Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ELICITING
ACTIVITIES DAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN SELF
CONFIDENCE SISWA
Kama Robbayani, Zainal Azis,
Irvan
Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat: 1) Pengaruh yang signifikan antara model eliciting activities dan model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2) Interaksi antara kemampuan awal matematika dan model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 3) Pengaruh yang signifikan antara MEAS dan PBL terhadap self confidence siswa. 4) Interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan model pembelajaran terhadap self confidence siswa. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah quasi eksperimen dan menggunakan dua kelas yakni kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran eliciting
activities dan kelompok eksperimen yang menerapkan model PBL. Pada
penelitian ini analisis datanya menggunakan analisis inferensial.
Analisis inferensial dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kovarians (ANACOVA). Hasil penelitiannya memperlihatkan jika: (1)
Model eliciting activities dan model PBL mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
secara signifikan yang mana angka signifikasi modelnya 0,003
Kata Kunci:�� Kemampuan Awal
Matematika, Model Eliciting Activities,
Model Problem Based Learning,
Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Self
Confidence siswa.
Abstrack
This research aims to find out : (1) Significant influence between
eliciting activities and PBL model on student�s mathematical problem solving abilities. (2) Interaction
between early mathematics ability and learning model on students mathematical
problem solving abilities. (3) Significant influence between eliciting
activities and PBL model on students self confidence (4) Interaction between early mathematic
ability and learning model on students self confidence. This research is quasi
experimental research by using two classes namely experimental class with eliciting
activities learning model and experimental class with problem based learning
model. The data in this research were analyzed by using inferential analysis.
Inferential data analysis performed by ANACOVA. Research results show that: (1)
There is a significant effect between the eliciting activities model and the PBL model on students� mathematical problem solving abilities in which the
model�s significanse number 0,003
Keywords:� Early mathematics
ability, Eliciting activities model, Problem based learning, Problem solving
ability, and Student�s self confidence.
Pendahuluan
Dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika tidak sekedar menyampaikan pengetahuan dari
pendidik ke siswanya, tetapi sebuah proses yang dibentuk ataupun diciptakan
oleh pendidik, jadi siswa terlihat aktif dalam berbagai kegiatan untuk
membentuk pengetahuan mereka sendiri, berinteraksi, negosiasi antara pendidik
dan peserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik. Pembelajaran matematika yang dimaksud dalam hal ini
yaitu pembelajaran matematika yang bermakna jadi siswa akan mendapatkan sebuah
hal yang berguna dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Sejalan
dengan KTSP, (NCTM, 2000) menyusun tujuan pembelajaran matematika yakni belajar
menjalin komunikasi (penalaran matematika), belajar untuk menyelesaikan masalah
(pemecahan masalah), belajar untuk menghubungkan ide-ide (perwakilan
matematika). Dari tujuan tersebuat dapat diambil kesimpulannya yaitu
pembelajaran matematika bisa menunjang siswa dalam mendalami konsep, penyelesaian masalah secara
sistematis, menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari
serta bisa mengungkap
gagasan matematika dengan baik secara lisan dan tertulis.
Diantara
kemampuan matematika yang wajib terdapat dalam
diri siswa ialah kemampuan pemecahan masalah matematika. Hal
tersebut merupakan
sebuah hal yang sangat penting untuk dikembangkan pada setiap proses
pembelajaran matematika. Keterampilan pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika harus ditingkatkan, supaya pola pikir siswa akan terus meningkat.
Muhibbin Syah (2010: 127) mengungkapkan bahwa pembelajaran pemecahan masalah
pada hakikatnya belajar untuk memakai cara ilmiah atau pemikiran yang
sistematis, logis, secara terstruktur dan menyeluruh. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan kemampuan dan keterampilan kognitif
dalam pemecahan masalah matematika siswa melalui analisis dan prosedur
penyelesaian dengan sejumlah tahapan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pendapat
Aqib (2013: 84) kemampuan untuk memecahkan masalah matematika ialah kemampuan
siswa untuk mendalami persoalan, merumuskan strategi dan menerapkan rencana
solusi permasalahannya. Disamping itu, siswa diharapkan dapat mencoba lagi tahapan
yang diambil dari hasil yang didapatkan dan menuliskan jawaban akhirnya
berdasarkan apa yang ditanyakan. Hal inilah yang �membuat siswa-siswi di sekolah tidak menyukai
pelajaran matematika dikarenakan banyak memakai konsep yang berbeda.
Pembelajaran
lainnya yang dilakukan oleh Rakhmasari (Kurniawati, 2013: 13) mengungkapkan
bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menyimpulkan, mendalami masalah dan
memberikan alasan untuk hasil yang ia dapatkan. Ini dikarenakan pembelajaran
matematika yang biasanya dilakukan adalah prosedural. Meskipun kemampuan siswa
ini harus bisa mengembangkan, mendalami konsep dan dapat menyelesaikan
permasalahan dalam matematika.
Model
pembelajaran yang tidak hanya mengenai aktivitas guru namun berfokus pada
kegiatan belajar siswanya, bisa membantu siswa bila menemui kesulitan atau
membimbing mereka untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Dalam pemilihan
model pembelajaran hendaknya berguna bagi upaya peningkatan pelaksanaan
pembelajaran matematika untuk menambah kemampuan matematika siswanya. Maka
model pembelajaran diperlukan untuk bisa memberi peluang siswa supaya kemampuan
siswa bisa berkembang sehingga bisa mendapatkan kemampuan matematika yang
standart.
Model Eliciting Activities (MEAs) dan Problem
Based Learning (PBL) merupakan beberapa contoh dari model pembelajaran yang
bisa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Pendapat
dari
Chamberlin, pembelajaran matematika dengan MEAs ialah
pembelajaran alternatif yang mencari siswa supaya keaktifan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
semakin meningkat. Dalam pendekatan MEAs memiliki
karakteristik yang memunculkan permasalahan konkrit dan dapat dengan mudah
mengasosiasikan konsep matematika abstrak oleh siswa. Dengan begitu dapat
menumbuhkan minat siswa dalam menyelesaian masalah dan menjadikannya aktif
untuk menemukan solusi dari permasalahan mereka (Chamberlin dan Moon, 2012: 4).
Aktivitas siswa diwujudkan pada salah satu karakteristik pendekatan MEAs, yakni
memberi siswa kesempatan untuk mengendalikan pembelajarannya dengan menimbulkan
masalah yang berhubungan
dengan aktivitas
sehari-hari, dan memunculkan minat siswa pada masalah yang diberikan. Model
pembelajaran berbasis masalah yang memungkinkan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir siswa yaitu model PBL. Pendapat
dari
Trianto (2011) PBL ialah model pembelajaran berdasarkan konstruktivisme yang memungkinkan
keikutsertaan siswa di dalam belajar dan memecahkan permasalahan otentik.
Berdasarkan penelitian Sumaji (2013), ia mengungkapkan jika pembelajaran dengan
model PBL membuat tingkat pemahaman belajar matematika siswa menjadi lebih bagus
daripada investigasi kelompok dan model pembelajaran langsung.
Metode Penelitian
Populasi penelitian ini ditujukan
pada siswa MTs Al Washliyah Kedaisianam. Pengambilan sampel penelitian dalam hal ini
akan menggunakan teknik purposive
sampling. Pendapat dari
Sugiyono (2012: 118) menyatakan jika teknik purposive sampling merupakan sebuah
teknik pemilihan sampel menggunakan sebuah kriteria tertentu. Sehingga sampel
dalam penelitian ini dipilih dari kelas VII-A dan VII-B.
Jenis penelitian yang akan
dipilih oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian harus tepat. Penelitian ini berjenis penelitian
Quasi Eksperimen dan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan ada atau tidaknya pengaruh
pembelajaran yang diterapkan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dan self confidence siswa melalui model MEAs dan PBL. Semua kelompok di uji dengan kemampuan awal dan uji
akhir (post-test). Rancangan desain tersebut akan dituangkan pada tabel di
bawah ini:
Dalam suatu penelitian pasti membutuhkan
teknik pengumpulan data yang bertujuan sebagai cara yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan data penelitiannya. Dalam hal ini teknik yang akan digunakan yaitu teknik tes
dan non tes. Disini instrumentnya meliputi sekumpulan soal tes yang digunakan
sebagai pengukuran KAM siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemudian �lembar observasi yang berupa angket dimaksudkan untuk menguji tingkat kepercayaan diri siswa.
Proses awal siswa sebelum
mendapatkan perlakuan dalam pembelajaran disebut dengan kemampuan awal. Tujuan
dari pelaksanaan tes kemampuan awal matematika yaitu supaya dapat mengetahui tingkat
kemampuan seluruh siswanya baik yang rendah, sedang dan tinggi. Pengukuran tingkat
kemampuan awal siswa dilakukan dengan tes pilihan ganda.
Langkah-langkah menentukan
kelompok yang dilaksanakan dalam penelitian ini terbagi 3 tingkat yakni; 1) Seluruh
skor siswa dijumlahkan, 2)
Menghitung nilai mean dan
standar deviasi, 3) Menetapkan batas-batas kelompok (Arikunto, 2013: 263).
Pada penelitian ini datanya dikumpulkan
dengan tes uraian yang bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kisi-kisi instrument tes yang
akan digunakan untuk mengetahui hal tersebut akan ditampilkan dalam tabel berikut
ini :
Tabel 3
Kisi � kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek
Kemampuan Pemecahan Masalah |
Indikator
yang dicapai |
Nomor Soal |
Memahami masalah |
a. Menuliskan
apa yang diketahui |
1.a,� 2.a,� 3.a, 4.a,�
5.a |
Merencanakan penyelesaian |
b. Memodelkan
masalah berbentuk
gambar |
1.b, 2.b, 3.b, 4.b,��
5b. |
c. Menuliskan
langkah penyelesaian masalah yang akan digunakan |
||
Menyelesaikan masalah |
d.
Melakukan perhitungan |
1.c, 2.c, 3.c, 4.c��
5c. |
Melakukan pemeriksaan |
e. Menuliskan
kesimpulan dari proses yang dilakukan |
1.d, 2.d, 3.d, 4.d,��
5d |
Di bawah ini merupakan tabel
pedoman pemberian skor pemecahan masalah matematika (Tanjung : 2019) :
Tabel 4
Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah
Aspek yang
dinilai |
Jawaban
Siswa |
Skor |
Pemahaman terhadap masalah |
- Tidak
berbuat (kosong) atau seluruh interprestasi salah (sama sekali tidak memahami
masalah) |
0 |
- Cuma
beberapa interprestasi yang benar |
1 |
|
- Memahami
permasalahan soal dengan lengkap dan dapat mengidentifikasi apa yang akan
dicari. |
2 |
|
Perencanaan Penyelesaian Masalah |
- Sama
sekali tidak dikerjakan (Kosong) |
0 |
- Beberapa
rencana yang disusun benar ataupun perencanaan yang dibuat tidak lengkap. |
1 |
|
- Semua
rencana yang disusun sudah benar dan mengarah ke pemecahan yang benar jika
tidak terdapat kekeliruan dalam menghitung. |
2 |
|
Melaksanakan Perencanaan Penyelesaian Masalah |
- Tidak
terdapat jawaban ataupun jawabannya salah karena perencanaannya salah. |
0 |
- Penulisannya
salah, perhitungannya salah, Cuma menulis beberapa jawaban, jawaban tidak
dijelaskan, ada jawabannya namun salah. |
1 |
|
- Cuma
beberapa langkah saja yang benar ataupun mayoritas salah jadi hasilnya juga
salah. |
2 |
|
- Secara
substansi prosedur yang dilakukan benar dan hanya sedikit kesalahan ataupun
terdapat kekeliruan prosedur jadi hasil akhirnya salah. |
3 |
|
- Jawabannya
benar dan lengkap, menjawab secara
lengkap, jelas dan benar. |
4 |
|
Memeriksa Kembali |
- Jawaban tidak
diperiksa |
0 |
- Pemeriksaan
sebatas proses |
1 |
|
- Pemeriksaan
cuma
pada proses dan jawaban |
2 |
Untuk dapat mengetahui hasil dari
Self Confidence siswa. Data yang dibutuhkan untuk pengukuran self
confidence siswa didapatkan dari angket yang berdasarkan indikator dengan
menggunakan skala likert. Masing-masing
kategori penilaian mempunyai bobot yang berbeda-beda. Pernyataan tersebut akan ditampilkan dalam tabel di bawah ini;
�����������
Kisi-kisi dari
instrumen Self Confidence akan diuraikan pada tabel berikut ini;
Tabel 6
Kisi-kisi instrument Self Confidence
Variabel |
Indikator |
Nomor Butir |
Jumlah Soal |
|
Positif |
Negatif |
|||
Self
Confidence |
Percaya diri ketika menemui kegagalan dan keberhasilan |
1,2 |
3,4 |
4 |
Percaya diri dalam persaingan dan dibandingkan dengan teman yang lainnya. |
5,6 |
7,8 |
4 |
|
Mengetahui keterbatasan dirinya dalam bersaing dengan teman-temannya. |
9,11 |
10,12 |
4 |
|
Mengetahui keterbatasan
dirinya dalam menghadapi matematika. |
14,15 |
13,16 |
4 |
|
Percaya jika matematika merupakan
sebuah hal yang abstrak |
18,19 |
17,20 |
4 |
|
Percaya jika matematika merupakan sebuah hal yang sangat bermanfaat. |
21,22 |
23,24 |
4 |
|
Percaya jika matematika merupakan sebuah seni, analitis, dan rasional. |
25,26 |
27,28 |
4 |
|
Percaya jika matematika merupakan sebuah kemampuan bawaan. |
29,31 |
30,32 |
4 |
Untuk dapat menentukan tingkat self confidence siswa adalah :
Interval =
Analisis yang digunakan adalah
ANACOVA, karena pada penelitian ini terdapat variabel pengiring selaku variabel
independen yang sulit dikontrol namun bisa diukur bersama-sama
dengan variabel dependen. Model analisis konvarians dihitung menggunakan rumus di
bawah ini (Syahputra, 2016:210)
��������������������������� i = n;� j = n;�
k = n
Hasil Dan Pembahasan
Hasil
Tujuan dari pemberian tes kemampuan
awal matematika adalah untuk melihat
kemampuan dari mean kedua kelas eksperimen
dan untk membagi siswa sesuai dengan
tingkat KAM manakah yang tinggi,
sedang dan rendah sebelum dilaksanakan proses model pembelajaran kepada siswa.
Dalam pengelompokkan menyesuaikan dengan nilai mean dan standart
deviasi dari kedua kelas eksperimen dan hasil pengelompokkan KAM siswa dari
kedua kelas adalah:
Pengelompokkan kedua kelas tersebut berdasarkan tingkat KAM yang tinggi,
sedang dan rendah pada kelas yang berkemampuan awal dengan berkriteria tinggi
sejumlah 14 siswa, ada 30 siswa yang termasuk
dalam katergori sedang dan ada 16 siswa yang termasuk
dalam kategori rendah dengan jumlah sampel kedua kelas eksperimen
sebanyak 60 siswa.
Dari uraian
diatas sudah terlihat bahwa penilaian KAM siswa yang berkriteria sedang lebih
dominan dari pada kemampuan awal dengan kriteria tinggi dan rendah.
Dari kedua kelas eksperimen, baik itu kelas dengan model MEAs dan kelas dengan model PBL, setiap kelas diberikan tes untuk
melihat hasil dari pengaruh kemampuan pemecahan masalah pada tiap-tiap model.
Agar mendapatkan gambaran tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diadakan perhitungan
rerata pada setiap aspek yakni:
�����������
Tabel diatas memperlihatkan jika mean tes pada kedua kelas
eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran
yang tidak mempunyai skor indikator pemecahan masalah yang tidak sama. Skor total pada kelas
eksperimen I adalah 38.333 dan skor total pada
kelas eksperimen II adalah 3.533.
Kemudian pada self confidence
siswa secara kuantitatif terlihat dalam tabel berikut ini:
Tabel tersebut memperlihatkan jika self
confidence siswa didalam dua kelas yaitu MEAs dan model PBL diketahui bahwa
jumlah self confidence siswa berkategori
sangat baik sebanyak 40 orang dengan presentase 67% dan jumlah self confidence siswa berkategori baik
sebanyak 20 orang dengan presentase 33% dan jumlah self confidence dengan kategori cukup dan kurang dengan jumlah
siswa yang sama yaitu tidak ada satupun atau 0%.
Pembahasan
Berikut ini adalah hasil pengujian ANACOVA dua faktor dengan covariat
tunggal pada KAM yang disajikan dalam tabel berikut:
Uji Hipotesis Pertama
Dari data tabel �diatas peneliti
dapat mengetahui pengaruh antara model MEAs dan model PBL terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Dengan mengesampingkan pengaruh KAM dengan
melihat ke model diketahui jika nilai signifikasinya adalah 0,003. Angka 0,003
Uji Hipotesis Kedua
Dari data tabel� diatas peneliti
dapat mengetahui pengaruh KAM dan perbedaan
model pembelajaran secara bersamaan, maka yang terdapat dalam kolom 1 tabel 10
baris pertama yaitu Corrected Model.
Terlihat nilai signifikansi 0,000. Nilai 0,000
Hasil dari pengujian ANACOVA dua faktor dengan covariat tunggal pada self confidence siswa tersaji dalam
tabel di
bawah ini :
Uji Hipotesis Ketiga
Dari data tabel diatas peneliti dapat mengetahui pengaruh signifikan antara
model eliciting activities dan model PBL terhadap self confidence siswa. Dengan mengesampingkan pengaruh KAM dengan
melihat ke model diketahui jika nilai signifikasinya 0,022. Nilai 0,022
Uji Hipotesis
Empat
Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh KAM dan perbedaan
model pembelajaran secara bersamaan, yang terdapat
dalam kolom 1 tabel 11 pada baris pertama yakni Corrected Model. Terlihat nilai signifikansi 0,009. Nilai 0,009
Kesimpulan
Sesuai dengan hasil analisis
data yang sudah dilakuian, dapat diberikan beberapa kesimpulan bahwa: (1) Dari
kedua kelas eksperimen dengan menerapkan model MEAs dan model PBL secara signifikan mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. (2) Terdapat interaksi antara kemampuan
awal matematika dan model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. (3) Dari kedua kelas
eksperimen dengan menerapkan model MEAs dan model PBL secara
signifikan mempengaruhi self confidence siswa. (4) Ada interaksi
antara KAM dan model
pembelajaran terhadap self confidence
siswa.
BIBLIOGRAFI
Anik Kurniawati (2013) Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Matematika
SMPNegeri Malan. Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan. 1-8, 2337-7623
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chamberlin & Moon (2012). Model-Eliciting Activities as a Tool to
Develop and Identify Creatively Gifted Mathematicians. Vol. XVII, No. 1, Fall
2005, pp. 37�47. University of Wyoming.
Muhibbin Syah.2010.Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United
States of America : The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumaji. (2013). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Problem
Based Instruction dan Group Investigation pada Materi Persamaan Linier Satu
Variabel Kelas VII MTS Swasta se-Kabupaten Rembang Ditinjau dari Aktivitas
Belajar Siswa. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika. UNS.
Syahputra, Edi. 2016. Statistika Terapan. Medan: Unimed Press
Tanjung, Dian Fitria. 2019. Pengaruh Kemampuan Awal Matematika Dan Model
Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dan Self Efficacy
Siswa Upt Satuan Pendidikan Formal Smp Negeri 1 Percut Sei Tuan. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Matematika. UMSU.
Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan
Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta :
Bumi Aksara.
Copyright holder: Kama Robbayani, Zainal Azis, Irvan (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |