Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
ANALISIS
KARAKTERISTIK PENGERING SAMPAH ORGANIK TIPE TRAY
DRYER DENGAN PENDEKATAN CFD
Renaldi L. Kereh, Abrar Riza, Harto
Tanujaya
Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia.
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Jumlah penduduk
yang tinggi menyebabkan konsumsi pangan yang tinggi sehingga produksi sampah
organik juga meningkat. Pengolahan sampah adalah proses transformasi sampah
baik secara fisik, kimia maupun biologis. Teknik-teknik pengolahan sampah dapat
berupa pengomposan, insenerasi, daur ulang, serta biogasifikasi. kadar air yang
tinggi pada sampah organik menyebabkan penenurunan efisiensi pembakaran oleh
karena itu dibutuhkan perlakuan awal berupa pengeringan. Tray dryer adalah salah satu alat pengering tipe batch yang paling banyak digunakan
karena desainnya yang sederhana serta biaya konstruksi yang rendah.
Ketidakseragaman kadar air akhir pada produk yang dikeringkan menjadi
permasalahan utama dari alat pengering tipe tray
dryer Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh pola distribusi udara dan suhu serta menganalisis
karakteristik tray dryer dengan
menggunakan Software Computational Fluid Dynamics
yaitu ANSYS FLUENT.
Simulasi dilakukan dengan variasi kecepatan udara pada saluran �masuk 1 m/s,
1.5 m/s dan 2 m/s dengan suhu
udara 100oC. Hasil simulasi
distribusi udara
dan suhu pada ruang pengering direpresentasikan berupa
kontur velositas udara, suhu dan tekanan statis. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa distribusi suhu secara merata
terjadi pada kecepatan udara inlet sebesar 2 m/s.
Kata Kunci: suhu, tray dryer, simulasi
CFD, velositas udara.
Abstract
High
population causes high food consumption so that the production of organic waste
also increases. Waste processing is the process of transforming waste
physically, chemically and biologically. Waste processing techniques can be in
the form of composting, incineration, recycling, and biogasification. High
water content in organic waste causes a decrease in combustion efficiency,
therefore pretreatment is needed in the form of drying. The Tray dryer is one
of the most widely used batch-type dryers due to its simple design and low
construction cost. The non-uniformity of the final moisture content in the
dried product is the main problem of the tray dryer. This study was conducted
to determine the effect of the air distribution pattern and temperature and to
analyze the characteristics of the tray dryer using Computational Fluid
Dynamics software, namely ANSYS FLUENT. Simulations were carried out with
variations in air velocity at the inlet of 1 m/s, 1.5 m/s and 2 m/s with an air
temperature of 100oC. The results of the simulation of the distribution of air
and temperature in the drying chamber are represented in the form of contours
of air velocity, temperature and static pressure and show tha
the temperature distribution evenly occurs at the inlet air velocity of 2 m/s.
Keywords: tray dryer, temperature, CFD Simulation, air velocity.
Pendahuluan
Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan pertanian yang luas dengan sumber daya alam beraneka ragam dan berlimpah dan sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang pertanian. Produk dalam bentuk pangan berupa tumbuhan adalah hasil dari kegiatan agrikultur untuk memenuhi kebutuhan utama masyakarat. Jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan konsumsi pangan yang tinggi sehingga produksi sampah organik juga meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) (2020) bahwa produksi sampah nasional telah mencapai 185.000 ton per hari atau setara dengan total produksi sampah nasional 67,8 ton per tahun dimana komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah.
Pengolahan sampah dapat didefinisikan sebagai proses transformasi sampah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Teknik-teknik pengolahan sampah dapat berupa pengomposan, insenerasi, daur ulang serta biogasifikasi (Badan Standarisasi Nasional, 2002). Berbagai metode dikembangkan dalam mengelolah sampah organik. sisa hasil pertanian salah satunya dengan memanfaatkan sampah organik sebagai biofuels yang dapat digunakan pada proses insenerasi, pirolisis serta gasifikasi (Tursi, 2019). Namun kadar air yang tinggi pada sampah organik menyebabkan penenurunan efisiensi pembakaran karena sebagian energi panas digunakan untuk menguapkan air sehingga suhu di ruang bakar menurun oleh karena itu dibutuhkan perlakuan awal berupa pengeringan (Naryono & Soemarno, 2013). Pengeringan umumnya menggambarkan proses penghilangan zat volatil (kadar air) secara termal dimana terjadi perpindahan panas dan massa secara simultan untuk menghasilkan produk padat (Anwar & Panggabean, 2018; Mujumdar, 2014). Optimalisasi kualitas sampah dengan pengeringan dapat menawarkan banyak manfaat, penyimpanan yang lebih mudah, transportasi yang lebih mudah dan pengurangan biaya pembuangan, peningkatan nilai kalor bahan bakar limbah untuk peningkatan efisiensi termal (Tun & Juchelkov�, 2019).
Tray Dryer adalah salah satu alat pengering tipe batch yang paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta biaya konstruksi yang rendah. Konfigurasi tray dryer terdiri dari susunan beberapa nampan dengan sistem pengeringan konveksi dimana udara panas dialirkan pada susunan nampan dalam suatu ruang yang di isolasi untuk mengeringkan produk. Ketidakseragaman kadar air akhir pada produk yang dikeringkan menjadi permasalahan utama dari alat pengering tipe tray dryer dimana produk yang terletak pada nampan yang dekat dengan inlet udara padas lebih kering dibandingkan dengan produk pada nampan lainnya (Misha, Mat, Ruslan, Sopian, & Salleh, 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola distribusi udara dengan variasi kecepatan udara pada saluran masuk (inlet) 1 m/s, 1,5 m/s, 2 m/s dengan suhu udara 100oC serta menganalisis karakteristik tray dryer dengan menggunakan Software Autodesk Fusion dan Computational Fluid Dynamics (CFD) yaitu ANSYS FLUENT. Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan menggunakan data sekunder untuk mengetahui pengaruh dengan variabel perfoma Tray dryer yaitu kecepatan udara dan suhu udara pada saluran masuk (inlet) dalam keadaan kosong.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode simulasi menggunakan software ANSYS FLUENT (student version). Simulasi meliputi serangkaian tahap yang diawali dengan pengumpulan data sekunder berupa desain alat pengering tipe tray dryer, kecepatan udara dan suhu kemudian dilanjutkan pada proses simulasi untuk mengetahui pengaruh pola distribusi udara pada suhu ruang pengering kemudian diakhiri dengan �penyajian hasil simulasi berupa plot kontur aliran udara, suhu dan tekanan pada ruang pengering tray dryer.
Persamaan yang digunakan
dalam CFD:
Persamaan yang digunakan dalam proses simulasi mengggunakan software ANSYS FLUENT untuk menentukan sifat karakteristik dari domain fluida dan perhitungan secara numerikal adalah persamaan kontinuitas, energi, konservasi momentum dan model turbulen k-ε (Escudier, 2018; Pozrikidis, 2016; Tabatabaian, 2015).
� Persamaan Kontinuitas:
�
Persamaan Momentum (steady state):
Momentum arah x:
Momentum arah y:
Momentum arah z:
�
Persamaan
Energi:
�
Persamaan
Turbulen k-ε:
Simulasi CFD pengering
Tipe Tray Dryer
Proses simulasi diawali dengan preprocessing
yaitu� membuat
model geometri dari tray dryer. Pembuatan
geometri dilakukan dengan menggunakan software Fusion
360. Kemudian dilanjutkan pada
proses meshing yang termasuk dalam Preprocessing dan dilanjutkan
pada tahap Solver
dan Postprocessing.
Preprocessing
1.
Pembuatan
Model Geometri Tray dryer.
Tahap
preprocessing diawali dengan
pembuatan geometri tray dryer �kemudian ditentukan saluran masuk(inlet) dan saluran keluar (outlet)
dan dinding pada fluid region (zona fluida) pada software ANSYS
Space Claim. Geometri tray dryer dibuat
berdasarkan dimensi yang didapatkan dari jurnal �Equipment Sizing and Method
for the Application of Exhaust Gas Waste Heat to Food Crops Drying Using a Hot
Air Tray dryer� (Ononogbo, 2020) dan dilanjutkan pada proses meshing..
Dimensi Tray
dryer
Spesifikasi |
Ukuran
(m) |
Panjang |
0.650 |
Lebar |
0.5 |
Tinggi |
840 |
Jarak antar nampan |
0.2 |
Nampan (tray) |
0.5 x 0.65 |
Tebal nampan |
0.003 |
Diameter lubang pada nampan |
0,03 |
Pitch
lubang pada nampan |
0,04 |
Outlet Tray 2 Tray 1
�
Inlet Tray 3
Model
Geometri tray
dryer
Solver
Pada tahap solver dilakukan pemilihan model simulasi pada bagian setup yaitu material, boundary condition untuk aliran udara dan suhu yang kemudian dilanjutkan dengan proses perhitungan pada tahap solution. Model yang digunakan pada simulasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Konfigurasi Setup
Setup |
Keterangan |
|
General-Solver
|
Type:
Pressure Based |
|
Velocity:
Absolute |
||
Time:
Steady |
||
Gravity:
ON X(m/s2): 0 Y(m/s2): -9,81 Z(m/s2): 0 |
||
Models |
Energy |
ON |
Turbulence
Model |
k-ε,
standard wall |
|
Material |
Fluid |
Udara |
Solid |
Aluminium |
|
Boundary
Condition |
Inlet
(Velocity Inlet) |
Kecepatan Udara: 1 m/s, 1,5 m/s,
2 m/s Suhu: 100 oC |
Outlet(Pressure
Outlet) |
Gauge
Pressure=0 |
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan dengan menggunakan software ANSYS (Student Version) diperoleh hasil simulasi berupa kontur distribusi udara dan suhu pada ruang pengering dengan variasi kecepatan udara pada inlet 1 m/s, 1,5 m/s dan 2 m/s dengan suhu udara 100oC (373.15 K). Digunakan plane XY pada posisi Z=0.25m pada sumbu X.
Hasil Simulasi
Distribusi Udara
Gambar 2
Kontur distribusi
udara pada Plane XY dengan kecepatan udara 1 m/s.
Gambar 3
Kontur distribusi
udara pada Plane XY dengan kecepatan udara 1,5 m/s.
Gambar 4
Kontur distribusi
udara pada Plane XY dengan kecepatan udara 2 m/s.
Pada kontur kecepatan udara hasil simulasi dengan variasi kecepatan udara inlet 1 m/s, 1,5 m/s dan 2 m/s, dapat dilihat bahwa udara masuk melalui inlet kemudian mengalami penurunan sebelum melewati tray 3 hal ini terjadi karena adanya perbahan momentum pada aliran udara saat bertumbukan dengan permukaan dinding tray 3 yang menyebabkan terjadinya perubahan arah aliran dan membentuk pola pusaran dan tidak melewati tray 3 dan terjadi penurunan kecepatan udara namun aliran udara pada bagian tengah mengalami kenaikan kecepatan yang disebabkan oleh perubahan luas penampang dan terjadi perubahan tekanan yang menyebabkan kecepatan udara meningkat pada saat melewati lubang-lubang pada tray 3. Aliran udara mengalami penurunan kecepatan seiring dengan bertambahnya ketinggian namun kecepatan udara mengalami peningkatan saat melewati lubang-lubang pada tray. Udara yang mengalir sebelum melewati tray 2 bertumbukan dengan permukaan dinding menyebabkan aliran udara tersebar pada bagian sisi kiri dan kanan dan membentuk pola pusaran. Sesudah melewati tray 2 kecepatan udara mengalami penurunan dan terjadi perubahan arah aliran setelah melewati tray 2 yang menyebabkan udara tersebar pada area tray 1 dan mengalami kenaikan kecepatan saat melewati lubang-lubang pada tray 1. Udara mengalami perubahan kecepatan secara signifikan pada saat sebelum memasuki outlet dan meningkat secara signifikan pada saat melewati outlet ini disebabkan karena adanya perubahan tekanan yang menyebabkan kecepatan udara meningkat.
Kontur kecepatan udara hasil simulasi variasi kecepatan udara inlet 1 m/s menunjukkan bahwa kecepatan udara pada bagian tengah sesudah udara melewati tray 3 berada pada kisaran 0,5 m/s hingga 1 m/s dan kecepatan udara saat melewati tray 2 adalah 0,2 m/s hingga 0,4 m/s dan mengalami perubahan arah aliran sehingga udara tersebar namun mengalami penurunan kecepatan saat melewati tray 1 dimana kecepatan udara berada pada kisaran 0,15 m/s. Berdasarkan kontur kecepatan udara hasil simulasi variasi kecepatan udara inlet 1,5 m/s dapat dilihat bahwa kecepatan udara pada bagian tengah sesudah udara melewati tray 3 berada pada kisaran 0,8 m/s hingga 1,5 m/s dan kecepatan udara saat melewati tray 2 adalah 0,45 m/s hingga 0,6 m/s dan mengalami perubahan arah aliran sehingga udara tersebar namun mengalami penurunan kecepatan saat melewati tray 1 dimana kecepatan� udara berada pada kisaran 0,25 m/s sesudah melewati tray 1.
Pada kontur kecepatan udara hasil simulasi dengan variasi kecepatan udara inlet 2 m/s dapat dilihat bahwa kecepatan udara pada bagian tengah sesudah udara melewati tray 3 berada pada kisaran 1,3 m/s hingga 1,9 m/s dan kecepatan udara saat melewati tray 2 adalah 0,7 m/s hingga 0,9 m/s dan mengalami perubahan arah aliran sehingga udara tersebar namun mengalami penurunan kecepatan saat melewati tray 1 dimana kecepatan udara berada pada kisaran 0,4 m/s sesudah melewati tray 1.
Hasil Simulasi
Distribusi Suhu
Gambar 5
Kontur distribusi
suhu pada Plane XY dengan kecepatan udara 1 m/s (Suhu Udara 100oC).
Gambar 6
Kontur distribusi
suhu pada Plane XY dengan kecepatan udara 1,5 m/s (Suhu Udara 100oC).
Gambar 7
Kontur distribusi
suhu pada Plane XY dengan kecepatan udara 2 m/s (Suhu Udara 100oC).
Kontur
distribusi suhu hasil simulasi dengan
variasi kecepatan udara inlet 1
m/s, 1,5 m/s dan 2 m/s dengan suhu
udara 100oC menunjukkan
bahwa distribusi suhu masih terpusat pada bagian
tengah ruang pengering dan tidak terdistribusi secara merata pada sisi kiri dan
kanan tray 3 karena udara dari inlet mengalami penurunan kecepatan saat
bertumbukan dengan dinding tray 3
membuat sebagian besar aliran udara tidak melewati tray 3 sehingga aliran udara hanya terpusat pada bagian tengah tray. Fenomena yang sama terjadi ketika
udara akan melewati tray 2 namun saat
udara� melewati lubang pada tray 3 terjadi perubahan arah aliran
udara sehingga suhu pada tray 2 mulai
terdistribusi secara merata dan menyebar pada sisi kiri dan kanan ruang
pengering hingga pada tray 1. Berdasarkan
hasil simulasi diperoleh nilai suhu rata-rata tray 1, tray 2 dan tray 3 dengan variasi kecepatan udara inlet 1 m/s,� 1,5 m/s dan 2 m/s� yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3
Suhu rata-rata tray 1, tray 2 dan tray 3 hasil simulasi.
Kecepatan Udara pada Inlet (suhu udara
100oC) |
Tray 1 (oC) |
Tray 2 (oC) |
Tray 3 (oC) |
1 m/s |
59,8 |
65,04 |
67,2 |
1,5 m/s |
62,4 |
68,37 |
70 |
2 m/s |
69,8 |
70,6 |
72,1 |
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil simulasi distribusi udara dan suhu pada ruang pengering tray dryer dengan variabel kecepatan
udara inlet 1 m/s, suhu di dalam
ruang pengering belum terdistribusi secara merata dengan suhu rata-rata tray 1, tray 2 dan tray 3 adalah
59,8oC, 65,04oC dan 67,2oC .
Hasil simulasi
distribusi udara dan suhu pada ruang pengering tray dryer dengan
variabel kecepatan udara inlet 2 m/s,
suhu di dalam ruang pengering terdistribusi secara merata dengan suhu rata-rata
tray 1, tray 2 dan tray 3 adalah
69,8oC, 70oC dan 72,1oC.
Berdasarkan hasil
simulasi dengan variasi kecepatan udara inlet 1
m/s, 1.5 m/s dan 2 m/s, distribusi udara dan suhu yang baik di dalam ruang
pengering alat pengering tipe tray dryer
terjadi pada variasi kecepatan udara inlet 2 m/s dengan
suhu udara 100oC
dimana kecepatan udara berpengaruh terhadap
karakteristik tray dryer yaitu suhu rata-rata ruang
pengering dan
suhu rata-rata pada tray 1, tray 2 dan tray 3.
Anwar, Chairil, & Panggabean,
Sulastri. (2018). Kajian Distribusi Suhu dan Aliran Udara Pada Alat
Pengering Chips Temulawak Tipe Rak Menggunakan Simulasi Computational Fluid
Dynamics (CFD). Universitas Sumatera Utara. Google Scholar
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata
Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. (ICS 27.180), 1.
Retrieved from http://portal.acm.org/citation.cfm?doid=1833349.1778770 Google Scholar
Escudier, Marcel. (2018). Introduction to
engineering fluid mechanics. Introduction to Engineering Fluid Mechanics,
59, 1�577. https://doi.org/10.1093/oso/9780198719878.001.0001 Google Scholar
Misha, S., Mat, S., Ruslan, M. H., Sopian,
K., & Salleh, E. (2013). Review on the application of a tray dryer system
for agricultural products. World Applied Sciences Journal, 22(3),
424�433. https://doi.org/10.5829/idosi.wasj.2013.22.03.343 Google Scholar
Mujumdar, Arun S. (2014). Handbook of Industrial
Drying. In Arun S. Mujumdar (Ed.), Handbook of Industrial Drying, Fourth
Edition. https://doi.org/10.1201/b17208
Naryono, Eko, & Soemarno, Soemarno.
(2013). Pengeringan Sampah Organik Rumah Tangga. Indonesian Green Technology
Journal, 2(2), 61�69. Google Scholar
Ononogbo, C. (2020). Equipment Sizing and
Method for the Application of Exhaust Gas Waste Heat to Food Crops Drying Using
a Hot Air Tray Dryer. Indian Journal of Science and Technology, 13(5),
502�518. https://doi.org/10.17485/ijst/2020/v13i05/145593 Google Scholar
Pozrikidis, Constantine. (2016). Fluid
dynamics: theory, computation, and numerical simulation. Google Scholar
Tabatabaian, Mehrzad. (2015). CFD module.
Mercury Learning and Information. Google Scholar
Tun, Maw Maw, & Juchelkov�, Dagmar.
(2019). Drying methods for municipal solid waste quality improvement in the
developed and developing countries: A review. Environmental Engineering
Research, 24(4), 529�542. https://doi.org/10.4491/eer.2018.327 Google Scholar
Tursi, Antonio. (2019). A review on
biomass: Importance, chemistry, classification, and conversion. Biofuel
Research Journal, 6(2), 962�979. https://doi.org/10.18331/BRJ2019.6.2.3 Google Scholar
Copyright holder: Renaldi L. Kereh, Abrar Riza, Harto Tanujaya (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |