Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 7, Juli 2022
INTERFERENSI MORFOLOGIS PADA FILM �TIGA SRIKANDI� YANG
DISUTRADARAI IMAN BROTOSENO TAHUN 2016
Sayidah Dwi Nur Maghfiroh, Ika Arifianti
Universitas Pekalongan, Indonesia
Email: sayidahdwinm@gmail.com, ikaarifianti@gmail.com
Abstrak
Manusia memiliki berbagai media untuk
berkomunikasi. Adanya keragaman media komunikasi menjadikan bahasa mengalami
kesalahan atau interferensi, salah satunya dalam film Tiga Srikandi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripskan interferensi morfologis
dalam dialog tokoh film Tiga Srikandi
yang disutradarai Iman Brotoseno. Data penelitian ini, yaitu berupa tuturan
yang menglami interferensi morfologis pada dialog tokoh. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini, yaitu mencatat, mengidentifikasi, dan mengelompokkannya
dalam kategori interferensi morfologis sesuai dengan bentuk kesalahannya. Peneliti
menyimpulkan hasil analisis. Hasil analisis dalam penelitian ini, yaitu
terdapat 21 data: (1) Penyingkatan penggunaan morf meN- menjadi n-, ny-, nge-,
dan ng-, sebanyak sebelas temuan, (2) Penggunaan Akhiran �nya sebanyak sembilan
temuan, dan (3) Morfofonemik; meluluhkan dan tidak meluluhkan fonem pada proses
afiksasi sebanyak satu temuan. Bentuk interferensi morfologis yang paling
sering didapatkan, yaitu pada penyingkatan penggunaan morf meN- sebelas data
dan bentuk interferensi morfologis yang paling sedikit yaitu morfofonemik ;
meluluhkan dan tidak meluluhkan fonem pada proses afiksasi sebanyak satu temuan.
Penelitian dengan judul Interferensi Morfologis
pada Film �Tiga Srikandi� yang disutradarai Iman Brotoseno Tahun 2016
diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian selanjutnya terkait bidang
kajian interferensi morfologis.
Kata
Kunci: film Tiga Srikandi;
interferensi morfologis; sosiolinguistik
Abstract
Humans have various media to
communicate. The diversity of communication media makes the language experience
errors or interference, one of which is in the film Tiga Srikandi. This research aims to identify and
describe morphological interference in the dialogues of the characters in Tiga
Srikandi, directed by Iman Brotoseno. The data of this research are in the form
of utterances that experience morphological interference in the character's
dialogue. The research method used is a qualitative descriptive method. The
steps taken in this study were recording, identifying, and grouping them in the
morphological interference category according to the form of the error.
Researchers conclude the results of the analysis. The results of the analysis
in this study, there are 21 data: (1) Abbreviation of the use of the morph meN-
to n-, ny-, nge-, and ng-, as many as eleven findings, (2) The use of the
suffix -nya as many as nine findings, and ( 3)
Morphophonemics; melting and not melting phonemes in the affixation process as
much as one finding. The form of morphological interference that is most often
obtained is in the abbreviation of the use of morphological data and the least
form of morphological interference is morphophonemic; melting and not melting
phonemes in the affixation process as much as one finding. The research
entitled Morphological Interference in the Film "Three Heroes"
directed by Iman Brotoseno in 2016 is expected to be a reference for further
research related to the field of morphological interference studies.
Keywords: the film Tiga Srikandi;
morphological interference; sociolinguistics
Pendahuluan
Sosiolinguistik merupakan interdisiplin antara
ilmu sosiologi dan linguistik. Sosiolinguistik berfokus mempelajari bahasa
dengan kaitannya dalam penggunaan bahasa itu pada masyarakat. Bahasa memiliki
peran yang penting dalam kehidupan masyarakat, sebagai media untuk melakukan
percakapan.
Menurut (Rohmadi 2012:7) sosiolinguistik sebagai ilmu yang bersifat
interdisipliner yang menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya
dengan faktor-faktor sosial, situasional, dan kulturalnya. Sejalan dengan hal
itu, Rokhman (2013:1) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang
interdisipliner. Salah satu bidang kajian sosiolinguistik adalah interferensi
bahasa. Ngalim (2015:69) mengemukakan konsep interferensi adalah interferensi
dari sisi bilingualisme berupa penggunaan bahasa lain oleh bahasawan yang
bilingual secara individual dalam satu bahasa, ciri-ciri bahasa lain masih
kentara (berlainan dari integrasi). Bentuknya meliputi interferensi leksikal,
interferensi fonologi, interferensi sintaksis, dan interferensi morfologi.
Penelitian ini berfokus pada interferensi morfologis karena penyimpangan bahasa
jenis ini sering dijumpai keberadaannya.
Interferensi morfologis berfokus pada bidang kajian
mengenai kata, biasanya kesalahan bahasa ini terjadi dalam pembentukan kata
Bahasa Indonesia yang menyerap unsur bahasa daerah. Masuknya unsur bahasa daerah ke dalam struktur pembentuk kata Bahasa Indonesia
inilah yang menyebabkan perubahan atau penyimpangan dalam sistem pembentukan
kata. Adanya keragaman bahasa dalam
berkomunikasi juga
menjadi pemicu interferensi, �sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan konteks tuturan. Penelitian berjudul �Interferensi Morfologis pada Film Tiga Srikandi yang disutradarai
Iman Brotoseno tahun 2016� berfokus pada tuturan dialog film Tiga Srikandi, karena di dalamnya terdapat interferensi morfologis. Alasan lain peneliti
memilih judul ini karena peneltian terhadap film Tiga Srikandi dengan kajian interferensi morfologis belum pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian
ini juga mengunakan beberapa tinjauan pustaka, diantaranya sebagai berikut.
Ihsanudin dan Muslimah (2017)
dalam penelitiannya yang berjudul �Interferensi
Morfologis Puisi Ruba�i Hamzah Fansuri� memeroleh dua hasil, yaitu (1)
terdapat 241 kata yang mengalami interferensi secara morfologis (afiksasi dan
bentuk kata gandaan/majemuk) dan (2) terdapat dua sebab utama terjadinya interferensi,
yaitu faktor linguistik dan non linguistik. Relevansi antara penelitian
Ihsanudin dan Muslimah dengan penelitian ini adalah kajian yang sama terkait
interferensi morfologis. Perbedaan antara penelitian Ihsanudin dan Muslimah
dengan milik peneliti adalah pada�
objeknya yang berupa puisi Ruba�i Hamzah Fansuri, sedangkan peneliti
objek penelitiannya menggunakan film �Tiga Srikandi�.
Kurnia, Samingin, dan Asmara
(2018) dalam penelitiannya yang berjudul �Interferensi Bahasa Jawa ke dalam
Pemakaian Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten
Temanggung�, ditemukan tujuh jenis interferensi bahasa (interferensi fonologi,
morfologi, sintaksis, leksikal, ragam, arti, dan bahasa lisan). Relevansi
antara penelitian Kurnia, Samingin, dan Asmara dengan penelitian ini adalah
kajian yang sama terkait interferensi bahasa. Perbedaan antara penelitian
Kurnia, Samingin, dan Asmara dengan milik peneliti adalah pada� objeknya yang berupa tuturan siswa Sekolah Dasar
kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, sedangkan peneliti objek
penelitiannya menggunakan film �Tiga Srikandi�.
Ratnawati (2020) dalam
penelitiannya yang berjudul �Interferensi
Leksikal Pada Podcast Youtube Deddy Corbuzier dengan Nadiem Makariem dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran debat Kelas X SMA�, diperoleh hasil
penelitian berupa ragam interferensi leksikal yang terjadi pada podcast youtube
Deddy Corbuzier dengan Nadiem Makariem dan implikasinya dalam pemebelajaran
debat di SMA. Hasil penelitian ditemukan interferensi leksikal yang meliputi
kelas kata verba, numerlia, adjektiva, pronominal, dan nomina. Relevansi antara
penelitian Ratnawati dengan penelitian ini adalah kajian yang sama terkait
interferensi bahasa. Perbedaan antara penelitian Ratnawati dengan milik
peneliti adalah pada �objeknya yang
berupa tuturan siswa Sekolah Dasar kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung,
sedangkan peneliti objek penelitiannya menggunakan film �Tiga Srikandi�.
Limbong dan Yulianto (2021)
dalam penelitiannya yang berjudul �Interferensi
Bahasa Sunda dan Betawi dalam Bahasa Indonesia pada Dialog Film Imperfect the
Series�, Interferensi bahasa Betawi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah interferensi di bidang leksikal,
morfologi dan fonologi. Relevansi antara penelitian Limbong dan Yulianto dengan
penelitian ini adalah kajian yang sama terkait interferensi bahasa.
Perbedaannya adalah pada� objeknya yang
berupa film �Imperfect the Series�, sedangkan peneliti objek penelitiannya
menggunakan film �Tiga Srikandi�.
Saraswati dan Indrawati (2021)
dalam penelitiannya yang berjudul �Interferensi
Bahasa Jawa & Arab Dalam Bahasa Indonesia Pada Proses Pembelajaran di TPQ
Al-Mukhlishin�, ditemukan tiga jenis interferensi bahasa Jawa ke dalam
penggunaan bahasa Indonesia yakni interferensi fonologi, morfologi, dan
leksikologi. Relevansi antara penelitian Saraswati dan Indrawati dengan
penelitian ini adalah kajian yang sama terkait interferensi bahasa. Perbedaan
antara penelitian Saraswati dan Indrawati dengan milik peneliti adalah
pada� objeknya yang berupa tuturan
peserta didik dan pendidik di TPQ Al-Mukhlishin, sedangkan peneliti objek
penelitiannya menggunakan film �Tiga Srikandi�.
Sosiolinguistik erat kaitannya
dengan masyarakat. Sosiolinguistik diartikan sebagai gabungan ilmu sosiologi
dan linguistik. Sejalan dengan itu, (Rohmadi 2012:7) mengemukakan bahwa
sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan
bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena
dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi
sebagai masyarakat sosial. Segala sesuatu yang dilakukan� manusia saat berbicara akan selalu
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi�
sekitarnya.
Situasi dan kondisi sekitar
memengaruhi terjadinya interaksi manusia, dalam hal ini dapat terjadi peristiwa
tutur. Chaer dan Agustina (2014:47) mengemukakan bahwa peristiwa tutur
merupakan terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur,
dengan suatu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Peran
atau kedudukan penutur dalam peristiwa tutur dapat berubah mengikuti situasi
dan kondisinya. Berkaitan dengan hal tersebut, (Arifianti 2008:23) mengemukakan
bahwa dalam peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dapat berubah
kedudukannya menjadi mitra tutur dapat saling bergantian.
Permasalahan yang ingin dijawab
adalah apa saja bentuk-bentuk interferensi morfologis dalam dialog film Tiga Srikandi. Hasil yang diperoleh,
yaitu terdapat 22 interferensi morfologis yang terjadi dalam dialog tokoh film �Tiga Srikandi�. Tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk interferensi morfologis yang
muncul dalam tuturan film Tiga Srikandi
tahun 2016. Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu manfaat secara teoretis dan
manfaat secara parktis. Manfaat teoretis pada penelitian ini adalah (1)
menambah dan mengembangkan teori sosiolinguistik, (2) menyumbang pengembangan
teori interferensi bahasa khususnya jenis-jenis interferensi, dan (3) memerkaya
wacana realitas interferensi bahasa. Manfaat secara praktis dalam penelitian
adalah (1) memberikan deskripsi tentang interferensi bahasa (2) referensi bagi
penelitian selanjutnya, khususnya dalam kajian interferensi bahasa, dan (3)
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam
jenis penelitian deskriptif kualitatif karena hasil penelitian berupa deskripsi
data. Berkenaan dengan hal tersebut (Sugiyono 2016:15) mendefinisikan
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna.
Penelitian ini bersifat fleksibel dan tidak membutuhkan tempat khusus dan
pengerjaannya terhitung sejak Desember 2021 hingga Juni 2022. Data penelitian
ini berupa penggalan tuturan dialog tokoh film yang bersumber dari tuturan
tokoh film �Tiga Srikandi�.
Peneliti menggunakan gabungan
dari teknik dengar, simak dan catat dalam mengumpulkan data. Sejalan dengan
pernyataan dari Guba dan Lincoln (dalam Hamzah 2019:151) yang menyatakan bahwa
teknik observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa
penglihatan, penciuman atau pendengaran, untuk memeroleh informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data
dalam penelitian ini, yaitu (1) memerhatikan dan mencatat seluruh ujaran dalam
sumber data penelitian, (2) mengidentifikasi kata atau kalimat yang diujarkan
antara penutur dan mitra tutur, yang bertujuan untuk mempermudah pencarian dan
pengelompokan data, (3) mengelompokkan data yang terdapat dalam objek data
sesuai dengan kelas interferensi yang terdapat dalam tuturan penutur dan mitra
tutur. Untuk mempermudah pengumpulan data, peneliti juga menggunakan kartu data
penelitian.
Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan data yang diperoleh melalui kata-kata dan kalimat. Pemilihan
teknik analisis data pada penelitian ini sejalan dengan pendapat dari Sugiyono
(2016:335) yang mengemukakan bahwa analisis data kualitatif bersifat induktif,
yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis., yaitu (1) memerhatikan dan
menyimak seluruh tuturan pada sumber data, (2) seleksi data, (3) pengelompokkan
data, dan (4) teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah model content analysis. Analisis data
merupakan kegiatan mengumpulkan data dan mengurutkan data kebentuk pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga tema dapat ditemukan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian berupa bentuk
interferensi morfologis dalam dialog tokoh film �Tiga Srikandi�. Bentuk interferensi morfologis yang muncul berjumlah
21 temuan meliputi tiga bentuk interferensi morfologis, yaitu 11 bentuk
kategori penyingkatan penggunaan morf meN menjadi n-, ny-, nge-, dan ng-,
sembilan bentuk kategori penggunaan akhiran �nya, dan satu kategori proses
morfofonemik, seperti pada tabel berikut.
Tabel 1
Hasil Penelitian
No. |
Bentuk Interferensi
Morfologis |
Jumlah Data |
Nomor Data |
1.
|
Penyingkatan penggunaan morf meN menjadi n-, ny-, nge-,
dan ng- |
11 |
2, 7, 8, 9, 12, 17, 20, 23, 32 |
2.
|
Penggunaan akhiran �nya |
9 |
3, 5, 8, 111, 12, 18, 22, 23, 29 |
3.
|
Proses morfofonemik |
1 |
23 |
A.
Bentuk Interferensi Morfologis
Morfologi merupakan kajian yang berkenaan dengan kata, maka
interferensi morfologis adalah interferensi yang terjadi dalam pembentukan kata
Bahasa Indonesia yang menyerap unsur bahasa daerah. Penyerapan bahasa daerah
dalam penggunaan Bahasa Indonesia ini dapat menyebabkan munculnya interferensi
atau penyimpangan dalam berbahasa.
Penyingkatan
Penggunaan Morf meN- menjadi n-, ny-, nge-, dan ng-
(1) �KONTEKS��� ����������� : IBU MENASEHATI LILIS
Ibu llis �� ����������� : ayo lis
Ibu
lilis ����������� : (lilis akan memanah) eling, lepaskan anak panahmu
dan
beri tekanan yang sama seperti rilis. Busur tetap diam, sebelum anak panahmu nancap nang targete. Piye mengko nek
seleksi ning olimpiade tho nduk. Liliss !
�
(data 2)
Kata
nancap dalam penggalan tuturan (data
2) termasuk dalam jenis interferensi morfologis. Kata nancap merupakan bentuk gabungan dari penggunaan dua sistem bahasa
yang dipakai secara bersamaan yang disebabkan pengaruh bahasa daerah (Jawa).
Kata dasar �tancap� mendapat awalan dari bahasa jawa yang biasa disebut
ater-ater hanuswara (n-, ny-, m-,
ng-). Susunan sistem kata nancap dapat
dilihat sebagai berikut :
Nancap = (n-) + tancap
Keterangan:
Nancap����������� : bentuk interferensi morfologis (n-) ���������������� : ater-ater hanuswara Tancap ���������� : kata dasar |
Bentuk nancap merupakan kata yang terdiri dari ater-ater (n-) diikuti kata dasar berawalan dengan wiyandana (huruf
mati) ringan /t/ sehingga menjadi luluh setelah direkatkan. Kata nancap seharusnya menancap agar sesuai dengan kaidah pembentukan kata Bahasa Indonesia, yang susunannya adalah sebagai
berikut.
Menancap = (me-) + tancap
Keterangan:
Menancap : bentuk kata sesuai sistem Bahasa Indonesia (me-) ������� : alomorf morfem meN- Tancap ���� : kata dasar |
Bentuk penyingkatan penggunaan morf (meN-)
menjadi (n-, ny-, nge-, dan
ng) juga terdapat dalam penggalan
tuturan berikut.
(2) KONTEKS: WIJANARKO MENAWARKAN BUSUR KAYU ULIN
�
Wijanarko �������� : maaf dek, maksudnya dek lilis iku apa
ya?
Lilis ����������������� : mengiming-imingi orang yang
tidak membutuhkan itu
mubazir. Lebih baik mbantu anak-anak
yatim yang lebih membutuhkan bantuan dari orang-orang kaya yang tidak tahu bagaimana cara menghabiskan uangnya. Ngerti?
�
(data 7)
Penggalan
tuturan (data 7) pada kata mbantu
termasuk dalam jenis interferensi morfologis. Kata mbantu
merupakan bentuk gabungan dari penggunaan dua sistem bahasa yang digunakan secara
bersamaan yang disebabkan pengaruh bahasa daerah (Jawa). Kata dasar �bantu�
mendapat awalan dari bahasa jawa yang biasa disebut ater-ater hanuswara (n-,
ny-, m-, ng-). Susunan sistem kata mbantu
dapat dilihat sebagai berikut :
Mbantu = (m-) + bantu
Keterangan:
Mbantu ���� : bentuk interferensi morfologis (m-) ��������� : ater-ater hanuswara bantu� ������ :
kata dasar |
Bentuk mbantu merupakan kata yang terdiri dari ater-ater (m-) diikuti kata dasar berawalan dengan wiyandana (huruf
mati) berat /b/ sehingga tetap dibaca jelas (tidak lebur) setelah direkatkan
dengan ater-ater (m-). Kata mbantu seharusnya membantu agar sesuai
dengan kaidah pembentukan kata
Bahasa Indonesia,
yang susunannya adalah sebagai berikut.
Membantu = (me-) + bantu
Keterangan:
Membantu : bentuk
kata sesuai sistem Bahasa Indonesia (me-) ������� : alomorf morfem meN- Bantu� ����� : kata dasar |
|
Bentuk penyingkatan penggunaan morf (meN-) menjadi (n-, ny-, nge-,
dan ng-) juga terdapat dalam penggalan tuturan berikut.
(3) KONTEKS���� : LILIS BERTEMU DENI DI PANTAI
�
Lilis ����������������� : mass
Deni ����������������� : lama ora nunggunnya lis ?
Lilis ����������������� : gak
�
(data 8)
Penggalan
tuturan (data 8) pada kata nunggunnya
termasuk dalam jenis interferensi morfologis. Kata nunggunnya merupakan bentuk gabungan dari
penggunaan dua sistem bahasa yang digunakan secara bersamaan yang disebabkan
pengaruh bahasa daerah (Jawa). Kata dasar �tunggu� mendapat awalan dari bahasa
jawa yang biasa disebut ater-ater hanuswara (n-, ny-, m-, ng-). Susunan sistem kata nunggunnya
dapat dilihat sebagai berikut :
Nunggunnya = (n-) + tunggu + (-nya)
Keterangan :
Nunggunnya� ������ :
bentuk interferensi morfologis (n-) ���������������������� : ater-ater hanuswara tunggu�� ��� ������������: kata dasar (-nya)������������� ���: akhiran (menunjukkan
kepemilikan) |
Bentuk nunggunnya merupakan kata yang terdiri dari ater-ater (n-) diikuti kata dasar berawalan dengan wiyandana (huruf
mati) ringan /t/ sehingga menjadi luluh setelah direkatkan. Kata nunggunnya seharusnya menunggunnya agar sesuai dengan kaidah pembentukan kata Bahasa Indonesia, yang susunannya adalah sebagai
berikut.
Menunggunnya = (me-) + tunggu + (-nya)
Keterangan :
Menunggunnya:
bentuk kata sesuai sistem Bahasa Indonesia (me-) ������� : alomorf morfem meN- Tunggu ���� :
kata dasar (-nya)������� : akhiran (menunjukkan kepemilikan) |
Bentuk penyingkatan penggunaan morf (meN-) menjadi (n-, ny-, nge-,
dan ng-) juga terdapat dalam penggalan tuturan berikut.
(4) KONTEKS���� : YANA DKK MEMBICARAKAN PANDI
Yani ����������������� : kenapa
sih?.
mau nyoba?
Lilis ����������������� : boleh
yo mbak? di kotaku belum
ada ikii. Coba ah
�
(data 12)
Kata
nyoba
dalam penggalan tuturan (data 12) termasuk dalam jenis interferensi morfologis.
Kata nyoba
merupakan bentuk gabungan dari penggunaan dua sistem bahasa yang dipakai secara
bersamaan yang disebabkan pengaruh bahasa daerah (Jawa). Kata dasar �coba�
mendapat awalan dari bahasa jawa yang biasa disebut ater-ater hanuswara (n-, ny-, m-, ng-). Susunan sistem kata nyoba dapat dilihat sebagai
berikut :
Nyoba = (ny-) + coba
Keterangan :
Nyoba� ���� :
bentuk interferensi morfologis (ny-) �������� : ater-ater hanuswara Coba�� ������ : kata dasar |
Bentuk nyoba merupakan kata yang terdiri dari ater-ater (ny-) diikuti kata dasar berawalan dengan wiyandana
(huruf mati) ringan /c/ sehingga menjadi luluh setelah direkatkan. Kata nyoba seharusnya mencoba agar sesuai dengan kaidah pembentukan kata Bahasa Indonesia, yang susunannya adalah sebagai
berikut.
Mencoba = (me-) + coba
Keterangan :
Mencoba�� : bentuk kata sesuai sistem Bahasa
Indonesia (me-) ������� : alomorf morfem meN- Coba��� ����� :
kata dasar |
Bentuk penyingkatan penggunaan morf (meN-) menjadi (n-, ny-, nge-,
dan ng-) juga terdapat dalam penggalan tuturan berikut.
(5) KONTEKS���� : IBU BERDEBAT DENGAN LILIS
�
Lilis ����������������� : oh pantes.
Pantesan deni gak mau terima telponku lagi.
Aku wis
kroso buk, ibuk ngomong opo ke
deni, opo?
Ibuk lilis ���������� : Kamu itu ndablek ya. Umurmu baru 21
tahun tau apa
tentang cinta ha?. Pokoknya kamu urus
tiket pulang sebelum tanggal 24 desember. Wijanarko sama wong tuane mau ngelamar kamu. Jangan bikin malu ibu.
�
(data 23)
Penggalan
tuturan (data 23) pada kata ngelamar
termasuk dalam jenis interferensi morfologis. Kata ngelamar merupakan bentuk gabungan dari
penggunaan dua sistem bahasa yang digunakan secara bersamaan yang disebabkan
pengaruh bahasa daerah (Jawa). Kata dasar �lamar� mendapat awalan dari bahasa
jawa yang biasa disebut ater-ater hanuswara (n-, ny-, m-, ng-). Susunan sistem kata ngelamar
dapat dilihat sebagai berikut :
Ngelamar = (ng-) + lamar
Keterangan :
Ngelamar : bentuk interferensi morfologis (n-) ���������� : ater-ater hanuswara lamar��� ���� :
kata dasar |
Bentuk ngelamar merupakan kata yang terdiri dari ater-ater
(ng-) diikuti kata dasar berawalan dengan wiyandana (huruf mati) berat /l/
sehingga tetap dibaca jelas (tidak lebur) setelah direkatkan dengan ater-ater
(ng-). Kata ngelamar seharusnya melamar agar sesuai dengan kaidah pembentukan kata Bahasa Indonesia, yang susunannya adalah
sebagai berikut.
Melamar = (me-) + lamar
Keterangan :
Melamar �� : bentuk kata sesuai sistem Bahasa
Indonesia (me-) ������������������� : alomorf morfem meN- Lamar ������������ : kata dasar |
Penggunaan Akhiran
�nya
�(6) KONTEKS��� : LILIS KEDATANGAN
MAS WIJANARKO
�
Lilis ����������������� : dia lagi, dia lagi. Bosen akuu ! huh
Deni ����������������� : sopo ?
Lilis ����������������� : iku loh, pengusaha mebel
java craft, yang terkenal iku.
Pujaannya ibuku.
�
(data 5)
Kata
pujaannya dalam penggalan tuturan
(data 5) termasuk dalam jenis interferensi morfologis. Kata pujaannya merupakan bentuk gabungan
dari kata dasar �puja� yang mendapat akhiran (-nya). Fungsi utama dari akhiran
(-nya) adalah menunjukkan kepemilikan untuk orang ketiga. �Akhiran (�nya) dalam penggunaan bahasa
Indonesia sebaiknya dihindari agar tidak merusak struktur kata serta kalimat
yang sedang diujarkan. Kata pujaannya sebaiknya
cukup �pujaan agar tidak merusak struktur kata
serta kalimat, berikut adalah revisi kalimat tuturan
(data 5).
Bentuk morfologi��������� :
�iku loh, pengusaha mebel java craft, yang
terkenal iku. Pujaannya ibuku.�
Perbaikan���������������������� : iku
loh, pengusaha mebel java craft, yang
terkenal iku. Pujaan ibuku.�
Keterangan :
Kata pujaannya diganti menjadi
pujaan karena dalam kalimat
tersebut, akhiran (-nya) merujuk pada milik Ibu, dan sebaiknya dihilangkan
karena kata �Ibu� sudah dimunculkan dalam tuturan tersebut. |
Bentuk interferensi morfologis pada penggunaan akhiran (�nya) juga
terdapat dalam penggalan tuturan berikut.
(7) KONTEKS���� : YANA DKK MEMBICARAKAN PANDI
�
Yani ����������������� : ya enggak juga sih, tapi
kita denger-denger dari senior
aja ya.
Lagian kan pas waktu dia dulu kena kasus gue belum ikut panahan.
Lilis ����������������� : ooohhh sama mbak, gue juga
baru tahunya dari Koran
doang.
�
(data 12)
Kata
tahunya
dalam penggalan tuturan (data 12) termasuk dalam jenis interferensi morfologis.
Kata tahunya
merupakan bentuk gabungan dari kata dasar �tahu� yang mendapat akhiran (-nya).
Fungsi utama dari akhiran (-nya) adalah menunjukkan kepemilikan untuk orang
ketiga.� Akhiran (�nya) dalam penggunaan
bahasa Indonesia sebaiknya dihindari agar tidak memunculkan kerancuan makna dan
merusak struktur kata serta kalimat yang sedang diujarkan. Kata tahunya sebaiknya cukup� tahu agar tidak merusak struktur
kata serta kalimat, berikut adalah revisi kalimat
tuturan (data 12).
Bentuk interferensi������ : �...gue
juga baru tahunya dari Koran doang.�
Perbaikan���������������������� : �...gue
juga baru tahu dari Koran doang.�
Keterangan :
Kata tahunya diganti menjadi tahu karena dalam kalimat tersebut,
akhiran (-nya) tidak merujuk pada kepemilikan, dan sebaiknya dihilangkan agar
kalimat menjadi efektif. |
Bentuk interferensi morfologis pada penggunaan akhiran (�nya) juga
terdapat dalam penggalan tuturan berikut.
(8) KONTEKS���� ����������� : ATLET BERLATIH DI PELATNAS
�
Sukma��� ���������� :
maaf bang, saya susah konsentrasi
Pandi ���������������� : ya jelas kau susah, dilihat
dari cara rilisnya saja itu sudah
tidak halus.
Jarimu tidak relax. Bagaimana mau dapat rilis yang bagus, bodoh kau. Mau
menangis lagi ha ?. kau ini sudah belajar basicnya panahan kan?
...
(data 29)
Kata
basicnya
dalam penggalan tuturan (data 29) termasuk dalam jenis interferensi morfologis.
Kata basicnya
merupakan bentuk gabungan dari kata serapan �basic� yang mendapat akhiran
(-nya). Fungsi utama dari akhiran (-nya) adalah menunjukkan kepemilikan untuk
orang ketiga.� Akhiran (�nya) dalam penggunaan
bahasa Indonesia sebaiknya dihindari agar tidak memunculkan kerancuan makna dan
merusak struktur kata serta kalimat yang sedang diujarkan. Kata basicnya sebaiknya cukup� basic agar tidak merusak struktur
kata serta kalimat, berikut adalah revisi kalimat
tuturan (data 29).
Bentuk interferensi ������ : �...sudah belajar basicnya
panahan kan?.�
Perbaikan���������������������� : �...sudah belajar basic
panahan kan?.�
Keterangan :
Kata basicnya diganti menjadi basic karena dalam kalimat tersebut,
akhiran (-nya) tidak merujuk pada kepemilikan, dan sebaiknya dihilangkan agar
kalimat menjadi efektif. |
Morfofonemik;
Meluluhkan dan Tidak Meluluhkan Fonem pada Proses Afiksasi.
�(9) KONTEKS��� : IBU BERDEBAT
DENGAN LILIS
�
Lilis ����������������� : Kalau hidup jadi atlet
susah. Kenapa ibuk kasih ijin Lilis
disini?
Ibuk lilis ���������� : Liss, kamu kan perempuan. Nek suami
mu kaya, uripmu
kepenak.
Ibuk bukannya benci sama deni, tapi ibuk cuma mempikirkan masa depanmu ben uripmu ora rekoso. Deni yo wes ngerti
kok karepku.
�
(data 23)
Kata
mempikirkan
dalam penggalan tuturan (data 23) termasuk dalam jenis interferensi morfologis.
Kata mempikirkan
merupakan bentuk gabungan dari awalan (me-), kata dasar �pikir�, dan mendapat
akhiran berupa (-an). Awalan (me-) akan luluh menjadi meN- karena bertemu
dengan kata dasar �pikir� yang diawali fonem /p/ dan diikuti dengan vokal /i/. Kata mempikirkan seharusnya diucapkan memikirkan
agar sesuai dengan struktur kata serta kalimat, berikut adalah revisi kalimat tuturan (data 23).
Bentuk morfologi��������� :
�...ibuk cuma mempikirkan
masa depanmu...�
Perbaikan���������������������� : �...ibuk cuma memikirkan masa
depanmu...�
Keterangan :
Kata mempikirkan diganti
menjadi memikirkan karena dalam
kalimat tersebut, fonem /p/ menjadi luluh karena awalan (me-) direkatkan
dengan kata dasar �pikir� yang diawali fonem /p/ dan
diikuti dengan vokal /i/. |
Kesimpulan
Berdasarkan analisis
interferensi morfologis pada dialog tokoh film Tiga Srikandi ditemukan beberapa
bentuk interferensi bidang morfologi, yaitu (1) Penyingkatan penggunaan morf
meN- menjadi n-, ny-, nge-, dan ng-, (2) Penggunaan Akhiran �nya, dan (3) Morfofonemik;
meluluhkan dan tidak meluluhkan fonem pada proses afiksasi. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya sebagai rujukan
terkait bidang kajian interferensi morfologis.
BIBLIOGRAFI
Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam Masyarakat Multikultural.Yogyakarta. Graha Ilmu.
Rohmadi. 2012. Sosiolinguistik Suatu Kajian Fungsional. Sukoharjo: Jasmine.
Chaer, dan Agustina.2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung : Alfabeta.
Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian dan Pengembangan. Malang: Literasi� Nusantara.
Ngalim, Markhanah, dan Prayitno,� Harun Joko. 2015. Sosiolinguistik : Suatu Kajian Fungsional. Sukoharjo : Jasmine.
Kurnia, Samingin, dan Asmara. 2018. Interferensi Bahasa Jawa ke dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1, 77-88.
Limbong, Indriana Br. dan Andik Yulianto. 2021.Interferensi Bahasa Sunda dan Betawi dalam Bahasa Indonesia pada Dialog Film Imperfect the Series. Sapala, 8, 69-74.
Saraswati, Nanis dan Dianita Indrawati. 2021. Interferensi Bahasa Jawa & Arab Dalam Bahasa Indonesia Pada Proses Pembelajaran di TPQ Al-Mukhlishin. Jurnal UNESA, 1, 1-11.
Ihsanudin dan Muslimah.2017. Interferensi Morfologis Puisi Ruba�i
Hamzah Fansuri. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 3, 91-112.
Saraswati, Nanis dan Dianita Indrawati. 2021. Interferensi Bahasa Jawa & Arab Dalam Bahasa Indonesia Pada Proses Pembelajaran di TPQ Al-Mukhlishin. Jurnal UNESA, 1, 1-11.
Ratnawati, Lestari. 2020. Interferensi
Leksikal Pada Podcast Youtube Deddy Corbuzier dengan Nadiem Makariem dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran debat Kelas X SMA. Skripsi. Universitas Pekalongan.
Arifianti, Ika. 2008. Jenis Tuturan, Implikatur, dan
Kesantunan dalam Wacana Rubrik Konsultasi Seks dan Kejiwaan pada Tabloid Nyata
Edisi Maret s/d Agustus. Thesis. Universitas Negeri Semarang.
Copyright holder: Sayidah Dwi Nur Maghfiroh, Ika Arifianti (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |