Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
METODA TERINTEGRASI RANCANG BANGUN: TELAAH
PERAN DAN PENGARUH KRITERIA DESAIN UNTUK KEBERHASILAN PENERIMAAN HASIL AKHIR
Rialita Dwi Lestari
Magister
Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Modernisasi sektor jasa
konstruksi dalam meningkatkan daya saing, pada pelaksanaannya menuntut kinerja
yang efisien, efektif dengan membangun tim, membangun mitra dan meminimalisir
klaim. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, salah satu hal yang harus dipenuhi
pada proses dan kegiatannya adalah melalui solusi terintegrasi. Di sektor swasta, hal
ini terjawab dengan berkembangnya fenomena penggunaan metode terintegrasi
rancang bangun (Design and Build), yang dapat memenuhi kebutuhan atas
kecepatan, efisiensi, terintegrasinya perancangan dan pelaksanaan, serta
simplifikasi organisasi. Mencermati keunggulan ini, untuk bangunan negara,
pemerintah telah mengakomodasi penggunaan metode ini melalui Peraturan Menteri
PUPR No.25 tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun Melalui Penyedia. Dalam proyek konstruksi yang menggunakan metoda
terintegrasi rancang bangun, lemahnya produk dokumen yang dihasilkan dari
pengguna jasa (kriteria desain), mengakibatkan ketidak cukupan informasi,
terlalu minimnya dokumen desain skematik yang disiapkan, berpotensi menjadi
permasalahan silang paham para pihak dalam kesamaan pandangan standar
performa/output pada produk hasil akhir. Selain itu, menimbulkan kesulitan pada
tahap pengembangan desain, penyusunan HPS, potensi peningkatan harga penawaran
sebagai akibat penyedia jasa harus mengakomodir faktor resiko dan hasil akhir
pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan pengguna jasa. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dikaji
dari beberapa faktor yang memiliki peran berpengaruh atas keberhasilan produk
bangunan yang akan diserah terimakan, antara lain� bagaimana mensiasati derajat pengembangan
(Level of Development/LOD) kriteria desain yang paling optimal,� LOD seperti apa yang dapat dianggap sebagai
faktor penting dan berpengaruh terhadap dalam penyusunan kriteria desain, serta
rekomendasi seperti apa yang dapat diperlukan agar penerimaan hasil akhirnya sesuai
dengan harapan semua pihak. Kajian ini dilakukan untuk mendalami keunggulan-keunggulan penggunaan
metoda terintegrasi rancang bangun dengan pendalaman kajian pada peran dan
pengaruh kesiapan kriteria desain sebagai jembatan dan faktor kesuksesan
penerimaan hasil. �Studi kasus penelitian ini ditujukan pada
bangunan negara dikarenakan masih adanya titik lemah kelancaran artikulasi
skematik desain dari pengguna jasa tehadap pengembangan rancangan oleh penyedia
jasa. Sementara di swasta tidak ada isu tersebut, lebih lentur, dimana sangat
dimungkinkan perancang skematik desain yang sama (dari pengguna jasa)
dialihkan/diteruskan menjadi bagian dari tim pemberi jasa, sehingga artikulasi rancangan
relatif lebih lancar. Pendekatan
penelitian ini fokus melalui analisis yang intensif dan mendalam terhadap
sesuatu yang menjadi fokus perhatian
Kata kunci: metode terintegrasi rancang
bangun, kriteria desain, standar penerimaan hasil pekerjaan, LOD.
Abstract
Modernization of the construction service sector in increasing
competitiveness, in its implementation requires efficient, effective
performance by building teams, building partners and minimizing claims. To meet
these demands, one of the things that must be met in the processes and activities
is through integrated solutions. In the private sector, this has been answered
by the growing phenomenon of using the Design and Build method, which can meet
the needs for speed, efficiency, integrated design and implementation, and
organizational simplification. Observing these advantages, for state buildings,
the government has accommodated the use of this method through the Minister of
Public Works and Public Housing Regulation No. 25 of 2020 concerning Standards
and Guidelines for Procurement of Integrated Construction Works through Design
and Build Providers. In a construction project that uses an integrated design
and build method, the weakness of product documents produced by service users
(design criteria), resulting in insufficient information, too few schematic
design documents are prepared, potentially becoming a problem of
cross-understanding of the parties in the view of performance/output standards.
on the final product. In addition, it creates difficulties at the design
development stage, the preparation of HPS, the potential for an increase in the
bid price as a result of the service provider having to accommodate risk
factors and the final result of the work that is not in accordance with the
expectations of service users. With this research, it is hoped that several
factors that have an influential role in the success of building products that
will be handed over can be studied, including how to anticipate the most
optimal level of development (LOD) design criteria, what kind of LOD can be
considered as an important factor. and influence in the preparation of design
criteria, as well as what kind of recommendations can be needed so that the
acceptance of the final result is in accordance with the expectations of all
parties. This study was conducted to explore the advantages of using the
integrated design and construction method with an in-depth study on the role
and influence of the readiness of design criteria as a bridge and a success
factor in the acceptance of results. This research case study is aimed at state
buildings because there are still weak points in the smooth articulation of
schematic designs from service users to design development by service
providers. While in the private sector there is no such issue, it is more flexible,
where it is very possible that the schematic designer of the same design (from
the service user) is transferred/continued to be part of the service provider
team, so that the design articulation is relatively smooth. This research
approach focuses on intensive and in-depth analysis of something that is the
focus of attention
Keywords: integrated design methods, design criteria, work acceptance standards,LOD
Pendahuluan
Penerapan cara
kerja Manajemen Konstruksi secara modern pada sebuah proyek konstruksi,
hal pertama yang harus dilakukan adalah memiliki gambaran besar dari sebuah siklus/proses
proyek, Bagaimana merencanakan, melaksanakan, mengawal/monitoring kumpulan aktivitas yang berlangsung pada suatu proses secara berkesinambungan (Siswoyo & Sistarani, 2020). Sejalan dengan hal tersebut,
solusi terintegrasi menjadi pilihan terbaik untuk mencapai
kesuksesan atas segala kegiatan yang berjalan, berkaitnya satu proses dengan proses lainnya, serta perlunya menjaga target biaya-mutu-waktu proyek konstruksi agar keseluruhannya dapat berjalan dengan baik.
Seperti yang tertera pada PMBOK (Project
Management Body of Knowledge), panduan dalam Manajemen Proyek, terdapat 5
proses tahapan sebuah proyek (Nisafani & Izzattisselim, 2015), yakni:
� Inisiasi
� Perencanaan
� Esekusi
� Monitoring
dan Pengendalian
� Penutup
Akan sangat ideal jika kelima tahap
proses tersebut menjadi terintegrasi satu dengan lainnya. Dalam kegiatannya,
proses tidak bersifat linear, satu kegiatan selesai berlanjut ke kegiatan
berikutnya, tetapi setiap proses merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi,
satu dengan lainnya terkait atau satu kegiatan berkait ke dua, tiga, empat
kegiatan lainnya. Karenanya akan menjadi sangat menarik mendalami proses sebuah
proyek pembangunan secara terintegrasi seperti yang ada dalam salah satu bagian
PMBOK, yaitu Project Integration (Rayanto, 2020).
Project Integration Management/Manajemen
Proyek Terintegrasi adalah sekumpulan kegiatan dan proses untuk
mengidentifikasi, mengkombinasi, menyatukan dan mengkoordinasikan dalam satu
kesatuan manajemen proyek yang berkesinambungan (Kadim, 2017). Manajemen ini
dapat digunakan untuk proyek2 konvensional maupun proyek rancang bangun, Pada
studi kasus penelitian ini, mewakili Manajemen Proyek Terintegrasi, kajian ini
adalah pendalaman Metode Terintegrasi Rancang Bangun (Design and Build) (Kandiyoh, 2020). Dalam hemat
penulis, kajian ini merupakan pilihan yang tepat dalam proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Metode ini adalah kontrak konstruksi pembangunan suatu
bangunan dimana perancangan dan pelaksanaan konstruksi terintegrasi menjadi
satu kesatuan tanggung jawab dari penyedia jasa.
Ide ini terlahir sebagai pendekatan
konstruksi fast track dan dari sisi pengguna jasa, pengalihan tanggung jawab
dianggap pilihan terbaik pada suatu proses pembangunan, Pada metode konstruksi
terintegrasi rancang bangun, dokumen yg disiapkan adalah dokumen tahap skematik
desain dan dengan masih sederhananya informasi pada tahap skematik desain, maka
hal ini perlu disiasati dengan baik agar konten dokumen yang dihasilkan (dalam
bentuk materi kriteria desain), secara informatif dapat tersampaikan dengan
baik kepada pihak lain. Idealnya kriteria desain yang dihasilkan dari pegguna
jasa, adalah kriteria desain yang detail dan komprehensif sebagai penentu hasil
akhir yang diinginkan oleh pengguna jasa tetapi tidak terlalu membatasi dan
menghalangi metode terintegrasi rancang bangun dalam mengembangkan dan�� mengimplementasikan kreativitas ide desain dan
penghematan biaya (Soleh, 2019).
Tren dan kebutuhan
praktis penggunaan manajemen proyek terintegrasi terus berkembang, hal ini terjadi karena
proyek adalah bersifat unik, sehingga selama siklus proyek berjalan
dan proses manajemen proyek
terintegrasi diterapkan, perubahan dan perkembangan akan terus berlanjut. Konsep pendekatan
iterative, agility, kolaboratif, lingkungan
yang adaptif dan kontrol atas detail dari tiap komponen adalah
kunci penggunaan manajemen terintegrasi (Aprilian & Saputra, 2020).
Manajemen proyek
terintegrasi pada prinsipnya
adalah segala hal dan upaya dalam
proyek untuk (Sunardi, Lesmana, Tumanggor, & Kadim, 2019) :
1.
Memastikan
tercapainya target waktu penyerahan proyek
2.
Memastikan
manajemen proyek untuk mencapai target proyek terhadap biaya-mutu-waktu
3.
Memastikan
pilihan kreatif dan berguna atas keilmuan yang mendukung kebutuhan proyek
4.
Mengendalikan
kinerja dan perubahan yang diperlukan pada rencana kerja
5.
Membuat
keputusan yang terintegrasi terhadap hal-hal yang berdampak pada proyek
6.
Mengukur
ulang dan monitoring progress proyek dan mengambil tindakan yang diperlukan
untuk mencapai target
7.
Mengumpulkan
data untuk pencapaian hasil, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi ini ke
para pihak
8.
Menyelesaikan
semua pekerjaan dan secara formal menutup proyek dari tiap tahap kontrak dan
kesluruhan
9.
Mengendalaikan
tahap transisi juka diperlukan
Manajemen
proyek terintegrasi ini, dapat dilakukan pada proyek konvensional maupun proyek
rancang bangun. Proyek terintegrasi rancang bangun, selaras dan sangat
membutuhkan pola manajemen proyek terintegrasi.
Kontrak Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun
Pada
penelitian ini akan dikaji pilihan antara kontrak konvensional dan kontrak
terintegrasi rancang bangun. Apa keunggulan kontrak rancang bangun, sehingga
menjadi pilihan untuk dilaksanakan pada sebuah proyek konstruksi.
Proyek Konstruksi
Kegiatan
proyek di bidang jasa konstruksi yang berlangsung pada jangka waktu tertentu.
Target penyerahan produk pembangunan oleh penyedia jasa adalah yang sesuai mutu
(yang tercantum pada kriteria desain) dan sesuai harapan dari pengguna jasa.
Kinerja Proyek Konstruksi
Kinerja
diukur melalui standar biaya, mutu dan waktu. Keberhasilan sebuah proyek, jika
dapat memenuhi ketiga kriteria tersebut secara positif untuk mencapai sasaran
dan tujuan proyek
Hal lain yang perlu
menjadi pertimbangan adalah, keselamatan kerja dan keberlangsungan.
Metode Penelitian
Metode penelitian
akan menerapkan cara �Analitycal Hierarchy Process (AHP),
suatu metode untuk memecahkan suatu situasi yang tidak terstruktur dan kompleks terdiri dari beberapa komponen
menjadi susunan yang hirarki dan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi (Parhusip, 2019).
Didalam suatu proyek konstruksi terdapat para pihak yang terlibat, disamping banyaknya faktor penentu keberhasilan sebuah proyek. Karenanya metode AHP ini sangat cocok untuk diterapkan dalam kajian ini.
Untuk mendapatkan ungkapan data yang lebih valid, akan dilakukan pula uji validitas dan realibilitas terhadap instrumen penelitian dengan cara teknik korelasi untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antar variable (Hermawan, 2019), seperti:
1. Aspek
kelengkapan dokumen dan hasil akhir pekerjaan
2. Aspek
kecukupan informasi terhadap hasil estetika desain yang diharapkan
3. Aspek
pelaksanaan kontrak terhadap mutu-waktu
4. Aspek
pengawasan dan audit bangunan
5. dll
Berangkat dari hal tersebut, apa yang menjadi tujuan penelitian dicoba diuji dan dikaji melalui literatur ataupun teori-teori yang ada, dan masukan atas konsep dan teori penemuan yang relevan. Sebagai hasilnya, diharapkan bisa di dapat rumusan masalah yang selanjutnya akan menjadi dasar hipotesa dari penelitian ini. Selanjutnya, secara peralel perlu di dalami, penelitian ini akan menggunakan pendekatan metode penelitian seperti apa, dan dengan dasar ini akan disusun instrument penelitiannya. Setelah semua data primer/sekunder telah di dapat, metode penelitian telah ditentukan, instrument penelitaiam juga sudah ditetapkan, maka data akan diolah dan kembali dilakukan uji teori, uji literatur ataupun diolah secara statistik untuk mendapatkan analisis faktor dan korelasi serta uji validitas dan reabilitas Pada akhir penelitian ini dihasilkan kesimpulan yang diharapkan sebagai improvement atas permasalahan sebelum kajian dimulai serta membawa manfaat bagi pelaksanaan jasa konstruksi
������������������������������������������������
Hasil dan Pembahasan
Sebagai alat ukur yang baik, maka digunakan
kesetaraan dalam produk dokumen yang dapat menjembatani transformasi informasi dan desain untuk para pihak. Hal ini yang disebut dengan Level of
Development, yang selanjutnya disebut
LOD. LOD adalah seperangkat
spesifikasi yang disepakati
para professional sebagai derajat
produk dokumentasi untuk mengartikulasikan dan menentukan konten secara jelas dan efektif (Setyawan &
Munari, 2020).
Ide dasar penggunaan LOD
berasal dari peta model yang dibuat untuk mendapatkan tingkat kedalaman
informasi yang akan digunakan bersama selama proses tender, penilaian variasi,
evaluasi pekerjaan tambah kurang. LOD ini berbasis pada platform program
Building. Hanya memerlukan organisasi yang lebih sederhana, terutama dari sisi
pengguna jasa, dimana kontrak hanya satu pintu.
Reduksi durasi pelaksanaan
karena beberapa pekerjaan dapat dilkukan secara parallel. Contoh, saat
pengembangan rancangan arsitektur bias dilakukan parallel dengan pekerjaan
pondasi (dengan beberapa catatan khusus). Terjadinya sinergi dan koordinasi yang
optimal dari perancangan dan konstruksi, sehingga dapat menghasilkan
pengendalian yang baik dari terhadap target biaya, mutu dan waktu (Marthea, 2017). Adanya fleksibilitas pada manajemen
proyek yang memungkinkan dilakukannya inovasi dan value engineering dari awal
pekerjaan.
Kriteria desain menjadi isu sentral, memiliki
peran dan pengaruh terhadap kesuksesan penerimaan hasil akhir. Hall lain, jika informasi kriteria desain tidak terpenuhi
dengan baik, jembatan informasi terputus, memiliki potensi risiko terhadap tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Ketidak cukupan informasi
kriteria desain ini akan menjadi
kendala tersendiri terhadap penyusunan HPS, nilai penawaran kontraktor yang tinggi karena harus mengakomodir
faktor risiko. Kriteria desain
ini memiliki peran penting, sebagai bagian dari perpindahan tanggung jawab adri pengguna jasa
kepada penyedia jasa, dimana rancangan
awal dari pengguna jasa dapat
diterjamahkan dengan baik oleh penyedia jasa, sehingga hasil akhir dapat
memenuhi harapan pengguna jasa.
����������������������������������������������������������
LOD
layak dipertimbangkan sebagai alat ukur kecukupan informasi para pihak yang
dapat mengurangi risiko kesalah pahaman sekaligus sebagi jembatan sinergi untuk
mendapatkan kemudahan penyusunan HPS, kejelasan kontrak fixed lumpsum. Faktor
penting dan berpengaruh dalam penetapan alat ukur LOD adalah kecukupan dokumen
dan faktor hirarki/prioritas dari kriteria desain�. Keberhasilan metode
terintegrasi rancang bangun yang terapkan pada pola manajemen konstruksi, salah
satunya diharapkan kontraktor dapat memahami harapan pengguna jasa melalui
kejelasan informasi melalui LOD, dan dapat menyerahkan hasil akhir proyek
sesuai harapan pengguna jasa. Serta LOD ini dapat menurunkan risiko kesalah
pahaman terhadap harapan pengguna jasa.
Kesimpulan�������������������������������������������������
Pengguna jasa
hanya perlu memiliki organisasi yang ramping. Simplifikasi
tanggung jawab hanya kepada satu pihak/penyedia jasa. Sangat cocok untuk
pengguna jasa yang tidak memliki tim enjiniring. Kontrol biaya dan desain
terapan yang dapat dilakukan sejak awal proyek. Bersinerginya ahli perancang
dan ahli pelaksana konstruksi meminimalisir risiko desain error, gagal
konstruksi, serta memiliki potensi dilakukannya inovasi dan value engineering,
pemilihan metode dan material yang terintegrasi. LOD menjadi sangat diperlukan
terutama sebgai alat ukur/indikator kelengkapan kriteria desain
Aprilian, Lusia Violita, & Saputra, M.
Harry K. (2020). Belajar cepat metode SAW. Kreatif.
Hermawan, Iwan. (2019). Metodologi
Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Method). Hidayatul
Quran.
Kadim, Abdul. (2017). Penerapan
Manajemen Produksi & Operasi di Industri Manufaktur. http://www.
mitrawacanamedia. com.
Kandiyoh, Geertje Efraty. (2020). Mengukur
Keberhasilan Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha Proyek Jalan Tol: Sebuah
Kerangka Konseptual.
Marthea, Randa. (2017). Perencanaan
Penjadwalan Proyek dengan Metode Fast Track (Studi Kasus: Proyek Tower Caspian
Grand Sungkono Lagoon).
Nisafani, Amna Shifia, & Izzattisselim,
Fazlurrani. (2015). Implementasi Perangkat Lunak Wikibudaya dalam Rangka
Melestarikan Budaya Bangsa dan Kearifan Lokal Nusantara. SISFO Vol 5 No 4,
5.
Parhusip, Jadiaman. (2019). Penerapan
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Pada Desain Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Calon Penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Di Kota
Palangka Raya. Jurnal Teknologi Informasi: Jurnal Keilmuan Dan Aplikasi
Bidang Teknik Informatika, 13(2), 18�29.
Rayanto, Yudi Hari. (2020). Penelitian
Pengembangan Model Addie Dan R2d2: Teori & Praktek. Lembaga Academic
& Research Institute.
Setyawan, Muhammad Yusril Helmi, & Munari,
Aip Suprapto. (2020). Panduan Lengkap Membangun Sistem Monitoring Kinerja
Mahasiswa Internship Berbasis Web Dan Global Positioning System. Kreatif
Industri Nusantara.
Siswoyo, Sriyono D., & Sistarani,
Meutia. (2020). Manajemen Teknik (Untuk Praktisi Dan Mahasiswa Teknik).
Deepublish.
Soleh, Imam Imaha. (2019). Kegiatan
Integrated Marketing Communication Umkm Jabar (Usaha Mikro, Kecil, Menengah
Jawa Barat) Dalam Program Sinergitas Abcgm (Studi Deskriptif Pada Kegiatan
Integrated Marketing Communication Umkm Se-Bandung Raya Yang Masuk Dalam
Program Sinergitas Abcgm). Universitas Sangga Buana Ypkp Bandung.
Sunardi, Nardi, Lesmana, Rosa, Tumanggor,
Muliahadi, & Kadim, A. (2019). Implementasi Ilmu Manajemen dalam Mewujudkan
Pembangunan Masjid Raya Abdul Kadim, Yayasan Ar-Rohim, Kab. Musi Banyuasin,
Propinsi Sumatra Selatan. Jurnal Abdi Masyarakat Humanis, 1(1).
������������������������������������������������
Copyright holder: Rialita Dwi
Lestari (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |