Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 7, Juli 2022

 

VALIDITAS DAN RELIABILITAS KONSTRUK SKALA KEPUASAN BERMUKIM PADA PERUMAHAN SEDERHANA BERSUBSIDI DI KOTA KENDARI

 

M. Arzal Tahir, Ishak Kadir, Nahdatunnisa

Faculty of Engineering, Halu Oleo University-Kendari, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas skala kepuasan bermukim serta mengetahui indikator yang memiliki kontribusi terbesar pada setiap variabel penelitian berbasis data empiris. Analisis faktor konfirmatori dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan yang mendasar antara indikator dengan konstruk yang dibangun berdasarkan teori. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik unit hunian, lingkungan hunian, layanan fasilitas publik, kepuasan bermukim dan kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal penghuni yang tinggal di perumahan sederhana di Kota Kendari. Subjek penelitian ini adalah penghuni perumahan sederhana bersubsidi di kota Kendari. Data primer diperoleh melalui survey menggunakan kuesioner pada 356 warga perumahan sederhana yang ada di kota Kendari. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala kepuasan bermukim yang disusun dengan model penskalaan Likert. Data dianalisis dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang digunakan untuk mengkonfirmasi indikator terhadap variabel laten dengan menggunakan program AMOS versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruk karakteristik unit hunian dengan kontribusi terbesar adalah indikator X1.10 (kualitas bahan untuk plafond) sebesar 0,733. Lalu untuk konstruk karakteristik lingkungan hunian dengan indikator variabel X2.1 (kondisi jalan lingkungan perumahan) menyediakan kontribusi terbesar sebesar 0,672. Konstruk karakteristik layanan fasilitas publik memberikan kontribusi terbesar dengan indikator X3.3 (akses ke layanan fasilitas pendidikan/sekolah) sebesar 0,766. Konstruk kepuasan bermukim memberikan kontribusi terbesar adalah indikator Y1.2 (kepuasan pada lingkungan hunian) sebesar 0,901. Serta konstruk kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal dengan indikator Y2.4 (mengajak kerabat dekat untuk bermukim di lingkungan tempat tinggalnya) sebesar 0,782. Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi bahan evaluasi kinerja produk perumahan sederhana dan analisis kepuasan pengguna untuk perumusan kebijakan dalam penyediaan perumahan sederhana yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

 

Kata Kunci: Kepuasan Bermukim, Perumahan Sederhana, Validitas dan Reliabilitas

 

 

Abstract

The purpose of this study is to test the validity and reliability of the settlement satisfaction scale and find out the indicators that have the greatest contribution to each empirical data-based research variable. The analysis of confirmatory factors is carried out to find out the existence of a fundamental� relationship between indicators and constructs built on the theory. The variables in this study are the characteristics of residential units, residential environment, public facility services, settlement satisfaction and the tendency to adjust the residence of residents living in simple housing in Kendari City. �The subjects of this study were residents of subsidized simple housing in the city of Kendari. �Primary data were obtained through a survey using questionnaires on 356 residents of simple housing in the city of Kendari. �Data collection was carried out using a settlement satisfaction scale arranged with the Likert scaling model. �The data were analyzed by the Confirmatory Factor Analysis (CFA) method which was used to confirm indicators against latent variables using the AMOS version 24 program. The results showed that the characteristic construct of residential units with� the largest contribution was indicator X1.10 (quality of materials for the ceiling) of 0.733. Then for the construct of the characteristics of the residential environment with the variable indicator X2.1 (road conditions of the residential environment) provided the largest contribution of 0.672. The construct of the characteristics of public facility services made the largest contribution with indicator X3.3 (access to educational/school facility services) of 0.766. The construct of settlement satisfaction making the largest contribution was the indicator Y1.2 (satisfaction with the residential environment) of 0.901. As well as the construct of the behavioral tendency of adjustment of the dwelling with indicator Y2.4 (inviting close relatives to settle in the neighborhood tfour of his residence) of 0.782. �The findings of this study can be used to be the material �for evaluating the performance �of simple housing �products and analyzing the satisfaction of the na for policy formulation in the provision of simple livable housing for low-income people.

 

Keywords: Settlement Satisfaction, Simple Housing, Validity and Reliability

 

Pendahuluan

Salah satu variable penting untuk mempelajari perilaku seseorang dalam bertempat tinggal adalah kepuasan terhadap unit huniannya. Selain menjadi tempat berlindung dan beristirahat, rumah juga berfungsi sebagai wadah pendidikan dan regenerasi nilai dan budaya dalam sebuah keluarga serta menjadi aset bagi pemiliknya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, rumah seharusnya mampu memberikan paling tidak dua hal kepada penghuninya yakni kepuasan fisik dan fungsi serta kepuasan psikologis (Omar, Endut & Saruwon, 2010). Kepuasan fungsi merupakan kemampuan rumah dari segi ketersediaan unsur fisik untuk mewadahi berbagai aktifitas dan kebutuhan ruang bagi penghuninya. Sedangkan kepuasan psikologis, pada dasarnya merupakan manifestasi dan perwujudan dari unsur kepercayaan dan nilai-nilai ideal yang dianut oleh penghuni rumah (Kurniati & Kusuma, 2014).

Studi tentang kepuasan bermukim hingga saat ini telah digunakan pada berbagai disiplin ilmu seperti pemasaran, bidang medis dan kesehatan termasuk arsitektur dan perumahan. Studi tentang kepuasaan bermukim pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu sebagai kriteria untuk menilai kualitas perumahan dan sebagai alat untuk memprediksi perilaku untuk tinggal atau pindah dari perumahan yang ada (Amerigo, M. A. & Aragones, I. J., 1997).

Kajian tentang kepuasan bermukim sangat penting karena akan berdampak pada kondisi psikologis dan kualitas hidup seseorang. Ketidakpuasan dengan satu komunitas dapat mengurangi kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup seseorang (Morris, E. W., Crull, S., R., & Winter, M., 1976) dan mempengaruhi keputusan untuk pindah dari komunitas (Amole, 2009). Oleh karena itu kondisi dan karakteristik permintaan serta penyediaan perumahan harus diperiksa secara menyeluruh untuk pemenuhan kebutuhan pasar perumahan, terutama untuk penduduk berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Aulia dan Ismail ( 2013) bahwa salah satu indikator untuk menentukan karakteristik permintaan perumahan adalah kepuasan bermukim.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait kepuasan bermukim memunculkan hasil yang bervariasi (Abdullah, M.I., et al. 2020). Sejumlah penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara menunjukkan bahwa dengan memiliki tempat tinggal yang memuaskan sering menjadi tuntutan utama kebutuhan manusia (Balestra dan Sultan, 2013). Sejumlah studi menunjukkan bahwa ketidakpuasan dengan karakteristik lingkungan hunian mempengaruhi perilaku mobilitas tempat tinggal (Dempsey, et. al. 2012). Namun sebaliknya, Rabe dan Taylor (2010) melaporkan bahwa karakteristik lingkungan menjelaskan proporsi yang relatif kecil sebagai penyebab terjadinya perilaku mobilitas perumahan meskipun banyak yang menyatakan ketidakpuasan dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Kurangnya akses ke fasilitas umum seperti toko, tempat kerja dan ruang rekreasi mendorong terjadinya perilaku mobilitas perumahan (Kim, et al, 2005). Namun Fang (2005) melaporkan temuannya bahwa kepuasan bermukim yang rendah sering tidak menyebabkan perilaku bergerak meskipun niat bergerak tinggi. Kondisi ini berbeda dengan yang ada dalam literatur barat tentang kepuasan perumahan yang rendah terkait dengan kecenderungan untuk pindah.

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator yang memiliki kontribusi terbesar pada setiap variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik unit hunian, lingkungan hunian, layanan fasilitas publik, kepuasan bermukim dan kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal penghuni yang tinggal di perumahan sederhana di Kota Kendari. Makalah ini dimulai dengan gambaran umum dan literatur tentang topik ini. Kemudian, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berikut disajikan hasil analisis survei kuesioner serta temuan penelitian. Akhirnya, beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Makalah ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman terkait karakteristik lingkungan pada proyek penyediaan perumahan sederhana bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Studi ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana bentuk kepuasan penghuni perumahan dengan kondisi tempat tinggal mereka serta bagaimana kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal penghuni perumahan sederhana.

Perilaku penyesuaian individu terhadap lingkungan merupakan upaya mengurangi ketidaksesuaian dalam suatu lingkungan untuk meningkatkan harmoni. Altman (1980) menyatakan bahwa penyesuaian antara individu dengan lingkungannya dikenal dengan istilah adaptasi. Pada kondisi ini individu mengubah perilaku agar sesuai dengan kondisi lingkungannya, sedangkan penyesuaian keadaan lingkungan pada diri individu dikenal dengan istilah adjustment. Karakteristik perilaku penghuni atau penyesuaian dan adaptasi perumahan sebagaimana yang dikonseptualisasikan dalam penelitian adalah upaya keluarga untuk memperbaiki ketidaksesuaian antara perumahan yang dimilikinya dan perumahan yang dirasa harus mereka miliki (Morris, E. W., Crull, S. R., & Winter, M. 1976). Karakteristik perilaku penghuni mencerminkan perasaan mereka tentang kepuasan dan ketidakpuasan hunian (Mohit, M. A., & Mubarak, 2014). Namun dalam penelitian Fang, Y. (2005) menunjukkan bahwa meskipun kepuasan hunian rendah, tetapi tidak mengarah pada perilaku berpindah ke tempat hunian lain yang lebih sesuai. Sementara Lioa (2004) menggunakan indikator niat pindah dan merencanakan pindah untuk mengukur perilaku penyesuaian tempat tinggal. Jiang, W., et al. (2017) dalam studinya menggunakan parameter niat pindah untuk mengukur kecenderungan perilaku penghuni menemukan bahwa niat pindah dipengaruhi secara signifikan dan negatif oleh kepuasan bermukim.

Analisis faktor konfirmatori merupakan salah satu metode analisis multivariat yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi apakah model pengukuran yang dibangun sesuai dengan yang dihipotesiskan. Dalam analisis faktor konfirmatori terdapat variabel konstruk dan variabel indikator. Variabel konstruk adalah variabel yang tidak dapat dibentuk dan dibangun secara langsung sedangkan variabel indikator adalah variabel yang dapat diamati dan diukur secara langsung (Ghozali, 2003). Dalam SEM analisis faktor konfirmatori digunakan untuk mengevaluasi model pengukuran yaitu untuk menguji validitas dan reliabilitas konstruk (Latan, 2013).

Menurut Brown (2006), analisis faktor konfirmatori merupakan perluasan dari analisis faktor eksplanatori. Dalam analisis faktor konfirmatori, peneliti harus menentukan jumlah indikator dan hubungan antar indikator dengan konstruk berdasarkan basis teori. Sedangkan pada analisis faktor eksplanatori peneliti mencari sejumlah indikator yang membentuk faktor umum (common factor) tanpa ada landasan teori sebelumnya. Dengan kata lain analisis faktor eksplanatori merupakan sebuah metode untuk membangun sebuah teori (theory building).

 

Asumsi Analisis Faktor Konfirmatori

Umumnya pada analisis faktor konfirmatori membutuhkan jumlah sampel yang besar agar hasil yang didapat mempunyai tingkat kepercayaan yang cukup. Ukuran sampel memberikan dasar untuk mengestimasi kesalahan dalam pengambilan sampel. Dengan menggunakan estimasi maximum likelihood, sedikitnya diperlukan sampel sebanyak 100, ketika sampel dinaikkan maka sensitifitasnya meningkat untuk mendeteksi perbedaan antar data (Hair, J., F., et al, 2010). Maximum likelihood menghendaki adanya asumsi distribusi normal data. Nilai yang umum digunakan untuk melihat kenormalan data pada analisis ini adalah dengan melihat nilai c.r (critical rasio).

 

Konvergen Validitas dan Construct Reliability

Indikator suatu konstruk harus valid. Untuk mengukur validitas indikator dapat dilihat dari faktor loadingnya. Semakin tinggi nilai faktor loading suatu konstruk menunjukkan bahwa mereka konvergen pada satu titik. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk menilai persepsi penghuni perumahan sederhana tentang suatu konsep tertentu perlu dievaluasi terlebih dahulu sebelum diberikan. Hal ini untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan valid dan reliabel, atau dengan kata lain, mengukur apa yang seharusnya diukur, dan sejauh mana skor tes bebas dari kesalahan pengukuran (Muijs, 2011). Ketika berhubungan dengan pengukuran maka validitas dan reliabilitas kuesioner merupakan hal yang paling penting untuk dipertimbangkan (Barroon dan Abd Rahman, 2015). Terdapat beberapa jenis reliabilitas tetapi dalam penelitian ini, tiga jenis reliabilitas dipertimbangkan yaitu reliabilitas internal, reliabilitas konstruk (CR) dan average variance extract (AVE), sedangkan pada aspek validitas, terdapat validitas konvergen, validitas konstruk, dan validitas diskriminan. Reliabilitas internal adalah konsep yang mengacu pada sejauh mana semua item mengukur konstruk dasar yang sama (Pallant, 2007) sedangkan reliabilitas konstruk adalah konsep untuk menilai sejauh mana alat ukur secara akurat mengukur konstruk teoretis yang telah dirancang (Jackson, 2003). Validitas konstruk adalah sejauh mana satu set item telah mencerminkan konstruk laten teoritis item tersebut dirancang untuk mengukur sedangkan validitas diskriminan adalah konsep di mana item yang diukur individu harus mewakili hanya satu konstruk laten (Hair et al., 2006).

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada perumahan sederhana bersubsidi yang ada di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi dilakukan secara terkluster pada 7 (tujuh) wilayah kecamatan yang ada di kota Kendari dengan pertimbangan kecenderungan pembangunan perumahan yang disediakan oleh pengembang perumahan pada wilayah tersebut dan proses penghunian yang telah berjalan pada perumahan yang ada. Besarnya jumlah populasi adalah sebanyak 11.195 rumah tangga. Kuesioner didistribusikan secara langsung ke responden yang menjadi sampel penelitian. Pemilik rumah dipilih sebagai responden karena merekalah yang memutuskan terkait dengan kondisi perumahannya. Sebanyak 356 kuesioner yang telah diperoleh untuk selanjutnya dilakukan analisis. Ukuran sampel ini telah memenuhi yang disarankan oleh Kline (2005) bahwa ukuran sampel lebih dari 200 cukup untuk analisis SEM. Masalah unidimensionalitas, reliabilitas dan validitas untuk semua model pengukuran ditentukan.

Dalam penelitian ini, digunakan program AMOS versi 24 dan SPSS versi 24 untuk memudahkan analisis hasil. Perangkat lunak AMOS digunakan dalam menilai hubungan antara variabel laten dan variabel yang diamati dari model pengukuran. Teknik yang digunakan disebut analisis konfirmasi faktor. Dalam studi ini, metode estimasi kemungkinan maksimum digunakan dalam menghasilkan estimasi parameter dari model pengukuran. Metode estimasi ini lebih praktis karena kemampuannya untuk menangani model yang kompleks dan juga ketahanannya terhadap data yang tidak normal (Brown, 2006). Ada beberapa indeks kecocokan yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat seberapa baik model yang ditentukan mereproduksi matriks kovarians di antara item indikator (Hair et al., 2006). Mereka dikelompokkan pada tiga kelompok utama tindakan; ukuran kecocokan praktis (statistik chi-kuadrat atau cmin/df), indeks kecocokan absolut (GFI, AGFI atau RMSEA) dan indeks kecocokan inkremental (TLI atau CFI). Menurut Hair et al. (2010), sebuah penelitian harus melaporkan setidaknya tiga indeks kecocokan dengan setidaknya

satu dari setiap kategori.

 

Hasil dan Pembahasan

Pengujian Asumsi Multikolinearitas

Asumsi multikolinearitas adalah tidak kolinieritas atau hubungan sempurna antar variabel. Suatu model penelitian dikatakan baik apabila memiliki multikolinearitas yang rendah. Pengujian multikolinearitas dapat didasarkan pada besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance >0,10 dan VIF <10, maka berarti bahwa tidak terdapat multikolenearitas pada penelitian tersebut. Sebaliknya jika tolerance <0,10 dan VIF>10, maka ada indikasi terjadinya gangguan. Hasil uji asumsi multikolenearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.37.

 

Tabel 1

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Persamaan Struktural

Variabel Eksogen

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

Substruktur-1

Variabel Endogen Kepuasan Bermukim

Karakteristik Unit Hunian

0.777

1.287

Karakteristik Lingkungan Hunian

0.655

1.527

Karakteristik Layanan Fasilitas Publik

0.693

1.443

Substruktur-2

Variabel Endogen Kecenderungan Perilaku Penyesuaian Tempat Tinggal

Karakteristik Unit Hunian

0.777

1.287

Karakteristik Lingkungan Hunian

0.655

1.527

Karakteristik Layanan Fasilitas Publik

0.693

1.443

Substruktur-3

Variabel Endogen Kecenderungan Perilaku Penyesuaian Tempat Tinggal

Karakteristik Unit Hunian

0.767

1.305

Karakteristik Lingkungan Hunian

0.577

1.732

Karakteristik Layanan Fasilitas Publik

0.645

1.550

Kepuasan Bermukim

0.635

1.575

 

Berdasarkan pada Tabel 1. terlihat bahwa semua variabel eksogen baik untuk persamaan substruktur-1, persamaan substruktur-2 dan persamaan substruktur-3 memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas. Sehingga dengan demikian asumsi multikolinearitas dalam penelitian ini telah terpenuhi.

 

Model Pengukuran Validitas Dan Reliabilitas

Uji Reliabilitas

Pada dasarnya uji reliabilitas (reliability) menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sam a. Uji reliabilitas dalam SEM dapat diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

�������������� ����������������

Keterangan:

-        Standard Loading diperoleh dari standarized loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

-        �adalah measurement error dari tiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1- (standardized loading).

Tingkat reliabilitas yang direkomendasikan adalah ≥ 0,7. Nilai constuct reliability dapat dilihat pada lampiran dan hasil perhitungan constuct reliability dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

 

Tabel 2

Hasil Perhitungan Construct Reliability

No

Variabel

Construct Reliability

1

Karakteristik Unit Hunian

0.774

2

Karakteristik Lingkungan Hunian

0.666

3

Karakteristik Layanan Fasilitas Publik

0.771

4

Kepuasan Bermukim

0.883

5

Kecenderungan Perilaku Penyesuaian Tempat Tinggal

0.773

 

Berdasarkan hasil perhitungan constuct reliability pada tabel 2 di atas, diperoleh nilai reliabilitas antara 0,666 sampai dengan 0,883. Nilai reliabilitas dari kelima variabel tersebut sudah sesuai dengan nilai constuct reliability yang rekomendasikan. Hal ini menunjukkan reliabilitas variabel karakteristik unit hunian, karakteristik lingkungan hunian, karakteristik layanan fasilitas publik, kepuasan bermukim dan kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal adalah tinggi.

 

Uji Konvergen Validitas dan Construct Reliability

Untuk menetapkan validitas konstruk, digunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hal ini dilakukan dengan menggunakan model persamaan struktural (SEM). Nilai eigen lebih besar dari 1 dan nilai loading faktor lebih besar dari 0,30 (Siembida, E.J., et all, 2018) sebagai kriteria yang dapat diterima untuk penelitian ini. Perangkat lunak statistik SPSS dalam versi terbaru dan Amos 24 digunakan untuk menganalisis data.

 

Gambar 1

Model Analisis Faktor Konfirmatori

 

Gambar 1. menunjukkan hasil pengujian setelah mengeluarkan indikator yang tidak valid. Ditinjau dari statistik goodness of fit, memberikan gambaran bahwa model pengukuran menunjukkan kecocokan yang sangat baik (seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4).

 

Tabel 3

Standardized Regression Weights: Variabel Penelitian

(Group number 1 - Default model)

Variabel

Indikator

Loading Faktor

 

 

Karakteristik Unit Hunian

X1.5

0.683

X1.8

0.535

X1.9

0.533

X1.10

0.733

X1.12

0.729

 

 

Karakteristik Lingkungan Hunian

X2.1

0.672

X2.2

0.555

X2.4

0.445

X2.7

0.446

X2.12

0.377

 

Karakteristik Layanan

Fasilitas Publik

X3.1

0.498

X3.3

0.766

X3.5

0.710

Kepuasan Bermukim

Y1.1

0.802

Y1.2

0.901

Y1.3

0.529

Kecenderungan Perilaku

Penyesuaian Tempat Tinggal

Y2.2

0.646

Y2.3

0.619

Y2.4

0.782

 

Tabel 3 menunjukkan perolehan semua nilai faktor loading yang telah valid karena berada di atas 0,30 sehingga didapatkan model pengukuran setiap konstruk sebagai berikut:

 

Konstruk Karakteristik Unit Hunian

Pada konstruk karakteristik unit hunian, terdapat lima indikator yaitu luas ruang dapur (X1.5) dengan faktor loading sebesar 0,683, sirkulasi udara yang masuk ke dalam rumah (X1.8) dengan faktor loading sebesar 0.535, jumlah colokan listrik (X1.9) dengan faktor loading sebesar 0,533, kualitas plafond (X1.10) dengan faktor loading sebesar 0.733 dan kulaitas dinding (X1.12) dengan faktor loading sebesar 0.729. hal ini menunjukkan bahwa kelima indikator dapat menjelaskan keberadaan konstruk karakteristik unit hunian. Indikator X1.10 merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar dalam menjelaskan konstruk karakteristik unit hunian karena memiliki nilai faktor loading terbesar yaitu sebesar 0.733.

 

Konstruk Karakteristik Unit Hunian

Pada konstruk karakteristik lingkungan hunian, terdapat lima indikator yaitu kondisi jalan lingkungan perumahan (X2.1) dengan faktor loading sebesar 0,672, kondisi jaringan air bersih (X2.2) dengan faktor loading sebesar 0.555, ketersediaan tempat parkir kendaraan (X2.4) dengan faktor loading sebesar 0,445, ketersediaan jaringan telepon/internet (X2.7) dengan faktor loading sebesar 0.446 dan kualitas udara (X2.12) dengan faktor loading sebesar 0.377. Hal ini menunjukkan bahwa kelima indikator dapat menjelaskan keberadaan konstruk karakteristik lingkungan hunian. Indikator X2.1 merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar dalam menjelaskan konstruk karakteristik lingkungan hunian karena memiliki nilai faktor loading terbesar yaitu sebesar 0.672.

 

Konstruk Karakteristik Layanan Fasilitas Publik

Pada konstruk karakteristik layanan fasilitas publik, terdapat tiga indikator yaitu kemudahan akses layanan kendaraan umum (X3.1) dengan faktor loading sebesar 0,498, ketersediaan fasilitas pendidikan (X3.3) dengan faktor loading sebesar 0.766, ketersediaan layanan fasilitas kesehatan (X3.5) dengan faktor loading sebesar 0,710. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator dapat menjelaskan keberadaan konstruk karakteristik layanan fasilitas publik. Indikator X3.3 merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar dalam menjelaskan konstruk karakteristik layanan fasilitas publik karena memiliki nilai faktor loading terbesar yaitu sebesar 0.766.

 

Konstruk Kepuasan Bermukim

Pada konstruk kepuasan bermukim, terdapat tiga indikator yaitu kepuasan dengan kondisi unit hunian (Y1.1) dengan faktor loading sebesar 0,802, kepuasan dengan kondisi lingkungan hunian (Y1.2) dengan faktor loading sebesar 0.901, dan kepuasan dengan kondisi layanan fasilitas publik (Y1.3) dengan faktor loading sebesar 0,529. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator dapat menjelaskan keberadaan konstruk kepuasan bermukim. Indikator Y1.2 merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar dalam menjelaskan konstruk kepuasan bermukim karena memiliki nilai faktor loading terbesar yaitu sebesar 0.901.

 

Konstruk Kecenderungan Perilaku Penyesuaian Tempat Tinggal

Pada konstruk kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal, terdapat tiga indikator yaitu kecenderungan untuk melakukan penyesuaian terhadap hunian dengan melakukan modifikasi (Y2.2) dengan faktor loading sebesar 0,646, Kecenderungan untuk tetap tinggal karena sudah merasa betah (Y2.3) dengan faktor loading sebesar 0.619, dan cenderung untuk berbicara positif dengan merekomendasikan kepada keluarga dan teman-temannya untuk tinggal di perumahan tersebut (Y2.4) dengan faktor loading sebesar 0,782. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator dapat menjelaskan keberadaan konstruk kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal. Indikator Y2.4 merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar dalam menjelaskan konstruk kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal karena memiliki nilai faktor loading terbesar yaitu sebesar 0.782.

 

Uji Kelayakan Model

Berdasarkan kriteria uji, chi-square, cmin/df, rmsea, GFI, AGFI, TLI dan CFI di atas dan nilai goodness of fit hasil pengolahan dengan software Amos versi 24, sebagaimana ditampilkan pada gambar 5.9 maka dapat dibuat tabel berikut.

 

Tabel 4

Hasil Pengujian Kelayakan Model Penelitian

Goodness of fit indeks

Cut of value

Model Utama

Nilai Hasil Modifikasi

Keterangan

Chi-Square

Diharapkan kecil

1357,004

160,420

Baik

P-Value

≥ 0,05

0,000

0,075

Baik

CMIN/DF

≤ 2,00

2,192

1,180

Baik

RMSEA

≤ 0,08

0,078

0,030

Baik

GFI

≥ 0,90

0,731

0,924

Baik

AGFI

≥ 0,90

0,694

0,894

Cukup Baik

TLI

≥ 0,95

0,697

0,966

Baik

CFI

≥ 0,95

0,718

0,973

Baik

 

Berdasarkan hasil perhitungan uji chi�square memperoleh nilai sebesar 160,420 sudah lebih baik. Nilai probabilitas sebesar 0,075 sudah baik yang mana nilai tersebut sudah di atas 0,05. Nilai CMIN/DF sebesar 1,180 sehingga sudah lebih baik yakni dibawah 2,00. Nilai GFI sebesar 0,924 sudah lebih baik yakni sudah lebih dari 0,90 dan AGFI dengan nilai sebesar 0,894 yang masih kurang dari 0,90. Nilai TLI sebesar 0,966 sudah baik yang mana sudah di atas 0,95. Nilai CFI sebesar 0,973 sudah baik yang mana nilainya sudah di atas 0,95 serta nilai RMSEA sebesar 0,030 yang mana nilai tersebut sudah lebih baik yakni dibawah 0,08.

 

Kesimpulan

Variabel karakteristik unit hunian dapat dibentuk oleh indikator luas ruang dapur (X1.5), kelancaran sirkulasi udara yang masuk ke dalam rumah (X1.8), ketersediaan jumlah colokan listrik (X1.9), kualitas plafond (X1.10) dan kualitas dinding (X1.12). Kemudian untuk variabel karakteristik lingkungan hunian dibentuk oleh indikator kondisi jalan lingkungan perumahan (X2.1), kondisi jaringan air bersih (X2.2), ketersediaan tempat parkir kendaraan (X2.4), ketersediaan jaringan telepon/internet (X2.7) dan kualitas udara dalam lingkungan perumahan s (X2.12). Pada variabel karakteristik layanan fasilitas publik, indikator pembentuknya terdapat tiga indikator yaitu kemudahan akses layanan kendaraan umum (X3.1), ketersediaan fasilitas pendidikan (X3.3), dan ketersediaan layanan fasilitas kesehatan (X3.5). Pada variabel kepuasan bermukim terdapat tiga indikator pembentuknya yaitu kepuasan dengan kondisi unit hunian (Y1.1), kepuasan dengan kondisi lingkungan hunian (Y1.2) dan kepuasan dengan kondisi layanan fasilitas publik (Y1.3). Pada variabel kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal indikatornya yaitu kecenderungan untuk melakukan penyesuaian terhadap hunian dengan melakukan modifikasi (Y2.2), kecenderungan untuk tetap tinggal karena sudah merasa betah (Y2.3), dan cenderung untuk berbicara positif dengan merekomendasikan kepada keluarga dan teman-temannya untuk tinggal di perumahan tersebut (Y2.4). Pada variabel karakteristik unit hunian indikator yang memberikan kontribusi terbesar adalah. indikator X1.10 (kualitas plafond) yaitu sebesar 0.733. Kemudian pada variabel karakteristik lingkungan hunian, indikator X2.1 (kondisi jalan lingkungan perumahan) merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 0.672. Selanjutnya pada variabel karakteristik layanan fasilitas publik indikator yang memberikan kontribusi terbesar adalah indikator X3.3 (ketersediaan fasilitas pendidikan) yaitu sebesar 0.766. Pada variabel kepuasan bermukim indikator Y1.2 (kepuasan dengan kondisi lingkungan hunian) merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 0.901. Selanjutnya untuk variabel kecenderungan perilaku penyesuaian tempat tinggal indikator Y2.4 (cenderung untuk berbicara positif dengan merekomendasikan kepada keluarga dan teman-temannya untuk tinggal di perumahan tersebut) merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 0.782.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdullah, M. I., et.al., 2020. ShahAlam, cE-Bs, FSPU, Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Malaysia, 24-25 Jun 2020 / E-BPJ, 5(14), Jul 2020 (pp.229-235)

 

Aigbavboa, C. O. & Thwala, W. D. (2011). Housing experience of South African low-income beneficiaries. The Built and Human Environment Review, 4, 1-13.

 

Altman, I., Rapoport, A., and Joachim, F., 1980. Human Behavior and Environment, Advances in Theory and Research, 4. Environment an Culture. New York: Plenum Press.

 

Amerigo, M. A. & Aragones, I. J. (1997). A theoretical and methodological approach to the study of Residential satisfaction. Journal of Environmental Psychology, 17, 47-57.

 

Amole, D., 2009. Residential satisfaction in student housing. Abstracts Journal of Environmental Psychology. Vol. 29 p. 76 � 85

 

Arbuckle, J. L. and Wothke, W. (1999). Amos 4.0 User�s Guide. Small Waters Corporation, United States of America.

 

Aulia, D. N dan Ismail, A.M., 2013. Residential Satisfaction of Middle Income Population In Medan City. Procedia - Social and Behavioral Sciences, �105, p. 674 � 683

 

Balestra, C. and J. Sultan, 2013. �Home Sweet Home: The Determinants of Residential Satisfaction and its Relation with Well-being�, OECD Statistics Working Papers, 2013/05, OECD Publishing.

 

Barroon, I. A. and Abd Rahman, A. (2015). �Reliability and Validity of A Questionnaire to Evaluate Diabetic Patients� Intention to Adopt Health Information Technology: A Pilot Study�, Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 2(72), 253-258.

 

Brown, T. (2006). Confirmatory factor analysis for applied research. USA: The Guildford Press.

 

Byrne, B. M. (2010). Structural Equation Modelling with AMOS. Basic concepts, applications and programming. Mahwah: New Jersey: Earlbum

 

Dempsey, N., C. Brown, and G. Bramley. The key to sustainable urban development in UK cities? The influence of density on social sustainability. Progress in Planning, Vol. 77, No. 3, 2012, pp. 89-141.

 

Fang, Y., 2015. Residential Satisfaction, Moving Intention and Moving Behaviours: A Study of Redeveloped Neighbourhoods in Inner-City Beijing, Housing Studies, Vol. 21, No. 5, 671�694.

 

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E. and Tatham, R. L. (2006). Multivariate Data Analysis. 6th edn. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

 

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J. and Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis. 7th edn. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

 

Jackson, S. L. (2003) Research Methods and Statistics, A Critical Thinking Approach. USA: Thomson Wadsworth.

 

Jiang, W, F., Timmermans, H., Li, H., 2017. A gap-theoretical path model of residential satisfaction and intention to move house applied to renovated historical blocks in two Chinese cities. Cities, 71, p. 19�29

 

Kim, J.H., F. Pagliara, and J. Preston. The Intention to Move and Residential Location Choice Behaviour. Urban Studies, Vol. 42, No. 9, 2005, pp. 1621�1636.

 

Kline, R. B. (2005). Principles and practice of SEM. New York: Guilford Press.

 

Kurniati, F., & Kusuma, H.E., 2014. Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. Bandung, 33-38

 

Mohit, M. A., & Raja, A M M A. 2014. Residential satisfaction a concepts, theories and empirical studies. Planning Malaysia e Journal of Malaysian Institute of Planners, 3, 47-66.

 

Morris, E. W., Crull, S., R., & Winter, M., 1976. Housing Norms, Housing Satisfaction and Propensity to Move. Journal of Marriage and the Family, Vol. 38, No. 2 pp. 309-320

 

Morris, E. W., Jacubjzac, M., 1988. Tenure Structure, Housing Satisfaction and The Propensity to Move; A Replication of The Housing Adjustment Model. Housing and Society, Vol. 15, No. 1 pp. 41-55

 

Muijs, D. (2011) Doing Quantitative Research in Education with SPSS. London: SAGE Publications Ltd.

 

Omar, E.O., Endut, E., & Saruwono, M., 2010. Adapting by Altering: Spatial Modifications of Terraced Houses in The Klang Valley Area. Asian Journal of Environment-Behavior Studies, Vol.2, No. 2, p. 1-10

 

Pallant, J. (2007) SPSS Survival Manual: A step by step guide to data analysis using SPSS for Windows, 3rd ed. New South Wales: Allen and Unwin.

 

Parkes,A., Kearns, A. and Atkinson, R. (2002). What makes people dissatisfied with their neighbourhoods? Journal of Urban Studies. Vol.39. No.(13). pp . 2413- 2438.

 

Rabe, B., & Taylor, M. (2010). Residential mobility, quality of neighbourhood and life course events. Journal of the Royal Statistical Society. Series A, Statistics in Society, 173(3), 531�555.

 

Siembida, E.J.; Moss, K.; Kadan-Lottick, N.; Bellizzi, K.M. The patient-provider relationship in adolescent oncology: An exploratory factor analysis of a thirteen-item self-report measure. J. Adolesc. Health (2018), 63, 509�512.

 

Copyright holder:

M. Arzal Tahir, Ishak Kadir, Nahdatunnisa (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: