Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
POLA SEBAR LIMBAH HASIL SAYURAN SEBAGAI PAKAN
TERNAK TERHADAP BATAS MAKSIMUM RESIDU PESTISIDA PADA SUSU SAPI SEGAR
Glenzi Fizulmi1, Bambang Wispriyono2, Arif Sumantri3
1 Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
2 Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
3 Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Pestisida merupakan
bahan agrokimia yang digunakan untuk pengendalian hama penyakit baik pada
tanaman maupun hewan, namun sering ditemukan keberadaanya dalam pangan salah
satunya pada susu sapi segar dari peternakan di Kecamatan Pangalengan.
Masyarakat baik peternak dan petani merupakan populasi beresiko untuk terpajan
residu pestisida. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebar
limbah hasil sayuran sebagai pakan ternak terhadap Batas Maksimum Residu
Pestisida pada susu sapi segar di Kecamatan Pangalengan tahun 2019. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional.
Metodologi penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner, penentuan pola sebar dengan aplikasi GPS Essentials dan GIS (Global
Information System) dan pengujian kadar residu pestisida jenis orghanophospat
dalam susu sapi segar. Penelitian ini dilakukan pada 102 peternak pada 7 desa di
Kecamatan Pangalengan dan sampel susu sapi segar disetiap desanya. Analisis
data meliputi analisis univariat. Sampel diekstrasi dengan pelarut organik dan
dideteksi dengan gas chromatoghraphy. Hasil analisis menunjukkan bahwa residu
pestisida dari golongan organofosfat (OP) terdeteksi dalam susu sapi segar dari
ke enam desa tersebut. Nilainya dapat dipastikan diatas Batas Maximum Residu
Pestisida diiringi dengan Pola Sebar Limbah Hasil Sayuran dengan sebaran resiko
tertinggi terdapat di Desa Sukamanah. Pola sebar limbah hasil sayuran yang
terbentuk yaitu melingkar (titik kumpul berdekatan) di Desa Warnasari,
Margamulya, dan Margamukti, sedangkan di Desa Pulosari dan Sukamanah pola
cenderung melengkung dan menyebar searah garis diagonal. Pencemaran pestisida
pada pakan ternak yakni memiliki peran penting sebagai sumber pencemaran bagi
susu segar yang dihasilkan ternak.
Kata Kunci: Pestisida, Limbah Hasil Sayuran, Pakan Ternak, BMR
Abstract
Pesticides are agrochemicals used to control disease pests both in plants
and animals, but their presence is often found in food, one of which is fresh
cow's milk from farms in Pangalengan District.
Communities, both farmers and farmers, are populations at risk from exposure to
pesticide residues. The general objective of this study was to determine the
distribution pattern of vegetable waste as animal feed to the Pesticide Residue
Maximum Limit in fresh cow's milk in Pangalengan
District in 2019. This research was a quantitative study with cross sectional
study design. The methodology of this study was obtained from interviews using
a questionnaire, the determination of scatter patterns with the application of
GPS Essentials and GIS (Global Information System) and testing the levels of orghanophospat pesticide residues in fresh cow's milk. This
research was conducted on 102 breeders in 7 villages in Pangalengan
District and samples of fresh cow's milk in each village. Data analysis
includes univariate analysis. Samples were extracted with organic solvents and
detected by gas chromatography. The analysis showed that pesticide residues
from organophosphate (OP) groups were detected in fresh cow's milk from the six
villages. The value can be ascertained above the Maximum Pesticide Residue
Limit accompanied by the Distribution Pattern of Vegetable Waste with the
highest risk distribution found in Sukamanah Village.
The distribution pattern of waste produced by vegetables is circular (adjacent
gathering points) in the villages of Warnasari, Margamulya, and Margamukti, while
in Pulosari and Sukamanah
villages the patterns tend to curve and spread in a diagonal line. Pesticide
pollution in animal feed that has an important role as a source of pollution
for fresh milk produced by livestock.
Keywords: Pesticides, Vegetable Waste, Animal Feed, MLR
Pendahuluan
Pestisida
merupakan salah satu bahan agrokimia yang digunakan untuk pengendalian hama
penyakit baik pada tanaman maupun hewan. Kegiatan penggunaan pestisida dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, dikarenakan lahan pertanian yang
terkontaminasi pestisida menyebabkan terjadinya penumpukkan bahan berbahaya dan
beracun didalam tanah (Sumantri, 2017). Limbah
pestisida dapat mengontaminasi hasil produk pertanian dan berdampak pada
kesehatan manusia, dikarenakan kandungan pestisida dapat merusak sel pada manusia
dan meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit. Pemanfaatan hasil
pertanian memberikan manfaat dan kandungan gizi yang baik untuk masyarakat,
namun dengan terkontaminasinya oleh pestisida, maka kualitas hasil pertanian
akan menurun. Hal tersebut dapat berdampak pada hasil peternakan, dikarenakan
peternak menggunakan limbah sayuran sebagai pakan ternaknya yang kemungkinan
dapat mengontaminasi hasil ternaknya.
Kecamatan
Pangalengan sudah sejak lama dikenal sebagai sentra peternakan sapi perah dan dapat
dikatakan sebagai gambaran peternakan sapi perah di Jawa Barat. Daerah
Pangalengan menarik untuk dijadikan kasus dalam studi ini dengan alasan bahwa
dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung hanya satu kecamatan yaitu
Pangalengan yang memiliki kesejarahan dalam peternakan sapi perah hingga saat
ini dan masih bertahan dalam pengembangan peternakan sapi perah dan kecamatan
Pangalengan adalah salah satu yang terbesar dari jumlah populasi sapi perah
yang terdapat di daerah selatan Kabupaten Bandung (Mauludin, 2014).
Dari hasil
statistik peternakan dan kesehatan hewan tahun 2018 dari Kementrian Pertanian
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan,
produk hasil ternak (susu, telur, daging) mengalami peningkatan dari tahun 2014-2018.
Namun semakin meningkatnya hasil produk pangan, menurut WHO sebanyak 420.000
orang meninggal akibat keracunan makanan setiap tahun. Bahwa tingkat kesadaran
penduduk dunia terhadap makanan yang dikonsumsi masih dikatakan rendah (Hasanah, 2020).
Menurut
Indraningsih,dkk serangkaian penelitian lapangan yang dilakukan untuk
mempelajari status residu pestisida pada susu 1998 dan 2003 (2013) melaporkan
bahwa beberapa pestisida golongan organoklorin dan organofosfat terdeteksi pada
sampel susu yang dikoleksi dari peternakan sapi perah. Pada penelitian
Indraningsih dan Yulian Sani (2005) menyatakan bahwa terdapat
korelasi positif antara tingkat pencemaran pestisida dalam pakan ternak
terhadap kandungan residu pestisida yang sama di dalam susu segar (Husnul, 2020).
Penelitian juga
menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara residu pada pakan dan susu,
sedang penurunan produksi susu kemungkinan karena kenaikan suhu lingkungan
selama musim penghujan (Indraningsih, n.d.).
Berdasarkan studi pendahuluan, bahwa peternak di Kecamatan Pangalengan masih aktif
menggunakan limbah hasil sayuran sebagai pakan ternak dan petani juga masih
aktif menggunakan pestisida. Dari uji laboratorium bahwa tomat dan susu sapi
segar terdeteksi mengandung residu pestisida golongan organophospat dengan
tingginya sebaran peternak yang menggunakan limbah hasil sayuran sebagai pakan
ternaknya.
Berdasarkan
uraian diatas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola sebar limbah hasil
sayuran sebagai pakan ternak terhadap Batas Maksimum Residu Pestisida pada Susu
Sapi Segar di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Tahun 2019
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional (Wahyuni & Dewi, 2019).
Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner, lembar observasi, penentuan pola sebar limbah hasil sayuran dan
pengujian laboratorium pada kadar residu pestisida jenis orghanophospat dalam
susu sapi segar.
Hasil dan Pembahasan
Populasi penelitian ini adalah 102 peternak di 7 desa di Kecamatan Pangalengan (Desa Margamukti, Desa Pangalengan, Desa Warnasari, Desa Pulosari, Desa Sukamanah, Desa Margamulya, dan Desa Margaluyu) dan sampel susu sapi segar disetiap desanya dengan kriteria menggunakan limbah hasil sayuran
pada pakan ternaknya. Hasil penelitian dilakukan analisis univariat (kuantitatif) dan hasil berupa peta pola sebar dari aplikasi GIS (Global Information System)
Gambar 1
Peta Pola Sebar Limbah
Hasil Sayuran & Pakan Ternak di Kecamatan Pangalengan Pada Tahun 2019
Tabel 1
Hasil Pengujian Sampel Susu Sapi Segar Residu Organophosphat di Pangalengan
No |
Keterangan |
Hasil Pengujian |
BMR Pestisida |
Keterangan |
1 |
Desa Margamukti |
<LOQ (LoQ: 0.01) |
<
0.05 |
Positif |
2 |
Desa Warnasari |
<LOQ (LoQ: 0.01) |
<
0.05 |
Positif |
3 |
Desa Pulosari |
<LOQ (LoQ: 0.01) |
<
0.05 |
Positif |
4 |
Desa Sukmanah |
<LOQ (LoQ: 0.01) |
<
0.05 |
Positif |
5 |
Desa Margamulya |
<LOQ (LoQ: 0.01) |
<
0.05 |
Positif |
6 |
Desa
Margaluyu |
<LOQ (LoQ: 0.01) |
<
0.05 |
Positif |
Pola sebar limbah hasil sayuran merupakan sebaran yang didapatkan dengan titik kordinat lokasi menggunakan aplikasi GPS Essentials dan dilanjutkan membuat peta pada aplikasi GIS (Global Information System) (Daerah & Samosir, 2014). Pertama melakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan menekan menu�satellites� hingga sampai terlihat titik sinyal ordinatnya. Kemudian membuat titik memilih menu �waypoints� jika sudah sampai pada lokasipeternakan dan pengambilan susu sapi segar. Jika sudah mendapatkan kemudian menentukan simbol dan memberikan keteranga dari titik ordinat waypoints tersebut berisi posisi geografis, ketelitian, dan akurasi.
Dari 102 titik peternak setelah didapatkan maka di kirim melalui alamat email dengan format GPX 1.1. Penentuan titik ordinat dilaksanakan di 7 desa, yaitu Desa Margamukti (17 titik peternak), Desa Pangalengan (7 titik peternak), Desa Warnasari (16 titik peternak), Desa Pulosari (15 titik peternak), Desa Sukamanah (15 titik peternak), Desa Margamulya (15 titik peternak), Desa Margaluyu (13 titik peternak) dengan total 101 titik ordinat yang akan dilanjutkan untuk diproses pada aplikasi GIS (Global Information System) untuk dibuatkan
Pembuatan peta pola sebar dengan menggunakan aplikasi GIS (Global Information System) berdasarkan dari titik kordinat GPS Essentials. Titik tersebut dimasukkan ke dalam area peta Kecamatan Pangalengan. Aplikasi GIS memiliki keinggulan yaitu dapat menentukan kedalaman sebaran dan daerah yang tertinggi atau paling beresiko untuk terpapar. Maka dari pola tersebut dapat melihat desa dengan sebaran terbesar yang beresiko adanya keberadaan residu pestisida pada susu sapi segar terkait dengan limbah hasil sayuran dan pakan ternak.
Pada peta yang dibuat menggunakan aplikasi GIS (Global Information System) dihasilkannya 102 titik dengan 3 kategori titik. Titik pertama berwarna hijau yaitu mengartikan pakan tumbuhan (limbah hasil sayuran), titik kedua yaitu berwarna merah berupa pakan konsentrat, dan titik ketiga yaitu berwarna kuning yaitu pakan campuran berupa tumbuhan dan konsentrat. Daerah dengan berwarna hijau tua merupakan area Kelurahan/Desa Kecamatan Pangalengan dan daerah berwarna hijau muda merupakan area Kelurahan/Desa Kecamatan Pangalengan.
Pada peta pola sebar limbah hasil
sayuran tersebut yang tersebar di desa yang terpilih di Kecamatan Pangalengan. Untuk desa dengan
pakan tumbuhan atau limbah
hasil sayuran yang titik pola berwarna hijau
yakni terbesar terdapat di titik Desa Sukamanah dengan besar 10 titik, dan desa�
Margaluyu yaitu terkecil
dalam menggunakan pakan limbah
hasil sayuran, yakni hanya di 1 titik. Untuk urutan pola
sebar limbah hasil sayuran dari titik terbesar hingga terkecil yaitu pertama terbesar desa Sumananah, desa Margamulya, desa Margamukti, dan 3 desa dengan distribusi titik yang sama yaitu desa Pangalengan, desa Warnasari, dan desa Pulosari sebesar
2 titik, dan terendah di desa Margaluyu.
Dapat terlihat bahwa pola yang terbentuk dari limbah hasil sayuran bahwa di Desa Warnasari, Desa Margamulya, dan Desa Margamukti pola cenderung melingkar (titik berkumpul berdekatan), sedangkan di Desa Pulosari dan Desa Sukamanah pola cenderung melengkung dan menyebar dengan searah garis diagonal.
Berdasarkan pola sebar limbah hasil sayuran bahwa yang berkaitan dengan Batas Maksimum Residu Pestisida, sebaran terluas yang menggunakan limbah hasil sayuran berada di Desa Sukamanah, dengan hasil pengujian susu mengandung residu pestisida atau diatas Batas Maksimum Residu Pestisida. Sehingga Desa Sukamanah merupakan desa dengan resiko terbesar untuk terdapatnya susu sapi segar dengan BMR pestisida diatas ambang batas. Sedangkan Desa Margaluyu merupakan desa dengan resiko terkecil dikarenakan sedikitnya peternak yang menggunakan limbah hasil sayuran, namun hasil pengujian susu sapi segar masih terdapat residu pestisida juga.
Menurut Muktiani (2006) penyediaan pakan ternak ruminansia di pulau Jawa yang cukup sulit yakni telah mendorong para peternak bertindak praktis dengan memanfaatkan area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadi padang penggembalaan (Muktiani, Tampubolon, & Achmadi, 2006). Sampah yang dibuang di TPA yakni mengandung bahan bahan organik (+15,1%) yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahkan khusus sampah dari pasar yang sebagian besar terdiri dari limbah sayur dan buah jumlah yang dapat dimanfaatkan mencapai 48,3%. Pada hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa limbah sayur pasar tradisional memiliki kandungan protein kasar 12,64 � 23.50% dan kandungan serat kasar 20,76 � 29,18%
Limbah sayuran memiliki
beberapa kelemahan sebagai
pakan, antara lain mempunyai kadar air tinggi (91,56%) yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun dan tingginya penggunaan pestisida di Kecamatan Pangalengan meninggalkan residu pestisida pada limbah hasul sayuran yang dapat bedampak pada hasil produksi susu sapi perah. Oleh sebab itu, limbah hasil sayuran yang tidak bisa diberikan langsung kepada ternak perlu
diolah terlebih dahulu untuk mempertahankan kualitasnya (Muktiani et al., 2006).
Pada daerah dengan menggunakan pakan konsentrat berupa titik berwarna merah, titik terbesar terdapat di 2 desa, yaitu desa Margamulya dan desa Sukamanah sebesar 2 titik. Adapun desa Pangalengan, desa Margamukti, desa Margaluyu, desa Warnasari, dan desa Pulosari yakni tidak menggunakan hanya pakan konsentrat dalam memberikan pakan ternak.
Penggunaan pakan jenis konsentrat menurut Bartle (1994) merupakan pakan dengan sumber protein, energi, dan rendah serat kasar, dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi konversi pakan, dan dapat dicerna dan difermentasi lebih cepat dibanding hijauan. Penggunaan konsentrat menjadi jadi lebih murah per unit energi yang digunakan oleh ternak ruminansia dibandingkan hijauan , apalagi jika ketersediaan hijauan semakin berkurang maka penggunaan pakan konsentrat cukup baik (Rahardjo, n.d.).
Desa dengan titik yang menggunakan pakan campuran yakni berupa pakan konsentrat dan pakan tumbuhan titik berwarna kuning, desa dengan titik pakan konsentrat dan tumbuhan terbanyak yaitu desa Warnasari, yaitu 14 titik, adapun desa dengan titik tersedikit dalam menggunakan pakan konsentrat dan tumbuhan yaitu pada desa Sukamanah hanya sebesar 3 titik. Adapun urutan pola sebar pakan ternak campuran yaitu pakan tumbuhan dan konsentrat dengan urutan terbesar hingga terendah yaitu desa Warnasari, desa Pulosari, desa Margaluyu, desa Margamulya, desa Pangalengan, desa Margamukti, dan desa Sumanah.
Pada usaha perternakan ruminansia menurut Herry, dkk (2016) pakan merupakan yang paling tinggi dalam hal biaya, biayanya bisa mencapai sekitar 70%� 80%. Makanan yaitu faktor penting dalam suatu usaha peternakan. Jika pakan tidak berkualitas baik dan jumlah yang mencukupi maka walaupun ternak tersebut merupakan bibit unggul maka tidak akan memperlihatkan keunggulannya secara maksimal. Pakan sapi harus mengandung protein bahan pakan sapi yang mengandung protein dapat dari tanaman, misalnya rumput (Supratman, Setiyatwan, Budinuryanto, Fitriani, & Ramdani, 2016). Sumber protein juga bisa berasal dari hewan, misalnya tepung darah, tepung ikan, dan tepung daging. Dapat juga berasal dari hasil limbah pengolahan produk dan limbah hasil sayuran serta pakan supleme atau konsentrat untuk menambah nilai gizi pada sapi perah.
Menurut warga di kecamatan
Pangalengan dan tim KPBS (Koperasi
Peternak Bandung Selatan)
pakan terbaik adalah pakan campuran
yaitu perpaduan antara Pakan Tumbuhan
yang bisa didapatkan dari rerumputan atau limbah hasil sayuran namun harus diolah terlebih dahulu,
dan pakan konsentrat yang berupa pelengkap gizi tambahan
untuk sapi perah untuk menghasilkan produksi
yang lebih berkualitas.
Kesimpulan
Pola sebar limbah hasil sayuran
di Kecamatan Pangalengan
pada sebaran terbesar di desa Sukamanah dan terendah di titik desa Margaluyu diiringi masih tingginya penggunaan pestisida yang akan berdampak pada limbah hasil sayuran. Pola yang terbentuk dari limbah hasil sayuran
bahwa di Desa Warnasari, Desa Margamulya, dan Desa Margamukti pola cenderung melingkar (titik berkumpul berdekatan), sedangkan di Desa Pulosari dan Desa Sukamanah pola cenderung melengkung dan menyebar dengan searah garis diagonal. Desa Sukamanah merupakan desa dengan resiko terbesar
untuk terdapatnya susu sapi segar dengan BMR pestisida diatas ambang batas.
Sedangkan Desa
Margaluyu merupakan desa dengan resiko
terkecil berdasarkan pola sebar limbah
hasil sayuran dikarenakan sedikitnya peternak yang menggunakan limbah hasil sayuran,
namun hasil pengujian susu sapi segar masih terdapat residu pestisida juga.
Residu pestisida
terdeteksi di 6 Desa Kecamatan Pangalengan di dalam susu sapi segar, diiringi dengan pola sebar limbah
hasil sayuran yang masih besar sebarannya
sehingga desa di Kecamatan Pangalengan masih tinggi resikonya
untuk tercemarnya residu pestisida dalam susu sapi segar.
Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan,
& Samosir, Kabupatan. (2014). Prosiding. Google Scholar
Hasanah, Lailatul. (2020). Analisis
Permintaan Dan Penawaran Susu Segar Di Indonesia. Universitas Muhammadiyah
Jember. Google Scholar
Husnul, Ummul. (2020). Pengaruh Program
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Tani terhadap Peningkatan Produksi
Padi Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kelompok Tani di Desa Batetangnga
Kecamatan Binuang Kabupaten Polman). Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Google Scholar
Indraningsih, Yuliastuti S. (n.d.). Analisis
Residu Pestisida Organokhlorin Pada Susu Asal Peternakan Sapi Perah Di Jakarta
Selatan. Google Scholar
Mauludin, Mochamad Ali. (2014). Pengembangan
Peternakan Sapi Perah dan Perubahan Struktur Sosial di Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung. Google Scholar
Muktiani, A., Tampubolon, B. I. M., &
Achmadi, J. (2006). Potensi Sampah Organik Sebagai Pengganti Rumput Ditinjau
dari Parameter Metabolisme Rumen Secra In Vitro dan Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb). Dalam: Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi
Inovatif Untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Hal, 108�114. Google Scholar
Rahardjo, Slamet. (n.d.). Urea: Manfaat
pada ruminansia Urea: Benefit on ruminant. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 28(1),
10�34.
Sumantri, Arif. (2017). Kesehatan
Lingkungan (Edisi-4). Jakarta: Kencana. Google Scholar
Supratman, Hery, Setiyatwan, Hendi,
Budinuryanto, Dwi Cipto, Fitriani, Anita, & Ramdani, Diky. (2016). Pengaruh
Imbangan Hijauan Dan Konsentrat Pakan Komplit Terhadap Konsumsi, Pertambahan
Bobot Badan dan Konversi Pakan Domba (Effect of Balance Complete Forage and
Feed Concentrate on Consumption, Increse of Body Weight and Sheep Feed
Conversion). Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 16(1). Google Scholar
Wahyuni, Sri, & Dewi, Christina.
(2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efikasi Diri Pasien Pasca Stroke:
Studi Cross Sectional di RSUD Gambiran Kediri. Jurnal Wiyata: Penelitian
Sains Dan Kesehatan, 5(2), 85�92. Google Scholar
�������
Copyright holder: Glenzi Fizulmi,
Bambang Wispriyono, Arif Sumantri (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |