Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 �e-ISSN : 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
�
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI FRAUD PENTAGON TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTS :
LITERATURE REVIEW
Yulitasari, Andi Sayyidatun Ufairah Anto, Grace T. Ponto, Mediaty
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dengan menggunakan
fraud pentagon. Fraud pentagon merupakan perluasan dari fraud triangle dan
fraud diamond theory yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan
keuangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic
Literature Review (SLR). Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan
18 jurnal terpilih tahun 2017- 2021 di database Google Scholar. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecurangan laporan keuangan yang terbagi menjadi lima indikator yaitu tekanan,
peluang, rasionalisasi, kompetensi dan arogansi yang kemudian dijabarkan ke
dalam beberapa proksi dengan jenis penelitian kuantitatif. Faktor yang banyak
diteliti adalah changes in auditor sebanyak 13 kali. Tetapi untuk faktor yang
banyak memiliki pengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement
adalah financial stability (stabilitas keuangan). Artinya bahwa ketika
stabilitas keuangan perusahaan terancam yang diakibatkan oleh faktor ekonomi
dan industri, maka perusahaan akan berpotensi melakukan financial statement
fraud.
Kata kunci: Fraud pentagon, Kecurangan laporan keuangan, SLR
Abstract
This study aims to determine the possibility of
occurrence of incidents in the report using the fraud pentagon. The fraud pentagon
is an application of the fraud triangle and fraud diamond theory which is used
to detect financial statements. The method used in this research is Systematic
Literature Review (SLR). Data analysis in this study used 18 selected journals
in 2017-2021 in the Google Scholar database. The results of the research
carried out show the factors that affect the financial statements which are
divided into five namely pressure, opportunity, rationalization, competence and
arrogance which are then applied to several proxies with this type of
quantitative research. The factor that is widely studied is the change of
auditors as much as 13 times. But the factor that has a lot of influence on the
occurrence of fraudulent financial statements is financial stability. This
means that when the company's financial events are threatened due to economic
and industrial factors, the company will commit fraudulent financial
statements.
Keywords: pentagon fraud, financial statement fraud, SLR
Pendahuluan
Financial statement
fraud biasa disebut dengan kecurangan laporan keuangan yang merupakan
kesengajaan dalam melakukan kelalaian dan kesalahan ketika membuat laporan
keuangan dengan penyajian yang tidak sesuai pada prinsip akuntansi. Statement
on Auditing Standards (SAS) No.99 menjelaskan tentang salah saji yang
berhubungan dengan auditor dalam mengaudit laporan keuangan terhadap fraud
diantaranya adalah (1) salah saji dari kesalahan suatu laporan keuangan
merupakan suatu pengungkapan yang direncanakan guna menipu pengguna laporan
keuangan, (2) penyalahgunaan aset atau istilah lain pencurian dan penggelapan
sering dijadikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan (Siddiq &
Suseno, 2019).
Laporan keuangan
menunjukkan kondisi perusahaan secara finansial, kinerja, dan aktivitas
operasional perusahaan selama periode waktu tertentu, yang ditujukan kepada
seluruh pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan yaitu pihak
internal dan eksternal, seperti: manajemen, karyawan, investor, kreditur,
supplier, konsumen, dan pemerintah (Lestari & Henny 2019). Laporan keuangan
dapat memberikan manfaat untuk memberikan informasi mengenai kondisi suatu
perusahaan. Pada saat perusahaan publik menerbitkan laporan keuangannya,
perusahaan tersebut ingin menggambarkan kondisinya dalam keadaan yang terbaik.
Hal ini dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan yang akan menyesatkan
investor dan pengguna laporan keuangan yang lain (Amarakamini & Suryani
2019). Keinginan untuk selalu terlihat baik oleh berbagai pihak memaksa manajemen
perusahaan untuk melakukan manipulasi di bagian-bagian tertentu, sehingga pada
akhirnya menyajikan informasi yang tidak semestinya yang tentu akan merugikan
banyak pihak. (Setiawati & Baningrum 2018).
Salah satu sektor yang
terdeteksi melakukan financial statement fraud adalah PT Garuda Indonesia.
Dikutip dalam jurnal entrepreneur PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengklaim
mencatatkan kinerja keuangan cemerlang pada 2018 lalu, dengan laba bersih US$
809 ribu atau sekitar Rp 11,33 miliar. Namun dua komisaris perusahaan menolak
menandatangani laporan keuangan karena menduga ada kejanggalan pencatatan
transaksi demi memoles laporan keuangan tahunan 2018. Dua komisaris tak sepakat
dengan salah satu transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi, perusahaan
rintisan (startup) penyedia teknologi wifi on board, yang dibukukan sebagai
pendapatan oleh manajemen, yang menyebabkan Bursa Efek Indonesia (BEI)
memberikan peringatan tertulis III dan mengenakan denda sebesar Rp 250 juta
kepada Garuda Indonesia, serta menuntut perusahaan untuk memperbaiki dan
menyajikan laporan keuangan. Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengenakan denda masing-masing sebesar Rp 100 juta kepada Garuda Indonesia dan
seluruh anggota direksi. OJK juga mewajibkan perusahaan untuk memperbaiki dan
menyajikan kembali laporan keuangan 2018. Skandal keuangan yang dialami Garuda
Indonesia ini merupakan contoh kasus kecurangan laporan keuangan atau fraud
jenis Fraudulent Statements.
Association of Certified
Fraud Examiners (ACFE) dalam Survei Fraud Indonesia pada tahun 2019, kasus
fraud yang tertinggi terjadi di negara Indonesia dengan persentase sebesar
64,4% adalah korupsi. Posisi kedua dalam kasus fraud yang terjadi di Indonesia
dengan persentase sebesar 28, 9% adalah penyalahgunaan aset atau kekayaan
negara dan perusahan. Sedangkan fraud laporan keuangan merupakan kasus fraud
yang jarang terjadi Indonesia yaitu dengan persentase hanya 6,7%. Kasus korupsi
dikatakan menjadi kasus fraud pertama di Indonesia dikarenakan berita mengenai
kasus korupsi lebih sering disorot oleh media daripada kasus fraud yang lain.
Namun, jika ditinjau dari segi besarnya kerugian akibat terjadinya fraud, fraud
laporan keuangan menempati posisi pertama dengan persentase 67,4% dengan nilai
kerugian dibawah Rp. 10.000.000,- dan memiliki persentase sebesar 5,0% dengan
nilai kerugian lebih dari 10 milyar (ACFE, 2020).
Fraudulent financial
reporting ini penting dan menarik untuk direview secara lebih mendalam agar
dapat mengetahui adanya kecurangan pelaporan�
yang didapatkan melalui Fraud Pentagon, sebelumnya masalah mengenai� fraud masih banyak didominasi oleh model
fraud triangle dan model fraud diamond, menyadari hal tersebut maka untuk
mengetahui dan menganalisis fraudulent financial reporting penulis menggunkan
analisis fraud pentagon yang dikemukakan oleh Crowe (2011) (Setiawati &
Baningrum 2018).
Kasus fraud terutama
fraud atas laporan keuangan (fraudulent financial statement) merupakan masalah
yang sangat krusial dan tidak dapat dianggap remeh. Oleh karena itu, literatur
review ini ditujukan untuk memetakan faktor � faktor yang dapat mendeteksi
adanya fraud atas laporan keuangan dengan menggunakan teori fraud pentagon.
Selain itu, tujuan dari literature review ini adalah untuk mendeteksi faktor
apa yang sangat mempengaruhi terjadinya fraudulent financial statement.
Teori Fraud Pentagon
Teori fraud pentagon ini
dikemukakan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011 sehingga dikenal dengan Crowe�s
Fraud Pentagon Theory. Teori ini merupakan teori yang membahas tentang faktor �
faktor pemicu fraud, yang merupakan pengembangan dari fraud triangle yang
dikemukakan oleh Cressey (1953). Elemen � elemen fraud triangle ini terdiri
dari pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan rationalization (rasionalisasi).
Dalam teori fraud pentagon ini ditambahkan dua faktor pemicu fraud, yaitu
competence (kompetensi) dan arrogance (arogansi) (Sasongko & Wijayantika,
2019)
(Rusmana & Tanjung,
2019) menjelaskan faktor � faktor pemicu fraud antara lain (1) Pressure
(tekanan) yaitu adanya motif untuk melakukan dan menyembunyikan kecurangan.
Pressure ini meliputi financial stability, financial target, external pressure,
dan personal financial need. (2) Opportunity, yaitu adanya peluang untuk
melakukan kecurangan yang diakibatkan oleh lemahnya pengendalian internal dan
pengawasan manajemen. Menurut SAS 99 (Ramos & West, 2003), opportunity ini
terjadi pada tiga kondisi, antara lain nature of industry, ineffective
monitoring, dan organizational structure. (3) Rationalization, yaitu pembenaran
atas kecurangan yang direncanakan oleh pelaku. Menurut SAS 99 (Ramos &
West, 2003), rasionalisasi dapat diukur dengan change in auditor dan audit
opinion. (4) Competence, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang diukur
dengan change of director. (5) Arrogance, yaitu sikap superioritas atau sikap
congkak yang dimiliki oleh seseorang yang merasa bahwa pengendalian internal
tidak berlaku untuk dirinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya frequent number
of CEO�s picture.
Fraud
Association of Certified
Fraud Examiner (ACFE) menjelaskan bahwa fraud merupakan tindakan penipuan yang
dilakukan oleh seorang karyawan, manajer, petugas, atau pemilik perusahaan yang
bisa merugikan perusahaan atau organisasi tersebut. Sedangkan (Albrecht et al.,
2019) dalam bukunya Fraud Examination menjelaskan bahwa fraud merupakan
tindakan penipuan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau lebih
secara sadar dan tidak ada unsur paksaan yang menguntungkan dirinya tetapi
merugikan pihak lain.
Arens, et al. (2017) di
dalam bukunya juga menjelaskan bahwa fraud is a broad legal concept, fraud
describes any intentional deceit meant to deprive another person or party of
their property or rights. In the context of auditing financial statements,
fraud is defined as an intentional misstatement of financial statements�. Dari
definisi tersebut bisa dijelaskan bahwa fraud merupakan penipuan dilakukan
dengan sengaja yang dimaksudkan untuk merampas hak orang lain. Dalam konteks
audit, fraud didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang dilakukan
dengan sengaja.
Definisi fraud yang
dijelaskan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa fraud merupakan tindakan yang
dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal secara sengaja yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok dan secara langsung maupun
tidak langsung dapat merugikan orang lain
Fraud Laporan Keuangan
Lestari dan Henny (2019)
menjelaskan bahwa financial fraud statement atau kecurangan atas laporan
keuangan adalah suatu bentuk salah saji atau nominal yang dihapus pada laporan
keuangan atau pengungkapan secara sengaja dengan tujuan menipu para pengguna
laporan keuangan. Sedangkan menurut Association Of Certified Fraud Examiners
(ACFE Indonesia, 2016) menjelaskan bahwa kecurangan atas laporan keuangan
merupakan perbuatan yang dengan sengaja menyajikan laporan keuangan yang tidak
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sehingga bisa menyesatkan para pengguna
laporan keuangan. Fraud dalam laporan keuangan meliputi manipulasi, pemalsuan, dokumen
pendukung dalam laporan keuangan tidak menyajikan kebenaran atau dengan sengaja
menghilangkan transaksi, dan informasi penting serta sengaja menerapkan prinsip
akuntansi yang salah (Septriani & Handayani, 2018).
Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) mendefinisikan laporan keuangan merupakan bagian dari proses keseluruhan
pelaporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan dan laporan perubahan retrospektif. Sedangkan menurut Siddiq dan
Suseno, (2019) Laporan keuangan merupakan gambaran kinerja perusahaan yang
menginformasikan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang digunakan untuk
manajemen perusahaan dan investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Menurut Amarakamini dan Suryani (2019) Laporan keuangan merupakan alat
komunikasi penting antara pihak manajemen dengan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Tujuan keseluruhan dari laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan
keputusan investasi dan kredit. Pada saat perusahaan publik menerbitkan laporan
keuangannya, sesungguhnya perusahaan tersebut ingin menggambarkan kondisinya
dalam keadaan yang terbaik. Hal ini dapat menyebabkan kecurangan laporan
keuangan yang akan menyesatkan investor dan pengguna laporan keuangan yang
lain.
Metode Penelitian
1. Metode dengan Literatur review
Metode penelitian yang
digunakan yaitu dengan literature review. Literature review merupakan istilah
yang digunakan untuk merujuk pada metodologi penelitian atau riset tertentu dan
pengembangan yang dilakukan untuk mengumpulkan serta mengevaluasi penelitian
yang terkait pada fokus topik tertentu (Triandini, et all 2019).
Literature review yang
digunakan dalam penelitian ini awalnya memperoleh 18 jurnal penelitian dengan
14 jurnal penelitian nasional dan 4 jurnal penelitian internasional, setelah
melalui beberapa tahapan kemudian peneliti menentukan 13 jurnal penelitian yang
sesuai dengan variabel bebas maupun variabel terikat melalui jurnal penelitinan
terdahulu.
Proses dalam melakukan literatur review adalah
sebagai berikut:
a. Mencari jurnal menggunakan kata kunci, adapun kata kunci yang digunakan
dalam mendapatkan jurnal yang relevan untuk literature review diantaranya:
Fraud, Fraud Pentagon, Fraudulent financial statements, Fraudulent Financial
Reporting.
b. Melakukan perbandingan dari beberapa jurnal acuan
penelitian sebelumnya dengan menyesuaikan hasil penelitian jurnal tersebut
dengan kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu pengaruh Financial
target, Financial stability, Ineffective monitoring, Chages in auditor,
Frequent number of ceo�s picture, Eksternal auditor Quality, Change of
director.
c. Dalam tahap awal pencarian jurnal, peneliti
menemukan 18 jurnal penelitian yaitu jurnal penelitian nasional maupun
internasional, setelah melewati beberapa tahapan kemudian peneliti menentukan
12 jurnal penelitian yang sesuai dengan variabel bebas maupun variabel terikat.
d. Meyimpulkan hasil dari perbandingan jurnal acuan
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian literatur review, yaitu untuk
mengetatuhi Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Statements.
e. Rangkuman dalam literature
review penelitian ini mengenai apa saja Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap
Fraudulent Financial Statements.
2. Metode Kajian Literatur
Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan literature review dengan metode Systematic Literature
Review (SLR). Dalam bahasa Indonesia, Systematic Literature Review (SLR)
disebut dengan tinjauan pustaka sistematis, yaitu merupakan metode literature
review yang mengidentifikasi, menilai dan menginterpretasi semua temuan �
temuan pada suatu topik penelitian, yang digunakan untuk menjawab pertanyaan �
pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya (Wahono, 2016). Metode
SLR ini juga digunakan untuk membantu mengembangkan pemikiran kritis dan
program penelitian yang akan datang dari perspektif bidang penelitian baru .
Pendekatan SLR ini didasarkan pada struktur logis dengan menetapkan analisis
data dan aturan interpretasi. Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan
pendokumentasian secara rinci langkah � langkah analisis dan evaluasi data,
metode SLR ini menggunakan pencarian transparan dan strategi pengambilan sampel
untuk memastikan replikasi.
Metode SLR dapat
dilakukan review dan identifikasi artikel jurnal secara sistematis, yang setiap
prosesnya mengikuti langkah dan protocol, langkah dan strategi pelaksanaan SLR
sangat terencana dan terstruktur sehingga sangat berbeda dengan metode yang
hanya sekedar menyampaikan studi literatur (Aliyah & mulawarman, 2020).
Tahapan dalam melakukan
SLR ini, secara umum terdiri dari 3 bagian besar, yaitu Planning, Conducting
dan Reporting. Planning yang dibagi lagi menjadi 2 tahap lagi yaitu Formulate
the Review�s Research Question dan Develop the Review�s Protocol. Tahap awal
dan dasar berjalannya SLR adalah Research Question (RQ). Research Question ini
digunakan untuk menuntun proses pencarian dan ekstraksi literatur. Formulasi RQ
didasarkan pada lima elemen yang terkenal dengan sebutan PICOC:
1. Population (P): Target
group dari investigasi yaitu berupa perusahaan � perusahaan yang listing di BEI.
2. Intervention (I): Aspek detail dari investigasi, atau isu yang menarik bagi
peneliti yaitu berupa financial statement fraud.
3. Comparison (C): Aspek dari investigasi dimana
Intervention (I) akan dibandingkan.
4. Outcomes (O): Efek dan hasil dari Intervention (I) salah satunya faktor
yang memengaruhi financial statement fraud.
5. Context (C): Setting dan
lingkungan dari investigasi
Artikel ini mengkaji dan
membahas 13 artikel jurnal terpilih berdasarkan tahapan yang dibuat secara
obyektif untuk menemukan jawaban atas kelima pertanyaan tersebut sekaligus
mengacu� pada kelima elemen PICOC SLR,
yang kemudian diberikan rekomendasi apakah Fraud Pentagon� memiliki pengaruh Terhadap Fraudulent
Financial Statements
Ratusan artikel yang
terpublikasi melalui jurnal yang dilacak dan dipilih berdasarkan kata kunci
�Fraud, Fraud Pentagon, Fraudulent financial statements, Fraudulent Financial
Reporting� pada mesin pencari google, dilanjutkan pencermatan judul dan abstrak
serta telaah kritis pada teks penuh (full text) artikel, selanjutnya dipilih 5
artikel untuk dikaji dengan SLR. Pemilihan 5 artikel tersebut dapat dijelaskan
dalam data berikut: 1) Publication Year: 2017-2021; 2) Publication Type:
Journal; 3) Search String: Google Search Machine; 4) Selected Studies: 5
artikel.
3. Metode Analisis : Meta Analisis
Meta-analisis pada
dasarnya adalah analisis statistik yang menggabungkan data dari beberapa studi
independen. meta-analisis dapat dilakukan ketika ada beberapa studi independen
yang menjawab pertanyaan dasar yang sama, setiap studi melaporkan data yang
signifikan secara statistik.� Dalam hal
ini, para peneliti menggabungkan hasil dari beberapa studi yang berbeda.
Langkah dalam
menganalisi menggunakan Meta Analisis :
1. Menulis strategi pencarian literatur yang komprehensif yang mencakup judul dan abstrak
dari penelitian saat ini.
2. Melakukan pencarian kata kunci yang ditargetkan di Internet menggunakan database
seperti google scholar.
3. Melakukan pencarian Internet menggunakan istilah pencarian yang sesuai.
Dengan kata lain,
meta-analisis adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang menggunakan
angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian untuk
mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang
diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya.
Hasil dan Pembahasan
Yuhertiana (2015)
menjelaskan bahwa sebagian besar penelitian didasarkan pada penelitian serupa
dengan menggunakan variable yang berbeda. Terdapat 18 artikel jurnal dari
sumber yang terkait financial statement fraud di Google Scholar. Dari 18
artikel jurnal yang didapat, semua termasuk ke dalam penelitian kuantitatif
Faktor � Faktor yang
Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement
Penelitian mengenai
Fraudulent Financial Statement telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya Fraudulent
Financial Statement adalah teori Fraud Pentagon. Fraud pentagon ini mempunyai 5
indikator yang terdiri dari pressure, opportunity, rationalization,
competence/capability, dan arrogance. Masing � masing indikator juga memiliki
proksi masing � masing. Untuk pressure diproksikan dengan, financial target dan
financial stability. Opportunity diproksikan dengan ineffective monitoring.
Rationalization diproksikan dengan changes in auditor. Competence/ capability
diproksikan dengan change of director. Sedangkan arrogance diproksikan dengan
CEO�s picture.
Hasil pemetaan dari 18
artikel jurnal berdasarkan kriteria dan filtrasi penulis bahwa terdapat 13
faktor yang mempengaruhi fraudulent financial statement. Ketiga belas faktor
tersebut berdampak positif dan negative terhadap fraudulent financial
statement, antara lain financial target, financial stability, eksternal auditor
quality, ineffective monitoring, changes in auditor, change of director,
frequent number of CEO�s picture.
Faktor yang paling
sering diteliti adalah financial target sebanyak 8 kali, financial stability
sebanyak 12 kali, ineffective monitoring sebanyak 8 kali, changes in auditor
sebanyak 13 kali, frequent number of ceo�s picture sebanyak 12 kali, external
auditor quality sebanyak 8 kali, changes of director sebanyak 10 kali.
Faktor financial target
merupakan proksi pertama dari indikator pressure. Financial target adalah
target yang ditetapkan oleh perusahaan terkait dengan kinerja keuangan yang
akan dicapai oleh perusahaan. Hampir semua penelitian yang dipilih menggunakan
proksi ini. Penelitian yang menghasilkan pengaruh positif dari financial target
terhadap financial statement fraud adalah (Apriliana dan Agustina, 2017) yang
menyatakan bahwa target keuangan ini diukur dengan menggunakan ROA. Semakin
tinggi ROA yang ditargetkan oleh perusahaan, maka potensi perusahaan dalam
melakukan financial statement fraud juga semakin meningkat. Hasil penelitian
ini diperkuat oleh penelitian (Setiawati dan Baningrum, 2018), (Agusputri dan
Sofie, 2019). Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari
(Lestari dan Henny, 2019), (Saputra dan Kesumaningrum, 2017), (Rusmana dan
Tanjung, 2019), (Septriani dan Handayani, 2018).
SAS nomer 99 menyatakan
bahwa financial stability merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan dalam kondisi stabil (Lestari & Henny, 2019). Namun,
adanya faktor ekonomi dan industri yang bisa mengancam perusahaan, akan membuat
stabilitas keuangan juga akan terancam. Hal inilah yang akan memicu terjadinya
kecurangan. Penelitian yang dilakukan oleh (Apriliana dan Agustina, 2017)
menyatakan bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement
fraud. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Saputra dan
Kesumaningrum, 2017), (Fathmaningrum dan Anggarani, 2021), (Septriani dan
Handayani, 2018), (Siddiq dan Suseno, 2019), (Utami dan Pusparini, 2019).
Namun, penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian (Setiawati dan
Baningrum, 2018), (Agusputri dan Sofie, 2019), (Rusmana dan Tanjung, 2019),
(Zulfa dan Bayaqub, 2018), (Sasongko dan Wijayantika, 2019).
Ineffective monitoring
(ketidakefektifan pengawasan) merupakan tidak efektifnya sistem pengawasan
internal perusahaan terhadap kinerja perusahaan (Agusputri & Sofie, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh (Agusputri & Sofie, 2019) menyatakan bahwa
ineffective monitoring berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
Tidak efektifnya pengawasan dalam suatu perusahaan akan membuat manajemen merasa
leluasa untuk melakukan tindakan kecurangan seperti memaksimalkan kesejahteraan
dan keuntungan pribadinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Lestari dan Henny, 2017), (Apriliana dan Agustina, 2017) dan (Septriani
dan Handayani, 2018). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
(Setiawati dan Baningrum, 2018), (Saputra dan Kesumaningrum, 2017),
(Fathmaningrum dan Anggarani, 2021) dan (Rusmana dan Tanjung, 2019).
Auditor merupakan
seseorang yang memiliki wewenang dan tugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap
laporan keuangan perusahaan (Agusputri & Sofie, 2019). Adanya change in
auditor ini diasumsikan sebagai cara untuk menutupi bahkan menghilangkan jejak
kecurangan laporan keuangan yang dilakukan dan diketahui oleh auditor sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh (Septriani dan Handayani, 2018) menyatakan bahwa
auditor change berpengaruh terhadap financial statement fraud. Semakin sering
sebuah perusahaan melakukan pergantian auditor, maka kemungkinan terdeteksinya
laporan keuangan juga semakin kecil, karena adanya pergantian auditor ini
membuat auditor yang baru semakin lama untuk mempelajari laporan keuangan dan
semakin sulit untuk menemukan indikasi adanya financial statement fraud. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliana dan
Agustina, 2017), (Utami dan Pusparini, 2019) dan (Saputra dan Kesumaningrum,
2017). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Lestari dan Henny,
2020), (Setiawati dan Baningrum, 2018), (Fathmaningrum dan Anggrani, 2021),
(Vivianti dan Indusewi, 2020), (Rusmana dan Tanjung, 2019), (Zulfa dan Bayaqub,
2018), (Sasongko dan Wijayantika, 2019) dan (Antawirya et al., 2019).
Change of director
merupakan salah satu proksi dari capability / competence (kemampuan) (Septriani
dan Handayani, 2018) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat dilihat
oleh masyarakat bahwa seseorang mempunyai kemampuan adalah positioning. Posisi
dewan direksi sebagai manajemen puncak dianggap sebagai posisi yang memiliki
celah untuk melakukan kecurangan. Change of director ini merupakan pelimpahan
tugas dan wewenang dari direksi lama ke direksi yang baru untuk meningkatkan
kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh (Saputra dan Kesumaningrum, 2017)
menyatakan bahwa chage of director berpengaruh signifikan terhadap financial
statement fraud. Adanya change of director ini menunjukkan bahwa kinerja
direksi lama dianggap buruk dan dianggap adanya indikasi terjadinya kecurangan
dalam laporan kecurangan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
(Septriani & Desi Handayani, 2018), (Zulfa dan Bayaqub, 2018), (Saputra
& Kesumaningrum, 2017), (Sasongko dan Wijayantika, 2019) dan (Utami dan
Pusparini, 2019). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Setiawati dan Baningrum, 2018), (Agusputri dan Sofie, 2019),
(Fathmaningrum dan Anggarani, 2021), (Vivianti dan Indusewi, 2018), (Rusmana
dan Tanjung, 2019).
Frequent Number of CEO
picture merupakan salah satu proksi dari teori fraud pentagon yaitu arrogance.
Menurut (Septriani & Desi Handayani, 2018) frequent number of CEO adalah
jumlah foto CEO yang terpampang di dalam annual report perusahaan. Tingkat
arogansi dan superioritas dari CEO ini bisa ditunjukkan dengan banyaknya foto
CEO yang terpampang di annual report perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
(Apriliana dan Agustina, 2017) menyatakan bahwa frequent number of CEO
berpengaruh terhadap terjadinya financial statement fraud. Artinya bahwa
semakin banyak foto CEO yang dimuat dalam annual report perusahaan, maka semakin
tinggi pula potensi kecurangan dalam laporan keuangan. Karena untuk
mempertahankan statusnya, CEO akan membenarkan segala cara untuk mempertahankan
posisinya saat ini. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Utami dan
Pusparini, 2019). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Lestari
dan Henny, 2017), (Setiawati dan Baningrum, 2018), (Agusputri & Sofie,
2019), (Fathmaningrum dan Anggarani, 2021), (Vivianti dan Indusewi, 2018),
(Rusmana dan Tanjung, 2019), (Septriani dan Handayani, 2018) (Zulfa dan
Bayaqub, 2018), (Sasongko dan Wijayantika, 2019), (Siddiq dan Suseno, 2019).
External auditor quality
merupakan salah satu proksi dari teori fraud pentagon yaitu opportunity. Teori
fraud pentagon ini menjelaskan kemungkinan peluang yang dilakukan oleh pihak
manajemen dalam memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dapat diajak
bekerjasama untuk melakukan kecurangan, karena quality of external auditor ini
merupakan pihak yang dipandang mampu untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan (Apriliana & Agustina, 2017). Quality of external auditor dilihat
dari besar kecilnya KAP. Penelitian yang dilakukan oleh (Apriliana &
Agustina, 2017) menyatakan bahwa quality of external auditor berpengaruh
terhadap financial statement fraud. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
(Fathmaningrum dan Anggarani, 2021) dan (Utami dan Pusparini, 2019. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Setiawati dan Baningrum, 2018),
(Saputra dan Kesumaningrum, 2017), (Vivianti dan Indusewi, 2018), (Rusmana dan Tanjung,
2019), dan (Zulfa dan Bayaqub, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang
dilakukan dalam artikel ini hanya 1 jenis saja yaitu penelitian kuantitatif.
Dari 18 artikel yang dipilih, terdapat 13 faktor yang menghasilkan pengaruh
positif dan negatif terhadap fraudulent financial statement, antara lain :
adalah financial target sebanyak 8 kali, financial stability sebanyak 12 kali,
ineffective monitoring sebanyak 8 kali, change in auditor sebanyak 13 kali,
change of director sebanyak 10 kali, frequent number of CEO�s picture sebanyak
12 kali, external auditor quality sebanyak 8 kali. Faktor yang paling banyak
diteliti adalah change in auditor sebanyak 13 kali. Tetapi untuk faktor yang
banyak memiliki pengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement
adalah financial stability (stabilitas keuangan). Artinya bahwa ketika
stabilitas keuangan perusahaan terancam yang diakibatkan oleh faktor ekonomi
dan industri, maka perusahaan akan berpotensi melakukan financial statement
fraud.
Saran
Untuk peneliti selanjuta
nya disarankan dapat menambah jumlah artikel dalam melakukan penelitian yang
berkaitan dengan Fraud Pentagon maupun Fraudulent Financial Statements, dalam
penelitian Ini, peneliti hanya menggunakan 18 jurnal dalam kurun waktu
2017-2021. Serta dapat menambah jumlah variable dalam melakukan penelitian
terkait Fraud Pentagon maupun Fraudulent Financial Statements.
BIBLIOGRAFI
Acfe Indonesia. (2016).
Survai Fraud Indonesia 2016. Auditor Essentials, 1�60.
Acfe. (2020). Survei
Fraud Indonesia. Acfe Indonesia Chapter.
Https://Acfe-Indonesia.Or.Id/Wp-Content/Uploads/2021/02/Survei-Fraud-Indonesia-2019.Pdf
Agusputri, H., &
Sofie, S. (2019). Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Fraudulent
Financial Reporting Dengan Menggunakan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 14(2), 105.
Https://Doi.Org/10.25105/Jipak.V14i2.5049
Ahammad T. (2017).
Personnel Management To Human Resource Management (Hrm): How Hrm Functions?
Journal Of Modern Accounting And Auditing, September 2017, Vol. 13, No. 9,
412-420 Doi: 10.17265/1548-6583/2017.09.004
Aicpa, Sas No.99. 2002.
�Consideration Of Fraud In A Financial Statement Audit�
Albrecht, W. S.,
Albrecht, C. O., & Albrecht, Conan C. Zimbelman, M. F. (2019). Fraud
Examination. Cengage Learning Asia, 1�662
Ardiayanto, D.A.D.
(2020). Audit Manajemen Atas Fungsi Sumber Daya Manusia Di Rs. Bhayangkara
Surabaya. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi E-Issn: 2460-0585
Arens, A.A., R.J. Elder,
M.S. Beasley, Dan C.E. Hogan, 2017, Auditing And Assurance Services, 16th Ed.,
Harlow: Pearson Education
Astuti S., (2018). Peran
Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan Instalasi Rawat
Inap Di Rumah Sakit (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman
Kebumen).
Awaluddin Et, Al (2020).
Pengaruh Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Empiris Pada Hotel Swiss Belinn Surabaya). E-Jra Vol. 09 No. 06 Februari 2020.
Crowe, H. 2011. Putting
The Freud In Fraud: Why The Fraud Triangle Is No Longer Enough. In Howart,
Crowe
Hall, James A. 2016.
Information Technology Auditing And Assurance. Fourth Edition.
Laoli, V. (2018).
Pengaruh Audit Manajemen Terhadap Kinerja Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
Gunung Sitoli. Owner: Riset Dan Jurnal Akuntansi, 2(2).
Lestari, M. I., &
Henny, D. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial
Statements Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015- 2017. Jurnal Akuntansi Trisakti, 6(1), 141.
Https://Doi.Org/10.25105/Jat.V6i1.5274
Minar, D., & Aditya,
R. (2019). Audit Manajemen Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada Pt. Bank Bni
Syariah Kantor Cabang Tasikmalaya). Jurnal Technosocio Ekonomika Universitas
Sangga Buana Ypkp, 12(1), 1-10.
Papina, A., &
Aisyah, M. N. (2016). Audit Manajemen Untuk Menilai Efektivitas Atas Fungsi
Sumber Daya Manusia Pada Lottemart Wholesale Yogyakarta. Jurnal Profita: Kajian
Ilmu Akuntansi, 4(3), 1�15.
Perangin-Angin, Z.,
& Ariyanto, D. (2017). Pengaruh Sasaran Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
Terhadap Kinerja Karyawan. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, 21(3),
1993�2020.
Putri A.U.(2020).
Evaluasi Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Peningkatan Kinerja
Karyawan Pada Pt. Citra Bumi Sumatera Palembang. Majalah Ilmiah Manajemen
Terminal Informasi Ilmiah. Issn: 2089-2330 Vol: 09.02.2020 Hal: 49 � 61.
Rachdiansyah, I., &
Tesmanto, J. (2021). Pengaruh Audit Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap
Kinerja Karyawan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Visa: Journal Of
Vision And Ideas, 1(1), 1-13.
Ramos, M. J., &
West, L. (2003). Fraud Detection In A Gaas Audit : Sas No . 99
Implementation Guide. 99.
Riny Jefri & Mediaty
(2014).� Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
Laporan Kauangan. Vol. 01 No. 02 Ha 56-64 Jurnal Akuntansi Issn 2339-1502
Rusmana, & Tanjung.
(2019). Oman Rusmana Dan Hendra Tanjung - Stabilitas Keuangan. Jurnal Ekonomi,
Bisnis Dan Akuntansi (Jeba), 21.
Saputra, M. A. R. S.,
& Kesumaningrum, N. D. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Fraudulent Financial Reporting Dengan Perspektif Fraud Pentagon Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, 22(2), 121�134.
Sasongko, N., &
Wijayantika, S. F. (2019). Faktor Resiko Fraud Terhadap Pelaksanaan Fraudulent
Financial Reporting (Berdasarkan Pendekatan Crown�s Fraud Pentagon Theory).
Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 4(1), 67� 76.
Https://Doi.Org/10.23917/Reaksi.V4i1.7809
Septriani, Y., &
Desi Handayani, Dan. (2018). Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan
Analisis Fraud Pentagon. 11(1), 11�23. Http://Jurnal.Pcr.Ac.Id
Siddiq, F. R., &
Suseno, A. E. (2019). Fraud Pentagon Theory Dalam Financial Statement Fraud
Pada Perusahaan Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (Jii) Periode 2014-2017
(Perspektif F-Score Model). Jurnal Nusantara Aplikasi Manajemen Bisnis, 4(2),
128�138. Https://Doi.Org/10.29407/Nusamba.V4i2.13800
Sigalingging L. (2017).
Audit Manajemen Atas Fungsi Sumber Daya Manusia Pt.Metalindo Wahana Putra.
Sains Dan Komputer (Saintikom) Vol.16, No.2, Agustus 2017, Pp.330-339 P-Issn:
1978-6603 E-Issn: 2615-3475.
Sondang P., Siagian.
2008. Audit Manajemen. Cetakan Ketiga. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Wahono, R. (2016).
Systematic Literature Review: Romi Satria Wahono.
Wether, William B. And
Keith Davies. 2003. Human Resources And Personal Management, Fifth Edition,
Usa: The Mcgraw Hill Companies Inc.
Willy, Susilo. 2002.
Audit Sumber Daya Manusia. Penerbit: Pt Vorqistatama Binamega
Zikra Supri, Yohanis
Rura, Grace T Pontoh (2018). Detection Of Fraudulent Financial Statements With
Fraud Diamond
Copyright
holder: Yulitasari, Andi Sayyidatun
Ufairah Anto, Grace T.
Ponto, Mediaty (2022) |
First
publication right: Jurnal Ilmiah Indonesia: Syntax Literate |
This article is
licensed under: |