Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 �e-ISSN : 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
PENGARUH ADVERSITY QUOTIENT,
EFIKASI DIRI
DAN NEED FOR ACHIEVEMENT TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA�
Ani
Muttaqiyathun, Raditya Aji Rusdiyana
Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pembangunan akan berhasil jika
ditunjang oleh wirausahawan
yang dapat membuka lapangan kerja. Pemerintah tidak akan mampu menggarap
semua aspek pembangunan karena banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia dan pengawasan. Wirausahawan merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam
kualitas wirausahawan itu sendiri. Sekarang ini, kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan
Indonesia masih relatif sedikit dan kualitasnya belum
bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adversity
quotient, efikasi diri dan need for achievement terhadap
intensi berwirausaha pada mahasiswa.
Populasi pada penelitian ini adalah
mahasiswa yang
sedang menempuh kuliah di program
studi Manajemen pada
Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Sampel yang dipilih
adalah mahasiswa aktif dan secara spesifik telah menempuh mata kuliah
kewirausahaan. Dengan demikian teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan purposive
sampling. Alat analisis
data yang digunakan adalah
uji regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam
pengujian baik secara parsial maupun simultan adversity
quotient,
efikasi diri dan need for achievement �berpengaruh signifikan terhadap
intensi berwirausaha.
Keywords: Adversity
Quotient, Efikasi Diri,
Need for Achievement, Intensi Berwirausaha.
Abstract
Development will be
successful if it is supported by entrepreneurs who can create jobs. The
government will not be able to work on all aspects of development because it
requires a lot of budget, personnel and supervision. Entrepreneurs are
development potential, both in number and in the quality of entrepreneurs
themselves. Currently, we are facing the fact that the number of Indonesian
entrepreneurs is still relatively small and the quality cannot be said to be
great, so that the problem of developing Indonesian entrepreneurs is an urgent
issue for the success of development. This study aims to determine the effect
of adversity quotient, self-efficacy and need for achievement on the
entrepreneurial intention of students. The population in this study were
students who were studying in the Management study program at a university in
Yogyakarta. The selected sample is active students and specifically have taken
entrepreneurship courses. Thus the sampling technique
in this study is to use purposive sampling. The data analysis tool used is
multiple linear regression test. The results of this study conclude that in
partial and simultaneous testing of adversity quotient, self-efficacy and need
for achievement have a significant effect on entrepreneurial intentions.
Keywords: Adversity Quotient, Self Efficacy, Need for Achievement, Entrepreneurial
Intention.
�����������������������
Pendahuluan
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal dasar pembangunan. Hal ini akan berlaku
jika sumber daya manusia yang ada memiliki kualitas yang memadai. Apabila
jumlah sumber daya manusia yang banyak ini tidak dikelola secara
baik maka akan menjadi penghambat dalam proses
pembangunan. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Tingginya angka pengangguran di Indonesia merupakan masalah yang
tidak ada habisnya. Banyaknya jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
lapangan pekerjaan yang tersedia. Badan
Pusat Statistik (BPS) melaporkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia bahwa jumlah angkatan kerja pada Februari
2019 sebanyak 136,18 juta orang, jumlah ini naik 2,24 juta orang dibanding data
pada Februari 2018. Berdasarkan data secara agregat, memang menunjukkan angka
pengangguran yang turun menjadi 5,01 persen atau berkurang 50.000 orang dalam
setahun terakhir. Namun demikian jika dilihat dari tingkat pendidikannya, para
sarjana dari perguruan tinggi makin banyak yang menjadi penganggur. Tentu saja ini bukan menjadi suatu kebanggaan, mengingat tingkat
pendidikan ini tergolong tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya. Salah satu indikator semakin maju suatu negara adalah semakin banyaknya orang yang
terdidik. Pembangunan akan berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat
membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah yang terbatas. Pemerintah
tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena banyak membutuhkan
anggaran belanja, personalia dan pengawasan. Oleh karena itu, wirausahawan merupakan potensi
pembangunan, baik dalam
jumlah maupun dalam mutu wirausahawan itu sendiri.
Sekarang ini kita menghadapi kenyataan
bahwa jumlah wirausahawan
Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga
persoalan pembangunan wirausahawan Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi
suksesnya pembangunan.
Memulai sebuah usaha harus disertai dengan kepercayaan diri dan siap menanggung hambatan-hambatan yang datang sewaktu-waktu. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, semakin banyak peluang untuk berwirausaha, dengan menjadi reseller online shop. Mereka dapat bekerja sama dengan para pemilik usaha online shop tersebut dengan sistem mengambil produk atau barang yang dijual di situs atau akun pemilik usaha, selanjutnya mereka menjualnya kembali dengan harga yang telah ditentukan oleh reseller sehingga mereka mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Wirausaha seperti ini banyak dilakukan oleh kalangan pemuda maupun mahasiswa, dikarenakan pekerjaannya mudah dilakukan meski sebagai sambilan dan mereka paham dengan tren-tren yang sedang berkembang dimasa ini, sehingga mereka dapat dengan mudah menjangkau konsumen yang menjadi target mereka.
Menurut Alfiyah (2012) untuk membangun minat berwirausaha
yang tinggi, seorang individu perlu memiliki adversity quotient atau mental daya juang terhadap kesulitan yang mantap dan solid.
Pentingnya tingkat adversity quotient yang tinggi ketika memulai bisnis adalah
berdasarkan fakta bahwa
banyak pengusaha baru yang
menemui kendala dan kesulitan dalam aktivitas bisnisnya. Apalagi kondisi lingkungan
bisnis saat ini yang penuh gejolak
dan ketidakpastian. Dengan demikian sangat diperlukan ketahanan mental
yang tinggi dari seorang entrepreneur. Semakin tinggi adversity
quotient maka akan semakin meningkatkan intensi berwirausaha. Faktor
kedua yang mempengaruhi intensi berwirausaha adalah efikasi diri. Seseorang
dengan efikasi diri yang tinggi di bidang bisnis akan mendorong dirinya untuk
lebih berani memulai bisnis yang baru.
Selain faktor adversity
quotient dan efikasi diri, faktor lain yang mempengaruhi intensi
berwirausaha yaitu need for achievement. Mundiah (2018) menyebutkan bahwa seorang
wirausahawan harus memiliki keinginan yang kuat dalam suatu bisnis guna mengembangkan minat yang
dimilikinya. Setyawan (2009) menyatakan bahwa tingkat need for achievement akan membuat seseorang mampu mengatasi segala
rintangan, menghasilkan kualitas kerja yang tinggi, serta dapat bersaing untuk
menjadi yang terbaik.
Program studi manajemen terus senantiasa dikembangkan guna meningkatkan mutu lulusannya. Salah satu dari profil lulusannya adalah agar lulusannya menjadi wirausahawan. Berdasarkan pooling dari beberapa mahasiswa Manajemen semester 7 menunjukkan masih kurangnya tingkat intensi untuk berwirausaha. Mayoritas mahasiswa beralasan bahwa untuk memulai suatu usaha faktor yang paling utama adalah harus memiliki modal yang cukup. Selain itu, mahasiswa memiliki perasaan khawatir atau takut gagal untuk memulai suatu usaha, bingung mau melakukan usaha apa dan merasa tidak memiliki skill atau kemampuan dalam berwirausaha.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul �Pengaruh Adversity Quotient, Efikasi Diri dan Need for Achievement Terhadap Intensi
Berwirausaha Mahasiswa�
Literature Review
Pengaruh Adversity Quotient Terhadap Intensi Berwirausaha
Istilah adversity quotient merupakan konsep yang dikembangkan oleh
Paul G. Stoltz. Adversity quotient
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan (Stoltz, 2007). Wijaya (2007) menjelaskan adversity
quotient merupakan
kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk pola-pola tanggapan kognitif dan perilaku atas stimulus peristiwa- peristiwa dalam kehidupan yang berupa tantangan atau kesulitan. Sementara menurut Alfiyah (2012)
menyatakan adversity
quotient menentukan kemampuan seseorang untuk bertahan dan menghadapi kesulitan. Seorang individu yang memiliki adversity quotient tinggi
dimungkinkan
akan lebih mudah menjalani profesi sebagai wirausahawan karena memiliki kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang. Zahreni & Pane (2012:174) mengungkapkan bahwa individu dengan adversity
quotient tinggi akan mempunyai kemampuan untuk menangkap peluang usaha karena
memiliki kemampuan menanggung risiko, orientasi pada peluang/inisiatif, kreativitas, kemandirian dan pengerahan sumber daya, sehingga
adversity quotient dalam diri individu memiliki pengaruh terhadap keinginan untuk berwirausaha. Sejalan dengan hal tersebut, Julita dan Prabowo (2018) menyatakan
dengan memiliki adversity quotient yang tinggi individu dapat menjadi lebih
kreatif, bertanggung jawab, mandiri dan bekerja keras. Inilah sebagian dari karakteristik untuk menjadi seorang wirausahawan. Individu dengan adversity quotient rendah
cenderung tidak memiliki sifat-sifat tersebut sehingga
dapat melemahkan keinginannya untuk berwirausaha. Hasil penelitian Handaru, dkk (2015) menyatakan bahwa adversity quotient
berpengaruh positif
terhadap intensi
berwirausaha. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat adversity quotient
akan semakin mudah individu untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang dihadapinya dan mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah peluang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Adversity quotient berpengaruh
positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Intensi
Berwirausaha
Menurut King (2010:152) efikasi diri adalah keyakinan
bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hal
yang positif. Efikasi diri membantu orang-orang dalam berbagai situasi yang
tidak memuaskan dengan mendorong mereka untuk meyakini bahwa mereka dapat berhasil. Sedangkan
menurut Hmieleski dan Baron (2008) mengungkapkan bahwa efikasi diri adalah tingkat
kepercayaan diri seseorang dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu
dengan baik. Efikasi diri juga dapat menjadi faktor pendorong bagi seseorang
dan dapat dipakai untuk memprediksi perilaku tertentu. Self efficacy dalam bisnis yang dimiliki
seseorang akan berpengaruh positif terhadap minatnya untuk membuka usaha baru
(Hmieleski & Baron, 2008). Menurut Flavius (2010) tingkat efikasi diri seseorang akan mempengaruhi
pandangannya dalam melihat hal positif yang mungkin terjadi pada usaha baru dan
mengejar tujuan tersebut dengan
lebih semangat. Tingkat efikasi diri juga mencerminkan tinggi
rendahnya komitmen seseorang untuk meraih sesuatu
yang ingin dicapainya. Dimensi
efikasi diri secara umum terdiri dari atas magnitude,
strength
dan generality (Flavius,
2010). Aspek magnitude berkaitan
dengan penilaian seseorang akan tingkat kesulitan dari sebuah pekerjaan yang
harus dikerjakan. Aspek strength berhubungan
dengan tingkat kepercayaan diri seseorang untuk mampu menyelesaikan sebuah
pekerjaan dengan baik. Aspek generality adalah
keyakinan seseorang untuk dapat menyelesaikan tugas lain secara
umum yang memiliki kemiripan.
Terkait dengan intensi, Hmieleski dan Baron (2008) berpendapat bahwa efikasi
diri dapat mendorong kinerja seseorang dalam berbagai bidang termasuk minat
berwirausaha. Dengan kata lain, ketika seseorang akan membuka bisnis
baru, diperlukan keyakinan diri bahwa dirinya mampu menjalani seluruh aktivitas
bisnis agar usahanya
dapat berhasil (Handaru
et al, 2013).
Hasil penelitian Siregar & Nizma (2017) menyatakan
bahwa efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi
berwirausaha. Artinya, semakin tinggi tingkat
efikasi diri dalam
diri seseorang, maka tingkat kepercayaan dirinya akan meningkat dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu dengan
baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha
mahasiswa.
Pengaruh Need for Achievement Terhadap
Intensi Berwirausaha
Menurut Suhandan (dalam Suryana, 2013), kebutuhan akan prestasi merupakan suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi dengan faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin tinggi prestasi seseorang, akan menimbulkan rasa percaya dirinya semakin besar. Jika dikaitkan dengan berwirausaha, semakin tinggi kebutuhan akan prestasi seseorang semakin mendorong niat untuk memulai usaha. Hal ini dikarenakan, ilmu yang telah banyak dimiliki tentang kewirausahaan akan makin meyakinkan untuk dapat memulainya. Setyawan (2009) menjelaskan beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengukur need for achievement seseorang yaitu aspek kebutuhan akan pencapaian, kesediaan untuk mengambil tanggung jawab, memiliki rasa takut akan kegagalan, kemampuannya dalam mengatasi hambatan atau kendala, dan yang terakhir kesediaan untuk menerima kritik dan masukan dari orang lain. Sedangkan menurut Rahman (2011) juga menyebutkan aspek yang berkaitan dengan tingkat need for achievement seseorang yaitu bersedia bertanggung jawab, teliti, dan mempertimbangkan risiko, mengharapkan adanya umpan balik, bersikap kreatif dan inovatif, memperhatikan waktu penyelesaian tugas, serta memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi yang terbaik. Tingkat need for achievement seseorang akan membuat seseorang mampu mengatasi segala rintangan, menghasilkan kualitas kerja yang tinggi, serta dapat bersaing untuk menjadi yang terbaik (Setyawan:2009).
Hasil penelitian dari Handaru, Parimita & Mufdhalifah (2015) menunjukan bahwa need for achievement memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Berarti apabila need for achievement meningkat, maka intensi berwirausaha akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H
3 : Need for Achievement berpengarih positif
dan signifikan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa
Metode Penelitian
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini populasinya adalah
mahasiswa program studi Manajemen pada perguruan tinggi di Yogyakarta, yang duduk di semester tujuh tahun akademik 2019-2020 dan telah
menempuh mata kuliah kewirausahaan. Peneliti
mentargetkan minimal
harus diambil sampel
sejumlah 150 responden. Adapun metode penentuan sampel
yang dipilih adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2017). Adapun pertimbangannya adalah
mahasiswa prodi Manajemen yang aktif pada
tahun akademik 2019-2020 dan
telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden. Data primer didapatkan melalui
penyebaran kuesioner kepada responden (Sugiyono, 2017). Kuesioner dalam
penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu
tentang adversity quotient, efikasi
diri, need for
achievement dan intensi berwirausaha.
Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah intensi berwirausaha. Menurut Sugiyono
(2017:59)
�variabel dependen atau variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah intensi berwirausaha. Variabel-variabel
tersebut dapat divisualisasikan dalam model penelitian sebagai berikut:
H1 + H2 + H3 + H4 + Intensi Berwirausaha (Y) Need for Achievement (X3) Efikasi Diri (X2) Adversity Quotient (X1)
Gambar 1. Model Penelitian
Dalam Handaru dkk (2015)
intensi berwirausaha adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, yaitu kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus-menerus
dan disertai dengan rasa senang.
Tabel 1
Definisi Operasional dan Indikator Intensi Berwirausaha
Definisi Operasional |
Indikator |
Nomor item pertanyaan |
Intensi berwirausaha
adalah kecenderungan yang
tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, yaitu kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatkan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang. |
Percaya diri |
(IB.1.1) (1B.1.2) |
Berorientasi tugas
dan hasil |
(IB.2.1) (IB.2.2) |
|
Pengambilan resiko |
(IB.3.1) (IB.3.2) |
|
Kepemimpinan |
(IB.4.1) (IB.4.2) |
|
Orisinilitas |
(IB.5.1) (IB.5.2) |
|
Berorientasi ke masa depan |
(IB.6.1) (IB.6.2) |
|
Sumber:
Krismawan (2017) |
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen diantaranya adalah Adversity quotient. Menurut
Stoltz (2007:8) pengertian adversity
quotient adalah kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah
kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga sehingga menjadi
sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Stolz (2007:140-165), menyebutkan empat dimensi yang
menyusun adversity quotient seseorang
yaitu CO2RE (Control, Origin, Ownership,
Reach, Endurance).
Tabel
2
Definisi Operasional dan Indikator
Adversity Quotient
Definisi Operasional |
Indikator |
Nomor item |
Adversity
quotient adalah kemampuan
seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan
kecerdasan yang dimiliki sehingga sehingga menjadi sebuah tantangan untuk
menyelesaikannya Stoltz (2007:8). |
Kendali diri (control) |
(AQ.1.1) (AQ.1.2) |
Asal-usul
Pengakuan (origin & ownership) |
(AQ.2.1) (AQ.2.2) |
|
Jangkauan (reach) |
(AQ.3.1) (AQ.3.2) |
|
Daya Tahan (endurance) |
(AQ.4.1) (AQ.4.2) |
|
Sumber: Krismawan (2017) |
Menurut Bandura (1977), efikasi diri
adalah evaluasi seseorang terhadap
kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah
tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan.
Definisi Operasional |
Indikator |
Nomor Item |
Efikasi diri adalah
evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi
hambatan (Baron & Byrne, 2003) |
Level |
(ED.1.1) (ED1.2) |
Strength |
(ED.2.1) (ED.2.2) |
|
Generality |
(ED.3.1) (ED.3.2) |
|
Sumber: Krismawan (2017) |
Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai usaha untuk
mencapai kesuksesan atau usaha untuk mencapai keberhasilan dalam sebuah
persaingan dengan suatu ukuran tertentu. Motivasi yang ada pada diri seseorang
dapat menjadi pendorong untuk dapat menguasai, memanipulasi atau mengatur
lingkungan sosial maupun fisik disekitarnya (Kalyani & Kumar, 2011).
Tabel 4
Definisi Operasional dan Indikator Need
for Achievement
Definisi Operasional |
Indikator |
Nomor Item |
Need for Achievement dapat
diartikan sebagai usaha untuk mencapai kesuksesan atau usaha untuk mencapai
keberhasilan dalam sebuah persaingan dengan suatu ukuran tertentu. |
Kebutuhan akan pencapaian |
Nach.1.1 Nach. 1.2 |
Kesediaan mengambil tanggungjawab |
Nach. 2.1 Nach. 2.2 |
|
Memiliki rasa takut akan kegagalan |
Nach. 3.1 Nach. 3.2 |
|
Kemampuan mengatasi hambatan |
Nach. 4.1 Nach. 4.2 |
|
Kesediaan menerima kritik atau saran dari orang
lain |
Nach. 5.1 Nach, 5.2 |
|
|
Sumber: Setyawan (2009) |
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala
likert. Menurut Sugiyono (2017) skala likert digunakan untuk mengukur pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial. Bobot penilaian untuk setiap item
instrumen menggunakan skala likert dari 1 sampai 5 dimana setiap angka memiliki kualitas yang berbeda dari sangat tidak setuju hingga sangat
setuju.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur layak atau tidaknya
setiap indikator atau kuesioner dari setiap masing-masing variabel. Cara yang
dilakukan dalam pengujian yaitu dengan membandingkan r hitung dengan r tabel.
Apabila r hitung > r tabel, maka dapat dinyatakan butir pertanyaan tersebut
valid. Apabila r hitung < r tabel, maka dapat dinyatakan bahwa butir
pertanyaan tersebut tidak valid. Dalam penelitian ini untuk menentukan r tabel. Dilakukan dengan melihat pada tabel distribusi r tabel berdasarkan df sebesar N-2 = 30-2= 28 dengan
alpha 0,05, maka didapat nilai r tabel sebesar = 0,361. Berdasarkan hasil tabel
diatas, menunjukan bahwa item variabel intensi berwirausaha, Adversity Quotient, Efikasi Diri dan Motivasi (Need for Achievement)kesemuanya dinyatakan valid, sehingga bisa
dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
Uji reliabilitas berguna
untuk mengetahui apakah indikator atau kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dengan
akurat sebagai alat ukur variabel. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
yaitu metode Cronbach�s alpha,
pengambilan keputusan dalam
metode ini menggunakan batasan 0,60. Apabila nilai Cronbach�s alpha > 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel. Setelah pengujian, diperoleh hasil bahwa semua variabel
dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach�s Alpha tiap variabel>0,60. Dengan demikian penelitian ini bisa
ditindaklanjuti dengan pengumpulan data.
Hasil Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS Statistics dapat diketahui persamaan regresi linear berganda yaitu sebagai berikut:
Pengujian secara parsial atau individual digunakan untuk menguji pengaruh adversity
quotient (X1), efikasi diri (X2) dan need
for achievement (X3) berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap intensi berwirausaha (Y). Adapun hasilnya sebagaimana tertuang dalam tabel
berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Regresi Parsial
Variabel |
Hasil Uji |
Signifikansi |
|
AQ |
0,003 |
ED |
0,001 |
Nach |
0,000 |
Sumber: data primer
(2019) |
Berdasarkan tabel hasil uji t di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dilihat dari nilai signifikansi pada tabel
di atas, diketahui bahwa
nilai signifikansi variabel
Adversity Quotient
diperoleh sebesar 0,003. Hal
ini menunjukan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Adversity
Quotient
berpengaruh signifikan
dan positif�terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, yang berarti H1 diterima.�Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Siregar
dan Cut Nizma (2017) menunjukan
bahwa adversity
quotient berpengaruh signifikan
terhadap intensi berwirausaha mahasiswa.
Variabel Efikasi Diri. Dilihat dari
nilai signifikansi pada tabel 5. diketahui
bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,001, yang menunjukan bahwa nilai signifikansi
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri berpengaruh
signifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, yang berarti H2 diterima. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handaru dkk (2015) menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh
signifikan terhadap intensi berwirausaha. Semakin baik efikasi
diri maka semakin tinggi intensi berwirausaha mahasiswa.
Variabel Need for Achievement. Dilihat dari
nilai signifikansi pada tabel
5. diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000, yang menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,000 <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa need for achievement berpengaruh
signifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, yang berarti H3 diterima. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handaru dkk (2015) menyatakan bahwa need for achievement berpengaruh
terhadap tingkat intensi berwirausaha.
Uji
F menunjukkan pengaruh semua variabel independen adversity
quotient (X1), efikasi diri
(X2) dan need for achievement (X3) secara bersama-sama terhadap variabel dependen intensi berwirausaha (Y). Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handaru (2015) secara simultan adversity
quotient, efikasi diri
dan need for achievement dapat membentuk intensi berwirausaha.
F |
Signifikansi |
73,222 |
0,000 |
Sumber: data primer
(2019) |
Berdasarkan hasil uji simultan pada Tabel 6. menyatakan bahwa F hitung sebesar dan besarnya nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa adversity quotient (X1), efikasi diri (X2) dan need for achievement (X3) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap intensi berwirausaha (Y) mahasiswa, yang berarti H3 diterima.
Kesimpulan
Adversity quotient, efikasi
diri dan need
for achievement berpengaruh signifikan
baik secara parsial maupun secara simultan
terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa
program studi Manajemen di
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil temuan ini
dapat diberikan saran, bagi pengelola program studi perlu meningkatkan adversity quotient, efikasi
diri dan need
for achievement mahasiswa guna
meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa, karena dalam penelitian
ini terbukti efikasi diri dan need for achievement berpengaruh
signifikan dan positif terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa.
Sedangkan bagi peneliti selanjutnya
hendaknya menguji model penelitian ini pada konteks responden yang berbeda serta memasukkan
variabel lain yang diduga mempengaruhi intensi berwirausaha.
BIBLIOGRAFI
Alfiyah, N. 2012. Hubungan Adversity Quotient Dengan
Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Tempel Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Ilmu Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Http://Eprints.Uny.Ac.Id/9771/2/ BAB%202%20-%200710424409 2.Pdf.
Badan Pusat Statistik. Februari 2019: Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 5,01 Persen. Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-2019--Tingkat-Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-Persen.Html.
Bandura, A.(1977). �Self
Efficacy:Toward A Unifying Theory Of Behavioral Change.Psychological Review 84, 191-215.
Flavius, T. E. 2010. Gender, Entrepreneurial Self-Efficacy,
And Entrepreneurial Attitude Orientations: The Case Of
The Caribbean. International Business &
Economics Research Journal, 9(13), 17�31.
Handaru, Parimita
Dan Mufdalifah 2015. �Membangun
Intensi Berwirausaha Melalui Adversity
Quotient, Self
Efficacy Dan Need For Achievement�.
Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.17, No.2, Hal 145-166.
Hmieleski, K. M.,
& Baron, R. A. (2008). When Does Entrepreneurial Self-Efficacy Enhance
Versus Reduce Firm Performance? Strategic
Entrepreneurship Journal, 2, 57 �72
Julita, Ika Dan Prabowo S. 2018. Intensi Berwirausaha Ditinjau Dari Adversity Quotient Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Katolik Soegijapranata. Jurnal Psikodimensia, ISSN: 2579-6321 Vol. 17 No, 1,Hal 85-92.
Kalyani, Brinda Dan Dileep
Kumar, 2011. Motivational Factors,
Entrepreneurship And Education : Study With Reference
To Women In Smes. Far East Journal Of Psycohology And Business.
King Laura, A.2010. Psikologi Umum. (Alih
Bahasa: Brian Marwendys) Jakarta
Salemba Humanika.
Krismawan, Michael Aan. 2017. �Pengaruh Adversity Quotient Dan Self Efficacy Terhadap Minat
Berwirausaha (Studi Kasus Pada Siswa Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Bantul)�. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma.
Mundiah, L. 2018. �Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha�. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 6 No.2 Universitas Negeri Surabaya.
Rahman, K. M. (2011). Entrepreneur Needs And
Achievement Of Descendant Latin Japanesse
Entrepreneurs In Japan. International
Journal Of Entrepreneurship, 15, 99�119.
Setyawan BN. 2009. Analisis Perbedaan Kebutuhan Akan Prestasi, Afiliasi, Otonomi, Dominasi Pada Karyawan Wanita Dan
Entrepreneur Wanita Serta Faktor Yang Mempengaruhi. Skripsi Manajemen UMY.Http://Thesis.Umy.Ac.Id/Datapublik/T12639.Pdf
Siregar, Dina Arfianti Dan Cut Nizma. 2017. �Pengaruh Adversity
Quotient, Efikasi Diri Dan
Need For Achievement
Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Medan�. Makalah Seminar, Repository Universitas Widyatama. Https://Repository.Widyatama.Ac.Id/Xmlui/Handle/123456789/8573
�ISSN: 2252- 3936.
Stoltz, Paul
G. 2007. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : PT Grasindo.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryana. 2013. Kewirausahaan : Kiat Dan Proses Menuju Proses. Ed4. Salemba Empat. Jakarta.
Wijaya, T. (2007).
Hubungan Adversity Intelligence Dengan
Intensi Berwirausaha : Studi Empiris Pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan, 9(2), 107�116.
Zahreni & Pane 2012. Pengaruh Adversity
Quotient Terhadap Intensi
Berwirausaha. Jurnal Ekonom. Vol.15 No.4 Oktober. Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/43520/Siti%20ratna.Pdf?Sequence=1&Isallowed
Copyright
holder: Ani Muttaqiyathun,
Raditya Aji Rusdiyana (2022) |
First
publication right: Jurnal Ilmiah Indonesia: Syntax
Literate |
This
article is licensed under: |