Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7,
No.
7,
Juli 2022
HUBUNGAN RIWAYAT
ISPA, RIWAYAT DIARE, DAN RIWAYAT MALARIA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BADUTA
USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN KELAPA LIMA KABUPATEN MERAUKE PAPUA
Erni Agit Ekawati1, Ema
Alasiry2, Andi Nilawati Usman3,
Suryani As'ad4, Andi Wardihan
Sinrang5, Veni Hadju6
1,3,5 Jurusan Kebidanan, Sekolah
Pascasarjana, Universitas Hasanuddin,
Indonesia
2,4 Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia
6 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Pendahuluan: Masalah stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi dunia. Pada
1000 HPK, anak rentan mengalami stunting yang dapat berpengaruh pada gangguan pertumbuhan anak. Tujuan dari artikel
ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat ISPA, riwayat diare, dan riwayat malaria dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang menggunakan
data sekunder. Populasi berjumlah 535 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
Hasil: Data menunjukkan bahwa dari 535 baduta terdapat 132 baduta mengalami stunting. Variabel yang
berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat ISPA (p = 0.026), diare
(p = 0.023), dan malaria (p = 0.045).
Kesimpulan:
intervensi harus difokuskan pada peran tenaga kesehatan dalam membantu memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, dan malaria. Selain itu, peran orang tua dalam menjaga
asupan gizi anak, imunitas anak, personal hygiene anak, serta sanitasi lingkungan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit infeksi pada anak.
Kata Kunci:� Stunting, Anak, ISPA, diare,
malaria
Abstract
Introduction: The problem of stunting is one of the
nutritional problems faced by the world. In 1000 HPK, children are susceptible
to stunting which can affect children's growth disorders. The purpose of this
article is to determine the relationship between a history of ARI, history of diarrhea, and history of malaria with the incidence of stunting
in children aged 6-24 months in Kelapa Lima Village. Methods:
This type of research is descriptive research that uses secondary data. The
population is 535 people. Sampling using total sampling technique. Data
analysis was carried out univariate and bivariate. Results: The data shows that
out of 535 baduta there are 132 baduta
experiencing stunting. Variables related to the incidence of stunting were
history of ARI (p = 0.026), diarrhea (p = 0.023), and
malaria (p = 0.045). Conclusion: intervention should focus on the role of
health workers in helping to provide counseling on
the prevention and control of infectious diseases such as ARI, diarrhea, and malaria. In addition, the role of parents in
maintaining children's nutritional intake, child immunity, children's personal
hygiene, and environmental sanitation can be done to avoid infectious diseases
in children.
Keywords: Stunting,
Children, ARI, diarrhea, malaria
Pendahuluan
Masalah
stunting merupakan salah satu
permasalahan gizi yang dihadapi dunia karena berhubungan dengan kesakitan dan kematian pada anak (Getaneh et al., 2019).
Stunting adalah ukuran adanya kekurangan gizi yang kronis dinyatakan dalam panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) (Cetthakrikul et al., 2018).
Pada 1000 hari kehidupan yang dimulai sejak pembuahan
sampai usia dua tahun, anak
rentan mengalami stunting
yang dapat berpengaruh pada
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak serta memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak (WHO, 2016).
Fokus utama Sustainnable
Development Goals (SDGs) tahun 2030 adalah untuk mengurangi
segala bentuk malnutrisi, termasuk mengurangi kejadian stunting, dan
wasting, mengatasi kebutuhan
gizi pada remaja perempuan, wanita hamil dan wanita menyusui, serta lanjut usia (lansia)
(Polignano, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019, angka kejadian stunting di wilayah South East Asia termasuk yang tertinggi di dunia yakni sebanyak 31,9% setelah Afrika sebanyak 33,1%.
Indonesia menduduki urutan keenam di wilayah South East Asia dengan angka kejadian
stunting sebanyak 36,4% setelah
Bhutan, Timor Leste, Maldives, Bangladesh, dan India (WHO, 2019).
Berdasarkan
data hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun
2018, angka stunting di Indonesia sebesar
30,8%. Provinsi Papua berada
pada urutan ke 13 mengalami
stunting di Indonesia dengan persentase
29,4
%. Dilihat dari data indikator dalam IPKM Provinsi Papua tahun 2018 menunjukkan bahwa masih banyaknya anak menggalami stunting. Kabupaten
Merauke merupakan urutan
ke-24 kabupaten di Provinsi
Papua yang mengalami stunting dengan
presentase 22,8 % (Kemenkes RI, 2019).
Faktor penyebab stunting sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Riwayat penyakit infeksi mempunyai pengaruh terhadap kejadian stunting. Riwayat infeksi
terdiri dari infeksi pada usus (diare), infeksi pernafasan (ISPA), dan infeksi malaria (Akombi et al, 2017).
Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti
lebih dalam tentang �Hubungan Riwayat ISPA,
Riwayat Diare, dan Riwayat Malaria dengan Kejadian Stunting pada Baduta Usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima Kabupaten Merauke
Papua� agar intervensi yang diberikan
dalam pencegahan dan penanggulangan stunting di wilayah tersebut
tepat dan relevan.
Metode Penelitian
Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober 2021 di Kelurahan Kelapa Lima Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Populasi penelitian ini adalah baduta usia
6-24 bulan. Sampel penelitian ini adalah baduta 6-24 bulan yang memenuhi kriteria: baduta usia 6-24 bulan yang berdomisili di Kelurahan Kelapa Lima. Pengambilan sampel dipilih secara keseluruhan atau menggunakan teknik total sampling.
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan observational analitik pendekatan cross
sectional. Sumber data penelitian
ini adalah data sekunder (buku registrasi kohort ibu dan anak). Variabel yang dikumpulkan berupa karakteristik anak yaitu usia,
data stunting, dan faktor penyakit
infeksi (riwayat ISPA, riwayat diare, dan riwayat malaria).
Data terkait
responden dikumpulkan melalui pengambilan data sekunder pada rekam medik yang terdapat dalam Kohort Anak di Puskesmas Kelapa Lima. Data yang telah dikumpulkan lalu dianalisa menggunakan uji statistic SPSS (Statistical Package and
Social Siences) versi
21 baik bersifat deskriptif maupun analisis. Analisis data dilakukan secara univariat, dan bivariat. Tahapan analisis tersebut diproses dengan tahapan yang meliputi editing, coding, processing, cleaning, dan tabulating.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
1.
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distibusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Anak |
|||
|
Variabel |
n
= 535 |
% |
|
Usia Anak |
||
|
6-12 bulan |
35 |
6.5 |
|
13-24 bulan |
500 |
93.5 |
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwa dari 535 responden, sebanyak 500 responden (93,5%) berusia 13-24 bulan dan sebanyak 35 responden (6,5%) berusia 6-12 bulan.
2.
Kejadian Stunting
Tabel 2
Disribusi Frekuensi Kejadian Stunting
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Kejadian Stunting di Kelurahan
Kelapa Lima |
|||
|
Variabel Status Gizi TB/U |
n
= 535 |
% |
|
Stunting |
132 |
24.7 |
|
Tidak stunting |
403 |
75.3 |
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan
tabel 2 menunjukkan bahwa dari 535 responden, sebanyak 403 responden (75,3%) tidak mengalami stunting dan sebanyak
132 responden (24,7%) mengalami
stunting.
3.
Hubungan Riwayat ISPA dengan Kejadian Stunting
Tabel 3
Hubungan
Riwayat ISPA dengan Kejadian
Stunting
Tabel 3 Hubungan
Riwayat ISPA dengan Kejadian
Stunting |
||||||
Variabel |
Stunting |
Tidak Stunting |
Nilai p value |
|||
n |
% |
n |
% |
|||
Riwayat ISPA |
Ya |
130 |
98.5% |
276 |
68.5% |
0.026 |
Tidak |
2 |
1.5% |
127 |
31.5% |
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa mayoritas baduta yang mengalami stunting pernah mengalami ISPA yaitu sebanyak 130 responden (98,5%) dan mayoritas baduta yang tidak mengalami stunting juga pernah mengalami ISPA yaitu sebanyak 276 responden (68,5%).
Hasil uji chi-square diperoleh p value 0,026 yang berarti riwayat ISPA berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
4.
Hubungan Riwayat Diare dengan Kejadian Stunting
Tabel 4
Hubungan Riwayat Diare
dengan Kejadian Stunting
Tabel 4 Hubungan
Riwayat Diare dengan Kejadian Stunting |
||||||
Variabel |
Stunting |
Tidak Stunting |
Nilai p value |
|||
n |
% |
n |
% |
|||
Riwayat Diare |
Ya |
130 |
98.5% |
273 |
67.7% |
0.023 |
Tidak |
2 |
1.5% |
130 |
32.3% |
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan
tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas baduta yang mengalami stunting pernah mengalami diare yaitu sebanyak
130 responden (98,5%) dan mayoritas
baduta yang tidak mengalami stunting juga pernah mengalami diare yaitu sebanyak 273 responden (67,7%). Hasil uji chi-square diperoleh
p value 0,023 yang berarti riwayat
diare berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
5.
Hubungan Riwayat Malaria dengan Kejadian Stunting
Tabel 5
Hubungan Riwayat Diare
dengan Kejadian Stunting
Tabel 5 Hubungan
Riwayat Malaria dengan Kejadian
Stunting |
||||||
Variabel |
Stunting |
Tidak Stunting |
Nilai p value |
|||
n |
% |
n |
% |
|||
Riwayat Malaria |
Ya |
129 |
90.6% |
267 |
66.3% |
0.045 |
Tidak |
3 |
9.4% |
136 |
33.7% |
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan
tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas baduta yang mengalami stunting pernah mengalami malaria yaitu sebanyak 129 responden (90,6%) dan mayoritas baduta yang tidak mengalami stunting juga pernah mengalami malaria yaitu sebanyak 267 responden (66,3%).
Hasil uji chi-square diperoleh p value 0,045 yang berarti riwayat malaria berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
B.
Pembahasan
1.
Hubungan Riwayat ISPA dengan Kejadian Stunting
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa riwayat ISPA berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima, Kabupaten Merauke,
Papua. Mayoritas baduta yang mengalami stunting pernah mengalami ISPA yaitu sebanyak 130 responden (98,5%)
dan mayoritas baduta yang tidak mengalami stunting juga pernah mengalami ISPA yaitu sebanyak 276 responden (68,5%). Hasil uji chi-square diperoleh
p value 0,026 yang berarti riwayat
ISPA berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh (Besurek and Sari, 2016)
di Kabupaten Rejang Lebong
Bengkulu menunjukkan bahwa ada hubungan antara
riwayat ISPA dengan kejadian stunting (p = 0,000). Stunting berpelung
3 kali lipat pada baduta
yang pernah mengalami ISPA.
Kemudian penelitian yang sama dilakukan oleh (Solin et al., 2019)
di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru menunjukkan bahwa ada hubungan antara
riwayat ISPA dengan kejadian stunting (p = 0,001). Anak yang pernah mengalami ISPA dengan durasi waktu
yang lebih lama berpeluang
2 kali lipat pada baduta
yang pernah mengalami ISPA.
Riwayat ISPA dapat berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta di Kelurahan Kelapa Lima dikarenakan ISPA menyebabkan sistem imun anak
menurun sehingga dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan. Suhu tubuh
yang meningkat saat terjadi ISPA pada anak menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat.
Apabila anak tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup, maka dapat
timbul malnutrisi yang jika berlangsung dalam kurun waktu
yang lama menyebabkan stunting pada anak. Hal ini karena
ISPA merupakan penyakit infeksi yang berpengaruh pada pertumbuhan anak.
Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa baduta dengan
riwayat ISPA meningkatkan risiko terjadinya stunting. Oleh karena itu, proteksi
terjadinya ISPA pada anak harus ditingkatkan agar anak tidak mengalami
ISPA sehingga tidak mempengaruhi asupan zat gizi anak.
2.
Hubungan Riwayat Diare dengan Kejadian
Stunting
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa riwayat diare berhubungan
dengan kejadian stunting
pada baduta usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima, Kabupaten Merauke,
Papua. Mayoritas baduta yang mengalami stunting pernah mengalami diare yaitu sebanyak 130 responden (98,5%) dan mayoritas baduta yang tidak mengalami stunting juga pernah mengalami diare yaitu sebanyak 273 responden (67,7%). Hasil uji chi-square diperoleh
p value 0,023 yang berarti riwayat
diare berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh (Permatasari and Sumarmi, 2018)
di Kota Surabaya menunjukkan bahwa
ada hubungan antara riwayat diare dengan kejadian
stunting (p = 0,01). Kemudian penelitian
yang sama dilakukan oleh (Mekonen et al., 2019)
di Negara Ethiopia menunjukkan bahwa
ada hubungan antara riwayat diare dengan kejadian
stunting (p = 0,017). Anak yang pernah mengalami diare dalam 2 minggu terakhir memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kejadian stunting pada anak.
Riwayat diare dapat berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta di Kelurahan Kelapa Lima dikarenakan terjadi interaksi secara bersamaan yang saling berhubungan antara gangguan gizi dengan diare
sebagai penyakit infeksi. interaksi negatif tersebut apabila dibiarkan dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama serta tidak segera
mendapat penanganan maka akan menurunkan
intake makanan dan mengganggu
penyerapan zat gizi oleh tubuh, sehingga anak mengalami
stunting.
Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa baduta dengan
riwayat diare meningkatkan risiko terjadinya stunting. Oleh karena itu, proteksi terjadinya
diare pada anak harus ditingkatkan agar anak tidak mengalami
diare dengan cara memperhatikan sanitasi lingkungan, personal
hygiene anak, serta penyajian makanan yang layak dan sehat.�
3.
Hubungan Riwayat Malaria dengan Kejadian Stunting
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa riwayat malaria berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima, Kabupaten Merauke,
Papua. mayoritas baduta yang mengalami stunting pernah mengalami malaria yaitu sebanyak 129 responden (90,6%)
dan mayoritas baduta yang tidak mengalami stunting juga pernah mengalami malaria yaitu sebanyak 267 responden (66,3%). Hasil uji chi-square diperoleh
p value 0,045 yang berarti riwayat
malaria berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh (Nofianti, 2014)
di Kabupaten Manokwari menunjukkan bahwa ada hubungan antara
riwayat malaria dengan kejadian stunting (p = 0,007). Kemudian
penelitian yang sama dilakukan oleh (Wurisastuti and Suryaningtyas, 2017)
di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa ada hubungan
antara riwayat malaria dengan kejadian stunting (p =
0,000). �Terdapat
perbedaan bermakna antara statuz gizi
anak stunting yang memiliki
riwayat malaria dengan anak yang tidak memiliki riwayat malaria.
Riwayat malaria dapat berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta di Kelurahan Kelapa Lima dikarenakan infeksi malaria mempengaruhi penurunan status gizi anak salah satunya yaitu stunting. Penyakit infeksi yaitu malaria merupakan salah satu penyebab langsung
terjadinya masalah kurang gizi pada anak dan penduduk yang rawan kurang gizi
seperti di Kelurahan Kelapa Lima. Meskipun anak mendapatkan makanan yang cukup baik namun apabila
sering terinfeksi penyakit maka anak
akan kekurangan gizi karena imunitas
dan nafsu makannya berkurang. Jika dibiarkan berkelanjutan maka akan mempengaruhi tumbuh kembang anak termasuk menyebabkan
stunting.
Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa baduta dengan
riwayat malaria meningkatkan
risiko terjadinya stunting.
Oleh karena itu, proteksi terjadinya malaria pada anak harus ditingkatkan
agar anak tidak mengalami malaria dengan cara memperhatikan sanitasi lingkungan dan imunitas anak.
Kesimpulan
Prevalensi
stunting pada baduta usia
6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima yaitu sebanyak 132 orang (24,7%). Variabel
yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat ISPA, riwayat diare, dan riwayat malaria.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka intervensi harus difokuskan pada peran tenaga kesehatan
dalam membantu memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, dan malaria. Selain itu, peran orang tua dalam menjaga
asupan gizi anak, imunitas anak, personal hygiene anak, serta sanitasi lingkungan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit infeksi pada anak. Dengan berfokus
pada faktor infeksi, maka diharapkan anak akan mempunyai
status gizi yang baik sehingga dapat mengurangi kejadian stunting.
Akombi
et al. Stunting and Severe Stunting Among
Children Under-5 Years in Nigeria: A Multilevel Analysis. BMC Pediatr
2017;17:1�16. https://doi.org/10.1186/s12887-016-0770-z. Google Scholar
Besurek
K, Sari YP. History of Acute
RespiratoryInfectious Disease with Incident of Stunting In Children
2016;1:118�26.
Cetthakrikul
N, Topothai C, Suphanchaimat R, Tisayaticom K. Childhood Stunting in Thailand : When Prolonged Breastfeeding
Interacts with Household Poverty 2018:1�9. Google Scholar
Getaneh
Z, Melku M, Geta M, Melak T, Hunegnaw MT. Prevalence
and Determinants of Stunting and Wasting Among Public Primary School Children
in Gondar Town, Northwest, Ethiopia. BMC Pediatr 2019;19:1�11.
https://doi.org/10.1186/s12887-019-1572-x. Google Scholar
Kemenkes
RI. Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat (IPKM) 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (LPB); 2019.
Mekonen
J, Addisu S, Mekonnen H. Prevalence and
Associated Factors of Chronic Undernutrition Among Under Five Children in Adama
Town, Central Ethiopia: A Cross-Sectional Study Design. BMC Res Notes
2019;12:1�6. https://doi.org/10.1186/s13104-019-4552-1. Google Scholar
Nofianti
T. The Incidence of Malaria and Nutrition
Status of Children in Manokwari District of West Papua Province. J Gizi
Klin Indones 2014;10:180�90.
Permatasari
DF, Sumarmi S. Differences of Born Body
Length, History of Infectious Diseases, and Development between Stunting and
Non-Stunting Toddlers. J Berk Epidemiol 2018;6:182.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i22018.182-191. Google Scholar
Polignano
MV. Data & Informasi 2015 �Profil
Kesehatan Indonesia.� J Chem Inf Model 2019;53:1689�99.
Solin
AR, Hasanah O, Nurchayati S. Hubungan
Kejadian Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita 1-4 Tahun.
JOM FKp 2019;6:65�71.
WHO.
World Health Statistics Data
Visualizations Dashboard 2019.
https://apps.who.int/gho/data/node.sdg.2-2-viz-1?lang=en#content (accessed
March 5, 2021).
WHO.
Stunting in A Nutshell. World Heal
Organ 2016:7�8.
Wurisastuti
T, Suryaningtyas NH. Differences of
Demographic Characteristics and Malaria Infection History among Under Five Year
Children Nutrition Status in East Nusa Tenggara Province. Bul Penelit Sist
Kesehat 2017;20:10�5. Google Scholar
Copyright
holder: Erni Agit Ekawati, Ema Alasiry, Andi Nilawati Usman, Suryani As'ad, Andi Wardihan Sinrang, Veni Hadju (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |