Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September 2022
RISK
FACTORS FOR ASPHYXIA IN NEWBORNS SYSTEMATIC REVIEW OF NEONATAL HEALTH
Ernawati1, Eko Winarti2*,
Yeni Lutfiana Novita Agnes3, Ns. Kun Ika Nur R4
1,2*,3,4 Program
Studi S2 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri
Kediri
Email: *[email protected]
Abstrak
Kematian
neonatus masih menjadi masalah global yang penting. Menurut WHO (2010),
asfiksia menyebabkan kematian neonatal antara 8-35% di negara maju dan 31-56,5%
di negara berkembang. Setiap tahunnya kira-kira 3%
(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi
ini meninggal dan insiden asfiksia neonatorum di Indonesia kurang lebih
40/1000 kelahiran hidup. Penelitian ini berupa systematic review 10 penelitian
yang dilakukan pada tahun 2014-2022 yang bertujuan untuk melihat faktor risiko
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di beberapa wilayah di Indonesia.
Sebagianj besar penelitian menggunakan literatur berasal dari buku, bahan
kesehatan, dan jurnal yang sudah
dipublikasikan. Alat ukur yang digunakan dalam 10 penelitian ini adalah lembar observasi
dan rekapan hasil jurnal. Faktor yang diteliti berupa faktor risiko kejadian
asfiksia menurut ibu, keadaan bayi, dan faktor persalinan. Hasil dari review
didapatkan faktor yang banyak diteliti adalah usia ibu, hipertensi/preeklamsia,
usia bayi (prematur), berat bayi lahir rendah (BBLR), dan ketuban pecah dini
(KPD) dengan OR berturut-turut 3,57; 1,93; 7,49; 9,71; 24,18 yang semuanya
signifikan.
Kata Kunci: Asfiksia,
Bayi Baru Lahir, Faktor Risiko, Ulasan Jurnal
Abstract
Neonatal mortality is still an
important global problem. According to WHO (2010), asphyxia causes neonatal
mortality between 8-35% in developed countries and 31-56.5% in developing
countries. Every year, approximately 3% (3.6 million) of the 120 million newborns
experience asphyxia, almost 1 million of these babies die and the incidence of
asphyxia neonatorum in Indonesia is approximately 40/1000 live births. This
study is a systematic review of 10 studies conducted in 2014-2022 which aims to
look at the risk factors for the incidence of asphyxia in newborns in several
regions in Indonesia. Most of the research using literature comes from books,
health materials, and published journals. The measuring instruments used in
these 10 studies were observation sheets and journal entries. The factors
studied were risk factors for the incidence of asphyxia according to the
mother, the condition of the baby, and labor factors. The results of the review
showed that the most studied factors were maternal age, hypertension/preeclampsia,
infant age (premature), low birth weight (LBW), and premature rupture of
membranes (PROM) with ORs of 3.57; 1.93; 7.49; 9.71; 24.18 which are all
significant.
Keywords:
Asphyxia,
Newborns, Risk Factors, Journal Reviews
Pendahuluan
����������� Kematian
neonatus masih menjadi masalah global yang penting. Setiap tahunnya,
diperkirakan 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama dengan 85% kematian
terjadi dalam 7 hari pertama kehidupan. Terkait masalah ini, World Health
Organization (WHO) menetapkan penurunan angka kematian bayi baru lahir dan
anak di bawah usia 5 tahun (balita), sebagai salah satu sasaran Sustainable
Development Goals (SDGs). Target untuk menurunkan angka kematian hingga
sebesar 12 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dan kematian dibawah 5 tahun
hingga setidaknya 25/1000 kelahiran hidup diharapkan dapat tercapai pada tahun
2030.
Namun, berdasarkan hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, angka kematian bayi masih
cukup tinggi dibandingkan target tersebut, yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup
dan angka kematian balita 32 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut WHO (2010), asfiksia
menyebabkan kematian neonatal antara 8-35% di negara maju dan 31-56,5% di
negara berkembang. Kejadian asfiksia pada menit pertama sebesar 47/1000
kelahiran hidup dan insiden asfiksia neonatorum di Indonesia kurang lebih
40/1000 kelahiran hidup.
Asfiksia neonatorum
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis. Asfiksia
ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernafasan bayi dalam
menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru. Transisi dari kehidupan janin
intrauterine ke kehidupan bayi ekstrauterin menunjukkan perubahan. Alveoli paru
janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir, bayi mengambil nafas
pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan
paru. Pada nafas berikutnya, udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak dan
cairan paru diabsorpsi, sehingga seluruh alveoli bisa terisi udara yang
mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis karena ekspansi
paru. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal nafas.
Faktor risiko asfiksia
neonatorum bisa dikelompokkan menjadi empat yaitu faktor ibu, faktor
persalinan, faktor bayi dan faktor tali pusat. Faktor ibu adalah umur ibu,
Pendidikan, pekerjaan, paritas, perdarahan antepartum, hipertensi dan anemia
pada saat hamil. Faktor persalinan adalah jenis persalinan, penolong peralinan,
tempat persalinan, partus lama, dan ketuban pecah dini (KPD). Faktor bayi
adalah prematur dan berat badan lahir rendah serta faktor tali pusat adalah
lilitan tali pusat, tali pusat pendek dan prolapsus tali pusat.
Selain kematian, asfiksia
neonatorum juga dapat menimbulkan berbagai dampak bagi bayi. Hasil dari
beberapa penelitian menyebutkan bahwa asfiksia neonatorum sebagai faktor risiko
terjadinya gagal ginjal akut, gangguan pendengaran, dan gangguan fungsi multi
organ.
Metode Penelitian
����������� Penelitian
ini merupakan systematic review yang sumber datanya berasal dari jurnal
sejak 2014 sampai dengan 2022 yang sudah publikasi di internet berupa hasil
penelitian mengenai faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.
Sampel penelitian adalah 10 penelitian tentang asfiksia yang sudah publikasi di
situs.
����������� Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana faktor risiko asfiksia pada
bayi baru lahir diteliti. Penelitian diambil dari penelitian terbaru dan
melihat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan variabel yang diteliti dengan
studi literatur dari jurnal yang sudah publikasi dan melihat variabel apa yang
mempengaruhi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
Hasil dan Pembahasan
����������� Peneliti
mereview 10 jurnal dari berbagai situs tentang asfiksia pada bayi baru lahir
untuk mengkaji faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir yang
hasilnya ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1
Gambaran Hasil Penelitian
10 Jurnal
No |
Nama Peneliti |
Judul |
Publikasi dan Tahun |
Kesimpulan |
1. |
Andi Sitti R., Mahdinah Armah |
Analisis faktor risiko kejadian asfiksia pada Bayi baru lahir di
rsud syekh yusuf gowa dan Rsup dr wahidin sudirohusodo makassar Tahun 2013 |
Kesehatan Volume VII No. 1/2014 |
Umur Ibu, usia kehamilan, lama persalinan dan jenis persalinan
tidak memiliki hubungan yang signifikan pada kasus asfiksia nenonatorum di
RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP Wahidin Sudirohusodo. |
2. |
Ni Nyoman A.W., Desak Putu Y.K., I Gusti
Ayu T.W |
Faktor
Risiko Ibu dan Bayi Terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di Bali: Penelitian
Case Control |
Public Health and Preventive Medicine Archive (PHPMA) 2016, Volume 4, Number 2: 95-100 |
Faktor ibu dan bayi yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia
neonatorum yaitu lilitan tali pusat, anemia pada saat hamil, partus lama,
BBLR, umur ibu <20 tahun dan >35 tahun, dan hipertensi pada saat hamil
(lilitan tali pusat dengan adjusted OR (AOR)=6,55 (95%CI: 2,34-18,33); anemia
pada saat hamil dengan AOR=6,49 (95%CI: 2,21-19,03); partus lama dengan
AOR=6,27 (95%CI: 1,37-28,70); BBLR dengan AOR=3,85 (95%CI: 1,61-9,18); umur
ibu <20 tahun dan >35 tahun dengan AOR=3,57 (95%CI: 1,48-8,61) dan
hipertensi pada saat hamil dengan AOR=2,40 (95%CI: 1,06-5,44). |
3. |
Sunny Dwi Antono |
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
Lahir di RS Aura Syifa Kabupaten Kediri � |
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 2, Mei 2018 |
KPD,
kehamilan lebih bulan, berat bayi lahir rendah, dan letak sungsang tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
di rs aura syifa kediri (P-value factor PROM 0,207; 2), P-value factors of
pregnancy over time 0,068; 3), P-value factor Low Birth Weight (LBW) 0,077;
4), P-value factor breech position 0,253). |
4. |
Rosminah� Mansyarif |
Faktor risiko penyebab asfiksia neonatorum di ruang teratai rsud
kabupaten muna tahun 2016 |
Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Juli � September Tahun 2019 |
Diperoleh nilai OR untuk masing-masing variabel yaitu
preeklamsia (OR 2,06), plasenta previa (OR 1,55), kehamilan postmatur (OR
3,2), prematuritas (OR 2,06), BBLR (OR 1,55) dan ketuban pecah dini/KPD (OR
2,14). Sebagai kesimpulan, faktor keadaan ibu (preeklamsia, plasenta previa,
dan kahamilan postmatur), faktor keadaan bayi (prematuritas dan BBLR) serta
faktor persalinan (KPD) berisiko menyebabkan asfiksia neonatorum di ruang
Teratai RSUD Kabupaten Muna tahun 2015. |
5. |
Yustina Nada J.P., Jansen L.L.,
Kresnawati W.S |
Analisis faktor risiko pada ibu dan bayi terhadap asfiksia
neonatorum Di rsud prof. Dr. W. Z. Johannes kupang |
Cendana Medical Journal, Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 |
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu (OR: 3,819;
95%CI: 1,046 - 13,943; p: 0,036), usia gestasi (OR: 17,111; 95%CI: 2,031 -
144,136; p: 0,001), kelainan letak (OR: 34,462; 95%CI: 4,117 - 288,449; p:
0,000) dan air ketuban bercampur meconium (OR: 34,667; 95%CI: 1,237 - 91,983;
p: 0,025) terhadap asfiksia neonatorum di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang. |
6. |
Bella Kurnia, I Wayan B.K., A.A. Made
Sucipta |
Faktor
yang mempengaruhi kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Wangaya Kota Denpasar |
Intisari Sains Medis 2020, Volume 11,
Number 1: 378-381 |
Hasil
dari analisa bivariat adalah: BBLR p value 0,000 (OR: 30.118); Paritas p
value 0,013 (OR 4,025); Prematuritas p value 0.001 (OR 18.286); KPD p value
0.751 (OR 1.508); Preeklampsia p value 1.000 (OR 0.804); and Bedah Caesar p
value 0.218 (OR 0.479). Dari Analisa multivariat, hasilnya adalah BBLR p
value 0.020; Paritas p value 0.003; prematuritas p value 0.766; bedah sesar p
value 0,028. Fakor resiko terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD Wangaya
adalah BBLR; Paritas (Primipara); dan bedah sesar |
7. |
Ira Maulina S., Dina Ayuning Tyas |
Faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum |
Jurnal Bidan Komunitas, Vol. III No. 3 Hal. 93-98, e-ISSN
2614-7874 Tahun 2020 |
Terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian
asfiksia neonatorum (p value = 0.004 < 0.05), terdapat hubungan yang
bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian asfiksia neonatorum (p value
=0.014 < 0.05), terdapat hubungan yang bermakna antara berat lahir bayi
dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Pariaman (p value = 0.000 <
0.05). |
8. |
Yolla Asmaul Nufra, Suci Ananda |
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Asfiksia pada
bayi baru lahir di rsud fauziah Bireuen tahun 2021 |
Journal
of Healthcare Technology and Medicine Vol. 7 No. 2 Oktober 2021 |
Ada pengaruh antara usia ibu dengan kejadian Asfiksia, p (0,001)
< 0,05, ada pengaruh antara usia kehamilan dengan kejadian Asfiksia, nilai
p (0,000) < 0,05, ada pengaruh antara BBLR dengan kejadian Asfiksia p
(0,000) > 0,05. |
9. |
Nabila Arianti A., Rahmat B., Novia F.N |
Hubungan umur kehamilan, jenis persalinan, dan ketuban Pecah dini dengan derajat asfiksia neonatorum di rsud abdul
wahab sjahranie samarinda periode 2019 - 2020 |
J. Ked. Mulawarman Vol. 8 (1) Juni 2021 |
Nilai p-value 0,000 (p<0,05) dan OR= 35.750, sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara derajat asfiksia
neonatarum dengan persalinan ketuban pecah dini. |
10. |
Tri Tunggal, Vonny K. D., Wulandari.,
Siti Y.S |
Faktor risiko yang berhubungan dengan asfiksia neonatorum |
Journal
of Midwifery and Reproduction Vol. 5 No. 2 (Maret,
2022) |
Hasil uji statistik menunjukan (ρ = 0,034< 0,05) adanya
hubungan antara umur ibu, paritas (ρ = 0,025< 0,05), KPD (ρ =
0,000< 0,05), dan BBLR (ρ = 0,000< 0,05) dengan asfiksia
neonatorum. |
Banyak faktor risiko yang
diduga menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir di Indonesia.
Faktor risiko itu dapat dikelompokkan menjadi faktor ibu, faktor persalinan,
faktor tali pusat, dan faktor bayi. Berikut peneliti tampilkan faktor-faktor
yang didapat dari mereview jurnal ini.
Tabel 2
Faktor Risiko Penyebab
Asfiksia yang Diteliti
Peneliti |
Faktor Risiko yang Diteliti |
|||||||||||
Usia
ibu |
Anemia |
Hipertensi |
Tingkat
pendidikan ibu |
KPD |
Lama
persalinan |
Letak
Sungsang |
Usia
Kehamilan |
Lilitan
tali pusat |
Plasenta
previa |
Tindakan
bedah sesar |
BBLR |
|
Andi Sitti et al, 2014 |
x |
-- |
-- |
-- |
-- |
x |
-- |
x |
-- |
-- |
x |
-- |
Ni Nyoman A.W, et al, 2016 |
√ |
√ |
√ |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
√ |
Sunny Dwi Antono, 2018 |
-- |
-- |
-- |
-- |
x |
-- |
x |
x |
-- |
-- |
-- |
x |
Rosminah� Mansyarif, 2019 |
-- |
-- |
√ |
-- |
√ |
-- |
-- |
√ |
-- |
√ |
-- |
√ |
Yustina Nada J.P., et al, 2019 |
-- |
-- |
-- |
√ |
√ |
-- |
√ |
√ |
-- |
-- |
-- |
-- |
Bella Kurnia, et al, 2020 |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
√ |
√ |
Ira Maulina S., Dina Ayuning Tyas, 2020 |
√ |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
-- |
√ |
Yolla Asmaul Nufra, Suci Ananda, 2021 |
√ |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
-- |
√ |
Nabila Arianti A., Rahmat B., Novia F.N,
2021 |
-- |
-- |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
-- |
Tri Tunggal, et al, 2022 |
√ |
-- |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
√ |
-- |
-- |
-- |
√ |
Keterangan:
√��������� : diteliti dan signifikan
X�������� : diteliti dan tidak signifikan
--��������� : tidak diteliti
Pembahasan
A. Faktor
Risiko Kejadian Asfiksia Menurut Faktor Ibu
1.
Usia Ibu
Dalam
kejadian asfiksia, usia ibu memperlihatkan pengaruh yang cukup berarti.
Terbukti dimana ibu yang memiliki usia berisiko dalam persalinan pada umumnya
bayi lahir dalam keadaan asfiksia berat. Hal ini dikarenakan usia ibu yang
masih muda (<20 tahun) membuat organ reproduksi tumbuh dengan keadaan yang
belum matang untuk menerima hasil konsepsi, sehingga, bayi lahir dalam keadaan
gawat janin seperti asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas, dan bayi lahir
dalam keadaan organ yang belum sempurna. Begitu juga sebaliknya, jika ibu
melahirkan dalam keadaan lewat usia, maka bayi yang akan di lahirkan memiliki
dampak terhadap kesehatan, hal ini dikarenakan usia yang lewat 35 tahun membuat
plasenta yang menjadi sumber makanan untuk bayi menjadi kurang sehat atau
melemah sehingga hantaran nutrisi ke calon bayi juga terganggu.4
2.
Hipertensi (Preeklamsia)
Preeklamsia
adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma. Preeklamsia dan eklamsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan (IUGR) dan kelahiran mati, hal ini disebabkan
karena adanya perkapuran di daerah plasenta sehingga suplai makanan dan oksigen
ke janin berkurang.5
B. Faktor
Risiko Kejadian Asfiksia Menurut Keadaan Bayi
Usia
bayi (prematur) dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR)
Prematuritas
sebagai faktor risiko asfiksia neonatorum memiliki hubungan yang erat, karena
bayi dengan usia prematur (<37 minggu) memiliki organ tubuh yang belum
berkembang sempurna, dalam hal ini adalah paru-paru. Dalam kondisi premature,
paru-paru mengalami kekurangan surfaktan, yang berfungsi untuk mengembangkan
paru-paru saat bayi menghirup udara pertama kali, sehingga resiko terjadi
asfiksia sangat tinggi karena bayi akan kesulitan bernafas.7 Berat
badan bayi tergantung pada masa gestasi /masa kehamilan. Semakin kurang masa
gestasi maka akan berdampak terhadap pertumbuhan bayi. Semakin rendah berat
badan bayi, maka akan semakin tidak sempurna juga zat surfaktan yang ada di
dalam paru-paru bayi yang mengakibatkan bayi kesulitan bernafas dan lahir
dengan keadaan asfiksia.4
C. Faktor
Risiko Kejadian Asfiksia Menurut Faktor Persalinan (Ketuban Pecah Dini/KPD)
Ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya selaput ketuban yang menyebabkan terbukanya hubungan
intrauterine dengan ekstrauterin, sehingga mikroorganisme dengan mudah masuk
dan menimbulkan infeksi puerperalis, sepsis, yang menyebabkan kejadian asfiksia
pada bayi baru lahir. Kekurangan cairan ketuban dapat menyebabkan kompresi tali
pusat yang menimbulkan perlambatan denyut jantung janin, sehingga janin mengalami
hipoksia yang dapat berlanjut menjadi asfiksia ketika bayi dilahirkan.5
Kesimpulan
Faktor
risiko penyebab kejadian asfiksia pada bayi baru lahir yang paling banyak
diteliti adalah faktor usia ibu, faktor persalinan (KPD), dan faktor bayi (usia
kehamilan dan berat bayi lahir rendah/BBLR) dengan OR berturut-turut 3,57;
1,93; 7,49; 9,71; 24,18 yang semuanya signifikan. Perlu
dilakukan kajian jurnal dengan jurnal yang lebih banyak lagi dari jurnal-jurnal
terbaru.
BIBLIOGRAFI
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/214/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Asfiksia.
Yolla, Asmaul Nufra, Suci Ananda. (2021). Faktor-Faktor
yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Di Rsud
Fauziah Bireuen Tahun 2021. Journal Of Healthcare Technology And Medicine Vol.
7 No.2 E-ISSN : 2615-109X.
Ni Nyoman A.W., Desak Putu Y.K, I Gusti Ayu T.W. (2016).
Faktor Risiko Ibu dan Bayi Terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Bali: Penelitian
Case Control. Public Health and Preventive Medicine Archive (PHPMA) Journal
Volume 4 Number 2: 95-100 E-Issn 2503-2356.
Ira Maulina S., Dina A.T. (2020). Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Jurnal Kebidanan Komunitas
Vol.III No. 3 Hal 93-98 E-Issn 2614-7874.
Rosminah Mansyarif. (2019). Faktor Risiko Penyebab
Asfiksia Neonatorum Di Ruang Teratai Rsud Kabupaten Muna Tahun 2016. Jurnal Antara
Kebidanan Vol.2 No.3 E-Issn : 2656-9167.
Sunny, D.A. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Di RS Aura Syifa Kabupaten Kediri. Jurnal
Ilmu Kesehatan Vol.6 No.2 E-Issn 2303-1433.
Bella Kurnia, I Wayan B.K., A.A. Made Sucipta. (2020).
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rsud Wangaya Kota Denpasar.
DOAJ Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 1: 378-381.
Yustina N.J.P., Jansen L.L., Kresnawati W.S. (2019). Analisis
Faktor Risiko pada Ibu dan Bayi Terhadap Asfiksia Neonatorum Di Rsud Prof. Dr.
W.Z. Johannes Kupang. Cendana Medical Journal Volume 17 Nomor 2.
Andi Sitti, R., Mahdinah Armah. (2014). Analisis Faktor
Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Syekh Yusuf Gowa dan RSUD
Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Volume VII No. I/2014.
Nabila Arianti, A., Rahmat, B., Novia, F. G. (2021). Hubungan
Umur Kehamilan, Jenis Persalinan, dan Ketuban Pecah Dini Dengan Derajat
Asfiksia Neonatorum Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode 2019-2020.
J. Ked. Mulawarman Vol. 8 (1) Juni 2021.
Tri Tunggal, Vonny, K.D., Wulandari, Siti, Y.S.
(2022). Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Asfiksia Neonatorum. Journal of
Midwifery and Reproduction Vol.5 No.2 (Maret, 2022).
Copyright holder: Ernawati,
Eko Winarti, Yeni Lutfiana Novita Agnes, Ns. Kun Ika Nur R (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |