Syntax Literate:
Indonesian Scientific Journal p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9,
September 2022
KONEKTIVITAS DAN
AKSESIBILITAS BUS TRANS BANYUMAS BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA
Pandu Anggoro Putro1, Siti Malkhamah2, Imam Muthohar 3
1Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2Dosen MSTT dan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3Dosen MSTT dan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pada akhir tahun 2021, akan beroperasi layanan angkutan umum perkotaan di Kabupaten Banyumas yaitu layanan Bus dengan konsep Buy The Service (BTS) Trans Banyumas. Perencanaan angkutan umum yang tidak tepat dalam hal aksesibilitas, mobilitas, dan konektivitas dapat mengurangi jumlah penumpang dan meningkatkan ketergantungan kepada kendaraan pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konektivitas dan aksesibilitas Trans Banyumas berdasarkan persepsi pengguna menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Studi ini menunjukkan bahwa tingkat konektivitas dan aksesibilitas Trans Banyumas sudah baik (memuaskan) yang digambarkan dengan nilai CSI sebesar 82,31% (80%< X ≤ 84%; good). Namun dibutuhkan perbaikan pada ketersediaan, kenyamanan, dan keselamatan jalur pejalan kaki yang dirasa penting bagi pengguna tetapi pelayanan yang diberikan masih kurang memuaskan.
Kata Kunci: Trans Banyumas, konektivitas, aksesibilitas, IPA, CSI
Abstract
At the end of 2021,
urban public transport services will operate in Banyumas
Regency, namely Bus services with Buy The Service
(BTS) concept Trans Banyumas. Improper planning of
public transport in terms of accessibility, mobility, and connectivity can
reduce the number of passengers and increase dependence on private vehicles. This
study aims to determine the level of connectivity and accessibility of Trans Banyumas based on user perceptions using the Importance
Performance Analysis (IPA) and Customer Satisfaction Index (CSI) methods. This
study shows that the level of connectivity and accessibility of Trans Banyumas is good (satisfying) which is described by a CSI
value of 82.31% (80% < X 84%; good). However, improvements are needed in the
availability, convenience, and safety of pedestrian path which are considered
important for users but the services provided are still unsatisfying.
Keywords: Trans Banyumas, connectivity,
accessibility, IPA, CSI
Pendahuluan
Kabupaten Banyumas
merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kota
kabupaten yaitu kota Purwokerto. Kabupaten Banyumas memiliki jumlah penduduk sebesar 1.776.918 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 s.d 2018 sebesar 0,94 % (BPS Kabupaten Banyumas, 2020). Meningkatnya jumlah
penduduk di daerah perkotaan akan berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan transportasi, hal ini disebabkan
karena transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived
demand) akibat adanya aktifitas ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya (Manoppo dan Sendow, 2011). Pengadaan angkutan umum dianggap sebagai solusi untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan sulitnya mobilitas di perkotaan dalam mewujudkan transportasi yang berkelanjutan
(Mishra dkk, 2012).
Menurut Taylor dan
Fink (2003) dalam Putro
(2018), salah satu faktor
internal yang dapat mempengaruhi
jumlah penumpang angkutan umum (transit
ridership) yaitu kualitas
dan pelayanan angkutan umum. Secara garis besar, moda angkutan umum
di Kabupaten Banyumas masih berupa angkutan
kota dan BRT Trans Jateng
yang melayani koridor I Purwokerto � Purbalingga. Tidak terjadwalnya kedatangan dan keberangkatan angkutan kota serta
masih rendahnya frekuensi dan wilayah pelayanan
BRT Trans Jateng menyebabkan
rendahnya tingkat penggunaan angkutan umum di Kabupaten Banyumas.
Pada akhir tahun 2021, akan beroperasi layanan angkutan umum perkotaan
di Kabupaten Banyumas yaitu layanan Bus dengan konsep Buy The Service
(BTS) Trans Banyumas. Layanan
bus Trans Banyumas masuk ke dalam program Teman Bus dari Kementerian Perhubungan bersama beberapa kota lain yang telah mengadakan layanan ini seperti
Palembang, Solo, Bali, Medan, dan Yogyakarta. Menurut
Taryono (2021), layanan Bus
Trans Banyumas akan melayani 3 koridor dari 5 koridor yang diajukan kepada Kementerian Perhubungan. Tiga koridor yang akan dilayani Bus Trans Banyumas yaitu Koridor 1 Terminal Pasar Pon � Terminal Ajibarang, Koridor 2 Terminal Notog �
Terminal Baturraden, dan Koridor
3 Terminal Bulupitu � Terminal Kebondalem.
Beroperasinya layanan angkutan umum perkotaan
Trans Banyumas menjadi suatu loncatan besar yang baik bagi Kabupaten Banyumas khususnya dalam bidang transportasi.
Pengembangan konektivitas dan aksesibilitas layanan angkutan umum perlu mempertimbangkan
persepsi dari pengguna itu sendiri.
Dibutuhkan kajian mengenai persepsi pengguna terkait konektivitas dan aksesibilitas
Trans Banyumas untuk mengetahui tingkat konektivitas dan aksesibilitas
Trans Banyumas pada awal operasi. Beroperasinya layanan Bus Trans Banyumas sebagai angkutan umum utama perkotaan
di Kabupaten Banyumas akan sukses apabila
aspek konektivitas dan aksesibilitas diperhatikan sehingga angkutan umum yang beroperasi akan saling melengkapi
serta mudah di akses oleh masyarakat. Tujuan dari peneilitian ini yaitu untuk
menganalisis
tingkat konektivitas dan aksesibilitas Trans Banyumas berdasarkan persepsi pengguna.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan pada 3 koridor layanan Bus Trans Banyumas. Tiga koridor layanan Bus Trans Banyumas yaitu:
a. Koridor 1 Pasar Pon � Ajibarang
b. Koridor 2 Patikraja � Baturraden
c. Koridor 3 Terminal Bulupitu � Terminal Kebodalem
Data primer yang dibutuhkan berupa data karakteristik responden, serta data tingkat kepentingan dan kepuasan pengguna jasa Bus Trans Banyumas terhadap parameter konektivitas dan aksesibilitas layanan Bus Trans Banyumas. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan berupa jumlah pengguna Bus Trans Banyumas yang digunakan sebagai populasi dalam penentuan jumlah sampel. Data primer diperoleh menggunakan metode survei menggunakan kuesioner kepada pengguna Bus Trans Banyumas, sedangkan data sekunder diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan informasi melalui dokumen yang didapat dari Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas terkait jumlah pengguna Bus Trans Banyumas.
Rumusan item pertanyaan kuesioner terkait konektivitas dan aksesibilitas, serta karakteristik responden pengguna Bus Trans Banyumas yang digunakan pada penelitian antara lain:
a. Waktu tunggu di halte;
b. Kecepatan perjalanan bus;
c. Waktu berganti moda;
d. Jumlah armada bus;
e. Waktu pelayanan;
f. Ketersediaan moda untuk mencapai halte keberangkatan bus;
g. Ketersediaan moda menuju tujuan setelah turun dari bus;
h. Kemudahan mendapatkan informasi posisi bus;
i. Kemudahan mendapatkan informasi rute dan jadwal;
j. Ketersediaan jalur pejalan kaki;
k. Kenyamanan jalur pejalan kaki;
l. Keselamatan jalur pejalan kaki;
m. Kedekatan lokasi halte keberangkatan dari tempat asal;
n. Kedekatan lokasi halte pemberhentian (turun dari bus) ke tujuan;
o. Ketersediaan area parkir di dekat halte;
p. Jarak dari rumah ke halte keberangkatan;
q. Jarak dari halte pemberhentian ke tujuan;
r. Jarak yang masih diterima untuk berjalan kaki;
s. Jumlah perjalanan dalam satu bulan;
t. Jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan penghasilan.
Pada kuesioner item pertanyaan tiap atribut yang dipilih, kemudian diberikan skala Likert Interval sesuai dengan kondisi pertanyaan yang telah dijelaskan. Untuk tingkat kepentingan, responden diminta memberikan tanggapan atas setiap atribut konektivitas dan aksesibilitas Bus Trans Banyumas, mulai dari �tidak penting� hingga �sangat penting�. Sedangkan untuk tingkat kinerja, responden diminta memberikan tanggapan mulai dari �tidak baik� hingga �sangat baik�. Sistem penilaian pada kuesioner akan digunakan skala Likert Interval dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2
Skala Likert Interval
Skala |
Arti Pertanyaan |
|
Kepentingan |
Layanan |
|
1 |
Tidak penting |
Tidak baik |
2 |
Kurang
penting |
Kurang
Baik |
3 |
Cukup |
Cukup |
4 |
Penting |
Baik |
5 |
Sangat
penting |
Sangat
baik |
Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada data hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada 30 responden menggunakan alat bantu berupa software SPSS. Survei pendahuluan dilakukan selama 1 hari pada tanggal 26 Januari 2022 dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada pengguna Trans Banyumas di dalam bus. Pada kuesioner pendahuluan terdapat 15 item pertanyaan yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3
Item pertanyaan kuesioner pendahuluan
Item
Pertanyaan |
Variabel |
|
1 |
Lama waktu tunggu kedatangan bus di halte |
X1 |
2 |
Lama perjalanan bus |
X2 |
3 |
Kemudahan untuk berganti kendaraan (sebelum dan sesudah naik bus) |
X3 |
4 |
Jumlah bus
yang beroperasi |
X4 |
5 |
Waktu pelayanan bus |
X5 |
6 |
Ketersediaan angkutan lain untuk mencapai halte awal naik bus |
X6 |
7 |
Ketersediaan angkutan lain untuk mencapai tujuan akhir setelah turun dari bus |
X7 |
8 |
Ketersediaan layanan informasi posisi bus |
X8 |
9 |
Ketersediaan layanan informasi rute dan jadwal perjalanan bus |
X9 |
10 |
Ketersediaan jalur pejalan kaki (trotoar) |
X10 |
11 |
Tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki (trotoar) |
X11 |
12 |
Tingkat keselamatan jalur pejalan kaki (trotoar) |
X12 |
13 |
Kedekatan antara lokasi asal (rumah) dengan halte awal naik bus |
X13 |
14 |
Kedekatan antara halte turun dari bus dengan lokasi tujuan |
X14 |
15 |
Ketersediaan area parkir di dekat halte |
X15 |
Dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden dan taraf signifikansi sebesar 5%, maka varibel penelitian dinyatakan valid apabila memiliki nilai korelasi diatas 0,361. Hasil uji validitas pada tingkat kepentingan menyatakan bahwa terdapat 1 variabel yang tidak valid yaitu variabel X3. Pada uji validitas tingkat kinerja terdapat 1 variabel yang tidak valid yaitu variabel X4 (jumlah bus yang beroperasi). Secara lengkap, hasil uji validitas kuesioner pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 berikut.
Tabel 4
Hasil uji validitas tingkat
kepentingan
No |
Variabel |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
1 |
X1 |
0,403 |
0,361 |
Valid |
2 |
X2 |
0,587 |
0,361 |
Valid |
3 |
X3 |
-0,019 |
0,361 |
Tidak valid |
4 |
X4 |
0,519 |
0,361 |
Valid |
5 |
X5 |
0,615 |
0,361 |
Valid |
6 |
X6 |
0,664 |
0,361 |
Valid |
7 |
X7 |
0,697 |
0,361 |
Valid |
8 |
X8 |
0,501 |
0,361 |
Valid |
9 |
X9 |
0,716 |
0,361 |
Valid |
10 |
X10 |
0,647 |
0,361 |
Valid |
11 |
X11 |
0,736 |
0,361 |
Valid |
12 |
X12 |
0,687 |
0,361 |
Valid |
13 |
X13 |
0,404 |
0,361 |
Valid |
14 |
X14 |
0,746 |
0,361 |
Valid |
15 |
X15 |
0,578 |
0,361 |
Valid |
Tabel 5
Hasil uji validitas tingkat
kinerja
No |
Variabel |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
1 |
X1 |
0,389 |
0,361 |
Valid |
2 |
X2 |
0,485 |
0,361 |
Valid |
3 |
X3 |
0,562 |
0,361 |
Valid |
4 |
X4 |
0,254 |
0,361 |
Tidak valid |
5 |
X5 |
0,502 |
0,361 |
Valid |
6 |
X6 |
0,560 |
0,361 |
Valid |
7 |
X7 |
0,474 |
0,361 |
Valid |
8 |
X8 |
0,598 |
0,361 |
Valid |
9 |
X9 |
0,660 |
0,361 |
Valid |
10 |
X10 |
0,691 |
0,361 |
Valid |
11 |
X11 |
0,535 |
0,361 |
Valid |
12 |
X12 |
0,600 |
0,361 |
Valid |
13 |
X13 |
0,411 |
0,361 |
Valid |
14 |
X14 |
0,440 |
0,361 |
Valid |
15 |
X15 |
0,691 |
0,361 |
Valid |
Kuesioner dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach�s Alpha lebih besar dari 0,6 (nol koma enam). Hasil uji reliabilitas kuesioner pendahuluan menyatakan bahwa baik kuesioner tingkat kepentingan maupun tingkat kinerja telah reliabel. Nilai Cronbach�s Alpha pada tingkat kepentingan yaitu 0,854 > 0,6 dan nilai Cronbach�s Alpha pada tingkat kinerja yaitu 0,810 > 0,6 sehingga kuesioner dinyatakan reliabel dan selanjutnya dapat dilakukan survei utama sesuai jumah sampel yang dibutuhkan menggunakan variabel (item pertanyaan) yang dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas kueisoner pendahuluan dapat dilihat secara legkap pada Gambar 3 dan 4 berikut.
Gambar. 3
Hasil uji reliabilitas tingkat
kepentingan
Gambar. 4
Hasil uji reliabilitas tingkat
kinerja
Penentuan Jumlah Sampel
Penentuan ukuran sampel dilakukan
menggunakan persamaan Slovin. Dengan jumlah populasi sebesar 6001 penumpang dan
tingkat kesalahan pengambilan sampel (e) sebesar 10%, didapatkan jumlah pembulatan sampel total sebanyak 100 sampel. Penelitian dilakukan dengan membagi sampel menjadi beberapa subsampel berdasarkan koridor yang beroperasi yaitu koridor 1, 2, dan 3 (tiga). Untuk menentukan
jumlah responden setiap subsampel maka dilakukan pembagian dengan teknik proportional
sampling yang mengacu
pada persamaan 3.4 pada bab sebelumnya dengan hasil yang dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6
Pembagian responden tiap
subsampel
No |
Nama Koridor |
Populasi |
Jumlah
Subsampel |
|
1 |
Koridor 1 |
1462 |
24 |
|
2 |
Koridor 2 |
2380 |
40 |
|
3 |
Koridor 3 |
2159 |
36 |
|
Total |
6001 |
100 |
||
Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 28 Januari � 1 Februari 2022. Rekapitulasi hasil penyebaran kuesioner mengenai tingkat kepentingan (importance) dan kinerja pelayanan (performance) dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 di bawah. Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kesesuaian (rasio) antara tingkat kepentingan dan penilaian terhadap kinerja pelayanan yang diberikan, serta perhitungan rata-rata bobot masing-masing atribut tingkat kepentingan dan penilaian kinerja pelayanan yang diberikan, seperti pada Tabel 9 berikut.
Tabel. 7
Tingkat kepentingan
pengguna
No |
Item Pertanyaan |
Tidak Penting |
Kurang Penting |
Cukup Penting |
Penting |
Sangat Penting |
Total |
1 |
X1 |
0 |
0 |
10 |
42 |
48 |
100 |
2 |
X2 |
1 |
1 |
20 |
37 |
41 |
100 |
3 |
X3 |
0 |
0 |
7 |
49 |
44 |
100 |
4 |
X4 |
0 |
5 |
25 |
38 |
32 |
100 |
5 |
X5 |
0 |
3 |
21 |
37 |
39 |
100 |
6 |
X6 |
0 |
3 |
16 |
34 |
47 |
100 |
7 |
X7 |
0 |
1 |
16 |
30 |
53 |
100 |
8 |
X8 |
1 |
1 |
10 |
37 |
51 |
100 |
9 |
X9 |
0 |
3 |
10 |
39 |
48 |
100 |
10 |
X10 |
0 |
0 |
9 |
29 |
62 |
100 |
11 |
X11 |
2 |
2 |
16 |
39 |
41 |
100 |
12 |
X12 |
0 |
2 |
18 |
39 |
41 |
100 |
13 |
X13 |
1 |
5 |
25 |
32 |
37 |
100 |
Total |
5 |
26 |
203 |
482 |
584 |
1300 |
Tabel. 8
Tingkat kinerja layanan
menurut persepsi pengguna
No |
Item Pertanyaan |
Tidak Baik |
Kurang Baik |
Cukup Baik |
Baik |
Sangat Baik |
Total |
1 |
X1 |
1 |
7 |
27 |
44 |
21 |
100 |
2 |
X2 |
0 |
7 |
20 |
53 |
20 |
100 |
3 |
X3 |
0 |
2 |
19 |
51 |
28 |
100 |
4 |
X4 |
0 |
16 |
36 |
34 |
14 |
100 |
5 |
X5 |
1 |
16 |
36 |
37 |
10 |
100 |
6 |
X6 |
2 |
3 |
27 |
47 |
21 |
100 |
7 |
X7 |
1 |
8 |
28 |
42 |
21 |
100 |
8 |
X8 |
7 |
15 |
32 |
36 |
10 |
100 |
9 |
X9 |
7 |
23 |
32 |
27 |
11 |
100 |
10 |
X10 |
5 |
22 |
35 |
24 |
14 |
100 |
11 |
X11 |
3 |
12 |
42 |
37 |
6 |
100 |
12 |
X12 |
3 |
9 |
40 |
39 |
9 |
100 |
13 |
X13 |
3 |
35 |
31 |
26 |
5 |
100 |
Total |
33 |
175 |
405 |
497 |
190 |
1300 |
Tabel 9
Tingkat kesesuaian antara
tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja
No |
Item
Pertanyaan |
Kinerja (X) |
Kepentingan
(Y) |
Tingkat
Kesesuaian (%) |
X rerata |
Y rerata |
1 |
X1 |
377 |
438 |
86,07 |
3,77 |
4,38 |
2 |
X2 |
386 |
416 |
92,79 |
3,86 |
4,16 |
3 |
X3 |
405 |
437 |
92,68 |
4,05 |
4,37 |
4 |
X4 |
346 |
397 |
87,15 |
3,46 |
3,97 |
5 |
X5 |
339 |
412 |
82,28 |
3,39 |
4,12 |
6 |
X6 |
382 |
425 |
89,88 |
3,82 |
4,25 |
7 |
X7 |
374 |
435 |
85,98 |
3,74 |
4,35 |
8 |
X8 |
327 |
436 |
75,00 |
3,27 |
4,36 |
9 |
X9 |
312 |
432 |
72,22 |
3,12 |
4,32 |
10 |
X10 |
320 |
453 |
70,64 |
3,20 |
4,53 |
11 |
X11 |
331 |
415 |
79,76 |
3,31 |
4,15 |
12 |
X12 |
342 |
419 |
81,62 |
3,42 |
4,19 |
13 |
X13 |
295 |
399 |
73,93 |
2,95 |
3,99 |
X dan Y rerata |
3,49 |
4,24 |
Selanjutnya dilakukan pemetaan
antara tingkat kepentingan (importance) dan tingkat
kinerja (performance) ke dalam diagram kartesius Importance Performance
Analysis. Diagram kartesius
Importance Performance Analysis dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah. Tiga
belas item pertanyaan terbagi dalam empat kuadran, antara lain:
a. Kuadran I menunjukkan bahwa atribut X1, X3, X6 dan X7 sudah dianggap sesuai oleh para pengguna
dengan berhasil memberikan layanan yang memenuhi standar kinerja pengguna di area yang dianggap relevan oleh pengguna Trans Banyumas. Faktor � faktor
pelayanan pada kuadran ini harus tetap
dipertahankan atau bahkan harus ditingkatkan karena faktor - faktor tersebut mewakili kekuatan utama dan keunggulan kompetitif potensial Trans Banyumas yang harus dipertahankan atau dimanfaatkan. Atribut
yang ada pada kuadran I antara lain:
1) Waktu tunggu kedatangan bus di halte
2) Waktu pelayanan bus
3) Ketersediaan layanan informasi posisi bus
4) Ketersediaan layanan informasi rute dan jadwal perjalanan bus
b.
Kuadran II menunjukkan bahwa
atribut X2 (lama perjalanan
dalam bus) bukan merupakan sesuatu yang dianggap penting oleh pengguna Trans
Banyumas, tetapi pelayanan yang diberikan berlebihan. Pada
kondisi di lapangan sesuai pengamatan dari ketiga koridor,
lama perjalanan bus rata-rata berada
pada 1-1,5 jam. Menurut SK Dirjen
Perhubungan Darat Republik Indonesia nomor
271/HK.105/DRJD/96 tahun 1996, waktu
perjalanan Trans Banyumas masih tergolong baik dimana waktu
perjalan maksimum yang disyaratkan berada pada 2 - 2,5
jam. Dibutuhkan strategi untuk mengurangi sumber daya dan upaya sehingga
dapat digunakan
kembali pada tempat yang
dibutuhkan.
c. Kuadran III menunjukkan bahwa atribut X4, X5, X11,
X12 dan X13 bukan merupakan sesuatu yang dianggap penting oleh pengguna Trans
Banyumas, serta kinerja pelayanan yang diberikan juga tidak terlalu baik. Pada
kuadran III, peningkatan faktor - faktor yang ada pada kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruh
terhadap manfaat yang dirasakan oleh pengguna sangat kecil. Atribut yang ada pada kuadran III antara lain:
1)
Ketersediaan
angkutan lain untuk mencapai halte awal naik bus
2)
Ketersediaan
angkutan lain untuk mencapai tujuan akhir setelah turun dari bus
3)
Kedekatan
antara lokasi asal (rumah) dengan halte awal naik bus
4)
Kedekatan
antara halte turun dari bus dengan lokasi tujuan
5)
Ketersediaan
area parkir di dekat halte
d. Kuadran IV menunjukkan bahwa atribut X8, X9, dan
X10 merupakan faktor yang penting bagi pengguna tetapi pengguna belum
mendapatkan kepuasan kinerja layanan yang diberikan. Atribut yang ada
pada kuadran IV antara lain:
1)
Ketersediaan
jalur pejalan kaki
2)
Tingkat
kenyamanan jalur pejalan kaki
3)
Tingkat
keselamatan jalur pejalan kaki
Pada kondisi di lapangan,
jalur pejalan kaki masih terkonsentrasi di area pusat kota/CBD Purwokerto. Masih banyaknya PKL
yang berjualan di atas jalur pejalan kaki membuat ruang bagi
pejalan kaki semakin berkurang dan dapat menurunkan tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki.
Gambar. 5
Diagram kartesius Importance
Performance Analysis
Customer
Satisfaction Index (CSI)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai CSI, maka diperoleh nilai CSI sebesar 82,31% (80%< X ≤ 84%; good). Hal ini berarti secara keseluruhan atribut -
atribut pelayanan jasa
yang diberikan oleh Trans Banyumas dalam kondisi yang baik (memuaskan). Namun jika dilihat masing-masing atribut, masih terdapat beberapa atribut yaitu ketersediaan, kenyamanan, dan keselamatan jalur pejalan kaki, jarak lokasi asal
dan tujuan terhadap halte, serta ketersediaan
area parkir di dekat halte yang masih dianggap buruk oleh pengguna. Dibutuhkan strategi untuk dapat meningkatkan kepuasan pengguna terhadap
layanan Trans Banyumas terutama dengan mengalihkan sebagian sumber daya pada atribut - atribut pelayanan yang masuk pada kuadran II dan berfokus melakukan
perbaikan pada atribut - atribut pelayanan
yang masuk pada kuadran IV. Analisis nilai CSI
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut.
Tabel. 10
Analisis nilai Customer
Satisfaction Index (CSI)
No |
Item Pertanyaan |
Kinerja (X) |
Kepentingan (Y) |
Tingkat Kesesuaian (%) |
Kesimpulan |
1 |
X1 |
377 |
438 |
86,07 |
Very good |
2 |
X2 |
386 |
416 |
92,79 |
Excelent |
3 |
X3 |
405 |
437 |
92,68 |
Excelent |
4 |
X4 |
346 |
397 |
87,15 |
Excelent |
5 |
X5 |
339 |
412 |
82,28 |
Good |
6 |
X6 |
382 |
425 |
89,88 |
Excelent |
7 |
X7 |
374 |
435 |
85,98 |
Very good |
8 |
X8 |
327 |
436 |
75,00 |
Cause for
concern |
9 |
X9 |
312 |
432 |
72,22 |
Cause for
concern |
10 |
X10 |
320 |
453 |
70,64 |
Poor |
11 |
X11 |
331 |
415 |
79,76 |
Borderline |
12 |
X12 |
342 |
419 |
81,62 |
Good |
13 |
X13 |
295 |
399 |
73,93 |
Cause for
concern |
Nilai
CSI keseluruhan |
82,31 |
|
.
Kesimpulan
Setelah mengetahui hasil penelitian dari proses analisis tentang konektivitas dan aksesibilitas Trans Banyumas berdasarkan persepsi pengguna, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat konektivitas dan aksesibilitas Trans Banyumas sudah baik (memuaskan) yang digambarkan dengan nilai CSI sebesar 82,31% (80%< X ≤ 84%; good) sehingga kondisi ini harus tetap dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
2.
Faktor
yang berhubungan dengan tersediaan, kenyamanan, dan keselamatan jalur pejalan kaki dirasa penting bagi pengguna
tetapi pelayanan yang diberikan masih kurang memuaskan.
3.
Untuk meningkatkan kepuasan pengguna terhadap
layanan Trans Banyumas dapat dilakukan strategi dengan mengalihkan sebagian sumber daya pada lama perjalanan dalam bus dan berfokus melakukan perbaikan pada pelayanan yang masuk pada ketersediaan, kenyamanan,
dan keselamatan jalur pejalan kaki. Hal ini menjadi sesuatu yang penting, karena kualitas berjalan kaki merupakan salah satu faktor penentu tingkat aksesibilitas dalam konsep pengguna
menggunakan angkutan umum.
BIBLIOGRAFI
Abdullah, S., dan Sutanto, T., 2015, Statistika Tanpa Stres, Jakarta
: Transmedia Pustaka.
Azzopardi, E., dan
Nash, E., 2013, A Critical Evaluation of Importance-Performance Analysis,
Tourism Management Vol.35, 222-233.
Badan Pusat Statistik, 2020, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Banyumas,
https://banyumaskab.bps.go.id/statictable/2021/03/06/304/jumlah-penduduk-menurut-kecamatan-dan-jenis-kelamin-di-kabupaten-banyumas-2020.html Diakses Oktober
2021.
Badan Pusat Statistik, 2020, Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan,
Diakses Oktober 2021.
Cheng, Y.H., dan
Chen, S.Y., 2015, Perceived Accessibility, Mobility, and Connectivity of Public
Transportation Systems, Transportation Research Part A 77, 386-403.
Manoppo, M.R.E., dan Sendow
T.K., 2011, Analisa Bangkitan Pergerakan
Distribusi Perjalanan di
Kota Manado, Jurnal Ilmiah
Media Engineering Vol.1 No.1, 17-23.
Mishra, S., Welch,
T.F., dan Jha, M.K., 2012, Performance Indicators for Public Transit
Connectivity in Multi-modal Transportation Network, Transport Research Part A : Policy and Practice 46 (7), 1066-1085.
Permata, M.R.,
2012, Analisa Ability to Pay dan Willingness to Pay Pengguna
Jasa Kereta Api Bandara
Soekarno Hatta - Manggarai, Tesis,
Universitas Indonesia.
Putri, M.N., 2017, Kriteria dan Indikator Sistem Konektivitas Kendaraan Tidak Bermotor (Sepeda) di Kawasan Wisata, Jurnal Planesa Vol.8 No.1, 12-25.
Putro, A.R., 2013, Aksesibilitas
Halte Trans Jogja Terhadap Potensi Kawasan, Tesis,
Universitas Gadjah Mada.
Putro, P.A., 2018, Kajian Tarif Operasional
Bus Rapid Transit (BRT) Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan Willingness to Pay (WTP) (Studi Kasus: Koridor
I Purwokerto � Purbalingga),
Tugas Akhir, Universitas Jenderal
Soedirman.
Suhendra, A., dan Prasetyanto,
D., 2016, Kajian Tingkat Kepuasan Pengguna
Trans Metro Bandung Koridor 2 Menggunakan
Pendekatan Importance-Performance Analysis, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, Vol.2 No.2, 59-70.
Taryono., 2021, Koridor Pelayanan Bus Trans Banyumas,
Hasil Wawancara Pribadi : 29 Oktober 2021, Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas.
Transistari, R., 2016, The Use of Important Performance
Analysis to Evaluate The Satisfaction Level od The User of Trans Jogja Bus, Jurnal,
Vol.22 No.1, 95-108.
Winarno, B., dan Manullang,
R., 2018, Parameter Penentu Penggunaan
Transportasi Umum di Perkotaan Pati, Tata Loka Vol.20
No.1, 75-86.
Copyright holders: Pandu Anggoro Putro, Siti Malkhamah, Imam Muthohar (2022) |
First publication right: Syntax Literate : Indonesian Scientific Journal |
This article is licensed under: |