Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7,
No.
7,
Juli 2022
PENGARUH KEYAKINAN NORMA SOSIAL DAN KETERLIBATAN PERSONAL TERHADAP
PERILAKU MENYISAKAN MAKANAN PADA PENGUNJUNG RESTORAN
Dwi Retno Wulansari, Bagus Takwin
Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Sampah makanan merupakan permasalahan yang bersumber dari perilaku konsumen, dan salah satu sumber timbulnya
sampah makanan adalah sektor restoran.
Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh keyakinan normatif dan keterlibatan personal
terhadap perilaku menyisakan makanan yang dilakukan oleh pengunjung restoran. Hipotesis
dalam studi ini adalah keyakinan
normatif dan keterlibatan
personal memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku menyisakan makanan pada pengunjung restoran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Didapatkan 112 responden yang mengisi kuesioner yang diberikan secara daring. Hasil analisis statistik menunjukkan keyakinan normatif dan keterlibatan
personal memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku menyisakan makanan pengunjung restoran. Temuan studi ini
dapat digunakan sebagai tambahan literatur dalam mempertimbangkan penyusunan intervensi untuk menangani masalah sampah makanan dengan menargetkan perubahan perilaku, khususnya dalam konteks pengunjung restoran.
Kata Kunci: sampah makanan, perilaku, norma sosial, keyakinan
normatif, keterlibatan
personal
Abstract
Consumer
behavior is one of the strongest factors that causes food waste problems, with
restaurant as one of the most actively producing factor of food waste. This
study aims to examine the effects of normative beliefs and personal involvement
on food waste behavior by restaurant diners. The hypothesis in this study is
normative beliefs and personal involvement would significantly influence
diners� food waste behavior. An online survey was conducted and 112 data were
collected. The results showed that there were significant effects of normative
beliefs and personal involvement on the diners� food waste behavior, both simultantly and individually. The findings of this study
can be used as a supplement to the literature in developing social
interventions to address the problem of food waste by targeting behavioral
change, particularly in the context of restaurant diners.
Keywords: food waste, behavior, social
norms, normative beliefs, personal involvement
Pendahuluan
Sampah makanan adalah
isu global yang memberikan dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan. Meski demikian, manusia dianggap belum dapat sepenuhnya memahami bagaimana cara untuk mencegah
masalah ini (Principato, Secondi, & Pratesi, 2015).
Di Indonesia, sampah makanan
merupakan jenis sampah dengan jumlah
terbesar. Economist Intelligent Unit (EIU) dalam laporan Food Sustainability
Index melaporkan data bahwa
Indonesia merupakan negara penghasil
limbah makanan terbesar setelah Arab Saudi, dan satu orang di Indonesia menghasilkan
sampah makanan sebanyak 300 kilogram per tahunnya
(EIU,
2017). Sayangnya, masalah
ini juga tidak didukung dengan pengelolaan sampah makanan yang terintegrasi (Rachman & Septiana, 2020).
Selain mengakibatkan timbulnya
gas metana, dapat dikatakan bahwa ketika individu membiarkan makanan mereka terbuang maka air, energi, dan lahan pertanian yang telah digunakan dalam proses menghasilkan makanan tersebut juga terbuang sia-sia (Gunders, 2012).
Selain itu, zat organik yang ada pada sampah makanan yang tidak diolah juga berisiko menyebabkan pencemaran lingkungan (Fadlilah & Yudihanto, 2013).
Maka dari itu, sampah makanan
memiliki hubungan yang erat dengan kesejahteraan
lingkungan hidup yang juga berdampak pada makhluk hidup di dalamnya dan merupakan masalah perlu ditangani.
Food
Waste Reduction Alliance (FWRA, 2014) menyebutkan
bahwa selain dari sektor rumah
tangga (47%), sampah makanan juga dihasilkan dari restoran dalam
jumlah yang cukup tinggi (37%). Di Indonesia sendiri,
sampah makanan yang dihasilkan dari sektor restoran dapat mencapai 2 liter per orang per
harinya (Brigita & Rahardyan, 2013).
Penelitian yang dilakukan
pada restoran di Bogor, kota
yang 69 persen sampah padatnya merupakan sampah makanan (Soma, 2017),
turut mendukung argumen bahwa tempat
makan menjadi salah satu sumber aktif
yang menghasilkan timbunan sampah makanan (Siaputra, Christianti, & Amanda, 2019);
(Wulansari, Ekayani, & Karlinasari, 2019).
(Silvennoinen, Heikkil�, Katajajuuri, & Reinikainen, 2015)
menyebutkan bahwa salah satu dari tiga
tingkat kemungkinan munculnya sampah makanan adalah consumer plate waste, yaitu sampah makanan
yang dihasilkan oleh konsumen
karena tidak habis dikonsumsi meskipun masih bisa dikonsumsi. Meskipun sampah makanan hampir pasti dihasilkan
pada setiap tahap rantai pasokan makanan, konsumen menjadi yang paling tinggi menghasilkan sampah makanan (Stenmarck dkk., 2016). Maka dari itu, penelitian
ini bermaksud untuk mendalami isu sampah makanan
yang dihasilkan dari sektor restoran yang berlokasi di Bogor dan bersumber dari perilaku konsumen.
Perilaku Menyisakan Makanan
Sampah makanan mengacu
pada makanan yang secara sengaja maupun tidak sengaja dibuang,
terhitung dari tahap produksi sampai konsumsi (Food and
Agriculture Organization (FAO), 2013). Sehingga, perilaku menyisakan makanan (food waste
behavior) adalah perilaku
menghasilkan sisa makanan di mana sisa tersebut berpotensi terbuang dan menjadi limbah makanan, serta memiliki kaitan yang erat dengan perilaku tidak bertanggungjawab terhadap lingkungan, konsekuensi sosial atas keberlanjutan pangan, dan ekonomi (Aschemann-Witzel, De Hooge, Amani, Bech-Larsen, & Oostindjer, 2015).
Keyakinan
Norma Sosial
Berkaitan dengan
isu ini, studi mengenai perubahan perilaku berbasis norma sosial terhadap perilaku ramah lingkungan telah banyak dilakukan. Konservasi energi, konsumsi air, mendaur ulang sampah, dan sampah makanan adalah sejumlah isu yang telah banyak diintervensi menggunakan teknik norma sosial dan terbukti efektif (Yamin, Fei, Lahlou, & Levy, 2019).
Pada bidang ilmu psikologi, para psikolog lebih berfokus pada keyakinan (beliefs)
yang dimiliki oleh individu
mengenai norma sosial yang berlaku di lingkungan tertentu, karena norma yang dipersepsikan oleh setiap individu dapat bersifat subjektif sesuai dengan keyakinan
atas pengamatan dan pengalaman pribadi (G�ckeritz et al., 2010).
Berdasarkan Focus Theory of Normative Conduct, keyakinan
normatif terdiri dari dua kategori,
yaitu keyakinan norma deskriptif dan keyakinan norma injungtif. Keyakinan norma deskriptif dideskripsikan sebagai suatu hal yang diyakini individu dilakukan oleh mayoritas orang
pada situasi tertentu, sedangkan keyakinan norma injungtif mengacu pada hal yang diyakini oleh individu diterima atau ditolak
oleh mayoritas orang pada situasi
tertentu (Cialdini, Reno, & Kallgren, 1990).
Pengaruh norma deskripitif terhadap perilaku cenderung dimediasi oleh tingginya prevalensi orang lain dalam mematuhi norma tersebut, sedangkan pengaruh norma injungtif cenderung bekerja setelah individu terpapar oleh norma injungtif yang berlaku di suatu tempat, dan biasanya keyakinan atas norma injungtif yang kemudian dimiliki ini juga berlaku di tempat yang berbeda dengan konteks perilaku yang sama, serta bertahan dalam waktu yang Panjang (Morgan & Filippova, 2018).
Sejumlah penelitian
sebelumnya telah membuktikan peran efektif keyakinan norma sosial dalam
memengaruhi intensi berperilaku, bahkan sampai perilaku nyata. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh (Nolan, Schultz, Cialdini, Goldstein, & Griskevicius, 2008)
yang membuktikan bahwa keyakinan norma sosial merupakan faktor yang paling mampu memprediksi perilaku konservasi energi individu dibandingkan dengan keyakinan (relevan) lainnya. Penelitian lain yang lebih dulu dilakukan juga memperoleh hasil bahwa keyakinan normatif tentang kebiasaan atau perilaku yang dilakukan oleh
orang lain secara kuat berkorelasi dengan kontribusi individu dalam mencegah pemanasan global (Staats, Wit, & Midden, 1996).
Beberapa penelitian yang lebih baru pun mendukung argumentasi tersebut, di mana keyakinan normatif seseorang dikatakan memengaruhi perilaku ramah lingkungan dan pengurangan sampah (Han & Cheng, 2020);
(Dana N. Johnson et al., 2021);
(Fang, Ng, Wang, & Hsu, 2017).
Keterlibatan
Personal
Faktor lainnya
yang dapat memengaruhi perilaku individu secara umum, termasuk
perilaku ramah lingkungan, adalah keterlibatan individu dalam isu terkait
perilaku tersebut. Konsep keterlibatan personal (personal involvement) telah digunakan dalam sejumlah penelitian menggunakan pendekatan dan pengukuran yang berbeda-beda. Pada dasarnya, setiap individu memiliki konsep diri yang menjadi sumber keterlibatan mereka dalam berperilaku.
Keterlibatan personal didefinisikan oleh (Zaichkowsky, 1985)
sebagai relevansi yang dipersepsikan oleh individu terkait suatu objek
(atau faktor), situasi, atau tindakan
berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan yang individu miliki. Keterlibatan personal didasari
oleh motivasi individu untuk bertindak dan memproses informasi, serta memiliki tingkatan yang berbeda-beda tergantung pada relevansi individu terhadap objek, situasi, atau tindakan tersebut.
Tingkat keterlibatan personal bervariasi tergantung pada kebutuhan, nilai yang dianut, dan ketertarikan pribadi (Zaichkowsky, 1985);
(Blair T. Johnson & Eagly, 1989).
Adapun sejumlah hasil
studi sebelumnya yang membuktikan hubungan yang signifikan antara keterlibatan personal dan perilaku. Terhadap perilaku lingkungan, penelitian yang dilakukan oleh (Gregory & Leo, 2003)
membuktikan bahwa semakin tinggi keterlibatan individu terhadap isu penggunaan
air, semakin rendah mereka menggunakan air. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Zaichkowsky, 1985)
juga membuktikan pengaruh keterlibatan personal terhadap perilaku konservasi energi, meskipun dalam perannya sebagai variabel moderasi. Sayangnya, penelitian yang menguji pengaruh keterlibatan personal terhadap perilaku terkait lingkungan, terutama sampah makanan, masih sangat terbatas.
Selain perilaku
lingkungan, (Koufaris, 2002) membuktikan
bahwa keterlibatan individu juga dapat meningkatkan perilaku konsumen seperti berbelanja online. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa individu
yang telah melakukan browsing (mencari
informasi mengenai produk secara online) secara intens sebelum
berbelanja memiliki kemungkinan lebih besar untuk membeli
produk tersebut karena telah relevan
dengan aktivitas berbelanja (melakukan browsing). Hal ini
menunjukkan bahwa relevansi diri yang tinggi
dan emosi yang kuat terhadap suatu hal dapat meningkatkan
keterlibatan individu untuk memunculkan perilaku yang berkaitan dengan hal tersebut
(Koufaris, 2002);
(Hsu, Chang, & Chen, 2012),
dan segala bentuk partisipasi, interaksi,
serta sikap positif individu terhadap hal tersebut
juga akan memengaruhi keterlibatan individu dalam berperilaku
yang berkaitan dengan hal tersebut (Zhao, Chen, & Zhang, 2019).
Oleh karena itu,
berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah variabel keyakinan norma deskriptif, keyakinan norma injungtif, dan keterlibatan
personal memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku menyisakan
makanan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Keyakinan norma
deskriptif, keyakinan norma injungtif, dan keterlibatan
personal memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku menyisakan
makanan.
H2: Keyakinan norma
deskriptif memiliki pengaruh yang signifkan terhadap perilaku menyisakan
makanan.
H3: Keyakinan norma
injungtif memiliki pengaruh yang signifkan terhadap perilaku menyisakan
makanan.
H4: Keterlibatan personal memiliki pengaruh yang signifkan terhadap perilaku menyisakan
makanan.
�
Metode Penelitian
Partisipan
Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan dan diisi secara daring. Partisipan didapatkan menggunakan teknik non-probability sampling, dengan karakteristik merupakan warga Bogor yang pernah mengunjungi restoran di Bogor dan minimal berusia
18 tahun.
Pengumpulan
Data
Kuesioner dalam penelitian
ini terdiri dari empat bagian
yaitu informed
consent, data demografis, pertanyaan
utama mengenai gambaran perilaku menyisakan makanan partisipan, keyakinan normatif; dan keterlibatan
personal, serta debriefing.
Pengukuran perilaku menyisakan
makanan dilakukan dengan mengukur frekuensi membuang atau menyisakan
makanan yang dilakukan oleh
partisipan. Sedangkan, alat ukur yang digunakan
untuk mengukur keyakinan norma deskriptif, keyakinan norma deskriptif, serta keterlibatan personal dikembangkan oleh (Nolan et al., 2008)
dan (G�ckeritz et al., 2010).
Alat ukur tersebut kemudian diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia,
disesuaikan dengan konteks
penelitian, dan diukur
reliabilitas serta validitasnya.
Alat ukur konstruk
keyakinan norma deskriptif terdiri dari empat pertanyaan,
antara lain: �Menurut Anda, seberapa sering pengunjung restoran di Bogor mencoba untuk tidak menyisakan
makanan?� dan �Menurut
Anda, seberapa sering warga Bogor mencoba untuk tidak menyisakan
makanan?�. Respon partisipan kemudian diukur dengan skala
likert yang terdiri dari empat pilihan
jawaban, yaitu skala 1 (tidak pernah) sampai 4 (hampir selalu). Alat ukur ini memiliki cronbach�s α sebesar .86.
Alat ukur konstruk
keyakinan norma injungtif terdiri dari tiga pertanyaan,
di antaranya �Menurut Anda,
seberapa besar pengunjung restoran di Bogor setuju bahwa tidak
menyisakan makanan merupakan salah satu cara untuk mengurangi
sampah makanan?� dan
�Menurut Anda, seberapa besar
warga Bogor setuju bahwa tidak menyisakan
makanan merupakan salah satu cara untuk
mengurangi sampah makanan?�. Respon partisipan kemudian diukur dengan skala
likert dan terdiri dari empat pilihan
jawaban, yaitu dari skala 1 (sangat tidak setuju) sampai
4 (sangat setuju). Ketiga item memiliki cronbach�s α sebesar 77.
Alat ukur konstruk
keterlibatan personal terdiri
dari lima pertanyaan, seperti �Seberapa sering Anda berpikir untuk tidak membuang
makanan ketika mengunjungi restoran?� dan �Seberapa sering Anda berpikir untuk tidak membuang makanan dalam kehidupan
sehari-sehari?�. Respon partisipan kemudian diukur dengan skala
likert yang terdiri dari empat pilihan
jawaban, dari skala 1 (hampir tidak pernah) sampai
4 (sangat sering). Lima item ini
memiliki cronbach�s α sebesar .85.
Prosedur
Kuesioner penelitian
disebar dalam periode waktu satu
bulan secara daring melalui platform
WhatsApp dan Instagram. Dibutuhkan waktu 5-15 menit untuk menyelesaikan seluruh pernyataan dalam kuesioner. Selanjutnya, data dari seluruh partisipan yang memenuhi kriteria diolah dan dianalisis menggunakan software
IBM SPSS versi 24.�
Hasil dan Pembahasan
Didapatkan 112 partisipan
yang terdiri dari 63 (56,3%)
perempuan dan 49 (43,8%) laki-laki,
dengan rata-rata usia 21-30
tahun (M =
29.20, SD = 11.804), dan memiliki
kriteria yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data seluruh partisipan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil
uji regresi, dapat dilihat pada tabel 1 bahwa skor R square variabel keyakinan norma
deskriptif, keyakinan norma injungtif, dan keterlibatan personal adalah .295 (R2
= .295) dan skor tersebut signifikan (p
< .01). Artinya, perilaku
menyisakan makanan dapat dijelaskan
oleh keyakinan norma deskripitif, keyakinan norma injungtif, dan keterlibatan personal sebesar
29,5 persen, sementara sisanya dijelaskan oleh variabel di luar penelitian ini. Maka dari itu,
H1 diterima.
Tabel 1. Koefisien Determinasi
R2 |
Adjusted R2 |
Std. Error |
Sig. F |
.295 |
.276 |
.507 |
.000 |
Kemudian, adapun
nilai koefisien regresi (lihat tabel 2) yang menunjukkan bahwa masing-masing variabel keyakinan norma deskriptif (B = -.042, p
< .05), keyakinan norma injungtif (B = -.066, p
< .05), dan keterlibatan personal (B = -.137, p < .01) secara
signifikan memengaruhi perilaku menyisakan
makanan. Maka dari itu,
H2, H3, dan H4 diterima. Dapat
dilihat juga bahwa keterlibatan personal adalah variabel yang menyumbangkan pengaruh paling signifikan.
Selain itu, dari nilai koefisien pada masing-masing variabel dapat diketahui bahwa: 1) Semakin
tinggi keyakinan norma deskriptif bahwa tidak membuang
makanan adalah hal yang sering dilakukan oleh mayoritas orang,
semakin rendah perilaku menyisakan makanan; 2) Semakin
tinggi keyakinan norma injungtif bahwa tidak membuang
makanan adalah hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah makanan, semakin rendah perilaku menyisakan makanan; dan 3) Semakin tinggi keterlibatan personal terhadap isu sampah
makanan, semakin rendah perilaku menyisakan makanan.
Tabel 2. Koefisien Regresi
Konstruk |
B |
Std. Error |
P |
Keyakinan Norma Deskriptif |
-.042 |
.019 |
.027* |
Keyakinan Norma Injungtif |
-.066 |
.030 |
.029* |
Keterlibatan personal |
-.137 |
.021 |
.000** |
Keterangan: *p < .05; **p < .01
Pembahasan
Hasil analisis di atas membuktikan sejumlah hal yang menarik.
�Pertama, temuan studi ini
mendukung temuan penelitian terdahulu bahwa perilaku lingkungan dipengaruhi oleh norma deskriptif dan norma injungtif (Cialdini et al., 1990); Schultz, 1999; Corral dkk.,
2002; Yamin dkk., 2019),
termasuk perilaku menyisakan makanan (Prasetyo,
2019). Berdasarkan studi
yang dilakukan oleh (G�ckeritz et al., 2010)
dalam konteks perilaku lingkungan, keyakinan yang
dimiliki individu terhadap norma deskriptif yang berlaku dikatakan kurang kuat dalam
memengaruhi perilaku, sehingga diperlukan variabel lain yang dapat menguatkan pengaruhnya. Kendati demikian, temuan studi ini membuktikan
hal yang berbeda. Dari hasil analisis, keyakinan norma deskriptif individu tetap dapat memengaruhi
perilaku menyisakan makanan mereka secara signifikan
tanpa dimoderasi dengan variabel lain. Di samping itu, menurut Rimal dan Real (2005), peran norma injungtif dalam memengaruhi perilaku cenderung unutk meregulasi pengaruh norma
deskriptif terhadap perilaku. Temuan studi ini membuktikan
bahwa norma injungtif sebagai variabel bebas juga dapat memengaruhi perilaku secara signifikan. Untuk penelitian selanjutnya dapat diuji perbedaan
keduanya untuk mengetahui peran mana yang lebih kuat.
Adapun catatan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan bahwa penelitian mengenai peran norma sosial
dalam memengaruhi perilaku masih dinamis (G�ckeritz et al., 2010).
Bahkan terdapat temuan terdahulu yang membuktikan norma sosial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku lingkungan (Pambudi, 2019). Perbedaan
tempat, budaya, dan latar belakang partisipan merupakan faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan perbedaan temuan. Selain itu, studi mengenai
pengaruh norma sosial dalam konteks
perilaku menghasilkan
sampah makanan di Indonesia juga masih tergolong sedikit.
Kedua, temuan
penelitian ini juga mendukung hasil penelitian
(Gregory & Leo, 2003)
yang membuktikan
bahwa perilaku yang berkaitan dengan lingkungan
secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat keterlibatan personal individu. Temuan ini
juga menambahkan
bukti ilmiah bahwa keterlibatan
personal merupakan faktor yang cukup kuat dalam
memprediksi perilaku
menyisakan makanan, yang dibuktikan dengan tingkat signifikansi tinggi. Sayangnya, studi keterlibatan personal dalam konteks perilaku yang dapat menghasilkan sampah makanan masih sangat sedikit,
terlebih lagi pada konteks restoran lokal.
Melihat masih
minimnya penelitian yang dilakukan terkait masalah sampah makanan menggunakan teori norma sosial
dan keterlibatan personal dalam
konteks pengunjung restoran dan pada setting
warga Indonesia,
pengembangan studi-studi lainnya masih sangat perlu dilakukan di waktu yang akan datang. Hal ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas terkait faktor
psikologis yang berperan dalam penanganan sampah makanan, dan untuk memperkaya literatur yang dibutuhkan dalam menyusun upaya menangani masalah sampah makanan.
Kesimpulan
Berdasarkan temuan
yang didapatkan, perilaku menyisakan
makanan pada pengunjung restoran
secara signifikan dipengaruhi oleh keyakinan norma deskriptif, keyakinan norma injungtif, dan keterlibatan
personal yang dimiliki terkait
isu sampah makanan.
Temuan ini
dapat digunakan untuk memperkuat literatur dalam menyusun intervensi guna meminimalisir sampah makanan melalui perubahan perilaku konsumen dalam menghasilkan sampah makan. Berdasarkan
studi sebelumnya, intervensi menggunakan pendekatan norma sosial yang dipadukan dengan pendekatan lainnya dapat mengarahkan
perubahan perilaku (St�ckli dkk.,
2018; Pambudi, 2019). Maka dari itu temuan
riset ini juga dapat memperkuat literatur ilmiah untuk memadukan intervensi norma sosial dengan pendekatan
lainnya, seperti peningkatan keterlibatan individu dalam isu sampah makanan,
dengan harapan menghasilkan perubahan perilaku yang lebih efektif.
Terlepas dari
hasil yang didapatkan, tentunya penelitian ini memiliki sejumlah
keterbatasan. Data yang dianalisis
pada studi ini hanya berupa data self-report, sehingga
ada potensi data yang didapatkan tidak sesuai dengan kondisi
partisipan yang sebenarnya.
Selain itu, pengisian kuesioner yang dilakukan secara daring juga memiliki kekurangan di mana peneliti tidak dapat mengamati langsung kondisi saat partisipan mengisi kuesioner, yang juga berpotensi adanya bias. Pada penelitian
selanjutnya, peneliti perlu mempertimbangkan untuk mengambil data lain selain self-report,
misalnya dengan menambahkan wawancara terstruktur dan observasi, sehingga data yang didapatkan lebih transparan dan komprehensif.
Aschemann-Witzel, Jessica, De Hooge, Ilona, Amani, Pegah,
Bech-Larsen, Tino, & Oostindjer, Marije. (2015). Consumer-related food
waste: Causes and potential for action. Sustainability, 7(6),
6457�6477. Google Scholar
Brigita, Gladys, & Rahardyan, Benno. (2013). Analisa
pengelolaan sampah makanan di Kota Bandung. Jurnal Teknik Lingkungan, 19(1),
34�45. Google Scholar
Cialdini, Robert B., Reno, Raymond R., & Kallgren, Carl
A. (1990). A focus theory of normative conduct: Recycling the concept of norms
to reduce littering in public places. Journal of Personality and Social
Psychology, 58(6), 1015. Google Scholar
Fadlilah, Nurul, & Yudihanto, Gogh. (2013). Pemanfaatan
sampah makanan menjadi bahan bakar alternatif dengan metode biodrying. Jurnal
Teknik ITS, 2(2), B290�B293. Google Scholar
Fang, Wei Ta, Ng, Eric, Wang, Ching Ming, & Hsu, Ming
Lin. (2017). Normative beliefs, attitudes, and social norms: People reduce
waste as an index of social relationships when spending leisure time. Sustainability,
9(10), 1696. Google Scholar
G�ckeritz, Susanne, Schultz, P. Wesley, Rend�n, Tania,
Cialdini, Robert B., Goldstein, Noah J., & Griskevicius, Vladas. (2010).
Descriptive normative beliefs and conservation behavior: The moderating roles
of personal involvement and injunctive normative beliefs. European Journal
of Social Psychology, 40(3), 514�523. Google Scholar
Gregory, Gary D., & Leo, Michael Di. (2003). Repeated
behavior and environmental psychology: the role of personal involvement and
habit formation in explaining water consumption 1. Journal of Applied Social
Psychology, 33(6), 1261�1296. Google Scholar
Gunders, D. (2012). Wasted: How America Is Losing Up to 40
Percent of Its Food from Farm to Fork to Landfill. Google Scholar
Han, Ruixia, & Cheng, Yali. (2020). The influence of norm
perception on pro-environmental behavior: A comparison between the moderating
roles of traditional media and social media. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(19), 7164. Google Scholar
Hsu, Chia‐Lin, Chang, Kuo‐Chien, & Chen, Mu‐Chen.
(2012). Flow experience and internet shopping behavior: Investigating the
moderating effect of consumer characteristics. Systems Research and
Behavioral Science, 29(3), 317�332. Google Scholar
Johnson, Blair T., & Eagly, Alice H. (1989). Effects of
involvement on persuasion: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 106(2),
290. Google Scholar
Johnson, Dana N., Shipley, Nathan J., van Riper, Carena J.,
Kyle, Gerard T., Wallen, Kenneth E., Landon, Adam, & Absher, James. (2021).
Place-based motivations and normative beliefs predict pro-environmental
behavior across involvement profiles. Journal of Outdoor Recreation and
Tourism, 35, 100377. Google Scholar
Koufaris, Marios. (2002). Applying the technology acceptance
model and flow theory to online consumer behavior. Information Systems Research,
13(2), 205�223. Google Scholar
Morgan, Jonathan T., & Filippova, Anna. (2018). �welcome�Changes?
Descriptive and Injunctive Norms in a Wikipedia Sub-community. Proceedings
of the ACM on Human-Computer Interaction, 2(CSCW), 1�26. Google Scholar
Nolan, Jessica M., Schultz, P. Wesley, Cialdini, Robert B.,
Goldstein, Noah J., & Griskevicius, Vladas. (2008). Normative social
influence is underdetected. Personality and Social Psychology Bulletin, 34(7),
913�923. Google Scholar
Principato, Ludovica, Secondi, Luca, & Pratesi, Carlo
Alberto. (2015). Reducing food waste: an investigation on the behaviour of
Italian youths. British Food Journal. Google Scholar
Rachman, Indriyani, & Septiana, Asyifa Imanda. (2020).
Food waste control recommendations in Indonesia based on public opinion related
to the target SDGs. Journal of Community Based Environmental Engineering and
Management, 4(1), 25�30. Google Scholar
Siaputra, Hanjaya, Christianti, Nadya, & Amanda, Grace.
(2019). Analisa Implementasi Food Waste Management di Restoran �X�Surabaya. Jurnal
Manajemen Perhotelan, 5(1), 1�8. Google Scholar
Silvennoinen, Kirsi, Heikkil�, Lotta, Katajajuuri, Juha
Matti, & Reinikainen, Anu. (2015). Food waste volume and origin: Case
studies in the Finnish food service sector. Waste Management, 46,
140�145. Google Scholar
Soma, Tamarra. (2017). Wasted infrastructures: Urbanization,
distancing and food waste in Bogor, Indonesia. Built Environment, 43(3),
431�446. Google Scholar
Staats, H. J., Wit, A. P., & Midden, C. Y. H. (1996).
Communicating the greenhouse effect to the public: Evaluation of a mass media
campaign from a social dilemma perspective. Journal of Environmental
Management, 46(2), 189�203. Google Scholar
Wulansari, Desi, Ekayani, Meti, & Karlinasari, Lina.
(2019). Kajian timbulan sampah makanan warung makan. Ecotrophic, 13(2),
125�134. Google Scholar
Yamin, Paulius, Fei, Maria, Lahlou, Saadi, & Levy, Sara.
(2019). Using social norms to change behavior and increase sustainability in
the real world: A systematic review of the literature. Sustainability, 11(20),
5847. Google Scholar
Zaichkowsky, Judith Lynne. (1985). Measuring the involvement
construct. Journal of Consumer Research, 12(3), 341�352. Google Scholar
Zhao, Zhen, Chen, Mingliang, & Zhang, Wuke. (2019).
Social community, personal involvement and psychological processes: A study of
impulse buying in the online shopping carnival. Journal of Electronic
Commerce Research, 20(4), 255�272. Google Scholar
Copyright
holder: Dwi Retno Wulansari, Bagus Takwin (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |