalasi pengolahan air memiliki nilai cacat dan kemungkinan terjadinya
cacat �pada pekerjaan ini cukup tinggi.
Selain itu dapat juga
menggunakan grafik pareto mempermudah
kita untuk fokus kepada faktor dalam memperbaiki defect pekerjaan yang sering terjadi. Diagram pareto dapat menjawab isu :
1.
Dapat
mengetahui item � item pekerjaan defect yang
sering terjadi pada proyek tersebut.
2.
Untuk
mengetahui sumber penyebab dari defect tersebut.
3.
Memberikan
fokus kepada tim konstruksi untuk mengurangi pekerjaan defect
tersebut.
Gambar 1. Diagram pareto pada IPA
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Dari Gambar diatas, didapatkan jumlah defect yang paling sering terjadi pada proyek instalasi pengolahan air adalah pekerjaan pengecoran, kemudian pekerjaan pemasangan spandek, setelah itu disusul pekerjaan bekisting dinding dan terakhir pekerjaan pengelasan pipa distribusi.
3. ANALYZE
Untuk
menganalis penyebab dan akibat dari defect suatu pekerjaan tersebut. Penyajian
dalam tahap analisa ini adalah menggunakan diagram fishbone diagram atau
ishikawa diagram pada setiap defect untuk lebih mudah dimengerti.
Gambar 2. Fishbone
diagram pekerjaan bekisting
Dinding Bangunan IPA
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Pada gambar diatas merupakan fishbone diagram dari pekerjaan Bekisting Dinding Bangunan IPA, yang dapat dilihat bahwa dalam defect-defect yang dihasilkan dalam pekerjaan dari pekerjaan Bekisting Dinding Bangunan IPA disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masalah manajemen yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan dalam pekerjaan, keterampilan pekerja yang disebabkan ketidakahlian pekerja dalam mengerjakan pekerjaan, sehingga menyebabkan kesikuan bekisting diluar toleransi. Kemudian masalah material yang disebabkan karena triplek yang rusak / cacat. Selain itu masalah dari alat-alat yang digunakan berupa kalibrasi alat yang tidak up to date (Waterpass / Total Station) sehingga dapat menyebabkan kesalahan pada saat melakukan pekerjaan load / pengukuran, dan support bekisting yang tidak kuat.
Gambar 3. Fishbone diagram pekerjaan Pengecoran Dinding Bangunan IPA
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Gambar 4. Fishbone
diagram pekerjaan Pemasangan
Atap Bangunan IPA
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2022)
Pada gambar diatas merupakan fishbone diagram dari pekerjaan Pemasangan Atap Bangunan IPA, yang dapat dilihat bahwa dalam defect-defect yang dihasilkan dalam pekerjaan Pemasangan Atap Bangunan IPA disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masalah manajemen yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan dalam pekerjaan, keterampilan pekerja yang disebabkan ketidakahlian pekerja dalam mengerjakan pekerjaan, sehingga menyebabkan kesalahan dalam pengukuran jarak tumpuan. Kemudian masalah material yang disebabkan karena atap spandek yang cacat / bocor. Kebocoran ini juga dapat disebabkan pemberian sealent yang kurang baik. Selain itu masalah dari alat-alat las tidak berfungsi dengan baik, sehingga membuat hasil pengelasan tidak baik.
4. IMPROVEMENT
Berdasarkan
hasil yang diberikan pada tahap ini akan diberikan usulan-usulan
(brainstorming), dengan usulan ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada
tim proyek, apa saja yang dapat dilakukan untuk menjadikan pekerjaan tersebut
menjadi lebih baik dengan melakukan PDCA (Plan, Do, Check, Action).
Sehingga
pada defect pekerjaan diatas dapat berkurang dan diperbaiki. Berikut
rekomendasi untuk mengurangi defect dan perbaikannya :
Tabel 6
Rekomendasi untuk mengurangi defect pada
pekerjaan bangunan IPA
No |
DEFECT |
PERBAIKKAN |
1 |
Bekisting |
a.
Membersihkan permukaan bekisting. b.
Bekisting harus dilapisi dengan menggunakan Release Agent
pada permukaan
bekisting yang menempel pada permukaan beton. c.
Hindari�� �penggunaan��� �bekisting��� �yang berulang � ulang. |
2 |
Pengecoran |
a.
Hindari pengecoran di jam � jam saat
kemacetan lalu lintas
terjadi. b.
Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko
shrinkage cracking. c.
Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan
atau tanpa bahan
admixture. d.
Mengawasi Teknisi Supplier ready
mix/ beton pada saat
pencampuran zat addictive (integral) agar slump test beton sesuai rencana. |
3 |
Spandek |
a.
Memberi������ sealent������ pada����� titik����� kebocoran spandek. b.
Memperhitungkan ulang desain kuda � kuda Mengukur ulang seberapa luas ruang yang tersedia sertas
besarnya atap spandek |
5. CONTROL
Control
merupakan fase dimana memantau cara alternatif dalam perbaikan yang telah
direncanakan yang dapat benar-benar diaplikasikan dan apakah perbaikan terhadap
mutu pekerjaan tersebut dapat mengurangi nilai defect pekerjaan. Mekanisme
control yang pertama adalah pembuatan control sheet untuk mengingatkan
kontraktor mengenai hal-hal yang harus mereka lakukan sebagai maintance
pengolahan. Selain itu kedepannya diperlukan control chart secara berkala
dimana mengetahui proses in control atau tidak. Untuk contoh control
sheet/checklist dari improvement adalah pekerjaan pengecekan pengolahan air
secara berkala.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
dari hasil kuesioner dan analisis dengan SPSS maka variabel yang paling
berpengaruh dalam pengaruh risiko terhadap kinerja mutu yang merupakan faktor �
faktor yang harus lebih diperhatikan yang memiliki nilai indeks tertinggi
yaitu: Kondisi Cuaca, Tenaga kerja yang tidak terampil, Kurangnya
ketersediaan material, Keterlambatan pengiriman material, Ketidaktelitian dan
ketidaksesuaian spesifikasi detail, Produktivitas peralatan.
2. Hasil
analisis regresi linier menunjukkan bahwa risiko tenaga kerja dan risiko
pelaksanaan terhadap kinerja mutu pada pekerjaan IPA akan menyebabkan perubahan
pada kinerja mutu pada pekerjaan IPA secara signifikan.
3. Penerapan
dari metode six sigma pada risiko kinerja proyek diperoleh faktor penting dan
paling berpengaruh disetiap gedung � gedung pengolahan IPA, faktor � faktor
yang berpengaruh yaitu :
a. pekerjaan
pengecoran,
b. pekerjaan
pemasangan spandek, setelah itu disusul
c. pekerjaan
bekisting
4. Dari
perhitungan dengan menggunakan six sigma dapat mengurangi defect pada pelaksanaan
pekerjaan IPA yang didapat hasil nilai DPMO sebesar 21.711 setara dengan 3,52
Sigma.
Adams, F. (2008). Construction contract risk
management: a study of practices in the United Kingdom. Cost Engineering,
50(1), 22�33.
Aditya, O., & Naomi, P. (2017). Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan dan Nilai Perusahaan di Sektor Konstruksi dan Properti. Esensi: Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 7(2), 167�180.
https://doi.org/10.15408/ess.v7i2.4981
Gustinawati, H. (2018). Evaluasi
dan Optimalisasi Sistem Pengolahan Air Minum Pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jaluko Kapasitas 50 L/S Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Daur Lingkungan,
1(1), 29. https://doi.org/10.33087/daurling.v1i1.6
Iqbal, S., Choudhry, R. M., Holschemacher, K., Ali, A., & Tamo�aitienė,
J. (2015). Risk management in construction projects. Technological and Economic
Development of Economy, 21(1), 65�78.
https://doi.org/10.3846/20294913.2014.994582
Ismiyati, I., Sanggawuri,
R., & Handajani, M. (2020). Penerapan
Manajemen Risiko pada
Pembangunan Proyek Perpanjangan
Dermaga log (Studi Kasus: Pelabuhan DalamTanjung Emas Semarang). Media Komunikasi
Teknik Sipil, 25(2), 209.
https://doi.org/10.14710/mkts.v25i2.19467
Jayasudha, K., & Vidivelli,
B. (2015). An Assessment and Analysis of Major Risks in Construction Projects.
ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 03(05), 846�857.
Jenggawah, N., Pada, S., Berpikir, K., Dan, K., & Belajar,
M. (2010). Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas
Jember Jember Digital Jember Digital Repository Repository
Universitas Universitas Jember.
Khamim, M., & Riyanto,
S. (2003). PERUMAHAN TERHADAP PENCAPAIAN SASARAN.103�110.
Kurniawan, A., & Wibowo, A. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi maturitas enterprise risk management (ERM) kontraktor besar di Indonesia. Rekayasa Sipil, 5(2), 99�110.
Milyardi, R. (2020). Perbandingan
Karakteristik Manajemen Risiko Konstruksi Pada Kontraktor Bumn Dan Swasta. Jurnal Teknik Sipil, 16(1), 12�37.
https://doi.org/10.28932/jts.v16i1.2399
Nurlela, & Suprapto,
H. (2010). Identifikasi dan Analisis
Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan Infrastruktur Bangunan Gedung Bertingkat. Jurnal Ilmiah Desain Dan Konstruksi, 13(2), 114�124.
Pantai, P., Provinsi,
D. I., & Barat, S. (2014). Kinerja Waktu Proyek
Pembangunan.
Pertiwi, H. (2017). Implementasi
Manajemen Risiko Berdasarkan PMBOK Untuk Mencegah Keterlambatan Proyek Area Jawa Timur (Studi Kasus: PT. Telkom). Jurnal Studi Manajemen
Dan Bisnis, 4(2), 96�108.
https://doi.org/10.21107/jsmb.v4i2.3959
Putera, I. G., Harmayani,
K., & Putra, I. G. (2019). Pengolahan Air Limbah Terpusat Kota Denpasar Tahap II ( Jaringan
Air Limbah Pedungan ). Spektran, Jurnal Studi, Program Teknik, Magister Universitas, Sipil, 7(1), 42�50.
Rahmawati, N., & Tenriajeng,
A. T. (2020). Analisis Manajemen
Risiko Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Tol (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-
Kampung Melayu). Rekayasa Sipil, 14(1), 18�25.
https://doi.org/10.21776/ub.rekayasasipil.2020.014.01.3
Sandhyavitri, A., & Saputra,
N. (2019). Analisis Risiko
Jalan Tol Tahap Pra Konstruksi (Studi Kasus Jalan Tol Pekan Baru-Dumai).
Jurnal Teknik Sipil, 9(1),
1�19. https://doi.org/10.28932/jts.v9i1.1366
Sandhyavitri, A., & Zulfiqar, M. (2005).
Pada Tahap Konstruksi ( Studi Kasus
Jalan Tol Pekanbaru-Dumai ). Jurnal
Teknik Sipil, 10(iii), 1�15.
SANTOSO, N. B. (2017). Analisis
Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol ( Studi Kasus Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo � Ngawi
- Kertosono Ruas Ngawi - Kertosono Paket 3 ). 1�15.
Spektran, J. (2019). Manajemen
Risiko Terhadap Pelaksanaan Proyek Konstruksi Hotel Di Kawasan Sarbagita.
Jurnal Spektran, 7(1),
51�57.
Ui, F. T. (2012). Contoh
Tesis Pengelolaan Risiko Pada Pelaksanaan Proyek.
Yuliana, C. (2017). Manajemen Risiko Kontrak Untuk Proyek Konstruksi. Rekayasa Sipil, 11(1), 9�16. https://doi.org/10.21776/ub.rekayasasipil.2017.011.01.2.
Copyright holder: Afrina Khairunnisa,
Budi Susetyo (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |