Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7,
No. 7, Juli
2022
IMPLEMENTASI CLEANLINESS,
HEALTH,
SAFETY, ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY (CHSE) DI HOTEL
SANTIKA PREMIERE BINTARO PADA ERA NEW NORMAL
Yuni Trisnawati,
Ramang H Demolingo
Universitas Nasional Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Penelitian memiliki
tujuan untuk mengobservasi secara langsung bagaimana hotel business dalam
menerapkan dan mengimplementasikan panduan Cleanliness, Health, Safety,
Environmental Sustainability (CHSE) di Hotel Santika Premiere Bintaro pada Era
New Normal. Termasuk pengaruhnya pada tingkat hunian dan rasa kepercayaan tamu
untuk kembali menginap di Hotel Santika Premiere Bintaro. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner melibatkan 103
responden untuk melihat pengaruh implementasi CHSE di Hotel Santika
Premiere Bintaro pada Era New Normal (X) terhadap indikator bebas yaitu pada
timgkat hunian (Y1) dan kepercayaan tamu untuk menginap kembali (Y2). Hasil output program SPSS diketahui nilai Sig. lebih
kecil probabilitas 0,05 dapat diartikan ada pengaruh implementasi CHSE pada tingkat hunian
dan kepercayaan tamu untuk menginap kembali di Hotel Santika Premiere Bintaro.
Kata Kunci: hospitality, implementasi CHSE, tingkat hunian, kepercayaan tamu,
new normal
Abstract
The
research aims to observe directly how business hotels implement and implement
Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) guidelines at Santika Premiere Bintaro Hotel in
the New Normal Era. Including its influence on occupancy rates and the sense of
confidence of guests to return to stay at the Santika
Premiere Bintaro Hotel. This study used a
quantitative approach, with the distribution of questionnaires involving 103
respondents to see the effect of CHSE implementation at Santika
Premiere Bintaro Hotel in the New Normal Era (X) on
free indicators, namely on the occupancy rate (Y1) and guest confidence to stay
again (Y2). The output of the SPSS program is known to know the value of Sig.
less probability of 0.05 can be interpreted to mean that there is an influence
of CHSE implementation on the occupancy rate and the confidence of guests to
stay back at the Santika Premiere Bintaro
Hotel.
Keywords: hospitality, CHSE
implementation, occupancy rate, guest trust, new normal
Penyebaran kasus Covid-19 di China mengalami kenaikan setiap hari dan pucaknya antara Januari akhir sampai awal Februari 2020, sebagaian besar dari Hubei dan provinsi sekitar. Lalu merambah sampai ke provinsi lain dan menyeluruh di China. Selain 7.736 laporan terkonfirmasi Covid-19 di China dan 86 laporannya datang dari negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman pada 30 Januari 2020. Di Indonesia sendiri laporan pertama terkait Covid-19 pada 2 Maret 2020, hingga 31 Maret 2020 memperlihatkan laporan terkonfirmasi setidaknya 1.528 kasus dan 136 kasus kemantian. Tingkat kematian Covid-19 di Indonesia sebesar 8.9% dan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (Udhyani et al., 2022).
Saat ini, pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak awal tahun 2020 membawa dampak negatif di berbagai sektor, salah satunya pariwisata yang mengalami penurunan yang cukup signifikan karena terbatasnya jumlah pengunjung, khususnya pariwisata yang dari luar negeri, dan banyak lokasi wisata yang harus ditutup sementara atau bahkan permanen (Valentina et al., 2021).
Di Indonesia sendiri salah satu destinasi yang diminati oleh wisatawan yaitu Bali juga terkena dampaknya. Bali juga dilanda wabah virus, yang mendatangkan malapetaka pada industri pariwisata pulau itu. Virus Covid-19 telah berdampak pada struktur ekonomi Indonesia. Pengaruh pandemi dirasakan di wilayah Bali, dan berdampak
langsung pada kondisi ekonomi, khususnya bagi pekerja di industri pariwisata dan industri terkait. Banyak bisnis tidak beroperasi
karena tidak sesuai dengan target mereka. Pandemi Covid19 telah melanda dunia dengan dampak yang
luar biasa, kepada masyarakat global termasuk
Indonesia, industri perhotelan, perjalanan, dan
pariwisata paling terpukul oleh krisis ini (Dewi et al., 2022). Salah satunya perhotelan, bisnis perhotelan sangat terpukul dan memiliki pengaruh signifikan terhadap pandemi. Banyak hotel
yang harus tutup karena sepinya tamu, serta restoran
dan fasilitas pertemuan
yang sudah tidak digunakan lagi (Udhyani et al., 2022).
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid � 19) keseluruh dunia mengakibatkan
berbagai macam dampak di berbagai sektor (Ningsi & Wibowo, 2022), untuk mengatasi masalah ini,
pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan semua bisnis dan hotel
untuk mengikuti semua protokol kesehatan yang berlaku. Pemerintah juga merekomendasikan
agar setiap hotel memiliki fasilitas pendukung penerapan protokol kesehatan, seperti alat pengukur suhu,
rambu physical distancing, ruang
isolasi, sign capacity, penyediaan
hand sanitizer di area tertentu, dan
lain-lain, agar tetap beroperasi.
Di tengah merebaknya pandemi Covid19, pembatasan sosial berskala besar diterapkan di Indonesia. Pandemi memberi sektor pariwisata waktu paling sulit untuk pulih, menurut
data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia menurun dari Januari hingga
Maret 2019 (Dewi, 2020). Pelaksanaan protokol kesehatan ini juga harus mendapatkan sertifikat pemerintah untuk lebih meyakinkan
tamu bahwa hotel benar-benar aman untuk ditinggali. Sertifikasi yang dimaksud adalah sertifikasi adalah CHSE (Cleanliness, Health,
Safety, and Environment Sustainability). Sertifikat ini
akan menunjukkan bahwa pelaku usaha
telah mengembangkan, menerapkan, dan meningkatkan protokol kesehatan di organisasinya. Selain itu, pengunjung dan masyarakat umum dapat merasa aman
jika mengikuti pedoman protokol kesehatan CHSE, untuk mendapatkan sertifikasi ini para pelaku usaha tidak dikenakan
biaya dan hanya perlu melengkapi persyaratan administrasi (Hutagalung & Sulistio,
2021).
Melihat dari pergerakan trend wisata saat ini tentunya
peraturan dan penerapan
CHSE ini sangat relevan. Pengunjung dan wisatawan sangat memperhatikan dan peduli terhadap factor kebersihan, kesehatan dan keselamatan, apalagi jika melihat
sasaran market saat ini. Melihat perkembangan
saat ini, generasi millennial bisa disimpulkan adalah pengonsumsi produk dan jasa pariwisata yang signifikan, seperti diungkapkan dalam jurnal Demolingo et al., (2021)
millennial adalah
segmen yang disukai di antara pemasar industri dan mereka
adalah generasi yang mengutamakan pariwisata dan
perhotelan pada daftar kegiatan yang harus dilakukan. Sebagai generasi dengan jadwal kerja yang padat, mereka lebih
suka menghabiskan waktu luangnya dengan bersantai atau bersenang-senang seru. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan
memiliki dari situs wisata berbasis pulau
terbesar di dunia. Fitur topografi ini mendorong Indonesia tumbuh sebagai negara kepulauan sebagai destinasi wisatanya (Demolingo, et al., 2021).
Kebersihan hotel merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.
Di masa pandemi ini, semua orang peduli dengan kebersihan. Pengunjung akan
memilih hotel berdasarkan kebersihan lingkungan sekitar dan fasilitasnya.
Menjaga kebersihan akan berdampak positif terhadap penilaian tamu terhadap
hotel. Dengan sertifikasi CHSE, diharapkan industri perhotelan akan lebih baik
dalam menangani higiene dan sanitasi, serta menerapkan protokol kesehatan untuk
mencegah dampak Covid-19 (Sofiani & Octariana,
2021).
Salah satu hotel yang sudah menerapakan peraturan terkait CHSE ini adalah Hotel Santika Premiere
Bintaro. Industri perhotelan merupakan salah satu yang menghadapi keterpurukan usaha yang cukup berat di Kota Tangerang Selatan, dampak
dari bencana alam global yang saat ini disebut sebagai
pandemic global.� WHO melaporkan Covid-19 sebagai
pandemik pada 12 Maret 2020, penyebaran virus ini dari manusia ke manusia dan
menyebar luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori
lainnya (Susilo et al., 2020).
Penelitian memiliki tujuan untuk mengobservasi
secara langsung bagaimana hotel business dalam menerapkan dan mengimplementasikan
panduan CHSE. Berdasarkan permasalahan dan keadaan diatas maka perlu
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengimplementasian
dan penerapan CHSE di Hotel Santika Premiere Bintaro.
Luaran penelitian adalah untuk pengembangan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang efektif dan efisien pada era new normal di Hotel Santika
Premiere Bintaro.
�
CHSE didasarkan pada aplikasi protokol kesehatan Cleanliness (Kebersihan),
Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment
Sustainability (Kelestarian Lingkungan).
Kemenparekraf sebagai lembaga yang membidangi pariwisata dan industri kreatif berharap implementasi protokol kesehatan CHSE yang ditingkatkan untuk memungkinkan meningkatkan dari usaha bersama-sama. Kemenparekraf sendiri yakin ini kuncinya
utama ketika mengembalikan suatu kondisi harus dilakukan
melalui protokol kesehatan yang disiplin seperti yang disampaikan Wedhana (2022), penulis juga merasa bahwa hal
tersebut tentu harus dimulai dari
masyarakat sehingga memerlukan adanya kedisiplinan dari semua pihak. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah gaya hidup new normal atau biasa disebut
dengan new normal. Kini, istilah new normal sudah menjadi hal yang lumrah, dengan pengertian istilah new normal mengacu pada kondisi sosial dan atau kebiasaan masyarakat atau perilaku individu
yang muncul darinya seperti diungkap Habibi dalam Arlinda & Sulistyowati (2021) setelah pandemi Covid-19 berlalu.
Sertifikat CHSE bertujuan untuk dapat meyakinkan
pengunjung dan masyarakat umum bahwa produk
dan layanan yang ditawarkan
telah memenuhi standar kebersihan, kesehatan, dan keselamatan, serta kelestarian lingkungan. CHSE juga digunakan sebagai
prosedur operasi standar untuk hotel yang memiliki telah disertifikasi dalam pengoperasiannya
sehingga setiap tamu atau pelanggan merasa aman dan nyaman saat berkunjung. Sertifikasi CHSE diberikan kepada perusahaan wisata, tujuan wisata, dan produk wisata lainnya,
dan jaminan bagi wisatawan hingga kebersihan, kesehatan, keamanan, dan implementasi kompatibilitas lingkungan. Untuk pengajuan dapat dilakukan secara online dan gratis, sasarannya
adalah semua bisnis yang berada diindustri pariwisata milik perusahaan milik perusahaan, ia dapat membangun
kepercayaan publik untuk mengunjungi berbagai fasilitas pariwisata yang memiliki bersertifikat CHSE.
Dilansiar dari (UNWTO, 2020) ekonomi global hampir mati dalam semalam
sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Bartik mengungapkan dalam Gursoy & Chi, (2020) pandemi
telah menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi industri perhotelan. Berbagai aturan dan himbauan seperti, lockdowns,
jaga jarak sosial, perintah tinggal di rumah, pembatasan perjalanan dan mobilitas, dan
strategi lain untuk meratakan
kurva COVID-19 telah mengakibatkan penutupan sementara banyak bisnis perhotelan dan penurunan permintaan yang signifikan untuk bisnis yang diizinkan untuk beroperasi. Sementara industri perhotelan perlahan pulih, krisis COVID-19 terus berdampak signifikan pada cara hotel beroperasi. Hall et al., (2020) menyampaikan
bisnis perhotelan diharapkan membuat perubahan signifikan pada operasi mereka di lingkungan bisnis COVID-19 untuk memastikan kesehatan dan keselamatan karyawan dan pelanggan mereka, serta meningkatkan
kesediaan pelanggan untuk loyal pada bisnis mereka. Berbagai peneliti pada Ismail & Rohman
(2019) mendefinisikan loyalitas telah dibahas dalam berbagai
konteks termasuk hotel. Ini adalah konsep
yang mendasari beberapa keputusan penting bagi sebuah perusahaan,
termasuk industri pariwisata, untuk menjaga hubungan antara perusahaan dan pelanggannya. Sarmigi dalam Pradini et al., (2022) mengungkapkan dampaknya tidak hanya dirasakan
di Indonesia, tetapi di seluruh
dunia. Banyak industri pariwisata
dan sektor lain menderita akibat wabah ini.
Untuk memitigasi dampak pandemi, pemerintah bekerja keras untuk menutup
semua aktivitas di luar ruangan, dan mereka yang ingin bepergian harus mengikuti aturan 3M, yang meliputi penggunaan masker, cuci tangan pakai
sabun, dan jaga jarak.
Pelaku bisnis perhotelan, termasuk di antara target yang harus mendapatkan sertifikat CHSE. Akreditasi ini meyakinkan pengunjung dan masyarakat umum bahwa produk dan layanan yang ditawarkan untuk mematuhi protokol kesehatan, kebersihan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan, meningkatkan kepercayaan tamu dalam keputusan mereka untuk menginap. Atraksi wisata, desa wisata, homestay/pondok wisata, rumah makan/restoran, MICE (meetings, incentive trip, conference, and exhibition), arung jeram, golf, dan tourism dive adalah beberapa pelaku usaha lain yang menjadi sasaran sertifikasi dari program CHSE (Wicaksono, 2021). Program pemberian sertifikat CHSE tanpa dipungut biaya, hanya perlu mengikuti prosedur pendaftaran CHSE sesuai ketentuan. Beberapa panduan yang sudah disusun dan bisa digunakan oleh para pelaku usaha untuk memandu pendaftaran CHSE meliputi Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan untuk di area atau industri yang telah disebutkan diatas. CHSE ini akan dilaksanakan untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap destinasi dan usaha industri pariwisata di Indonesia pasca-Covid-19 (Merdiani et al., 2021).
Tingkat hunian hotel sangat rendah selama wabah Covid-19, dengan hampir hanya 5% kamar terisi. Sebelum wabah, tingkat hunian bisa melebihi 70-90%. Bahkan banyak hotel tutup karena okupansi rendah, ini dikarenakan pendapatan tidak dapat mengimbangi biaya operasional seperti gaji pegawai, bahkan banyak staf yang harus mengurusi listrik, air, BPJS, dan kegiatan lainnya atau menganggur (Wicaksono, 2021).
Industri perhotelan merupakan salah satu bagian dari industri pariwisata yang paling terpukul akibat wabah Covid-19. Yang mana rata-rata okupansi hotel di Indonesia hanya 20%, artinya ada 80% kamar kosong. Karena tingkat hunian yang rendah, hotel didorong untuk memangkas biaya atau mungkin menghentikan operasinya.
Berdasarkan Sofiani & Octariana, (2021) menjelaskan jika kebersihan hotel menjadi faktor penting yang harus diperhatikan, karena kebersihan menjadi perhatian utama semua sektor di masa pandemi ini. Pengunjung akan memilih hotel berdasarkan kebersihan lingkungan sekitar dan fasilitasnya, menjaga kebersihan akan berdampak positif terhadap penilaian tamu hotel.
Hal ini tidak dapat dielakan karena masyarakat akan mementingkan factor kebersihan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan lingkungan saat era new normal ketika memilih suatu hotel atau bahkan destinasi untuk dikunjungi. Dari berbagai indikator tersebut maka digunakan pada penelitian ini.
Berdasarkan berbagai pendapat ini, penelitian ini mengusulkan hipotesis berikut:
�H1: Bagaimana pengaruh implementasi CHSE pada tingkat hunian hotel Santika Premiere Bintaro pada Era New Normal?
Pandemi Covid-19
memang memberikan dampak yang signifikan khususnya pada sector perhotelan.
Gursoy, D., Chi, C. G., & Chi, O. H., menjelaskan pada Aprilia et al.,
(2021) jika mayoritas
pelanggan (lebih dari setengahnya) tidak bersedia melakukan perjalanan ke suatu tempat
dan menginap di hotel dalam
waktu dekat. Hanya sekitar sepertiga
pelanggan yang bersedia melakukan perjalanan dan menginap di hotel, dan sekitar seperempatnya pernah makan di restoran pada bulan-bulan setelah Era New Normal.
Hal ini menunjukkan bahwa minat pengunjung
untuk berkunjung semakin berkurang.
Pentinganya
penerapan CHSE di new normal pada industri
perhotelan dewasa ini tentunya sangat berkaitan dengan hal-hal yang peneliti ungkap diatas karena
ini juga dapat menentukan suatu hotel dapat terus beroperasional
pra-covid19. Fair dalam Aprilia et al., (2021) adanya program pemerintah yang diadaptasi oleh pengelola hotel dinilai dapat meningkatkan
kepercayaan tamu terhadap hotel. Kepercayaan para tamu hotel dapat diperoleh dengan memenuhi kebutuhan mereka akan pelayanan
prima yang bersih, sehat, aman, dan ramah lingkungan melalui CHSE, sehingga sektor hotel dapat kembali beroperasi
secara normal. Pada dasarnya
pelaksanaan dan implementasi
CHSE bukan hanya pada bidang perhotelan menjadi factor pertimbangan bagi para calon tamu saat ini,
sehingga pelaksanaannya pun
harus dipastikan secara efektif, disiplin dan tepat.
Aprilia et al., (2021) juga menjelaskan rasa percaya tamu untuk menginap kembali di hotel karena pihak hotel menginformasikan kepada tamu tentang sertifikat CHSE dan juga adanya spanduk hotel sudah bersertifikat CHSE. �Berdasarkan diskusi� ini, hipotesis diusulkan pada penelitian ini adalah:
H2: Bagaimana pengaruh implementasi CHSE pada kepercayaan tamu untuk menginap kembali di hotel Santika Premiere Bintaro pada Era New Normal?
A.
Survey development
Pada
penelitian ini, media pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner adalah
strategi pengumpulan data yang efektif jika peneliti yakin dengan variabel yang
akan dinilai dan mengetahui apa yang akan dikatakan responden. Sugiyono,
2013:142) sendiri
menyatakan, bila jumlah responden cukup banyak dan
tersebar di wilayah yang luas, kuesioner adalah metode yang tepat. Kuesioner
dapat bersifat tertutup atau terbuka, dan dapat diberikan kepada responden
secara langsung, melalui surat, atau melalui internet. Daftar pertanyaan
disusun dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan implementasi CHSE di
Hotel Santika Premiere Bintaro dan skala yang digunakan ialah skala likert
1-5 (point 5 sangat setuju hingga point 1 sangat tidak setuju). Untuk variabel independent pada penelitian ini adalah implementasi
CHSE (X) dan variabel dependent adalah
tingkat hunian (Y1) and kepercayaan tamu untuk menginap
kembali (Y2) di Hotel Santika Premiere Bintaro. ���Variabel-variabel ini� kemudian digunakan dalam merancang kuesioner
dengan beberapa indikator, seperti dalam tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1
Research Variable
Variable |
Indicators |
Scale |
Question number. |
Implementasi CHSE (X) |
Cleanliness |
Likert |
1 - 3 |
|
Health |
|
4 � 7 |
|
Safety |
|
8 - 11 |
|
Environmental Sustainability |
|
12 - 14 |
Tingkat hunian (Y1) |
Tingkat penjualan |
Likert |
15 |
|
Promosi dan Pemasaran |
|
������� 16&17 |
|
Ketepatan strategi |
|
18&19 |
Kepercayaan tamu untuk menginap kembali (Y2) |
Pengambilan Keputusan |
Likert |
20&25 |
|
Pertimbangan |
|
26&30 |
Populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah pengunjung yang pernah menginap, juga yang mengetahui terkait implementasi CHSE dan tamu yang mempertimbangkan akan menginap di Hotel Santika Premiere Bintaro. Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel dilakukan dengan melihat ilmu dan perhitungan statistik, yang mana menggunakan Rumus Slovin. Roscoe menyampaikan dalam Sugiyono, (2013:91), dalam penelitan sampel yang dianggap layak jumlahnya antara 30 sampai dengan 500. Maka dari itu dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan dari jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 139, dengan taraf kesalahan 5%. Dapat ditentukan dengan rumus Slovin berikut:
n =��������������������� N 1+Ne2
Keterangan:
n=
Ukuran sampel/jumlah responden
N =
Ukuran populasi
e =
Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih
bisa
ditolerir;
e = 0,0
Teknik pengumpulan data��� dilakukan dengan menggunakan� metode survei dengan kuesioner (self-report). Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan responden terhadap konstruk indikator yang dikembangkan dalam penelitian.
� Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda menggunakan program SPSS dengan tahapan sebagai berikut:
�
Uji Validity and reliability.
�
Uji asumsi
klasik yang mana terdiri dari Uji Kolmogorov Simirnov, Uji Normalitas, Uji Multicollinearit, dan Uji Heteroscedasticity.
Sedangkan teknik analisis data terdiri dari Analisa Korelasi, Analisis Regressi, Uji koefisien determinasi, dan uji Hypothesis, termasuk Simultaneous Effect Test (F-Test) and T-Test.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
This study involved 103 people who respondent about implementation CHSE at Hotel Santika Bintaro. The Profile of respondents can be seen in the table 2. below.
Tabel 2
The profile of respondents
Indicators |
Option |
Percentage (%) |
|
Gender |
Man |
43.1 |
|
|
Woman |
56.9 |
|
Age |
15 � 19 |
6.5 |
|
|
20 � 30 |
82.6 |
|
|
>30 |
10.8 |
|
Job |
Wiraswasta |
9.4 |
|
|
Swasta |
38.4 |
|
|
�� Pelajar/mahasiswa |
41.3 |
|
|
Pns/tni/polri |
8 |
|
|
Lainnya |
2.9 |
Source: Primary data
Dari data tabel deskripsi responden yang ada pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa responden penelitian berjenis kelamin laki-laki sejumlah 59 (43,1%), usia yang paling banyak rentang 21 sampai dengan 25 tahun sejumlah 60 (43,5%), dan dari jenis pekerjaan paling banyak adalah pelajar atau mahasiswa sejumlah 57 atau 41,3%.
Didalam penelitian
uji reabilitas dilaksanakan
untuk mengetahui tingkat ketepatan sebuah instrumen penelitian. Sejalan dengan hal tersebut
Sukmadinata, (2017:229) menyatakan
�reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan
hasil pengukuran�. Untuk mengetahui tingkat ketepatan sebuah instrumen dapat menggunakan rumus Cronbach�s Alpha dengan
dibantu menggunakan program
IBM SPSS (Statistics Package for the Social Science) Versi
23.
Menurut Sugiyono,
(2013) jawaban penentuan angket dari suatu variabel indikator diukur dengan menggunakan uji reliabilitas. Jika jawaban responden selalu konsisten atau stabil
sepanjang waktu, kuesioner dianggap dapat diandalkan. Pengujian
uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai dari koefisien Cronbach Alpha
(α) yang diperoleh dari
uji statistik dengan menggunakan aplikasi SPSS 23
IBM SPSS (Statistics Package for the Social Science) Versi
23. Menurut Sugiyono,
(2013) dasar pengambilan nilai relialibilitas sebagai berikut:
a)
Jika nilai Cronbach
Alpha > 0.60 maka variabel
dinyatakan reliabel
b)
Jika nilai Cronbach
Alpha < 0.60 maka variabel
dinyatakan tidak
The results
of the reliability test can be seen in table
3. below.
Tabel 3
The reliability test result for each variable
Variabel |
Cronbach's
|
Cronbach's
alpha limits |
Description |
Implementasi
CHSE di Hotel Santika Premiere Bintaro (X) |
0.953 |
> 0.60 |
Reliabel |
Tingkat
Hunian (Y1) |
0.921 |
> 0.60 |
Reliabel |
Kepercayaan
Tamu Untuk Menginap Kembali (Y2) |
0.929 |
> 0.60 |
Reliabel |
Berdasarkan data output diketahui tabel diatas, dengan jelas
dapat dilihat bahwa hasil koefisien cronbach�s alpha adalah sebanyak > 0.06.
Dapatkah dikatakan bahwa alat ukur
untuk variabel Implementasi
CHSE di Hotel Santika Premiere Bintaro (X) mempengaruhi kedua variabel dependen
yakni Tingkat Hunian (Y1) dan Kepercayaan Tamu Untuk Menginap Kembali (Y2) yang
mana item-item kuesioner sejumlah sepulih pernyataan adalah reliabel atau bisa
dipercaya.
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes normalitas dan heteroscedasticity. Yang mana tujuan dari dilakukannya uji normalitas untuk mengetahui nilai residual berdistribusi normal atau tidaknya. Dari hasil uji normalitas, variabel tingkat hunian dan kepercayaan tamu untuk menginap kembali yang mana untuk nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.28 maka dari itu variabel pada penelitian ini dinyatakan berdistribusi normal karena nilai Sig. �> 0.05. Tidak ada ketidaksetaraan ��varians �dari residu �satu �pengamatan ke pengamatan� lainnya dalam tes heteroscedasticity� sehingga data ini dapat� dilanjutkan dalam analisis regresi.
Hasil analisis korelasi dapat dilihat pada tabel 4.� Korelasi implementasi CHSE dengan tingkat hunian termasuk dalam kriteria moderat dari data ini. Korelasi variabel implementasi CHSE dengan kepercayaan tamu untuk memginap kembali berada dalam kriteria moderat dari data ini.
Tabel 4
Correlation Analysis Test Results
Correlation Variable |
R |
Relationship |
implementasi CHSE dan tingkat
hunian |
0.851 |
Moderate |
implementasi CHSE dan kepercayaan tamu
untuk menginap kembali |
0.857 |
Moderate |
Untuk mengukur pengaruh antara Implementasi CHSE pada Tingkat Hunian dan Kepercayaan Tamu Untuk Menginap Kembali di Hotel Santika Bintaro Pada Era New Normal, pengujian dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier untuk mengukur hubungan matematis deterministik paling dasar antara dua variabel x dan y. Dalam pengujian regresi linier ini harus sudah dipastikan data lolos uji normalitas dan uji linieritas. Hasil uji regresi dapat dilihat pada Table 5.
Tabel 5
Regression Test Results
Regression
Model |
Unstandardized Coefficients |
|
|
B |
Std. Error |
X-Y1 |
1.771 |
1.148 |
|
0.335 |
0.021 |
X-Y2 |
9.254 |
1.884 |
|
0.563 |
0.034 |
Dari tabel 5 di atas, pemgaruh implementasi CHSE pada tingkat hunian memiliki persamaan Y = 1.771 + 0.335 (X). Sedangkan pengaruh implementasi CHSE pada kepercayaan tamu untuk menginap kembali memiliki persamaan Y = 9.254 + 0.563 (X). Secara umum, dari dua hasil regresi, variabel kepercayaan tamu untuk menginap kembali meningkat seiring dengan peningkatan variabel implementasi CHSE dan tingkat hunian.
Hasil t-test menunjukkan bahwa� hipotesis diterima karena� nilai signifikansi variabel X-Y1 adalah 0,000<0,05, yang berarti bahwa implementasi CHSE mempengaruhi tingkat hunian. Demikian juga, nilai signifikansi variabel X-Y2 adalah 0,000<0,05, yang berarti bahwa implementasi CHSE mempengaruhi kepercayaan tamu untuk menginap kembali. Hasil t-test� dari efek citra merek pada keputusan pembelian juga memberikan Y1-Y2 yang signifikan sebesar 0,000<0,05.� Juga,�� hasil tes F pada Tabel 5 menyatakan bahwa implementasi CHSE dan tingkat hunian secara bersamaan mempengaruhi kepercayaan tamu untuk menginap kembali.
Tabel 6
The Results Of F-Test
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
9010.565 |
2 |
4505.283 |
175.649 |
.000b |
Residual |
2564.930 |
100 |
25.649 |
|
|
|
Total |
11575.495 |
102 |
|
|
|
Koefisien hasil tes penentuan menunjukkan bahwa implementasi CHSE terhadap tingkat hunian adalah 72,4%. Kontribusi implementasi CHSE untuk kepercayaan tamu untuk menginap kembali adalah 73,4%. Sementara itu,� kontribusi variabel tingkat hunian terhadap kepercayaan tamu untuk menginap kembali adalah 76,2%. Sementara kontribusi implementasi CHSE dan tingkat hunian secara bersamaan berkontribusi sebesar 80,9% terhadap kepercayaan tamu untuk menginap kembali. Sebagai perbandingan, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
1.
Characteristics of respondents
Berdasarkan dari hasil data
survei. Dalam hal ini, profil responden
sendiri, mayoritas adalah anak muda
yang didominasi oleh generasi
Z, dan kemudian generasi Y atau milenial. Menurut Jurkiewicz dalam Putra, (2016) menyatakan bahwa Generasi
X atau millennial adalah
generasi yang lahir pada tahun-tahun awal kemajuan teknologi dan informasi
seperti penggunaan PC (personal computer), video game, televisi kabel, dan
internet. Pola komunikasinya sangat terbuka dibandingkan generasi sebelumnya,
para pengguna media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi, dan mereka lebih terbuka terhadap pandangannya.
Generasi ini dikenal dengan karakteristik masing-masing individu, tergantung di
mana ia dibesarkan, strata ekonomi dan sosial keluarga, pola komunikasi sangat
terbuka dibandingkan generasi sebelumnya, pola komunikasi sangat terbuka
dibandingkan generasi sebelumnya. , para pengguna media sosial yang fanatik dan
kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, para pemimpin
politik dan ekonomi lebih memperhatikan kekayaan sehingga mereka tampak sangat
responsif terhadap perubahan lingkungan. Komposisi populasi setiap generasi
berubah seiring berjalannya waktu; kelompok baby boomer mulai berkurang, dan
jumlah kelompok generasi X dan Y paling banyak dilihat dari segi usia produktif
dan komposisi angkatan kerja. Selain itu, generasi baru yang dikenal dengan
generasi Z mulai memasuki sektor tenaga kerja.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa generasi milenial yang lebih muda lebih
suka meneliti dan membandingkan opini pada umumnya melalui internet dalam mencoba atau
melakukan pembelian dan pengambilan keputusan. Mayoritas responden sudah mengetahui dan memahami mengenai protocol kesehatan terutama implementasi CHSE, dan berbagai
factor yang ada dalam CHSE menjadi factor dalam mengambil keputusan untuk menginap disuatu hotel. Karakter responden menggambarkan bahwa kecenderungan mereka untuk mencari
informasi termasuk sebelum mengunjungi Hotel Santika Premiere Bintaro, dengan penawaran fasilitas yang tetap memperhatikan kebijakan dan ketentuan pemerintah dalam hal ini
implementasi CHSE.
2.
Pengaruh Implementasi
CHSE Pada Tingkat Hunian
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi CHSE mempengaruhi tingkat hunian. Indikator yang menunjukkan nilai tertinggi adalah kepedulian, ketertiban Hotel Santika Premiere Bintaro dalam pengimplementasian CHSE dimana tamu sangat memperhatikan terkait kebersihan, kesehatan dan juga keselamatan mereka pada saat menginap di suatu hotel. Hasil ini� didukung dengan temuan Aprilia et al., (2021) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa fluktuasi substansial dalam statistik tingkat hunian kamar dari tiga hotel yang diselidiki mendukung teori ini. Kondisi berubah secara dramatis selama awal epidemi, tetapi pada saat kita memasuki era AKB, segalanya telah stabil, meskipun tidak sebaik sebelum wabah. Dalam hasil t-test, tingkat hunian pada kepercayaan tamu untuk menginap kembali juga menunjukkan pengaruh positif karena memberikan rasa aman dan yakin tamu terhadap suatu hotel atau fasilitas akomodasi. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, (2021) juga menyatakan bahwa program CHSE dinilai sangat efisien dalam membantu hotel dalam meningkatkan tingkat hunian kamar. Karena konsen atau kepedulian tamu terhadap factor kebersihan, kesehatan, keselamatan dan juga keberlanjutan meningkat seiring kebijakan penetapan protocol kesehatan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Di tengah
merebaknya wabah Covid-19, keputusan pemerintah menjadikan akreditasi CHSE
sebagai norma hotel berdampak baik. Para tamu merasa lebih nyaman tinggal di
hotel yang telah bersertifikat CHSE karena mereka tahu mereka akan aman.
Peningkatan hunian hotel di Triwulan ke-1 kira-kira 11 persen, kemudian 15
persen di Triwulan ke-2, dan 30 persen di Triwulan ke-3. Hal ini terlihat
paling jelas di Triwulan ke-3, yang juga disebabkan oleh melonggarnya peraturan PPKM di Jawa-Bali.
3.
Pengaruh CHSE Pada Kepercayaan Tamu Untuk Menginap Kembali
Implementasi prokes CHSE ini
didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020. Selain
itu, ada juga Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020.
Pada Kepmen tersebut dapat dilihat bahwa
pengelola hotel berhak meberlakukan protokol kesehatan CHSE dan bahkan menjadi suatu kewajiban
(Aprilia et al., 2021). Implementasi
CHSE ini juga dirasa sebagai salah satu solusi yang diharapkan akan mendongkrak kembalinya sector pariwisata diera new normal. Dengan menegakkan dan melaksanakan
kebijakan kesehatan CHSE, pihak hotel telah melakukan upaya
terobosan untuk menjaga dan membangun kepercayaan tamu di hotel.
Membangun
kepercayaan tamu setelah adanya pandemic covid-19 bukanlah hal yang mudah
karena sebagai tamu sendiri Ketika mendatangi atau mengunjungi sebuah fasilitas
akomodasi yang mana cukup rawan pada penyebaran virus covid-19 akan sangat
terkonsentrasi dengan berbagai indicator kebersihan dan kesehatan. Seperti yang diungkapkan (Aprilia
et al., 2021) kekhawatiran
tamu bermalam dapat dikurangi jika tamu yakin dengan sertifikasi hotel dan
penerapan CHSE. Jika dibandingkan dengan temuan, tingkat kepercayaan tamu untuk
menginap di hotel meningkat signifikan sejak penerapan protokol Kesehatan CHSE,
yang sejalan dengan tujuan utama melibatkan CHSE dalam pemulihan pariwisata
pascapandemi covid-19, hal ini mendukung dengan uji tes t bahwa kepercayaan
tamu untuk menginap kembali meningkat dengan adanya informasi dari pihak hotel
terkait sertifikasi CHSE yang terpenuhi.
Di era new
normal, pengunjung pada fasilitas akomodasi atau bahkan disuatu destinasi
wisata lebih cenderung mengedepankan factor kebersihan, keselamatan dan
kepercayaan, salah satunya mengkaji seberapa baik pihak pengelola memperhatikan
dan melaksanakan program adaptasi CHSE. Selain itu, teknik pemasaran harus
diterapkan untuk menarik pengunjung dan memberikan kepuasan kepada mereka.
Cara ini
juga tidak berarti mengesampingkan
berbagai aturan yang ada, melihat, saat ini memang aturan PPKM khususnya
Jawa-Bali sudah mulai dilongarkan, ini juga dapat menjadi salah satu hal yang
membuat para tamu untuk menginap kembali dan menjalankan aktivitas perjalanan
kembali. Kondisi Tingkat kepercayaan tamu untuk
menginap meningkat secara signifikan sebagai dampak dari penerapan protokol
CHSE Health di hotel, terbukti dengan temuan penelitian yang menunjukkan adanya
sertifikat CHSE yang dipajang di hotel dan promosi lainnya. Media menjadi
jaminan penularan Covid-19 dapat dicegah. Pada akhirnya, strategi untuk meningkatkan laju perekonomian dari pariwisata
melalui terobosan implementasi CHSE ini juga harus tetap diawasi oleh pihak
pemerintah agar pada penerapannya dapat berjalan dengan maksimal dan menjadi
salah satu hal yang dapat diterapkan secara berkelanjutan.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah diperoleh, diketahui bahwa implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) di Hotel Santika Premiere Bintaro pada era New Normal berpengaruh pada tingkat hunian dan juga kepercayaan tamu untuk menginap kembali di Hotel Santika Premiere Bintaro. Dari keseluruhan item kuesioner pernyataan dapat dilihat Implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) di Hotel Santika Premiere Bintaro pada Era New Normal berpengaruh pada tingkat hunian, hal ini bisa terjadi karena sudah mulainya ada kelonggaran terkait peraturan pemerintah, pengawasan peraturan kesehatan yang diterapakan, berbagai kegiatan yang melibatkan kerumunan diperbolehkan dan terlalu lamanya calon tamu ataupun traveller yang hanya berada di rumah saja dan mulai merasa bosan, dapat terlihat dari hasil output kuesioer sebesar 33%.
Dari hasil analisa regresi linier sederhana diketahui bahwa kepercayaan tamu untuk menginap kembali di Hotel Santika Premiere Bintaro berpengaruhpositif dari Implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) di Hotel Santika Premiere Bintaro pada Era New Normal yang mana kepercayaan tamu untuk menginap kembali dan ini terlihat dari hasil output kuesioner sebesar 67%, namun tentunya dapat dipengaruhi juga oleh variabel lain diluar dari implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE). Lalu melihat hasil output dari program SPSS sendiri variabel implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) pada tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Bintaro pada Era New Normal nilai Sig. sebesar 0,000 < dari probabilitas 0,05 maka disimpulkan jika ada pengaruh implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) pada tingkat hunian dan kepercayaan tamu untuk menginap kembali di Hotel Santika Premiere Bintaro pada Era New Normal.
Saran peneliti untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat mengkaji implementasi Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) ini dengan melihat dari sudut padang variabel yang berbeda dan di harapkan dapat memberikan influence pada pengelola untuk bisa terus berinovasi dalam menjalankan bisnis khususnya industry perhotelan dalam situasi dan kondisi pra-covid, lalu saran yang peneliti dapat berikan untuk pengelola Hotel Santika Premiere Bintaro adalah perlu adanya upaya untuk mewujudkan protokol kesehatan CHSE yang meningkatkan kepercayaan terhadap kesediaan tamu untuk menginap. Promosi dan branding CHSE diperlukan agar informasi dapat tersampaikan secara komprehensif dan ketakutan masyarakat dapat berkurang. Selain itu, perlu ditingkatkan koordinasi dan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan CHSE.
BIBLIOGRAFI
Ahmad, A. J. (2021). Analysis of the
Application of the CHSE Program in 3 and 4 star hotels
in Berastagi Tourism City. Tourism Economics,
Hospitality and Business Management Journal, 1(1).
Aprilia, L. R., Marini, S., & Yahya, A.
I. (2021). Implementasi Protokol
Kesehatan CHSE dalam Meningkatkan
Kepercayaan Tamu di Hotel. Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas Dan Perjalanan, 5(2), 1�7. https://doi.org/10.34013/jk.v5i2.454
Arlinda, F., & Sulistyowati,
R. (2021). Pengaruh Penerapan
Program Adaptasi Chse
(Cleanliness, Health, Safety, Environment) Terhadap Kepuasan Pengunjung Destinasi Wisata Kabupaten Kediri Di Era New Normal Serta Dampaknya Pada Pengembangan
Ekonomi Pariwisata & Industri
Kreatif. Jurnal
Pendidikan Tata Niaga (JPTN), 9. www.bps.go.id
Demolingo, R. H., Dewi,
L., Karyatun, S., Wiweka,
K., Adnyana, P. P., & Prasetya,
A. (2021). Millennials� Travel Behavior in Small Island Destination: The
Overview of Gili Trawangan, Indonesia. Asian
Journal of Advanced Research and Reports, 28�37. https://doi.org/10.9734/ajarr/2021/v15i1230442
Dewi, L. (2020). Resilience Ecotourism in Papua
Amid Covid 19 Pandemic. Journal of Tourism, 7(2), 250�264. http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot250
Dewi, L., Demolingo,
R. H., Ba�amar, T., Pariwisata,
P., Ekonomi, F., & Bisnis, D. (2022). Poverty
Reduction Pada Masyarakat Pesisir Melalui
Pengembangan Wisata Bahari Di Gorontalo. 7(3).
Gursoy, D., & Chi, C. G. (2020). Effects of
COVID-19 pandemic on hospitality industry: review of the current situations and
a research agenda. In Journal of Hospitality Marketing and Management
(Vol. 29, Issue 5, pp. 527�529). Routledge. https://doi.org/10.1080/19368623.2020.1788231
Hall, C. M., Scott, D., & G�ssling, S. (2020). Pandemics, transformations and
tourism: be careful what you wish for. Tourism Geographies, 22(3),
577�598. https://doi.org/10.1080/14616688.2020.1759131
Hutagalung, S. S., & Sulistio,
E. B. (2021). Peningkatan Kapasitas CHSE (Clean, Healthy, Safe and Environmental
Sustainability) Pada Destinasi Wisata
Temiangan Hills Kabupaten
Lampung Barat (Vol. 2021, Issue 2).
Ismail, T., & Rohman,
F. (2019). The Role Of Attraction, Accessibility,
Amenities, And Ancillary On Visitor Satisfaction And Visitor Attitudinal Loyalty
Of Gili Ketapang Beach. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan, 12(2).
Merdiani, W., Narimawati,
U., & Jusuf, D. I. (2021). The Role of Competitive Advantage and Customer
Relationship Management in Increasing Interest in Staying Back at Non-Star
Hotels in Covid 19 Era. Budapest International Research and Critics
Institute-Journal (BIRCI-Journal), 4(3). https://doi.org/10.33258/birci.v4i3.2295
Ningsi, W., & Wibowo, T. A. (2022). Penerapan Cleanliness, Health, Safety And
Environmental Sustainability Pada Penyelenggaraan Kegiatan Wisata Di Keraton Kanoman Cirebon. Jurnal Ikraith-Humaniora,
6(2).
Pradini, G., Syarifuddin
Latif, B., & Suci Amalia, I. (2022). Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Pariwisata Diperkampunngan Budaya Betawi Setu Babakan Selama
Pandemi Covid-19. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(3).
Putra, Y. S. (2016). Theoritical
Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 9(18).
Sofiani, & Octariana,
V. (2021). Efektivitas Penerapan
CHSE (Clean, Health, Safety & Environment) Pada Hotel Katagori
Bintang 3 (Tiga) di Kota Depok. Edutourism
Journal of Tourism Research, 03(01).
Sugiyono. (2013). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (19th Ed.). Alfabeta,
CV.
Sukmadinata, N. S. (2017). Metode
Penelitian Pendidikan (12th ed.). Remaja Rosdakarya.
Susilo, A., Martin Rumende,
C., Pitoyo, C. W., Djoko Santoso, W., Yulianti, M., Sinto, R., Singh,
G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie Chen, L., Widhani, A., Wijaya,
E., Wicaksana, B., Maksum,
M., Annisa, F., Jasirwan,
C. O., & Yunihastuti, E. (2020). TINJAUAN
PUSTAKA. In Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia | (Vol. 7, Issue 1). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/nuccore/
Udhyani, M. R. A., Nyoman Sri Astuti,
N., Gusti Agung Mas Krisna Komala Sari, I., Sudiarta, M.,
& Wing Ed Hotel, T. (2022). The Implementation of Front Office SOP Based on
CHSE during the Covid-19 Pandemic. International Journal of Glocal Tourism, 3(1). https://ejournal.catuspata.com/index.php/injogt
UNWTO. (2020, May). UNWTO World Tourism
Barometer and Statistical Annex, May 2020. UNWTO Publications.
Valentina, A., Rustika,
R., Gardiarini, P., Balikpapan, P. N., Soekarno, J.,
& Km, H. (2021). SNITT-Politeknik Negeri
Balikpapan 2021 The Challenges Of Implementing
Cleanliness, Health, Safety, And Environment Sustainability (Chse) At Front Office Department Of Blue Sky Hotel Balikpapan
In Order To Prevent The Spread Of Covid-19. SNITT- Politeknik
Negeri Balikpapan.
Wedhana, I. W. G. S. (2022). 32-Article
Text-62-1-10-20220331. Jurnal Mahasiswa Pariwisata Dan Bisnis, 1(3).
Wicaksono Dosen Akademi Pariwisata STIPARY
Yogyakarta, A. (2021). Sertifikasi CHSE Sebagai Protokol Pencegahan Covid-19 Pada Hotel Non Bintang Di Yogyakarta. Seminar
Nasional Kepariwisataan #2, 2(1).
Yuni
Trisnawati, Ramang H Demolingo (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |