Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 7, No. 7, Juli 2022

 

PENGARUH ADVERSITY QUOTIENT, EFIKASI DIRI DAN NEED FOR ACHIEVEMENT TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

 

Ani Muttaqiyathun, Raditya Aji Rusdiyana

Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pembangunan akan berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia dan pengawasan. Wirausahawan merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam kualitas wirausahawan itu sendiri. Sekarang ini, kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih relatif sedikit dan kualitasnya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adversity quotient, efikasi diri dan need for achievement terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh kuliah di program studi Manajemen pada Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa aktif dan secara spesifik telah menempuh mata kuliah kewirausahaan. Dengan demikian teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Alat analisis data yang digunakan adalah uji regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam pengujian baik secara parsial maupun simultan adversity quotient, efikasi diri dan need for achievement berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha.

 

Keywords: Adversity Quotient, Efikasi Diri, Need for Achievement, Intensi Berwirausaha.

 

Abstract

Development will be successful if it is supported by entrepreneurs who can create jobs. The government will not be able to work on all aspects of development because it requires a lot of budget, personnel and supervision. Entrepreneurs are development potential, both in number and in the quality of entrepreneurs themselves. Currently, we are facing the fact that the number of Indonesian entrepreneurs is still relatively small and the quality cannot be said to be great, so that the problem of developing Indonesian entrepreneurs is an urgent issue for the success of development. This study aims to determine the effect of adversity quotient, self-efficacy and need for achievement on the entrepreneurial intention of students. The population in this study were students who were studying in the Management study program at a university in Yogyakarta. The selected sample is active students and specifically have taken entrepreneurship courses. Thus the sampling technique in this study is to use purposive sampling. The data analysis tool used is multiple linear regression test. The results of this study conclude that in partial and simultaneous testing of adversity quotient, self-efficacy and need for achievement have a significant effect on entrepreneurial intentions.

 

Keywords: Adversity Quotient, Self Efficacy, Need for Achievement, Entrepreneurial Intention.

�����������������������

Pendahuluan

Jumlah penduduk yang besar merupakan modal dasar pembangunan. Hal ini akan berlaku jika sumber daya manusia yang ada memiliki kualitas yang memadai. Apabila jumlah sumber daya manusia yang banyak ini tidak dikelola secara baik maka akan menjadi penghambat dalam proses pembangunan. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Tingginya angka pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang tidak ada habisnya. Banyaknya jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia bahwa jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang, jumlah ini naik 2,24 juta orang dibanding data pada Februari 2018. Berdasarkan data secara agregat, memang menunjukkan angka pengangguran yang turun menjadi 5,01 persen atau berkurang 50.000 orang dalam setahun terakhir. Namun demikian jika dilihat dari tingkat pendidikannya, para sarjana dari perguruan tinggi makin banyak yang menjadi penganggur. Tentu saja ini bukan menjadi suatu kebanggaan, mengingat tingkat pendidikan ini tergolong tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya. Salah satu indikator semakin maju suatu negara adalah semakin banyaknya orang yang terdidik. Pembangunan akan berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah yang terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia dan pengawasan. Oleh karena itu, wirausahawan merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausahawan itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausahawan Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

Memulai sebuah usaha harus disertai dengan kepercayaan diri dan siap menanggung hambatan-hambatan yang datang sewaktu-waktu. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, semakin banyak peluang untuk berwirausaha, dengan menjadi reseller online shop. Mereka dapat bekerja sama dengan para pemilik usaha online shop tersebut dengan sistem mengambil produk atau barang yang dijual di situs atau akun pemilik usaha, selanjutnya mereka menjualnya kembali dengan harga yang telah ditentukan oleh reseller sehingga mereka mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Wirausaha seperti ini banyak dilakukan oleh kalangan pemuda maupun mahasiswa, dikarenakan pekerjaannya mudah dilakukan meski sebagai sambilan dan mereka paham dengan tren-tren yang sedang berkembang dimasa ini, sehingga mereka dapat dengan mudah menjangkau konsumen yang menjadi target mereka.

Menurut Alfiyah (2012) untuk membangun minat berwirausaha yang tinggi, seorang individu perlu memiliki adversity quotient atau mental daya juang terhadap kesulitan yang mantap dan solid. Pentingnya tingkat adversity quotient yang tinggi ketika memulai bisnis adalah berdasarkan fakta bahwa banyak pengusaha baru yang menemui kendala dan kesulitan dalam aktivitas bisnisnya. Apalagi kondisi lingkungan bisnis saat ini yang penuh gejolak dan ketidakpastian. Dengan demikian sangat diperlukan ketahanan mental yang tinggi dari seorang entrepreneur. Semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin meningkatkan intensi berwirausaha. Faktor kedua yang mempengaruhi intensi berwirausaha adalah efikasi diri. Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi di bidang bisnis akan mendorong dirinya untuk lebih berani memulai bisnis yang baru.

Selain faktor adversity quotient dan efikasi diri, faktor lain yang mempengaruhi intensi berwirausaha yaitu need for achievement. Mundiah (2018) menyebutkan bahwa seorang wirausahawan harus memiliki keinginan yang kuat dalam suatu bisnis guna mengembangkan minat yang dimilikinya. Setyawan (2009) menyatakan bahwa tingkat need for achievement akan membuat seseorang mampu mengatasi segala rintangan, menghasilkan kualitas kerja yang tinggi, serta dapat bersaing untuk menjadi yang terbaik.

Program studi manajemen terus senantiasa dikembangkan guna meningkatkan mutu lulusannya. Salah satu dari profil lulusannya adalah agar lulusannya menjadi wirausahawan. Berdasarkan pooling dari beberapa mahasiswa Manajemen semester 7 menunjukkan masih kurangnya tingkat intensi untuk berwirausaha. Mayoritas mahasiswa beralasan bahwa untuk memulai suatu usaha faktor yang paling utama adalah harus memiliki modal yang cukup. Selain itu, mahasiswa memiliki perasaan khawatir atau takut gagal untuk memulai suatu usaha, bingung mau melakukan usaha apa dan merasa tidak memiliki skill atau kemampuan dalam berwirausaha.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk melakukan penelitian berjudul �Pengaruh Adversity Quotient, Efikasi Diri dan Need for Achievement Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa

 

Literature Review

Pengaruh Adversity Quotient Terhadap Intensi Berwirausaha

Istilah adversity quotient merupakan konsep yang dikembangkan oleh Paul G. Stoltz. Adversity quotient diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan (Stoltz, 2007). Wijaya (2007) menjelaskan adversity quotient merupakan kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk pola-pola tanggapan kognitif dan perilaku atas stimulus peristiwa- peristiwa dalam kehidupan yang berupa tantangan atau kesulitan. Sementara menurut Alfiyah (2012) menyatakan adversity quotient menentukan kemampuan seseorang untuk bertahan dan menghadapi kesulitan. Seorang individu yang memiliki adversity quotient tinggi dimungkinkan akan lebih mudah menjalani profesi sebagai wirausahawan karena memiliki kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang. Zahreni & Pane (2012:174) mengungkapkan bahwa individu dengan adversity quotient tinggi akan mempunyai kemampuan untuk menangkap peluang usaha karena memiliki kemampuan menanggung risiko, orientasi pada peluang/inisiatif, kreativitas, kemandirian dan pengerahan sumber daya, sehingga adversity quotient dalam diri individu memiliki pengaruh terhadap keinginan untuk berwirausaha. Sejalan dengan hal tersebut, Julita dan Prabowo (2018) menyatakan dengan memiliki adversity quotient yang tinggi individu dapat menjadi lebih kreatif, bertanggung jawab, mandiri dan bekerja keras. Inilah sebagian dari karakteristik untuk menjadi seorang wirausahawan. Individu dengan adversity quotient rendah cenderung tidak memiliki sifat-sifat tersebut sehingga dapat melemahkan keinginannya untuk berwirausaha. Hasil penelitian Handaru, dkk (2015) menyatakan bahwa adversity quotient berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat adversity quotient akan semakin mudah individu untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang dihadapinya dan mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah peluang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Adversity quotient berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa

 

Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha

Menurut King (2010:152) efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hal yang positif. Efikasi diri membantu orang-orang dalam berbagai situasi yang tidak memuaskan dengan mendorong mereka untuk meyakini bahwa mereka dapat berhasil. Sedangkan menurut Hmieleski dan Baron (2008) mengungkapkan bahwa efikasi diri adalah tingkat kepercayaan diri seseorang dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu dengan baik. Efikasi diri juga dapat menjadi faktor pendorong bagi seseorang dan dapat dipakai untuk memprediksi perilaku tertentu. Self efficacy dalam bisnis yang dimiliki seseorang akan berpengaruh positif terhadap minatnya untuk membuka usaha baru (Hmieleski & Baron, 2008). Menurut Flavius (2010) tingkat efikasi diri seseorang akan mempengaruhi pandangannya dalam melihat hal positif yang mungkin terjadi pada usaha baru dan mengejar tujuan tersebut dengan lebih semangat. Tingkat efikasi diri juga mencerminkan tinggi rendahnya komitmen seseorang untuk meraih sesuatu yang ingin dicapainya. Dimensi efikasi diri secara umum terdiri dari atas magnitude, strength dan generality (Flavius, 2010). Aspek magnitude berkaitan dengan penilaian seseorang akan tingkat kesulitan dari sebuah pekerjaan yang harus dikerjakan. Aspek strength berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri seseorang untuk mampu menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan baik. Aspek generality adalah keyakinan seseorang untuk dapat menyelesaikan tugas lain secara umum yang memiliki kemiripan. Terkait dengan intensi, Hmieleski dan Baron (2008) berpendapat bahwa efikasi diri dapat mendorong kinerja seseorang dalam berbagai bidang termasuk minat berwirausaha. Dengan kata lain, ketika seseorang akan membuka bisnis baru, diperlukan keyakinan diri bahwa dirinya mampu menjalani seluruh aktivitas bisnis agar usahanya dapat berhasil (Handaru et al, 2013). Hasil penelitian Siregar & Nizma (2017) menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha. Artinya, semakin tinggi tingkat efikasi diri dalam diri seseorang, maka tingkat kepercayaan dirinya akan meningkat dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa.

 

Pengaruh Need for Achievement Terhadap Intensi Berwirausaha

Menurut Suhandan (dalam Suryana, 2013), kebutuhan akan prestasi merupakan suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi dengan faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin tinggi prestasi seseorang, akan menimbulkan rasa percaya dirinya semakin besar. Jika dikaitkan dengan berwirausaha, semakin tinggi kebutuhan akan prestasi seseorang semakin mendorong niat untuk memulai usaha. Hal ini dikarenakan, ilmu yang telah banyak dimiliki tentang kewirausahaan akan makin meyakinkan untuk dapat memulainya. Setyawan (2009) menjelaskan beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengukur need for achievement seseorang yaitu aspek kebutuhan akan pencapaian, kesediaan untuk mengambil tanggung jawab, memiliki rasa takut akan kegagalan, kemampuannya dalam mengatasi hambatan atau kendala, dan yang terakhir kesediaan untuk menerima kritik dan masukan dari orang lain. Sedangkan menurut Rahman (2011) juga menyebutkan aspek yang berkaitan dengan tingkat need for achievement seseorang yaitu bersedia bertanggung jawab, teliti, dan mempertimbangkan risiko, mengharapkan adanya umpan balik, bersikap kreatif dan inovatif, memperhatikan waktu penyelesaian tugas, serta memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi yang terbaik. Tingkat need for achievement seseorang akan membuat seseorang mampu mengatasi segala rintangan, menghasilkan kualitas kerja yang tinggi, serta dapat bersaing untuk menjadi yang terbaik (Setyawan:2009).

Hasil penelitian dari Handaru, Parimita & Mufdhalifah (2015) menunjukan bahwa need for achievement memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Berarti apabila need for achievement meningkat, maka intensi berwirausaha akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H 3 : Need for Achievement berpengarih positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa

 

Metode Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa program studi Manajemen pada perguruan tinggi di Yogyakarta, yang duduk di semester tujuh tahun akademik 2019-2020 dan telah menempuh mata kuliah kewirausahaan. Peneliti mentargetkan minimal harus diambil sampel sejumlah 150 responden. Adapun metode penentuan sampel yang dipilih adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Adapun pertimbangannya adalah mahasiswa prodi Manajemen yang aktif pada tahun akademik 2019-2020 dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden. Data primer didapatkan melalui penyebaran kuesioner kepada responden (Sugiyono, 2017). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu tentang adversity quotient, efikasi diri, need for achievement dan intensi berwirausaha.

Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah intensi berwirausaha. Menurut Sugiyono (2017:59) �variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensi berwirausaha. Variabel-variabel tersebut dapat divisualisasikan dalam model penelitian sebagai berikut:

 

H1 +

H2 +

H3 +

H4 +

Intensi

Berwirausaha

 

(Y)

Need for Achievement

(X3)

Efikasi Diri

 

(X2)

Adversity Quotient

(X1)


Gambar 1. Model Penelitian

 

Dalam Handaru dkk (2015) intensi berwirausaha adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, yaitu kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang.

 

 

 

Tabel 1

Definisi Operasional dan Indikator Intensi Berwirausaha

 

Definisi Operasional

Indikator

Nomor item pertanyaan

Intensi berwirausaha adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, yaitu kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatkan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang.

 

Percaya diri

(IB.1.1)

(1B.1.2)

Berorientasi tugas dan hasil

(IB.2.1)

(IB.2.2)

Pengambilan resiko

(IB.3.1)

(IB.3.2)

Kepemimpinan

(IB.4.1)

(IB.4.2)

Orisinilitas

(IB.5.1)

(IB.5.2)

Berorientasi ke masa depan

(IB.6.1)

(IB.6.2)

Sumber: Krismawan (2017)

 

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen diantaranya adalah Adversity quotient. Menurut Stoltz (2007:8) pengertian adversity quotient adalah kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Stolz (2007:140-165), menyebutkan empat dimensi yang menyusun adversity quotient seseorang yaitu CO2RE (Control, Origin, Ownership, Reach, Endurance).

 

Tabel 2

Definisi Operasional dan Indikator Adversity Quotient

Definisi Operasional

Indikator

Nomor item

Adversity quotient adalah kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya Stoltz (2007:8).

Kendali diri (control)

(AQ.1.1)

(AQ.1.2)

Asal-usul Pengakuan (origin & ownership)

(AQ.2.1)

(AQ.2.2)

Jangkauan (reach)

(AQ.3.1)

(AQ.3.2)

Daya Tahan (endurance)

(AQ.4.1)

(AQ.4.2)

Sumber: Krismawan (2017)

 

Menurut Bandura (1977), efikasi diri adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan.

 

 

Tabel 3

Definisi Operasional dan Indikator Efikasi Diri

Definisi Operasional

Indikator

Nomor Item

Efikasi diri adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (Baron & Byrne, 2003)

Level

(ED.1.1)

(ED1.2)

Strength

(ED.2.1)

(ED.2.2)

Generality

(ED.3.1)

(ED.3.2)

Sumber: Krismawan (2017)

 

Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai kesuksesan atau usaha untuk mencapai keberhasilan dalam sebuah persaingan dengan suatu ukuran tertentu. Motivasi yang ada pada diri seseorang dapat menjadi pendorong untuk dapat menguasai, memanipulasi atau mengatur lingkungan sosial maupun fisik disekitarnya (Kalyani & Kumar, 2011).

 

 

Tabel 4

Definisi Operasional dan Indikator Need for Achievement

Definisi Operasional

Indikator

Nomor Item

Need for Achievement dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai kesuksesan atau usaha untuk mencapai keberhasilan dalam sebuah persaingan dengan suatu ukuran tertentu.

Kebutuhan akan pencapaian

Nach.1.1

Nach. 1.2

Kesediaan mengambil tanggungjawab

Nach. 2.1

Nach. 2.2

Memiliki rasa takut akan kegagalan

Nach. 3.1

Nach. 3.2

Kemampuan mengatasi hambatan

Nach. 4.1

Nach. 4.2

Kesediaan menerima kritik atau saran dari orang lain

Nach. 5.1

Nach, 5.2

 

Sumber: Setyawan (2009)

 

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2017) skala likert digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial. Bobot penilaian untuk setiap item instrumen menggunakan skala likert dari 1 sampai 5 dimana setiap angka memiliki kualitas yang berbeda dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju.

Uji validitas dilakukan untuk mengukur layak atau tidaknya setiap indikator atau kuesioner dari setiap masing-masing variabel. Cara yang dilakukan dalam pengujian yaitu dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Apabila r hitung > r tabel, maka dapat dinyatakan butir pertanyaan tersebut valid. Apabila r hitung < r tabel, maka dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tersebut tidak valid. Dalam penelitian ini untuk menentukan r tabel. Dilakukan dengan melihat pada tabel distribusi r tabel berdasarkan df sebesar N-2 = 30-2= 28 dengan alpha 0,05, maka didapat nilai r tabel sebesar = 0,361. Berdasarkan hasil tabel diatas, menunjukan bahwa item variabel intensi berwirausaha, Adversity Quotient, Efikasi Diri dan Motivasi (Need for Achievement)kesemuanya dinyatakan valid, sehingga bisa dilanjutkan dengan uji reliabilitas.

Uji reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah indikator atau kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dengan akurat sebagai alat ukur variabel. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode Cronbach�s alpha, pengambilan keputusan dalam metode ini menggunakan batasan 0,60. Apabila nilai Cronbach�s alpha > 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel. Setelah pengujian, diperoleh hasil bahwa semua variabel dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach�s Alpha tiap variabel>0,60. Dengan demikian penelitian ini bisa ditindaklanjuti dengan pengumpulan data.

 

Hasil Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS Statistics dapat diketahui persamaan regresi linear berganda yaitu sebagai berikut:

Y= 0,882 + 0,181 X1 + 0,200 X2 + 0,434 X3

Pengujian secara parsial atau individual digunakan untuk menguji pengaruh adversity quotient (X1), efikasi diri (X2) dan need for achievement (X3) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap intensi berwirausaha (Y). Adapun hasilnya sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

 

Tabel 5

Hasil Uji Regresi Parsial

Variabel

Hasil Uji

Signifikansi

AQ

0,003

ED

0,001

Nach

0,000

Sumber: data primer (2019)

 

Berdasarkan tabel hasil uji t di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dilihat dari nilai signifikansi pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi variabel Adversity Quotient diperoleh sebesar 0,003. Hal ini menunjukan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Adversity Quotient berpengaruh signifikan dan positifterhadap intensi berwirausaha mahasiswa, yang berarti H1 diterima.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Cut Nizma (2017) menunjukan bahwa adversity quotient berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa.

Variabel Efikasi Diri. Dilihat dari nilai signifikansi pada tabel 5. diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,001, yang menunjukan bahwa nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri berpengaruh signifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, yang berarti H2 diterima. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handaru dkk (2015) menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. Semakin baik efikasi diri maka semakin tinggi intensi berwirausaha mahasiswa.

Variabel Need for Achievement. Dilihat dari nilai signifikansi pada tabel 5. diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000, yang menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa need for achievement berpengaruh signifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, yang berarti H3 diterima. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handaru dkk (2015) menyatakan bahwa need for achievement berpengaruh terhadap tingkat intensi berwirausaha.

Uji F menunjukkan pengaruh semua variabel independen adversity quotient (X1), efikasi diri (X2) dan need for achievement (X3) secara bersama-sama terhadap variabel dependen intensi berwirausaha (Y). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handaru (2015) secara simultan adversity quotient, efikasi diri dan need for achievement dapat membentuk intensi berwirausaha.

 

 

Tabel 6. Hasil Uji F

F

Signifikansi

73,222

0,000

Sumber: data primer (2019)

 

Berdasarkan hasil uji simultan pada Tabel 6. menyatakan bahwa F hitung sebesar dan besarnya nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa adversity quotient (X1), efikasi diri (X2) dan need for achievement (X3) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap intensi berwirausaha (Y) mahasiswa, yang berarti H3 diterima.

 

Kesimpulan

Adversity quotient, efikasi diri dan need for achievement berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa program studi Manajemen di Yogyakarta.

Berdasarkan hasil temuan ini dapat diberikan saran, bagi pengelola program studi perlu meningkatkan adversity quotient, efikasi diri dan need for achievement mahasiswa guna meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa, karena dalam penelitian ini terbukti efikasi diri dan need for achievement berpengaruh signifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya hendaknya menguji model penelitian ini pada konteks responden yang berbeda serta memasukkan variabel lain yang diduga mempengaruhi intensi berwirausaha.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Alfiyah, N. 2012. Hubungan Adversity Quotient Dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Tempel Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Ilmu Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Http://Eprints.Uny.Ac.Id/9771/2/ BAB%202%20-%200710424409 2.Pdf.

 

Badan Pusat Statistik. Februari 2019: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 5,01 Persen. Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-2019--Tingkat-Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-Persen.Html.

 

Bandura, A.(1977). �Self Efficacy:Toward A Unifying Theory Of Behavioral Change.Psychological Review 84, 191-215.

 

Flavius, T. E. 2010. Gender, Entrepreneurial Self-Efficacy, And Entrepreneurial Attitude Orientations: The Case Of The Caribbean. International Business & Economics Research Journal, 9(13), 17�31.

 

Handaru, Parimita Dan Mufdalifah 2015. �Membangun Intensi Berwirausaha Melalui Adversity Quotient, Self Efficacy Dan Need For Achievement�. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.17, No.2, Hal 145-166.

 

Hmieleski, K. M., & Baron, R. A. (2008). When Does Entrepreneurial Self-Efficacy Enhance Versus Reduce Firm Performance? Strategic Entrepreneurship Journal, 2, 57 �72

 

Julita, Ika Dan Prabowo S. 2018. Intensi Berwirausaha Ditinjau Dari Adversity Quotient Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Katolik Soegijapranata. Jurnal Psikodimensia, ISSN: 2579-6321 Vol. 17 No, 1,Hal 85-92.

 

Kalyani, Brinda Dan Dileep Kumar, 2011. Motivational Factors, Entrepreneurship And Education : Study With Reference To Women In Smes. Far East Journal Of Psycohology And Business.

 

King Laura, A.2010. Psikologi Umum. (Alih Bahasa: Brian Marwendys) Jakarta Salemba Humanika.

 

Krismawan, Michael Aan. 2017. �Pengaruh Adversity Quotient Dan Self Efficacy Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus Pada Siswa Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Bantul)�. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

 

Mundiah, L. 2018. �Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha�. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 6 No.2 Universitas Negeri Surabaya.

Rahman, K. M. (2011). Entrepreneur Needs And Achievement Of Descendant Latin Japanesse Entrepreneurs In Japan. International Journal Of Entrepreneurship, 15, 99�119.

Setyawan BN. 2009. Analisis Perbedaan Kebutuhan Akan Prestasi, Afiliasi, Otonomi, Dominasi Pada Karyawan Wanita Dan Entrepreneur Wanita Serta Faktor Yang Mempengaruhi. Skripsi Manajemen UMY.Http://Thesis.Umy.Ac.Id/Datapublik/T12639.Pdf

 

Siregar, Dina Arfianti Dan Cut Nizma. 2017. �Pengaruh Adversity Quotient, Efikasi Diri Dan Need For Achievement Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Medan�. Makalah Seminar, Repository Universitas Widyatama. Https://Repository.Widyatama.Ac.Id/Xmlui/Handle/123456789/8573 ISSN: 2252- 3936.

 

Stoltz, Paul G. 2007. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : PT Grasindo.

 

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Suryana. 2013. Kewirausahaan : Kiat Dan Proses Menuju Proses. Ed4. Salemba Empat. Jakarta.

 

Wijaya, T. (2007). Hubungan Adversity Intelligence Dengan Intensi Berwirausaha : Studi Empiris Pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 9(2), 107�116.

 

Zahreni & Pane 2012. Pengaruh Adversity Quotient Terhadap Intensi Berwirausaha. Jurnal Ekonom. Vol.15 No.4 Oktober. Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/43520/Siti%20ratna.Pdf?Sequence=1&Isallowed

Copyright holder:

Ani Muttaqiyathun, Raditya Aji Rusdiyana (2022)

 

First publication right:

Jurnal Ilmiah Indonesia: Syntax Literate

 

This article is licensed under: