Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 6, Juni 2022
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT
PENGHASIL ENZIM FITASE SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK UNTUK TERNAK UNGGAS
Zaid
Al Gifari, Khairil Anwar, Anwar Rosyidi, Muhamad Ali, Muhamad Amin
Universitas Mataram, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang bersifat non-patogenik dan non-toksik yang menguntungkan bagi inang. Bakteri
asam laktat (BAL) merupakan bakteri probiotik yang digunakan secara luas pada ternak unggas dan memiliki keunggulan dalam menghasilkan enzim ekstraseluler. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi, identifikasi dan karakterisasi bakteri asam laktat
penghasil enzim fitase yang bersumber dari saluran pencernaan
entok (Cairina moschata). Berdasarkan produksi enzim fitase, 5 isolat bakteri yaitu AL01, RIL07, FA16,
AN32, dan NS05 teridentifikasi menghasilkan
enzim fitase yang ditandai dengan dengan terbentuknya clearing zone.
Kata kunci: Phytase, bacteria,
probiotics.
Abstract
Probiotics are living microorganisms that are non-pathogenic and
non-toxic that are beneficial to the host. Lactic acid bacteria (LAB) is a probiotic bacteria that is widely used in poultry and
has the advantage of producing extracellular enzymes. This study aims to
isolate, identify and characterize lactic acid bacteria that produce phytase
enzymes sourced from the digestive tract of wild goose (Cairina
moschata). Based on the production of phytase enzymes,
5 bacterial isolates namely AL01, RIL07, FA16, AN32, and NS05 were identified
to produce phytase enzymes which were characterized by the formation of a
clearing zone.
Keywords: Phytase, bacteria, probiotics
Pendahuluan
Peternakan unggas
ialah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk ternak berupa telur
dan daging. Tantangan
global dalam budidaya perunggasan di Indonesia ialah lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 persen dari biaya produksi
karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Sehingga pengembangan industri peternakan unggas diarahkan untuk optimalisasi penggunaan bahan lokal sebagai
pakan ternak unggas. Penggunaan bahan lokal sebagai
pakan ternak unggas merupakan upaya untuk mengurangi
impor bahan baku dan menurunkan biaya produksi dalam indutsri perunggasan yang berasal dari pakan. Bahan
pakan lokal diketahui memiliki ketersediaan yang melimpah karena mudah diperoleh
di dalam negeri. Jenis bahan lokal dapat
berasal dari tanaman, hewan, dan limbah (pertanian, peternakan, perkebuanan dan industri pengolahannya). Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan baku lokal
sebagai pakan ternak, yaitu: tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, mudah diperoleh, dan dapat diproduksi secara kontinyu.
Kendala yang sering
ditemukan dalam penggunaan bahan lokal yaitu tingginya
kandungan serat dan adanya zat antinutrisi
pada bahan pakan lokal. Senyawa antinutrisi berupa asam fitat banyak
terkandung pada biji-bijian
sumber pakan unggas (Yanuartono,
Nururrozi, & Indarjulianto, 2017). Asam fitat
ialah salah satu zat antinutrisi yang terdapat dalam pakan ternak. Asam
fitat akan menghambat penyerapan nutrisi bagi ternak
unggas. Adanya asam fitat memiliki
efek antinutrisi yang kuat, hal ini
didasarkan pada struktur molekul asam fitat
yang mampu berikatan dengan kation divalent (P, K,
Ca2+, Cu2+, Fe2+, Mn2+, Zn2+), protein, dan karbohidrat
(Kerovuo,
von Weymarn, Povelainen, Auer, & Miasnikov, 2000) (Wang
et al., 2014) (Yanuartono
et al., 2017). Sehingga
mineral tersebut menjadi tidak larut dan menyebabkan logam kation tersebut tidak tersedia sebagai faktor nutrisi (Bohn,
Meyer, & Rasmussen, 2008).
Peningkatan nilai
nutrisi pakan dapat dilakukan dengan cara penambahan
enzim fitase yang berasal dari mikroorganisme.
Nielsen et al., (1997) menyatakan bahwa
fitase asal mikroba aktif (Esceria coli cellular, Aspergillus) di dalam
saluran pencernaan mampu memperbaiki kecernaan mineral (P, K, Ca2+, Cu2+, Fe2+, Mn2+, Zn2+) dan memperbaiki mineralisasi tulang serta mereduksi
kandungan P dalam feses pada broiler (Shin,
Ogburn, Varban, Gilbert, & Burd, 2001). Mikroba yang bermanfaat
ini dapat dimanfaatkan sebagai probiotik. Probiotik merupakan organisme hidup yang bersifat non-patogenik dan menguntungkan bagi inangnya (Hotel
& Cordoba, 2001).
Mikroorganisme yang dijadikan
probiotik didapatkan melalui jalur isolasi,
identifikasi dan karakterisasi.
Tujuan identifikasi adalah untuk penentuan
atau penetapan nama suatu mahluk
hidup (Bin
Masalam et al., 2018). Pada penelitian
ini dilakukan uji fitase pada isolat bakteri AL01, RIL07, FA16, AN32 dan NS05 pada medium LB
yang mengandung sodium fitat.
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bakteri kandidat probiotik dalam memecah asam
fitat dan menghasilkan enzim fitase.
Metode Penelitian
Pembuatan
media LB cair dilakukan dengan menimbang tryptone powder (1%), NaCl
(1%), yeast extract (0,5%) dari jumlah volume aquades yang digunakan
kemudian dihomogenkan menggunakan hot plate stirrer dan diukur pH
(7,2) (El-Toukhy, Youssef, & Mikhail, 2013). Media
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml kemudian disterilisasi
menggunakan autoclave.
Media
yang digunakan dalam melakukan uji fitase yaitu 1,5 g glukosa, 0,375 g NH4NO3,
0,0375 g MgSO4:7H2O, 0,0375 g KCl, 0,15 g CaCl2:H2O, 0,3 g Sodium Fitat dan 1,125 g Agar dimasukkan
ke dalam erlenmeyer yang berisi 75 ml aquades (pH
5,5). Kemudian dipanaskan sambil dihomogenkan menggunakan hot plate stirrer. Sterilisasi dilakukan dengan autoclave selama 15
menit pada suhu 121�C dengan tekanan 15 lbs. Setelah media disterilkan, media dituang pada cawan
petri steril dan ditunggu membeku.
Hasil dan Pembahasan
Karakterisasi bakteri
Hasil peremajaan isolate bakteri dengan kode isolate AL01, RIL07, FA16, AN32, dan NS05 (Tabel 1) diamati secara makroskopis. Karakterisasi morfologi berguna untuk mengetahui bentuk koloni, warna koloni, tepi koloni dan elevasi koloni bakteri yang dikultur. Perbedaan makroskopis dapat disebabkan karena perbedaan media tumbuh yang digunakan. Perbedaan makroskopis ini dapat dijadikan patokan awal dalam proses pemurnian bakteri. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni didapatkan bentuk bulat (100%). Warna koloni atau pigmentasi putih (60%) dan krem (40%). Tepi koloni ada yang rata (80%) dan bergerigi (20%). Elevasi berbentuk umbonate (20%) dan convex (80%).
Hasil penelitian Risna et al. (2020) melaporkan bahwa isolate bakteri asam laktat yang berasal dari saluran pencernaan entok memiliki karakteristik morfologi yang berbentuk bulat atau bergerigi atau timbul, memiliki warna putih sampai putih krim, permukaan koloni cembung dan umbonat, dan ukuran koloni yang beragam. Hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa bakteri yang diisolasi dari saluran pencernaan entok yaitu Pediococcus acidalactici, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus lactis, Lactobacillus salivarius, Streptococcus lactis, dan Lactobacillus murinus (Xie et al., 2015).
Setelah melakukan pengamatan morfologi secara makroskopis, dilakukan pengamatan morfologi secara mikroskopis dengan cara melakukan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengetahui golongan bakteri. Berdasarkan pewarnaan Gram, karakteristik bakteri dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif akan berwana ungu dan bakteri Gram negatif berwarna merah. Selain itu, pengecatan Gram juga dilakukan untuk mengetahui bentuk sel bakteri (Holderman, de Queljoe, & Rondonuwu, 2017).� Berdasarkan Tabel 1, hasil pengamatan sel bakteri dari pewarnaan Gram, diperoleh isolat bakteri AL01, RIL07, FA16, AN32, dan NS05 termasuk Gram positif (100%), berbentuk sel basil (batang) pada isolate kode AL01, RIL07 FA16, dan AN32 (80%). Adapun isolat NS05 memiliki bentuk sel coccus (bulat) (20%).
Berdasarkan hasil uji katalase menggunakan larutan hydrogen peroksida 3% menunjukkan semua isolate bakteri menunjukkan katalase negatif, ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung setelah ditetesi larutan hydrogen peroksida 3%. Enzim katalase mampu memecah hydrogen peroksida menjadi molekul air (H2O) dan oksigen (H2O) (Risa, Harimurti, & Widodo, 2020). Khalid (2011) melaporkan bahwa sebagian besar bakteri asam laktat menunjukkan katalase negatif. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang bersifat anaerob dan tidak dapat mensintesis cytochromes dan enzim katalase (Goyal, Dhingra, Bajpai, & Joshi, 2012).
Proses identifikasi bakteri dilanjutkan dengan menggunakan media
gula-gula. Kemampuan bakteri membentuk asam dari berbagai sumber
karbon dapat diketahui dengan uji fermentasi gula-gula. Sebanyak 10
jenis gula-gula digunakan
pada penelitian ini yaitu glukosa, rhamnose, sukrosa, meltosa, arabinosa, dan laktosa (Tabel 2).
Tabel 2. Profil Biokimia Bakteri Kandidat Probiotik
No |
Kode
Isolat |
H2S |
Motilitas |
Glu |
Gas dari
glukosa |
Rham |
Suk |
Mal |
Ara |
Lak |
1 |
AL01 |
− |
− |
+ |
− |
− |
+ |
− |
+ |
− |
2 |
RIL07 |
− |
− |
+ |
− |
+ |
+ |
+ |
+ |
− |
3 |
FA16 |
− |
− |
+ |
− |
+ |
+ |
+ |
+ |
+ |
4 |
AN32 |
− |
− |
+ |
− |
− |
+ |
− |
− |
+ |
5 |
NS05 |
− |
− |
+ |
− |
+ |
+ |
− |
+ |
+ |
Hasil
uji fermentasi gula-gula menunjukkan
5 isolat bakteri
AL01, RIL07, FA16, AN32, dan NS05 tidak menghasilkan gas H2S,
indol negatif dan non-motil. Semua isolate bakteri mampu memfermentasi sukrosa dan glukosa menjadi asam tanpa
menghasilkan gas dari glukosa. AL01 mampu memfermentasi glukosa, sukrosa dan arabinosa, tetapi tidak mampu
memfermentasi rhamnosa, meltosa, dan laktosa. RIL07 mampu memfermentasi glukosa, rhamnose, sukrosa, meltosa, dan arabinosa, tetapi tidak mampu
memfermentasi laktosa. FA16
mampu memfermentasi semua jenis gula-gula yang diujikan. AN32 mampu memfermentasi glukosa, sukrosa, dan laktosa, tetapi tidak mampu
memfermentasi rhamnose, meltosa,
dan arabinosa. Sedangkan
NS05 mampu memfermentasi glukosa, rhamnose, sukrosa, laktosa dan arabinosa, tetapi tidak mampu
memfermentasi meltosa. Profil biokimia berkaitan erat dengan proses metabolisme pada tubuh bakteri (TUGAS &
ARRACHMAN, n.d.).
3.2 Verifikasi Bakteri Penghasil Enzim Fitase
Hasil uji fitase menggunakan medium yang mengandung sodium fitat menghasilkan clearing zone atau zona bening di sekitar koloni yang tumbuh pada medium (Gambar 1). Hal ini menandakan isolate AL01 (A), RIL07 (B), FA16 (C), AN32 (D), dan NS05 (K) memiliki aktifitas dalam memecah asam fitat.
Gambar 1 Hasil uji fitase
bakteri AL01
(A), RIL07 (B), FA16 (C), AN32 (D), dan NS05 (K) pada medium sodium fitat.
Hasil uji fitase
ini menunjukkan bahwa bakteri AN32, FA16, dan
NS05 memiliki clearing zone (zona bening) lebih besar
(d ; 1,9 cm) dibandingan isolat AL01 (d ; 1,5 cm), dan isolat
RIL07 (d ; 1,6 cm). Perbedaan diameter pada setiap isolat disebabkan
karena perbedaan kemampuan isolat dalam menghirolisis asam fitat menjadi
fosfor. mikroorganisme yang
menghasilkan fitase ekstraseluler mampu menghidrolisis asam fitat menjadi fosfor
sehingga wilayah di sekeliling
koloni terlihat jernih. Fosfor yang dihasilkan dari proses penguraian asam fitat ini larut
dalam media sehingga kekeruhan di sekililing koloni hilang.
Enzim fitase yang dihasilkan oleh bakteri umumnya dikategorikan ke dalam bentuk beta protein (Porto, Kuniyoshi, Azevedo, Vitolo, & Oliveira, 2017). Hasil penelitian sebelumnya melaporkan jenis bakteri penghasil enzim fitase ialah Bacillus subtilis (Shimzu, 1992), Bacillus coagulans (Lee, Kwon, Koo, Kang, & Kim, 2006), Bacillus amyloliquefaciens dan Lactobacillus sanfranciscensis. Suplementasi bakteri penghasil enzim fitase pada bahan pakan ternak akan membantu mengoptimalkan penyerapan mineral yang terkandung dalam bahan pakan. Hasil penelitian Adegbehiningbe (2015) melaporkan bahwa penggunaan beberapa bakteri mampu menurunkan kandungan asam fitat pada campuran sorgum dan kentang dengan kisaran 50,5 � 61,3 %.
3.3 Pengukuran Biomassa Isolat Bakteri Penghasil Enzim Fitasi
pada Berbagai Media
Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap berat pelet isolat bakteri penghasil enzim fitase pada media LB, limbah tempe glukosa dan limbah tempe molasses (Tabel 4).
Tabel 4. Produksi Biomassa Bakteri
Penghasil Enzim Fitase pada Berbagai Media
|
|
Berat
Pellet pada Berbagai Media (�
STDV) |
|
No��������� Isolat |
LB (g) |
Limbah Tempe Glukosa (g) |
Limbah Tempe Molases (g) |
1.������������ AL01 |
0.05
� 0.02 |
0.04
� 0.01 |
0.03
� 0.02 |
2.������������ RIL07 |
0.05 � 0.03 |
0.04 �0.01 |
0.03 � 0.01 |
3.������������ FA16 |
0.05 � 0.02 |
0.05 � 0 |
0.03 � 0.01 |
4.������������ AN32 |
0.05 �0.01 |
0.05 � 0.03 |
0.03 � 0.01 |
5.���������� �
NS05 |
0.03 � 0.01 |
0.05 � 0.02 |
0.04 � 0.02 |
Pada Tabel 4 menunjukkan isolat bakteri AL01, RIL07, FA16, AN32 memiliki berat pelet rata-rata yang sama pada media LB yaitu 0,05 g/ml dan bakteri NS05 sebesar 0,03 g/ml. Rata-rata berat pelet isolat AL01, RIL07, FA16, AN32 dan NS05 pada media limbah tempe glukosa hampir sama pada media LB sekitar 0,04 g/ml dan 0,05 g/ml. Pada media limbah tempe molases, isolat memiliki rata-rata berat pelet sebesar 0,03 g/ml sedangkan isolat bakteri NS05 sebesar 0,04 g/ml. Pertumbuhan biomassa akan terus meningkat sampai titik maksimal seiring pertambahan waktu, dan akan menurun karena terjadi penuaan dan kematian bakteri .
Berdasarkan uraian di atas maka media
alternatif limbah tempe glukosa dan molases layak untuk digunakan sebagai media
tumbuh isolat bakteri penghasil enzim fitase karena kandungan yang dimiliki
oleh limbah tempe yaitu protein, lemak, air, dan beberapa mineral lainnya.
Kandungan nutrisi pada limbah gula (molases) yang cukup tinggi dapat menumbuhkan
bakteri dengan baik. Adanya kandungan nutrisi yang terkandung di dalam
masing-masing media akan meningkatkan kemampuan tumbuh isolat bakteri penghasil
enzim fitase.
Kesimpulan
Isolat
bakteri AL01, RIL07, FA16, AN32, dan NS05 teridentifikasi
sebagai penghasil enzim fitase yang ditandai adanya clearing zone (zona bening) disekitar
koloni isolat bakteri yang ditumbukan pada media yang mengandung asam fitat.
Bin Masalam, Maged S., Bahieldin, Ahmed,
Alharbi, Mona G., Al-Masaudi, Saad, Al-Jaouni, Soad K., Harakeh, Steve M.,
& Al-Hindi, Rashad R. (2018). Isolation, molecular characterization and
probiotic potential of lactic acid bacteria in Saudi raw and fermented milk. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine, 2018.
Bohn, Lisbeth, Meyer, Anne S., & Rasmussen, S�ren.
(2008). Phytate: impact on environment and human nutrition. A challenge for
molecular breeding. Journal of Zhejiang University Science B, 9(3),
165�191.
El-Toukhy, Nabil M. K., Youssef, Amany S., &
Mikhail, Mariam G. M. (2013). Isolation, purification and characterization of
phytase from Bacillus subtilis MJA. African Journal of Biotechnology, 12(20).
Goyal, Renuka, Dhingra, Harish, Bajpai, Pratima, &
Joshi, Navneet. (2012). Characterization of the Lactobacillus isolated from
different curd samples. African Journal of Biotechnology, 11(79),
14448�14452.
Holderman, Michelle V, de Queljoe, Edwin, &
Rondonuwu, Sendy B. (2017). Identifikasi bakteri pada pegangan eskalator di
salah satu pusat perbelanjaan di kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains, 17(1),
13�18.
Hotel, Amerian C�rdoba Park, & Cordoba, A. (2001).
Health and nutritional properties of probiotics in food including powder milk
with live lactic acid bacteria. Prevention, 5(1), 1�10.
Kerovuo, Janne, von Weymarn, Niklas, Povelainen, Mira,
Auer, Sanna, & Miasnikov, Andrei. (2000). A new efficient expression system
for Bacillus and its application to production of recombinant phytase. Biotechnology
Letters, 22(16), 1311�1317.
Lee, Seung Hun, Kwon, Hyuk Sang, Koo, Kyo Tan, Kang,
Byung Hwa, & Kim, Tae Yong. (2006). Characterization of phytase from
Bacillus coagulans IDCC 1201. Microbiology and Biotechnology Letters, 34(1),
28�34.
Porto, Maria Carolina W., Kuniyoshi, Tais Mayumi,
Azevedo, P. O. S., Vitolo, Michele, & Oliveira, R. P. Souza. (2017).
Pediococcus spp.: An important genus of lactic acid bacteria and pediocin
producers. Biotechnology Advances, 35(3), 361�374.
Risa, Yayuk Kurnia, Harimurti, Sri, & Widodo,
Widodo. (2020). Screening for probiotic of lactic acid bacteria isolated from
the digestive tract of a native Aceh duck (Anas platyrhynchos). Biodiversitas
Journal of Biological Diversity, 21(7).
Shin, Marcus E., Ogburn, Kenyon D., Varban, Oliver A.,
Gilbert, Penney M., & Burd, Christopher G. (2001). FYVE domain targets
Pib1p ubiquitin ligase to endosome and vacuolar membranes. Journal of
Biological Chemistry, 276(44), 41388�41393.
TUGAS, I., & ARRACHMAN, KHAIRUNNISA. (n.d.). MIKROBIOLOGI
PEWARNAAN.
Wang, Lei, Yang, Yuxin, Cai, Bei, Cao, Pinghua, Yang,
Mingming, & Chen, Yulin. (2014). Coexpression and secretion of endoglucanase
and phytase genes in Lactobacillus reuteri. International Journal of
Molecular Sciences, 15(7), 12842�12860.
Xie, Z. L., Bai, D. P., Xie, L. N., Zhang, W. N.,
Huang, X. H., & Huang, Y. F. (2015). Intestinal lactic acid bacteria from
Muscovy duck as potential probiotics that alter adhesion factor gene
expression. Genetics and Molecular Research, 14(4), 12262�12275.
Yanuartono, Yanuartono, Nururrozi, Alfarisa, &
Indarjulianto, Soedarmanto. (2017). Fitat dan fitase: dampak pada hewan ternak.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science), 26(3),
59�78.
������������������������������������������������
Copyright holder: Zaid Al Gifari, Khairil Anwar, Anwar Rosyidi, Muhamad Ali, Muhamad Amin (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |