Vol. 7, No. 7, Juli 2022
HUBUNGAN KEHAMILAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI PUSKESMAS PABEDILAN
Iis, Ela Rohaeni����
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Cirebon Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
�Abstrak
Kehamilan remaja
adalah kondisi perempuan� yang hamil ketika berusia dibawah 20 tahun. Komplikasi melahirkan dan kehamilan cenderung akan dialami ibu
remaja yang berumur di bawah delapan belas
tahun sehingga meningkatkan resiko mortalitas� dan morbiditas
terhadap mereka sendiri dan bayi yang dikandung dibandingkan ibu yang berusia lebih matang.� Desain penelitian menggunakan desain analitik dan cross sectional rancangan
penelitian. Dalam penelitian ini, populasi berjumlah 32 kasus. Kuesioner digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Analisis data menggunakan metode yaitu uji statistik pearson chi square dengan SPSS. Hasil penelitian membuktikan ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun mengalami preeklamsia dengan nilai signifikansi P Value = 0,00
maka didapatkan P<0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa� terdapat hubungan antara kehamilan remaja dengan terjadinya preeklamsia. Kesimpulan berdasarkan�� uraian�� di atas�� bahwa pre eklampsia mempunyai faktor risiko yaitu
kehamilanremaja dengan nilai Asymp.Sig (2- Sided) menunjukan p=0.00 dalam hasil ini p<0,05.
Kata kunci: Kehamilan Remaja, Preeklamsia
Abstract
Adolescent pregnancy is a
condition in which a woman's pregnancy occurs at the age of less than 20 years.
Adolescent mothers, especially those under 18 years of age, are more likely to
experience complications of pregnancy and childbirth than older mothers, which
increases the risk of morbidity and mortality both for themselves and for their
children. The research design used an analytic design with a cross sectional
research design. The population in this study were 32 cases. Data collection
techniques using a questionnaire. The data analysis method used is the Pearson
chi square statistical test with SPSS. The results showed that pregnant women
aged < 20 years experienced preeclampsia with a significance value of P Value
= 0.00, then P <0.05 was obtained so that it could be concluded that there
was a relationship between teenage pregnancy and the incidence of preeclampsia.
risk factors for pre-eclampsia with the value of Asymp.Sig
(2-Sided) showed p = 0.00 in this result p <0.05
Keywords: Teen
Pregnancy, Preeclampsia
Pendahuluan
Kehamilan remaja ialah kehamilan yang
terjadi pada wanita remaja yang belum ataupun sudah menikah dengan rentang usia
14�20 tahun Pada usia remaja, kehamilan dapat mengalami pendarahan yang menjadi
faktor kematian ibu. Oleh karena itu, risiko kehamilan remaja terhadap kematian
ibu dan bayi sangat tinggi.(Krisylva, Joewono, & Maramis, 2019).
�� Selain infeksi dan pendarahan Morbiditas dan
mortalitas ibu juga disebabkan oleh penyebab utama lain salah satunya
Preeklampsia. Perlu dilakukan diagnosis preeklampsia sejak awal yang merupakan
pendahuluan dari eklampsia agar angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan. (Nursal, Tamela, & Fitrayeni, 2017).
Menurut (Organization, 2017), melaporkan
angka kejadian preeklamsia sebanyak 0,51% - 38,4% ibu hamil. Asia selatan
merupakan daerah yang memiliki pravelensi kehamilan dengan preeklamsia
tertinggi di dunia, yaitu sebesar yaitu 56%. Ditinjau dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) kementrian kesehatan pada 2017 menunjukan 49%. Angka kejadian
kehamilan dengan preeklamsia di kabupaten cirebon pada tahun 2019 sebanyak 31%.
(Dinkes Kabupaten Cirebon, 2019).
Menurut (Fiolentina & Ernawati, 2021) masalah
kehamilan pada remaja jika di biarkan akan berdampak pada janin yang dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah akibat gangguan fungsi plasenta yang
disebabkan aliran darah ke plasenta turun karena spasmus arteriol spinalis
deciduas. Keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR) dan hipoaksia janin
dapat terjadi karena kerusakan plasenta ringan, dan dapat menyebabkan
dismaturitas, IUFD, dan prematuritas serta kematian janin dalam kandungan
apabila kerusakan bertambah parah. Pada ibu, preeklamsia berdampak diantaranya
abruption plasenta, hipofibrinogemia, solusio plasenta,�� hemolysis, kerusakan pembuluh kapiler mata
hingga kebutaan, perdarahan otak, edema paru, kerusakan jantung, nekrosis hati,
kelainan ginjal, dan sindroma HELLP. Oleh sebab itu pemerintah melakukan
pencegahan preeklamsia dengan cara memperkuat asuhan antenatal yang terpadu,
kemungkinan risiko preeklamsia bisa dideteksi di fasilitas kesehatan layanan
primer.
�� Penguatan
Asuhan Antenatal Care (ANC) terpadu merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk
mengurangi angka kematian dan kesakitan karena preeklamsia (Kemenkes, 2012).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.4 tahun 2019 Pasal 49 ayat 1
tentang pelayanan Kesehatan ibu, wewenang bidan deteksi dini kasus komplikasi
dan risiko dilakukan� ketika masa
kehamilan, masa persalinan, pasca persalinan, asuhan pasca keguguran, masa
nifas dan setelah itu, rujukan diberikan.
�� Angka
kejadian kehamilan remaja usia < 20 tahun dengan preeklamsia di Puskesmas
Pabedilan sebanyak 17 orang (53,2%). Menilik latar belakang permasalahan di
atas peneliti akan melaksanakan penelitian tentang hubungan kehamilan remaja
dengan kejadian Preeklamsia di Puskesmas Pabedilan Kec. Pabedilan Kab. Cirebon.
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu di Puskesmas
Pabedilan Kabupaten� Cirebon .
b. Waktu Penelitian
Penelitian telah
dilakukan bulan Mei 2021
Populasi dan Sempel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Seluruh ibu
hamil remaja yang ada di Puskesmas Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon merupakan populasi penelitian yang berjumlah 32 ibu hamil.
2. Sampel Penelitian
Penelitan ini
menggunakan sampel yakni semua remaja� yang memenuhi
kriteria. Dengan ketentuan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria Inklusi : Semua ibu
hamil dibawah usia 20 tahun, Kriteria Ekslusi :� Ibu hamil berumur sama dengan
atau lebih dari 20 tahun dan Ibu hamil normal
Teknik Pengambilan sampel����������
Purposive sampling menjadi pilihan untuk penelitian
ini. Berdasarkan Sugiyono (2014), purposive sampling ialah
teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu. Peneliti memanfaatkan 30 sampel dalam penelitian ini.
Alat dan Tehnik Pengumpulan Data
Alat penelitian
yang digunakan Kuisioner Observasi.
Analisis Data
Analisa data menggunakan
univariat dan bivariat
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis
Univariat
Tabel 1
Distribusi
responden berdasarkan Usia Ibu Hamil di Puskesmas Pabedilan Kec Pabedilan, Kab.
Cirebon
No |
Usia Ibu hamil |
Frekuensi |
Presantese |
1 |
17-19 tahun |
17 |
53,1 % |
2 |
20-35 tahun |
15 |
46,9% |
|
Jumlah |
32 |
100% |
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
mayoritas responden (53,1%) berumur 17-19 tahun yang artinya terlalu muda untuk
hamil. Di Puskesmas Pabedilan kabupaten cirebon.
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan
Tekanan Darah di Puskesmas Pabedilan Kec. Pabedilan, Kab Cirebon
No |
Tekanan Darah |
Frekuensi |
Presentase |
1 |
Preeklamsia |
22 |
68,7% |
2 |
Tidak Preeklamsia |
10 |
31,3% |
|
Jumlah |
32 |
100% |
Tabel 2
menunjukkan bahwa hanya sepuluh orang (31,3%)�
tidak mengalami preeklamsia sedangkan 22 orang (68,7%) lain mengalami
preeklamsia.
2.
Analisis
Bivariat
Tabel 3
Hasil Chi Square Hubungan
Kehamilan Remaja Dengan Kejadian Preeklamsia di Puskesmas Pabedilan
|
Frekuensi |
% |
Frekuensi |
% |
|
Usia < 20 thn |
17 |
53,2% |
��� ��0 |
0% |
53,1% 0.00 |
Usia > 20 thn |
5 |
15,6% |
���� 10 |
31,2% |
46,9% |
Total |
22 |
68,8% |
���� 10 |
31,2% |
100% |
Hasil analisis
data yang didapat nilai p= 0.00 dalam hasil ini p<0,05. Maka di simpulkan
kehamilan remaja dan kejadian preeklamsia berhubungan secara signifikan. Hasil
analisis dip eroleh bahwa usia kehamilan < 20 tahun mempunyai peluang untuk
mengalami preeklamsia.
Dari data yang
ada diperoleh X2hitung = 16.485 dan X2tabel = 1. Karena X2hitung > X2 =
16.485 > 1 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan antara kehamilan remaja dengan kejadian preeklamsia.
Berdasarkan
hasil penelitian kehamilan remaja dengan kejadian preeklamsia di Puskesmas
Pabedilan Kab. Cirebon diperoleh bahwa mayoritas responden sebanyak 53,1%
berumur 17-19 tahun yang artinya terlalu muda untuk hamil. Hasil penelitian
didapat bahwa yang terdapat 10 orang (31,3%) yang tidak mengalami preeklamsia
dan yang mengalami preeklamsia berjumlah 22 orang (68,7%).
Menurut (Ramie & Fahreza, 2018) Kehamilan
remaja adalah kehamilan dengan usia < 20 tahun, Jika dibandingkan �kurun
waktu reproduksi sehat� dengan rentang usia 20 sampai 30 tahun risiko lebih
tinggi dimiliki kehamilan remaja. Alat reproduksi yang belum matang untuk
kehamilan menjadi sebab kondisi ini, sehingga dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan ibu serta pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika ditambah dengan
tekanan sosial, (stress) psikologis, ekonomi kondisi akan semakin menyulitkan
sehingga stress emosi yang terjadi mengakibatkan hipotalamus melepaskan
corticotropic releasing hormon (CRH), yang selanjutnya meningkatkan kortisol.
Kortisol meriliki efek yang akan merespon tubuh agar menaikkan simpatis untuk
mempertahankan tekanan darah dalam peningkatan curah jantung, Peningkatan
resistensi perifer total dan curah jantung�
akan menyebabkan hipertensi sehingga pre eklampsia atau keracunan
kehamilan mudah terjadi.
Berdasarkan Data
Primer, hasil dari analisis bivariat pada tabel 4.3 diketahui bahwa ibu hamil
berusia < 20 tahun mengalami preeklamsia sebanyak 17 orang (53,2%), tidak
mengalami preeklamsia 0 orang (0%). pada ibu hamil dengan usia > 20 tahun
mengalami preeklamsia sebanyak 5 orang (15,6%) tidak mengalami preeklamsia
sebanyak 10 orang (31,2%) dalam penelitian ini ibu hamil dengan usia < 20
tahun lebih dominan mengalami preeklamsia di bandingkan dengan ibu hamil dengan
usia > 20 tahun. Berdasarkan uji statistik pearson chi square nilai
signifikansi P Value =� 0,00 maka
didapatkan P<0,05 sehingga kesimpulannya, adalah terdapat hubungan antara
kehamilan remaja dengan kejadian preeklamsia.
����������� Menurut Arvianti Karina (2019) untuk
mengetahui hubungan antara vaiabel dilakukan analisis bivariat. Dari data yang
ada diperoleh X2hitung = 6.485 dan X2tabel = 1. Karena X2hitung > X2tabel =
16.485 > 1 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Maka kesimpulanyang diperoleh
adalah terdapat hubungan antara kehamilan remaja dengan kejadian preeklamsia.
Hal tersebut sejalan dengan teori bahwa usia < 20 tahun berhubungan dengan
kejadian preeklamsia, hamil belum mencukupi usia matang, hal itu disebabkan
alat reproduksi kurang matang terutama rahim yang dalam suatu proses kehamilan
belum siap sehingga rahim akan menyempit ketika berkembangnya janin hal
tersebut akan mengakibatkan aliran darah ke uterus atau plasenta terganggu
sehingga mengalami gejala penyebab kejadian pre eklampsi berupa naikknya
tekanan darah. (Rosdiana, Raharjo, & Indarjo, 2017).
����������� (Ertiana & Wulan, 2019)mengungkapkan
betapa pentingnya umur sebagai bagian dari status reproduksi. Penurunan atau
peningkatan fungsi tubuh yang mempengaruhi status kesehatan seseorang berkaitan
dengan usia. Suatu penelitian menemukan bahwa preeklampsia beresiko besar untuk
dialami wanita remaja yang hamil. Rambulangi (2018) menyatakan terhambatnya
pertumbuhan janin dan kecenderungan tekanan darah naik adalah risiko yang bisa
terjadi pada kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun.
����������� Sejak awal masa hamil, diperlukan
upaya yang dapat mencegah preeklamsia yaitu dengan anamnese untuk menanyakan
keluhan yang sedang dirasakan atau keluhan utama, lalu meminta semua riwayat
kesehatan sekarang dan terdahulu termasuk pemeriksaan obstetri dan ginekologi
sebagai skrining preeklamsia pada ibu hamil. Pemeriksaan yang dilaksanakan untuk
mengetahui ada tidaknya masalah pada keadaan fisik ibu hamil secara
komprehensif� head to toe (dari kepala ke
kaki)� dengan memeriksa tanda-tanda vital
utamanya seperti tekanan darah ibu serta pemeriksaan laboratorium sebagai
pemeriksaan penunjang yang diperlukan disebut pemeriksaan lengkap.
(Ertiana & Wulan, 2019).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kehamilan remaja dengan
kejadian preeklamsia di Puskesmas Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kab. Cirebon
dapat diambil kesimpulan bahwa: ibu hamil dengan usia < 20 tahun lebih
dominan mengalami preeklamsia di bandingkan dengan ibu hamil dengan usia >
20 tahun� dan uji statistik pearson chi
square nilai signifikansi P Value = 0,00 maka didapatkan P<0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kehamilan remaja dengan
kejadian preeklamsia
BIBLIOGRAFI
Ertiana, Dwi, & Wulan, Suci Retno.
(2019). Hubungan Usia Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Rsud
Kabupaten Kediri Tahun 2018. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 5(2),
24�30. Https://Doi.Org/10.21070/Mid.V5i2.2765
Fiolentina, Cindy Ega, & Ernawati,
Rini. (2021). Hubungan Kehamilan Remaja Dengan Kejadian Stunting Di Puskesmas
Harapan Baru Samarinda Seberang. Borneo Student Research (Bsr), 3(1),
17�24.
Krisylva, Agnes, Joewono, Hermanto Tri,
& Maramis, Margarita M. (2019). Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Sebelum
Menikah Pada Remaja Di Empat Puskesmas Kabupaten Sikka Tahun 2017. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 4(2).
Nursal, Dien Gusta Anggraini, Tamela,
Pratiwi, & Fitrayeni, Fitrayeni. (2017). Faktor Risiko Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 38�44.
Https://Doi.Org/10.24893/Jkma.V10i1.161
Organization, World Health. (2017). Global
Diffusion Of Ehealth: Making Universal Health Coverage Achievable: Report Of
The Third Global Survey On Ehealth. World Health Organization.
Ramie, Agustine, & Fahreza, Fahreza.
(2018). Riwayat Keluarga Preeklampsia Meningkatkan Kejadian Preeklampsia. Jurnal
Citra Keperawatan, 6(2), 35�51. Https://Doi.Org/10.31964/Jck.V6i2.80
Rosdiana, Ayu Imade, Raharjo, Bambang Budi,
& Indarjo, Sofwan. (2017). Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis). Higeia (Journal Of Public Health Research And Development), 1(3),
140�150.
Copyright holder: Iis, Ela Rohaeni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |