Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 7, Juli 2022
KONSEP
PERANCANGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU
(SKPT) SAUMLAKI, MALUKU
Agus Nugroho, Rehulina Apriyanti
Program
Studi Arsitektur,
Universitas Gunadarma, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Perencanaan sebuah kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) direncanakan untuk dapat menunjang
kebutuhan terhadap pelayanan yang dibutuhkan oleh lokasi studi yaitu
Kabupaten Kepulauan
Tanimbar. Dimana saat ini Kabupaten Kepulauan Tanimbar memiliki potensi sumber daya perikanan
yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan
pemanfaatan dan pengelolaan
laut yang mengarah pada pengembangan potensi kelautan dan perikanan dengan memanfaatkan ruang laut dan memperhatikan kelestarian, kesinambungan, interaktif, adaptif, dan partisipatif untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisis�� dilakukan�� melalui�� tipologi bangunan tradisional yang ada di lokasi studi. Dari hasil identifikasi dan tipologi bangunan tradisional, maka bentuk atap dan ornamentnya pada rumah tanimbar yang akan digunakan untuk menjelaskan konsep Modern, Minimalis dan
Local Wisdom (Kearifan Lokal)�.
Hasil yang didapat pada bangunan
di kawasan Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu
(SKPT) dengan penerapan kearifan local terhadap desain memberikan citra tersendiri untuk kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
Kata Kunci:��� Kelautan dan Perikanan, Tanimbar, Saumlaki, Kearifan Lokal, Perancangan
Abstract
The project of an Integrated
Marine and Fisheries Center (IMFC) is aimed to support the need for services
requiring by the location of the study, namely the Tanimbar Islands Regency. Nowadays,
the Tanimbar Islands Regency possesses the abundant of potential of fishery
resources yet they have not been used thoroughly. It is necessary for utilizing
and managing the sea in order to develop the potential marine affairs and
fisheries by utilizing marine space and paying attention to sustainability,
sustainability, interactive, adaptive and participatory for performing
Indonesia as the centre of the world's
maritime. In this study, the method employed was a descriptive qualitative
approach. The analysis was carried out by investigating the traditional
building typologies located at the location of the study. The results revealed
that the identification and typology of traditional buildings as well as the
shape of the roof and the ornaments on the Tanimbar House have been utilised to explain the concept of Modern, Minimalist and
Local Wisdom. Moreover, the results show that the buildings in the Marine
Centre area and Integrated Fisheries (SKPT) with the application of local
wisdom to design provide its own image for the Integrated Marine and Fisheries
Centre area (IMFC).
Keywords:
Marine and Fisheries, Tanimbar, Saumlaki,
Local Wisdom, Design
Pendahuluan
Realita saat ini
potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan pemanfaatan dan pengelolaan laut yang mengarah pada pengembangan potensi kelautan dan perikanan dengan memanfaatkan ruang laut dan memperhatikan kelestarian, kesinambungan, interaktif, adaptif, dan partisipatif untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Kebijakan dan strategi percepatan
pembangunan kelautan dilakukan dengan percepatan pengembangan ekonomi kelautan yaitu pengembangan industri kelautan melalui pengembangan industri kelautan secara bertahap dan terpadu melalui keterkaitan antar industri dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi
lainnya, terutama dengan sektor ekonomi
yang memasok bahan baku industry.
Adanya paradigma terhadap
pengelolaan kawasana perbatasan pada masa lampau hanya digunakan untuk halaman belakang
maka dengan adanya kebijakan pembangunan SKPT merupakan salah satu upaya untuk
merubah paradigma menjadi paradigma pengelolaan perbatasan sebagai teras/beranda depan wilayah Indonesia (Yanti
& Muawanah, 2020).
SKPT yang berbasis pulau-pulau kecil dan/ atau kawasan perbatasan
ini diserahkan agar memiliki nilai strategis sebagai tempat berlangsungnya pengolahan dan pengelolaan sumber daya kelautan
dan perikanan dari sektor hulu hingga
hilirnya secara terpadu, baik secara
proses maupun secara kelembagaan. Dengan adanya SKPT pada pulau-pulau kecil dan/ atau kawasan perbatasan negara diharapkan akan dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan dengan pasar dalam negeri maupun luar negeri. SKPT adalah upaya KKP untuk mempercepat tindakan pengembangan industri perikanan nasional dari hulu-hilir berbasis kawasan di pulau-pulau terluar.
Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) merupakan salah satu implementasi program Nawa Cita ketiga yang dicanangkan oleh Presiden Joko
Widodo. Program ini menitik
beratkan pada wilayah laut
dan pulau-pulau kecil dengan semangat �Laut adalah�� masa��
depan�� bangsa�� dan�� membangun�� Indonesia��
dari�� pinggiran�� dengan�� memperkuat�� daerah-daerah dan desa� dalam� kerangka negara kesatuan�.� Lebih lanjut� Nawacita� ketiga� tersebut� masuk� dalam� rancangan� dasar� hukum� Pembangunan�
Industri�
Perikanan�
Nasional� yang� terdapat� pada� Instruksi� Presiden� (Inpres)� Nomor� 7 �Tahun� 2016,� serta� dijabarkan� dalam� Peraturan� Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017tentang� Rencana� Aksi� Percepatan� Pembangunan�
Industri Perikanan
Nasional (Soejarwo et al., 2019).
Salah satu lokasi
pembangunan SKPT Saumlaki
yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dengan pusat pengembangan perikanan tangkap berada di Pelabuhan Perikanan
(PP) Ukurlaran di Kecamatan
Tanimbar Selatan. Pembangunan PP. Ukurlaran bertujuan untuk mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
Pencanangan
Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT) yang telah dilakukan oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan sejak tahun 2016 melalui Surat Keputusan
Menteri Nomor 51/KEPMEN-KP/2016 yaitu
tentang Penetapan Lokasi untuk Pembangunan Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan,
yang mempunyai tujuan, yaitu: Membangun sarana prasarana kelautan dan perikanan; Mengembangkan kelembagaan berbasis masyarakat; Mengintegrasikan proses bisnis perikanan; serta Optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan (Hasan et al., 2019).
Dengan
dibangunnya pengembangan
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) untuk dapat mendukung
program SKPT adalah suatu upaya untuk dapat
mengoptimalkan peran pelabuhan perikanan terhadap perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan di sekitar pelabuhan tersebut (Srialdoko, 2019)
Pengelolaan sumber
daya perikanan laut perlu dilakukan
dengan prinsip dan kaidah yang benar. Esensi pengelolaan sumber daya perikanan
adalah mencari� keseimbangan� antara� eksploitasi� dan� kemampuan� reproduksi� atau� daya� pulih�� sumber�� daya (Asnawi et al., 2021).
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif. Sedangkan menurut� (Sugiyono
(2011:188), 2015) metode penelitian
kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek secara
alamiah dimana pada metode ini menggunakan
landasan pada filsafat postpositivisme, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan hasil kegiatan penelitian di SKPT Saumlaki, untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif (Alwasilah dalam
Yanti & Muawanah, 2020)
Dalam
menetapkan bentuk kearifan local yang akan digunakan sebagai konsep perancangan pada perencanaan kawasan Sentra Keluatan dan Perikanan (SKPT) Saumlaki melalu proses studi literatur terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan konsep dari kearifan lokal
yang ada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Kegiatan diawali dengan melakukan survey dan menentukan�� sampel�� dengan�� cara purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi, dan penelusuran pustaka.
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisis�� dilakukan�� melalui�� tipologi bangunan tradisional yang ada di lokasi studi. Tipologi
adalah suatu kegiatan untuk mempelajari tipe dari obyek�obyek
arsitektural dan��
mengelompokkannya dalam
suatu klasifikasi tipe berdasarkan kesamaan atau keserupaan
dalam hal�hal tertentu yang dimiliki obyek arsitektural tersebut. Kesamaan tersebut�� dapat berupa:� Kesamaan bentuk dasar/sifat�sifatdasar� sesuai� dengan� bentuk� dasar obyek tersebut; Kesamaan fungsi obyek�obyek tersebut;
dan Kesamaan asal usul atau� perkembangan� dan� latar� belakang sosial masyarakat dimana obyek tersebut berada, termasuk gaya atau langgamnya,
(Nursaniah et al., 2017).
Hasil Dan Pembahasan
Sesuai dengan rencana pemerintah menetapkan Maluku sebagai lumbung ikan nasional harusnya diimbangi dengan tersedianya sarana dan prasarana penunjang dalam rangka mendukung peningkatan produksi perikanan, memperlancar lalu lintas kapal
perikanan, mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat perikanan, pelaksanaan dan pengendalian sumber daya ikan, dan mempercepat pelayanan terhadap kegiatan di bidang usaha perikanan.
Salah satu sarana penting dalam rangka
menjawab permasalahan diatas adalah Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI). Selain
itu dengan adanya PPI dapat juga membantu nelayan berkaitan dengan pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh bahkan merapatnya kapal/perahu perikanan
dan dapat melakukan bongkar/muat ikan, pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan, pusat pembinaan mutu hasil perikanan dan pusat penyuluhan serta pusat informasi
perikanan.
Ide awal
perencanaan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki ini adalah bagaimana menciptakan sebuah kawasan untuk memfasilitasi
masyarakat
pada umumnya, dalam melakukan kegiatan sentra kelautan dan perikanan, khususnya untuk
produk perikanan yang ada
di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar, Provinsi Maluku. Dimana kawasan SKPT Saumlaki dari mulai dibangun sampai saat ini
masih belum dapat beroperasi, dikarenakan lokasi SKPT Saumlaki sangat jauh dari kota dan akses
menuju lokasi belum ada kendaraan
umum. Kondisi ini juga yang menyebabkan nelayan tidak dapat
menjual ikannya di SKPT Saumlaki, nelayan rata-rata menjual ikannya di pasar lama dekat dengan pelabuhan.
Gambar 1.� Pasar ikan di
Pasar Lama Saumlaki
Ide awal dalam konsep
perancangan pada perencanaan
pembangunan SKPT Saumlaki adalah bagaimana menciptakan kawasan SKPT Saumlaki ini dapat
terfungsikan dengan baik terutama dari
aspek bangunannya, dan diharapkan bangunan dapat mencerminkan aktivitas dan kearifan lokal sehingga dapat menjadi daya
tarik tidak hanya untuk masyarakat
pengguna tapi juga bisa menjadikan kawasan ini menjadi
salah satu lokasi yang akan dikunjungi oleh masyarakat luar sebagai bentuk wisata kelautan di Saumlaki.
Gambar 2.� Kondisi Eksisting SKPT Saumlaki
Dalam mewujudkan konsep perancangan ini maka pada pelaksanaan
perencanaan pembangunan
SKPT Saumlaki akan diterapkan konsep: �Modern, Minimalis
dan Local Wisdom (Kearifan Lokal)�.
Konsep
bangunan yang akan diterapkan pada kawasan SKPT
Saumlaki adalah Modern, Minimalis dan Local Wisdom. Konsep ini diterapkan
agar bangunan mengikuti fungsinya sehingga bentuk bangunan ini bisa terkesan
lebih modern, dan menyesuaikan
dengan kondisi ketersediaan material yang ada
pada lokasi.
Kearifan
lokal
(local wisdom) pada konsep bangunan untuk menunjukan identitas kawasan SKPT Saumlaki yang berada
di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar.
Gambar 3.� Konsep Bangunan pada Kawasan SKPT
Saumlaki
Kesederhanaan
dalam arsitektur modern
sangat ditekankan. Oleh karena
itu para arsitek yang menganut aliran arsitektur modern merancang bangunannya dengan cara mengurangi unsur ornamen, bahkan bersih dari
ornamen serta sesuai dengan fungsinya
sehingga arsitektur modern menerapkan prinsip form follows function, yaitu bentukan desain arsitektur yang mengikuti fungsi pada suatu bangunan dengan metode konstruksi
yang terkini.
Bentukan
pada arsitektur modern berupa
platonic solid dengan bentuk
yang dominan persegi atau kotak, tak
berdekorasi, serta terdapat perulangan yang monoton. Hal-hal tersebut adalah ciri dari arsitektur
modern.
Arsitektur
modern memiliki prinsip kesederhanaan atau less is more sehingga
memiliki bentuk yang fungsional dan juga sederhana atau simple, serta mengutamakan efisiensi sehingga tidak membutuhkan ornamen. Memiliki penekanan perancangan pada ruang maka desain menjadi
sederhana, polos bergaya internasional sehingga karakter modern dapat diaplikasikan di berbagai area, bidang kaca yang lebar serta banyak
menggunakan bentuk geometri dasar dan material yang digunakan jujur apa adanya dengan
diekspos secara polos, dengan tujuan agar tetap memberikan kesan tersendiri dari material, misalnya beton memberi kesan
berat, baja memberi kesan kokoh,
kaca memberi kesan ringan (Gossel,
1991).
Dari beberapa
teori di atas, maka dapat disimpulkan
karakteristik arsitektur
modern adalah sebagai berikut:
� �� Menekankan prinsip kesederhanaan serta simpel.
� �� Fungsional pada semua aspek.
� �� Bentuk yang geometris.
� �� Ekspresi material ataupun struktur.
Gambar
4.� Ide Bentuk
Ornament Tanimbar Pada Bangunan
Gambar 5.� Konsep Modern Pada Bangunan
Kebijakan
lokal merupakan aspek yang dihasilkan dari hubungan antara
manusia dan alam dimana manusia akan beradaptasi dengan alam sekitarnya.
Konsep kearifan lokal sering dipergunakan
dalam arsitektur tradisional dimana arsitektur tradisional atau vernakular selalu mempertimbangkan harmonisasi antara makro kosmos dan mikro kosmos sehingga
kehidupan di dalam alam semesta dapat
berlangsung dalam keadaan seimbang.
Pemahaman
terhadap arti dari �kearifan
lokal adalah system
ilmu pengetahuan yang memiliki orientasi terhadap bahasa alam pada wilayah-wilayah tertentu,
konsep kearifan lokal dalam manajemen
lingkungan digambarkan oleh
Berkes (1993) sebagai traditional ecological knowledge yang merupakan kumpulan dari pengetahuan, praktek dan kepercayaan yang berevolusi melalui proses adaptasi yang diwarisi secara turun temurun
melalui budaya. Kearifan lokal juga dapat diasosiasikan dengan indigenous
knowledge (Ellen, Parker, Bicker 2005). Antariksa
(2009) mengatakan bahwa kearifan lokal adalah perilaku positif dari manusia
yang menghubungkan antara alam dengan lingkungan
di sekitarnya.
Kearifan
lokal dianggap sebagai ide-ide lokal yang bijaksana, penuh dengan nasihat dan nilai-nilai yang dijadikan pedoman hidup oleh manusia. Dari beberapa karakter yang dimiliki oleh kearifan lokal di atas bisa kita
simpulkan bahwa kearifan lokal adalah sesuatu yang bersifat kedaerahan yang diturunkan melalui lisan, demonstrasi langsung ataupun meniru dan merupakan hasil dari praktik
keseharian.
Gambar 6.� Konsep Kearifan Lokas
PP Ukurlaran
terletak di Kota Saumlaki dengan luasan tapak
kurang lebih 2 hektar. Batas � batas lokasi rencana pembangunan PP Ukurlaran adalah:
�
Batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Kabiar
�
Batas sebelah
barat berbatasan dengan Desa Wasteta
�
Batas sebelah selatan berbatasan dengan perairan Nustabun
�
Batas sebelah timur berbatasan dengan hutang mangrove Desa Kabiar
Posisi geografis lokasi Pelabuhan Perikanan Ukurlaran Saumlaki
berada di Pulau Yamdena. Lokasi lahan berada pada titik koordinat rupa bumi secara teknis
berada pada 7,56� LU - 2,32� LS dan
131�.17
BT - 131,89� BB. Daerah ini terletak
pada daerah pantai yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar dan mempunyai peluang untuk pengembangan
pengolahan hasil usaha penangkapan ikan laut, lebih dari
itu merupakan sentra perdagangan perikanan utamanya yang berasal dari Kabupaten
Kepulauan Tanimbar dan sekitarnya.
Lokasi SKPT Saumlaki, berbatasan dengan site di sekitarnya sebagai berikut:
Utara |
: |
Lahan
Perkebunan yang dapat dijadikan
sebagai Area Pengembangan
SKPT Saumlaki |
Barat |
: |
Kawasan mangrove |
Selatan |
: |
Laut
Saumlaki |
Timur |
: |
Lahan
Swasta dan PLTG |
Konsep tapak yang akan dirancang pada Lokasi
SKPT Saumlaki lebih mengutamakan
perbaikan kualitas
tapak yang sudah
ada. Potensi
yang ada pada tapak seperti view yang baik menuju laut akan
ditonjolkan sebagai vocal
point pada kawasan ini,
sedangkan untuk kekurangan yang ada pada tapak akan diselesaikan
secara desain.
Gambar
7.� Batas Tapak
pada SKPT Saumlaki
Penataan Massa Bangunan
Dalam penataan massa
bangunan pada kawasan SKPT Saumlaki akan disesuaikan
dengan kondisi eksisting yang telah ada di kawasan SKPT Saumlaki. Bangunan eksisting yang telah ada di kawasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Rumah
Dinas sebanyak 2 unit,
2. Kantor
yang akan dijadikan sebagai Mess Karyawan Pelabuhan,
3. Bangunan
TPI yang kondisinya sudah rusak total dan akan dihancurkan untuk dibangun TPI baru,
4. Bangunan workshop,
5. Bangunan kios logistik,
6. Bangunan
Depo yang akan dijadikan kantor pelayanan bagi para nelayan,
7. Pos
jaga dermaga dan pos jaga darat,
8. Dan
bangunan utilitas seperti: rumah travo (power house),
rumah genset, rumah pompa, toilet, reservoir atas
(tendon air) dan Ground Tank.
Untuk
memenuhi kebutuhan terhadap pelayanan yang akan direncanakan pada kawasan SKPT Saumlaki akan direncanakan pembangunan massa bangunan baru dengan
fungsi yang disesuaikan terhadap kebutuhan dan pelayanan yang akan diberikan di SKPT Saumlaki.
Salah satu hal penting dalam pelayanan pemasaran dan distribusi ikan adalah
ketersediaan es, baik berupa es balok maupun ice flake. PP
Ukurlaran perlu memiliki pabrik es, selain dapat melayani kebutuhan pemasaran
dan distribusi ikan, juga dapat memenuhi kebutuhan kapal-kapal perikanan maupun
perahu sebagai bekal untuk kegiatan penangkapan ikan. Fasilitas ini harus
dibangun dan direncanakan pengelolaanya dengan sistem bisnis yang baik dan
lembaga usaha profesional sehingga dapat menjamin ketersediaannya di setiap
waktu dan di sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan nelayan maupun pengusaha
penangkapan ikan.
Lahan PP Ukurlaran seluas 2 hektar yang sudah dimiliki pemerintah pusat, perlu
direncanakan untuk memfasilitasi perkembangan usaha dan industri di masa mendatang.
Peluang ini diharapkan dapat menciptakan daya tarik tersendiri bagi usaha-usaha
perikanan kedepannya.
Daya tarik PP Ukurlaran saat ini kurang diminati oleh nelayan maupun pengusaha
perikanan dikarenakan belum mampu menyediakan pelayanan kebutuhan logistik dan
perbekalan kapal perikanan, sehingga merupakan hal penting yang juga harus
disediakan. Fasilitas ini harus dibangun dan direncanakan pengelolaanya dengan
sistem bisnis yang baik dan lembaga usaha profesional sehingga dapat menjamin
ketersediaannya di setiap waktu dan di sepanjang waktu sesuai dengan kebutuhan
nelayan maupun pengusaha penangkapan ikan.
Fasilitas perbekalan yang wajib disediakan oleh pelabuhan antara lain
ketersediaan bahan bakar minyak untuk kapal dan ketersediaan air bersih. Untuk
menjamin ketersediaan logistik tersebut perlu dibangun SPDN dan sumber air.
Hal lainnya yang harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan� nelayan dan pengusaha penangkapan ikan antara
lain:
1. Wisma Nelayan;
2. Warung
Kuliner/ Kantin
3. Pertokoan
4. Kantor
Pelayanan Perizinan Kapal dan pelayanan jasa lainnya.
Penyediaan fungsi
pelayanan ini juga memiliki peluang untuk mampu memberikan daya tarik bagi
nelayan maupun pengusaha perikanan. Berdasarkan
kondisi diatas maka akan direncanakan
pembangunan massa bangunan baru sebagai
berikut:
1. Bangunan TPI
2. Pom
Bensin (BBM)
3. Menara
Observasi
4. Workshop
Perbaikan Jaring
5. Kantor
Pelabuhan
6. Pabrik
Es
7. ICS (Integrated Cold Storage)
8. Area
Kuliner, dan
9.
Mess Nelayan
Peletakkan
massa bangunan baru disesuaikan dengan pengelompokkan aktivitas yang terjadi di kawasan SKPT Saumlaki. Untuk lebih jelasnya
aktivitas yang terjadi sebagai berikut:
Gambar
8.� Pengelompokkan
Aktivitas di Kawasan SKPT Saumlaki
Kesimpulan
Penerapan
konsep dengan mengusung kearifan local menjadi suatu daya
Tarik pada perencanaan Kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Dalam perencanaan Kawasan Sentra Kelautan
dan Perikanan di Saumlaki, terdapat beberapa massa bangunan yang akan direncanakan untuk menampung aktivitas yang terjadi di sarana pelabuhan dan bangunan pelengkapnya.
Pembangunan Kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan sendiri oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan akan direncanakan dibangun dibeberapa wilayah di Indonesia, sehingga
sangat diperlukan adanya identitas dari setiap Kawasan Sentra Kelautan
dan Perikanan. Hal ini dimaksudkan juga untuk melestarikan kebudayaan dalam karya arsitektur
yang ada di Indonesai dan memperkenalkan pada masyarakat luas tentang ornament yang dimiliki oleh arsitektur tradisional Indonesia.
BIBLIOGRAFI
Asnawi, A., Yudha,
F. K., & Muawanah, U. (2021). Usaha Perikanan Tangkap Di Pulau Sebatik Dalam
Mendukung SKPT Sebatik. Jurnal Kebijakan Sosial
Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,
11(1). https://doi.org/10.15578/jksekp.v11i1.8866
Hasan, U., Harianto,
H., & Sarwanto, C. (2019). Perencanaan
Model Dan Strategi Pengelolaan Sentra Kelautan Dan Perikanan Terpadu (Skpt) Biak Di Kabupaten Biak Numfor, Papua. Jurnal Kebijakan Sosial
Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,
9(2), 79. https://doi.org/10.15578/jksekp.v9i2.7778
Nursaniah, C., Izziah,
I., & Qadri, L. (2017). Konsep Kearifan Lokal Dari Konstruksi Rumah Vernakular Di Pesisir Barat Aceh Untuk Perancangan Arsitektur Modern (Studi Kasus: Wilayah DAS Krueng Tripa, kabupaten Nagan Raya). Tesa Arsitektur, 14(2). https://doi.org/10.24167/tesa.v14i2.640
Soejarwo, P. A., Muawanah,
U., & Indah Yanti, B. V. (2019). Analisis Kesiapan Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) Pulau Moa Sebagai Sentra Perikanan Di Maluku Barat DayA. Buletin Ilmiah Marina
Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,
5(2). https://doi.org/10.15578/marina.v5i2.8084
Srialdoko, J. (2019). Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Merauke Dalam Rangka
Mendukung Program Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu
(SKPT). JFMR-Journal of Fisheries and Marine Research, 3(2),
89�98. https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.11
Sugiyono (2011:188). (2015). Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono
(2011:188), 151.
Yanti, B. V. I., & Muawanah, U. (2020). Dinamika Kesepakatan Perdagangan Lintas
Batas Antara Indonesia Dan Malaysia Dan Pengembangan
Sentra Kelautan Dan Perikanan
Terpadu (Skpt) Sebatik Di Kalimantan Utara. Jurnal
Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
Dan Perikanan, 10(1). https://doi.org/10.15578/jksekp.v10i1.8318
Agus Nugroho, Rehulina
Apriyanti (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |