Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
PERAN SENSE OF PLACE TERHADAP
KEPUTUSAN KUNJUNGAN ULANG DI GRAND INDONESIA
SHOPPING TOWN
Fadhel Rachmat
Riafdy, Ahmad Gamal
Fakultas Teknik Program Studi
Magister Arsitektur Properti
Depok, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Berbelanja sudah menjadi aktivitas rutin bagi sebagian
orang. Dalam berbelanja memiliki dasar atas kebutuhan dan keinginan, yang mana bagi sebagaian orang yang ingin berbelanja dengan dasar kebututuhan biasanya akan berbelanja
pada tempat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti contohnya di pasar tradisional, minimarket hingga fenomena yang marak saat ini seperti
berbelanja online yang mana biasanya
lebih murah dan praktis. Akibatnya beberapa pusat perbelanjaan modern, seperti
Shopping Center/ Mall cukup menurun
dalam intensitas aktvitas komersilnya. Selain itu, adanya
wabah pandemi Covid-19 yang
masuk ke Indonesia pada tahun 2020 merupakan faktor yang mengakibatkan pembatasan gerak masyarakat untuk beraktivitas di Shopping center/ Mall. Beda halnya pada konsumen yang ingin berbelanja dengan dasar keingininan,
seperti sebagian orang yang
ingin berbelanja untuk mendapatkan pengalaman ruang yang positif. Setiap area Shopping
Center/ Mall memiliki karakteristik
yang berbeda, Sehingga pengalaman ruang seseorang atau yang dapat disebut dengan
Sense of Place (Rasa terhadap tempat)
berbeda-beda pada setiap
area pada Shopping Center. Maka dari
itu penulis ingin mencoba meneliti,
bagaimana peran Sense of
Place pada di Grand Indonesia Shopping Town. Dengan mengumpulkan dan mendeskripsikan persepsi pengunjung, hingga mengukur indikator pengaruh Sense of Place
pada beberapa titik area
dan memetakan area tersebut
sehingga kita dapat melihat apa
dan dimana area yang dapat mendapat menstimulasi representasi mental konsumen yang
mengundang repetisi pengunjung di Grand Indonesia Shopping Town.
Kata Kunci: sense
of place, shopping center, mall, komersil, jual- beli, repetisi,
pengunjung, konsumen
Abstract
Shopping has become a regular activity for
some people. In shopping, it has a basis for needs and wants, which for some
people who want to shop on the basis of needs, they will usually shop at a
place that suits their needs, such as in traditional markets, minimarkets to
current phenomena such as online shopping which is usually cheaper and more
practical. As a result, some modern shopping centers, such as Shopping Centers
/ Malls, have decreased in the intensity of their commercial activities. In
addition, the Covid-19 pandemic outbreak that entered Indonesia in 2020 was a
factor that resulted in restrictions on people's movements to do activities in
Shopping centers / Malls. It's different for consumers who want to shop on a
desirable basis, such as some people who want to shop to get a positive space
experience. Each shopping center / mall area has different characteristics, so
that the experience of a person's space or what can be called a Sense of Place
(Sense of place) is different in each area of the Shopping Center. Therefore,
the author wants to try to research, how the role of Sense of Place in Grand
Indonesia Shopping Town. By collecting and describing visitor perceptions, to
measuring indicators of the influence of Sense of Place at several points of
the area and mapping the area so that we can see what and where the areas can
get stimulates the mental representation of consumers who invite visitor reps
in Grand Indonesia Shopping Town.
Keywords: sense of place, shopping
center, mall, commercial, buying and selling, repetition, visitors, consumers
Aktivitas berbelanja sudah
menjadi kegiatan rutin bagi sebagian
orang. Dalam berbelanja memiliki dasar atas kebutuhan dan keinginan, yang mana bagi sebagaian orang yang ingin berbelanja dengan dasar kebututuhan biasanya akan berbelanja
pada tempat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti contohnya di pasar tradisional, minimarket hingga fenomena yang marak saat ini seperti
berbelanja online yang mana biasanya
lebih murah dan praktis. Akibatnya beberapa pusat perbelanjaan modern, seperti
Shopping Center/ Mall cukup menurun
dalam intensitas aktvitas komersilnya. Selain itu, adanya
wabah pandemi Covid-19 yang
masuk ke Indonesia pada tahun 2020 merupakan faktor yang mengakibatkan pembatasan gerak masyarakat untuk beraktivitas di Shopping center/ Mall.
Gambar 1
Data Statistik Kunjungan Mall (Ekonomi.bisnis.com)
Terlihat dari data statistik
yang dikutip dari artikel ekonomi.bisnis.com,
intensitas pegunjung mengalami fluktuasi terjadi setiap tahunnya, yang mana terjadi penurunan drastis terjadi pada tahun 2020 yang disebabkan oleh pembatasan gerak manusia di lingkungan mall karena pandemi Covid-19. Walaupun saat ini sudah
ada intruksi aman untuk beraktivitas
kembali di Shopping center/ Mall, masyarakat
masih merasa tidak leluasa untuk
beraktivitas di Mall. Dari data statistik,
dapat kita lihat pandemi Covid-19 merupakan sebuah sebab, tetapi sebelum
terjadinya pandemi, intensitas pengunjung juga sudah berkurang, artinya adanya penyebab lain terkait adanya penurunan interaksi manusia di Mall.
Sense of place
adalah reaksi manusia terhadap tempat (Roberson and R. Wilkie,
2010: 2532). Najavi menyatakan
bahwa beberapa tempat yang memiliki sense of
place yang tinggi, maka akan mendorong orang diam disana dan tinggal lebih lama. Sense of place memiliki
peran dalam mengajak masyarakat untuk tinggal lebih
lama dari yang diperlukan untuk menjalankan bisnis mereka (Robertson). Semakin lama orang berlamalama di
suatu tempat, maka citra tempat
tersebut akan semakin meningkat. Hal tersebut terjadi karena orang memiliki alasan untuk menetap
atau berkunjung ke suatu tempat,
dan semakin banyak mereka menghabiskan waktu di tempat tersebut dan semakin sering mereka datang
berkunjung, maka menunjukkan bahwa tempat tersebut mampu menciptakan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan, mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna, mempertahankan dan memperkaya pengalaman pengguna.
Setiap Shopping centre memiliki
identitas yang berbeda antara suatu tempat
dengan tempat lainnya. Semakin tinggi karakteristik dan kenyamanan suatu tempat, maka akan
semakin tinggi intensitas masyarakat untuk tetap didalamnya.
Perasaan emosional terhadap lokasi belanja tertentu diharapkan. Identitas tempat diharapkan dapat mengaktifkan pertimbangan terhadap ekspresi pribadi dan aspek sosial. Terakhir,
ketergantungan tempat harus membuat responden
sangat fokus pada kesuksesan
selama perjalanan belanja dan memuaskan kebutuhan. Hal ini sangat berkaitan dengan proses jual beli pada setiap retail yang berada di lingkungan Sense of Place yang kuat.
Diagram 1
Kerangka Latar Belakang
Dari skema diagram tersebut menjelaskan tentang kerangka dari latar
belakang yang akan saya teliti, berawal
dari penelitian Sense of
Place (Rasa terhadap tempat)
yang berpengaruh terhadap aktivitas pengunjung, rasa terhadap tempat yang seperti apa yang diharapkan oleh pengunjung sehingga memunculkan repetisi/ pengulangan kunjungan pada setiap mall tersebut. Hal yang membuat pengunjung sering berkunjung, akan menaikkan potensi ekonomi untuk berjual-beli
pada Shopping Center/Mall yang ada.
Maka dari itu, penulis menguji penerapan beberapa kontruksi rasa tempat/ Sense of
Place. Menganalisis komponen
yang membentuk representasi
mental responden dan menemukan
“akar/ sebab kembalinya/ repetisi” setiap pengunjung terhadap pengalaman ruang di salah satu mall terbaik di Indonesia yaitu Grand
Indonesia Shopping Town.
Metode Penelitian
A.
Desain Penelitian
Gambar 2
Sumber Pribadi
Alur penelitian
ini diawali dengan menemukan literatur terkait dengan Shopping Center yang ada
di beberapa Jurnal dan artikel yang ada. Selain itu bentuk
penelitian juga mengaitkan antara peran Sense of Place atau bisa disebut
“rasa terhadap tempat” di Shopping
Mall yang ada di DKI Jakarta sehingga
kita dapat melihat penyebab adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya loyalty/ kesetiaan pengunjung pada tempat tersebut. Karena dengan adanya loyalty/kesetiaan pengunjung pada area tersebut dengan artian adanya kenyamanan
yang didukung pada tempat tersebut untuk berbelanja sehingga ada pengalaman-pengalaman berbeda terhadap pengunjung baik untuk pengalaman berbelanja positif maupun negatif. Alur selanjutnya dengan metoda “purposive
sampling” dengan menentukan
pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu seperti kriteria menentukan Shopping Center yang representatif
untuk penelitian, mengkaji area-area/titik spot
Shopping Center yang menstimulan kedatangan
pengunjung, menentukan kriteria pengunjung berdasarkan repetisi kunjungan terhadap mall tersebut. Alur berikutnya, dengan observasi dan membuat survey kuesioner terhadap “tempat” yang berada di Grand Indonesia Shopping Mall. Dengan mengamati secara langsung kondisi eksisting dan dengan menciptakan indikator pertanyaan tentang intensitas kunjungan dan indikator dari analisis 3 panca indra. (Visibilitas,
Audial, Aroma) yang terkait dengan
tempat. Semakin tinggi alasan pemilihan
pada suatu area, semakin tinggi itensitas pengunjung. Alur selanjutnya dengan melakukan pemetaan terhadap zona di tiap lantai Grand Indonesia
Shopping Town sehingga responden/
pengunjung dapat menentukan area yang paling sering
mereka kunjungi (area favorit) dan menyimpulkan persepsi pada area/ zona tersebut.
Pada alur terakhir, dengan mengumpulkan dan mendeskripsikan persepsi pengunjung dari hasil kuisioner, baik untuk jawaban
opsional hingga jawaban deskriptif terhadap area yang menstimulasi pengunjung untuk berepetisi ulang di Grand Indonesia
Shopping Town.
B.
Penentuan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan
dengan memilih mall yang cukup representatif di DKI
Jakarta, yaitu Grand Indonesia Shopping Town;
Gambar 3
Sumber: Google
Image
Alasan pemilihan
mall tersebut merupakan mall
dengan kunjungan terbaik khususnya di daerah DKI Jakarta. (https://www.goodnewsfromindonesia.id/). Grand Indonesia Shopping Town merupakan
kawasan mixed use yang memadukan
area hunian, penginapan, perkantoran dan pusat perbelanjaan menjadi satu.
Gambar 4
Sumber: Google Image
Luas area sewa
GI mencapai 140.000meter persegi
dengan gedung berlantai 7 yang memiliki lahan parkir besar
yang sanggup menampung kendaraan sebanyak 3.000 Mobil
dan 8.000 Motor. Kawasan GI sendiri terdiri dari 6 bangunan yakni Hotel Indonesia
Kempinski, Kempinski Private Residencem Menara BCA
Tower, West Mall, East Mall dan Grand Indonesia Mall. Ada beberapa
tempat atau zona khusus di mall ini, salah satunya adalah The Speciality Zone. Zona ini cocok untuk pengunjung
yang ingin menikmati pengalaman berbelanja eksklusif dan mewah. Outlet yang berada dalam zona ini menawarkan produk mewah dan berkualitas dari merek-merek ternama di dunia yang
dibanderol dengan harga tinggi. Selain
itu, terdapat juga zona
Crossroads of the World. Zona inilah yang membuat Mall GI tampil beda dibandingkan Mall lainnya dan dinilai telah memberikan terobosan baru bagi pusat perbelanjaan
dengan mengusung konsep tematik untuk membuat para pengunjung yang berbelanja dalam suasana yang menyenangkan. Zona ini berlokasi di dua lantai paling atas Grand
Indonesia Mall dan disebut sebagai
Crossroads of The World (COTW) atau Persimpangan Dunia. COTW saat ini dibagi menjadi
4 distrik yaitu distrik hiburan, distrik fashion, distrik kebun dan distrik pasar.
Jenis responden
yang akan ditentukan yaitu responden yang sering mengunjungi Grand Indonesia
Shopping Town, di karenakan kuisioner
diperuntukan untuk responden yang memiliki repetisi kunjungan ulang dan yang memiliki pengalaman ruang yang cukup banyak di Grand Indonesia
Shopping Town, sehingga responden
yang diharapkan dapat menentukan dan mendeskripsikan
area favorit mereka di
Grand Indonesia Shopping Town.
Gambar 5
Sumber:
Google Image
Selain itu, penetapan batasan jumlah responden didapatkan dari rumus Slovin, dari
data kunjungan Grand Indonesia dapat
di hitung dan ditentukan dengan hasil 99,666. Sehingga di genapkan menjadi 100 responden untuk kuisioner di Grand
Indonesia Shopping Town.
C.
Metode Pengumpulan Data
Bentuk dari
metoda pengumpulan data
yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data deskriptif kuantitatif. Dengan metoda kuisioner
Google-forms (Google Formulir) dapat
menciptakan pertanyaan yang
dirunut dari jenis responden yang sering mengunjungi Grand
Indonesia Shopping Mall dan berapa sering intensitas kunjungannya untuk sebagai tanda responden
tersebut memiliki pengalaman ruang yang cukup banyak di Grand Indonesia
Shopping Town. Selain itu dengan menjabarkan pertanyaan terkait Sense of Place
di Grand Indonesia Shopping Town dengan indikator panca indera. Dari aspek visual, audial
dan aroma pada area tersebut, serta
pertanyaan pilihan/ opsional terkait persepsi pengunjung dengan bentuk observasi
yaitu dengan Skala Likert
yang merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap statemen atau pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang disediakan. Yang terakhir, dengan meminta para responden untuk mengisi deskripsi
persepsi terhadap tempat favorit di area Grand
Indonesia Shopping Town tersebut.
Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan bentuk dari
kuisioner yang di susun di
Google Formulir, berikut merupakan hasil dari persepsi pengunjung:
A.
Kategori Ekspektasi pengunjung
terhadap Shopping-Mall dengan
Indikator Sense of Place dari
3 Panca Indra
1. Kategori Indikator Aspek Visual:
Gambar 6
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Sebanyak 66,7% dari
102 responden memilih untuk kategori Indikator Sense of Place terhadap
bentuk Shopping Mall yang diharapkan
pada aspek visual dengan lebih menyukai Shopping
Mall “yang memiliki dekorasi
tumbuhan.”
2. Kategori Indikator Aspek Audial:
Gambar 7
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense Of Place Di Grand Indonesia
Shopping Town)
Sedangkan sebanyak
66,7% dari 102 responden memilih untuk kategori
Indikator Sense of Place terhadap
bentuk Shopping Mall yang diharapkan
pada aspek audial dengan lebih menyukai Shopping
Mall “yang memiliki alunan
musik klasik yang santai.”
3.
Kategori Indikator Aspek
Penciuman:
Gambar 8
Sumber: Google Formulir
(Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense Of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Sedangkan sebanyak
84, 3 % dari 102 responden memilih untuk kategori
Indikator Sense of Place terhadap
bentuk Shopping Mall yang diharapkan
pada aspek aroma dengan lebih menyukai Shopping Mall
“yang teridentifikasi aroma ruangan
yang khas.”
B.
Kategori Indikator persepsi
terhadap Grand Indonesia Shopping Town:
1. Persepsi Jarak
Pandang
Gambar 9
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Dari kategori
indikator tersebut, sebanyak 83,3% dari 102 responden menyatakan Grand
Indonesia Shopping Town “cukup luas”
2. Persepsi Warna
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Hasil kategori
indikator tersebut, sebanyak 83,3% dari 102 responden menyatakan warna yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town “cukup colorful”. Hal tersebut terbukti dari setiap lantainya
memiliki beberapa tema yang berbeda.
3. Persepsi Pencahayaan
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian : Persepsi Pengunjung
Terkait Sense Of Place Di Grand Indonesia Shopping
Town)
Dari kategori
indikator tersebut, sebanyak 77,5% dari 102 responden menyatakan pencahayaan yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town “terang”. Grand Indonesia
Shopping Mall memiliki pencahayaan
alami dan pencahayaan buatan pada interiornya. Pencahayaan alami terdapat pada pengaplikasian kaca besar pada beberapa areanya, seperti contoh area lantai 3A dan lantai 8. Untuk pencahayaan buatan sendiri, Grand Indonesia menggunakan
teknologi lampu LED pada beberapa koridor dan tenantnya.
4. Persepsi Penghawaan
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Hasil dari
kategori indikator, sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan penghawaan yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Segar”. Dikarenakan Grand Indonesia menggunakan
penghawaan buatan seperti penggunaan AC central.
5. Persepsi Suhu
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Hasil dari kategori indikator, sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan suhu yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Dingin”. Dikarenakan Grand
Indonesia menggunakan penghawaan
buatan seperti penggunaan AC central. Sistem Air
Conditioner (AC) Sentral adalah suatu
sistem AC dimana proses pendingin udaranya terpusat pada satu tempat dan kemudian ditransferkan atau dialirkan ke semua
ruangan yang terhubung. Ini merupakan salahsatu
menjadi alasan stimulasi pengunjung dalam mengunjungi Grand Indonesia
karena memiliki suasana sejuk dan digunakan sebagai tempat “ngadem” (menstabilkan suhu tubuh).
6. Persepsi Sirkulasi
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Indikator tersebut
mayoritas sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan sirkulasi yang terdapat Grand Indonesia Shopping Town tergolong
“Lancar”. Pernyataan tersebut dipilih oleh para responden di karenakan dengan skala mall
yang cukup besar, dapat menampung intensitas pengunjung mall dengan jumlah besar.
7. Persepsi Tata Ruang
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Indikator tersebut
mayoritas sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan sirkulasi yang terdapat Grand Indonesia Shopping Town tergolong
“Lancar”. Pernyataan tersebut dipilih oleh para responden di karenakan dapat dilihat dari
kondisi eksisting areaGrand Indonesia Shopping-Town memiliki
area koridor dan sirkulasi
horizontal yang cukup luas
dan juga memiliki area pencapaian
pada tiap lantai menggunakan sirkulasi vertikal seperti esklator dan lift pada setiap sudut areanya.
8. Persepsi Tingkat Kebisingan
Sumber: Google Formulir (Angket Instrumen Penelitian: Persepsi Pengunjung Terkait Sense of Place Di Grand Indonesia Shopping Town)
Indikator tersebut
mayoritas sebanyak 65% dari 102 responden menyatakan tingkat kebisingan yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Normal”. Hal tersebut disimpulkan dari pilihan responden
karena responden merasakan suasana mall yang tidak bising dari
hiruk pikuk eksternal seperti lalu-lintas dan lainnya.
C.
Kategori deskripsi persepsi
berdasarkan mapping zone di Grand Indonesia Shopping
Town:
Berikut area-area yang terfavorit dan spot kunjungan
paling diminati responden
di Grand Indonesia Shopping Town:
1.
Koridor lantai 3A:
Keynote area: Konsep
interior Renaissance
Gambar IV. 5
Sumber: Data Pribadi
Konsep koridor
yang memiliki jenis arsitektur Renaissance merupakan hal yang sering di sampaikan oleh responden, area ini dinilai memiliki
hal keunikan tersendiri pada lantai 3A karena memiliki area yang berbeda dari lantai
lainnya. Selain itu area ini juga dipenuhi dengan vegetasi artificial sehingga para
pengunjung merasakan sensasi visual sejuk pada area koridor tersebut.
2.
Dancing Fountain Lantai 3A:
Keynote area: Atraksi
air mancur.
Pada area 3A terdapat
pada area west mall merupakan suatu
hal yang menarik bagi responden, karena area tersebut merupakan sebuah hiburan bagi pengunjung
yang sering ditampil pada
jam tertentu pada weekdays dan weekend. Pada jam
weekdays diantara jam 12.00 – 15.00 – 18.00 – 21.00. Untuk weekends dimulai pada pukul 11.00 – 13.00 – 15.00 – 17.00 – 19.00 – 21.00. Perpaduan antara air mancur dan beberapa lampu warna-warni pada area tersebut menjadi suatu wisata
shopping mall terhadap para pengunjung.
3.
Koridor lantai 3:
Keynote area: Furnitur
Kursi Mall
Gambar IV. 5
Sumber: Data Pribadi
Terdapat beberapa
hal yang menjadi kebutuhan pengunjung ketika di mall, wajar saja dengan ukuran
mall yang seluas Grand Indonesia sangat membutuhkan tempat untuk beristirahat ketika pengunjung membutuhkannya. Beberapa instrumen furniture tersebut cukup sering di sampaikan oleh beberapa pengunjung di Grand Indonesia, selain
untuk tempat beristirahat, area tersebut juga sering digunakan pengunjung sebagai area meeting
point.
4.
Waiting Room CGV Lantai 8:
Keynote area: Kursi tunggu melingkar dan Ceiling tinggi
Gambar IV. 6
Sumber: Data Pribadi
Untuk ruang tunggu di bioskop CGV di lantai 8 termasuk ruang favorit bagi
pengunjung, khususnya pengunjung yang akan menonton di theatre Grand Indonesia yang mana terdapat ruang tunggu yang cukup luas. Selain itu
pengunjung juga menyatakan bahwa furniture seperti kursi yang melingkar menjadi perihal yang cukup disukai oleh pengunjung karena cukup estetik dan pengunjung dapat merasakan pengalaman duduk yang berbeda. Selain itu ceiling yang tinggi merupakan hal yang mendukung area tersebut menjadi tampak cukup luas, sehingga
dengan intensitas pengunjung bioskop yang cukup banyak, tidak
merasakan sumpek.
5.
Djournal Coffee:
Keynote area: - Konsep
Indoor dan Ourdoor Workspace
Gambar IV. 5
Sumber: Google Image
Pada area spot favorit
pengunjung lainnya terdapat pada area Djournal Coffe, hal ini
disampaikan oleh para responden
dikarena sebagai kebutuhan area workspace yang memiliki
konsep Indoor dan Outdoor. Area workspace ini juga memiliki beberapa stop kontak listrik sehingga para pengunjung menyatakan sebagai area yang cukup layak untuk melakukan
kegiatan WFC (Work from Cafe).
D.
Kategori deskripsi persepsi
berdasarkan mapping zone di Grand Indonesia Shopping
Town:
Tabel 4
Indikator Pengalaman Ruang Pengunjung di
Area Grand Indonesia
Keterangan Persepsi Responden Grand Indonesia |
Jumlah Responden |
Persentase |
Mayoritas Persepsi |
Jarak Pandang |
102 |
82,5% |
“Luas” |
Warna |
102 |
50,5% |
“Cukup Colorful” |
Pencahayaan |
102 |
77,7% |
“Terang” |
Penghawaan |
102 |
52,4% |
“Segar” |
Suhu |
102 |
51,5% |
“Dingin” |
Sirkulasi |
102 |
61,2% |
“Lancar” |
Tata Ruang |
102 |
60,2% |
“Cukup Rumit” |
Kebisingan |
102 |
63,1% |
“Normal” |
Sumber: Anaslisa
Hasil Google Formulir
Dari tabel
indikator Tabel Indikator pengalaman ruang pengunjung di area Grand
Indonesia, dapat disimpulkan
dari 102 pengunjung memiliki takaran yang berbeda dalam merasakan
pengalaman ruang di Grand
Indonesia.
Tabel 5
Mayoritas Persepsi Pengunjung Di Area Grand
Indonesia
Nama Area |
Jumlah Responden |
Jumlah Mayoritas Area Pilihan dan Deskripsi Pungunjung (Lainnya memilih area lain atau abstain) |
Keynote Area |
Koridor Lantai 3A |
102 |
31 |
§ Konsep interior Renaissance |
Dancing Fountain Lantai 3A |
102 |
24 |
§ Atraksi Air Mancur |
Koridor Lantai 3 |
102 |
14 |
§ Furnitur Kursi Mall |
Waiting Room CGV lantai 8 |
102 |
15 |
§ Kursi tunggu melingkar § Ceiling tinggi § View Kota Jakarta |
Djournal Coffee Lantai G |
102 |
17 |
§ Konsep area WFC Indoor dan Outdoor § Kelengkapan area WFC (Furniture, stopkontak listrik) |
Sumber: Anaslisa
Hasil Google Formulir
Dari tabel
tersebut dari 102 pengunjung diminta untuk memilih satu
atau lebih berdasarkan
zona/ map Grand Indonesia yang telah dibagi, dan tabel tersebut memiliki kesimpulan area mayoritas yang menstimulasi repetisi kunjungan dalam hal Arsitektural,
pengunjung ada yang memilih dan ada yang menyatakan abstain (tidak menyatakan sikap).
Kesimpulan
Dari beberapa hasil penelitian, dapat dirangkum bahwsanya penelitian ini dapat menyimpulkan beberapa area-area yang dapat menstimulasi kunjungan pengunjung dalam hal Arsitektural dengan adaptasi pengukuran kuisioner Sense of
Place (Rasa terhadap tempat).
Dalam indikator kategori ekspektasi pengunjung terhadap bentuk Shopping-Mall dengan Indikator Sense of Place dari 3 Panca Indra yaitu: 1). Sebanyak 66,7% dari 102 responden memilih untuk kategori Indikator Sense of Place terhadap
bentuk Shopping Mall yang diharapkan
pada aspek visual dengan lebih menyukai Shopping
Mall “yang memiliki dekorasi
tumbuhan.” 2). Sedangkan sebanyak 66,7% dari 102 responden memilih untuk kategori Indikator Sense of Place terhadap
bentuk Shopping Mall yang diharapkan
pada aspek audial dengan lebih menyukai Shopping
Mall “yang memiliki alunan
musik klasik yang santai.” 3). Sedangkan sebanyak 84, 3 % dari 102 responden memilih untuk kategori Indikator Sense of Place terhadap
bentuk Shopping Mall yang diharapkan
pada aspek aroma dengan lebih menyukai Shopping Mall
“yang teridentifikasi aroma ruangan
yang khas.”
Dari beberapa opsi terhadap
indikator panca indera, 3 hal tersebut
merupakan hal yang pilihan mayoritas pengunjung terhadap atmosfer/suasana yang diharapkan pengunjung pada setiap Shopping-Mall.
Merujuk pada Grand Indonesia Shopping Town sebagai Shopping
Center acuan penelitian, dari hasil kuisioner
pada bagian kategori indikator persepsi pengalaman ruang terhadap Grand Indonesia Shopping Town memiliki
8 jenis indikator dan telah memperoleh 8 hasil mayoritas persepsi pengunjung melalui indikator, sebagai berikut: 1). Dari kategori indikator tersebut, sebanyak 83,3% dari 102 responden menyatakan jarak pandang Grand Indonesia Shopping Town “cukup
luas” 2). Hasil kategori indikator tersebut, sebanyak 83,3% dari 102 responden menyatakan warna yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town “cukup colorful”. Hal tersebut terbukti dari setiap lantainya
memiliki beberapa tema yang berbeda. 3). Dari kategori indikator tersebut, sebanyak 77,5% dari 102 responden menyatakan pencahayaan yang terdapat Grand Indonesia Shopping Town “terang”.
Grand Indonesia Shopping Mall memiliki pencahayaan alami dan pencahayaan buatan pada interiornya. Pencahayaan alami terdapat pada pengaplikasian kaca besar pada beberapa areanya, seperti contoh area lantai 3A dan lantai 8. Untuk pencahayaan buatan sendiri, Grand Indonesia menggunakan
teknologi lampu LED pada beberapa koridor dan tenantnya. 4). Hasil dari kategori indikator, sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan penghawaan yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Segar”. Dikarenakan Grand Indonesia menggunakan
penghawaan buatan seperti penggunaan AC central.
5). Hasil dari kategori indikator, sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan suhu yang terdapat Grand Indonesia Shopping Town tergolong
“Dingin”. Dikarenakan Grand
Indonesia menggunakan penghawaan
buatan seperti penggunaan AC central. Sistem Air
Conditioner (AC) Sentral adalah suatu
sistem AC dimana proses pendingin udaranya terpusat pada satu tempat dan kemudian ditransferkan atau dialirkan ke semua
ruangan yang terhubung. Ini merupakan salahsatu
menjadi alasan stimulasi pengunjung dalam mengunjungi Grand Indonesia
karena memiliki suasana sejuk dan digunakan sebagai tempat “ngadem” (menstabilkan suhu tubuh). 6). Indikator tersebut mayoritas sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan sirkulasi yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Lancar”. Pernyataan tersebut dipilih oleh para responden di karenakan dengan skala mall yang cukup besar, dapat
menampung intensitas pengunjung mall dengan jumlah besar sehingga
para pengunjung tidak merasa berdesakan pada mall tersebut. 7). Indikator tersebut mayoritas sebanyak 52% dari 102 responden menyatakan sirkulasi yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Lancar”. Pernyataan tersebut dipilih oleh para responden di karenakan dapat dilihat dari
kondisi eksisting areaGrand Indonesia Shopping-Town memiliki
area koridor dan sirkulasi
horizontal yang cukup luas
dan juga memiliki area pencapaian
pada tiap lantai menggunakan sirkulasi vertikal seperti esklator dan lift pada setiap sudut areanya. 8). Indikator tersebut mayoritas sebanyak 65% dari 102 responden menyatakan tingkat kebisingan yang terdapat Grand
Indonesia Shopping Town tergolong “Normal”. Hal tersebut disimpulkan dari pilihan responden
karena responden merasakan suasana mall yang tidak bising dari
hiruk pikuk eksternal seperti lalu-lintas dan lainnya.
Dan pada kategori terakhir yaitu deskripsi persepsi pengunjung terhadap Grand Indonesia Shopping Town berdasarkan
mapping zone memiliki 5 area mayoritas
yang dipilih pengunjung, diantaranya koridor lantai 3A, dari 102 responden yang memilih area tersebut sebanyak 31 orang memiliki Konsep interior Renaissance . Area ini dinilai memiliki hal keunikan tersendiri
pada lantai 3A karena memiliki area yang berbeda dari lantai lainnya.
Selain itu area ini juga dipenuhi dengan vegetasi artificial sehingga para pengunjung merasakan sensasi visual sejuk pada area koridor tersebut. Selain itu pada area lainnya, Dancing
Fountain Lantai 3A, Pada area 3A terdapat
pada area west mall merupakan suatu
hal yang menarik bagi responden, karena area tersebut merupakan sebuah hiburan bagi pengunjung
yang sering ditampil pada
jam tertentu pada weekdays dan weekend. Perpaduan antara air mancur dan beberapa lampu warna-warni pada area tersebut menjadi suatu wisata shopping mall terhadap para pengunjung. Area berikutnya, terdapat pada area lantai 3 yaitu kordior yang yang memiliki furniture kursi, terdapat beberapa hal yang menjadi kebutuhan pengunjung ketika di mall, wajar saja dengan ukuran
mall yang seluas Grand Indonesia sangat membutuhkan tempat untuk beristirahat ketika pengunjung membutuhkannya. Beberapa instrumen furniture tersebut cukup sering di sampaikan oleh beberapa pengunjung di Grand Indonesia, selain
untuk tempat beristirahat, area tersebut juga sering digunakan pengunjung sebagai area meeting
point. Area lainnya terdapat
pada area 4.3.4. Waiting room CGV Lantai 8, Untuk ruang tunggu
di bioskop CGV di lantai 8 termasuk ruang favorit bagi pengunjung,
khususnya pengunjung yang akan menonton di theatre Grand
Indonesia yang mana terdapat ruang
tunggu yang cukup luas. Selain itu
pengunjung juga menyatakan bahwa furniture seperti kursi yang melingkar menjadi perihal yang cukup disukai oleh pengunjung karena cukup estetik dan pengunjung dapat merasakan pengalaman duduk yang berbeda. Selain itu ceiling yang tinggi merupakan hal yang mendukung area tersebut menjadi tampak cukup luas, sehingga
dengan intensitas pengunjung bioskop yang cukup banyak, tidak
merasakan sumpek.Area
berikutnya area Djournal
Coffee, Pada area spot favorit pengunjung
lainnya terdapat pada area Djournal Coffe, hal ini disampaikan
oleh para responden dikarena
sebagai kebutuhan area
workspace yang memiliki konsep
Indoor dan Outdoor. Area workspace ini juga memiliki beberapa stop kontak listrik sehingga para pengunjung menyatakan sebagai area yang cukup layak untuk
melakukan kegiatan WFC
(Work from Cafe).
Kusumowidagdo A., A. Sachari,
P. Widodo (2015). The Important Factors of Corridors Settings in Shopping
Center Design A Study of Indonesian Shopping Centers
Ng,
Keith Y.N. (2013). Shopper typology on the relationship between shopping mall
attractiveness and shopper patronage
Scarlett
Wesley (2006). Consumer decision-making styles and mall shopping behavior:
Building theory using exploratory data analysis and the comparative method
Najavi, Mina & Mustafa Kamal Bin Mohd Shariff.
The Concept of Place In Architectural Studies, dalam International
Journal ofHuman and Social Sciences 6: 3 2001.
Kocaili, B.E. 2010. Evolution of shopping malls: recent
trends and the question of regeneration. A Thesis
from The Graduate School of Natural and Applied Science of Cankaya
University, Master of
Science
Program in Interior Architecture. Retrieved from February 15, 2015, 〈https://www.academia.edu/299926/Evolution_Of_Shopping_Malls_Recent_Tr Ends_And_The_Question_Of_Regeneration〉.
Kurniawan,
S., 2012. Mal, Jawaban Gaya Hidup
Urban. Marketeers, Agustus 2012, 57–65.
Kusumowidagdo, A., Sachari, A., Widodo,
P., 2013a. The setting of internal shopping centre's
public spaces and their relationship to
the visitor. GTSF J. Eng. Technol. 2 (1), 211–219.
Kusumowidagdo, A., Sachari, A., Widodo, P.,
2013b. Perkembangan Desain Ruang Publik Pusat Belanja. In:
Proceeding of Seminar Nasional Urban Accupuncture,
Universitas Maranatha, Bandung, 27
October, 2013.
Lynch,
K., 1960. Image of The City. MIT Press, Cambridge. Lynch, K., 1992. The opennes of open space.
In: Banerjee, T., Southworth, M. (Eds.), City Sense and City Design. MIT Press,
Cambridge.
Michon, R., Chebat, J.C., 2004. Cross-cultural mall
shopping values and habitats: a comparison between
English and Frenchspeaking Canadians. J. Bus. Res. 5,
883–892.
Michon, R., Chebat, J.C., Turley, L.W., 2004. Mall
atmospherics: the interaction effects of the mall environment on shopping behavior. J. Bus. Res. 58 (5),
553–704.
Maharani,
Y., 2009. Place Attachment Study at the Bandung Shopping Centre in Relationship
with Activity Factor, Time and
Setting. Institute of Teknologi Bandung, Indonesia
Unpublished thesis. Milliman, R.,
1986. The Influence of restorant patrons. J. Consum. Res. 9, 286–289.
Milgram,
1970. The experience of living in a cities. Science 167,1461–1468.
Copyright
holder: Fadhel Rachmat
Riafdy, Ahmad Gamal (2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |