Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 eISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 8, Agustus
2022
EFEK FRAKSI AKTIF
DAUN GENDOLA (Basella alba) TERHADAP JUMLAH SPERMA DAN KADAR
HORMON TESTOSTERONE TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus
norvegicus)
Yuni Fitrianti, Arum Setiawan, Joko Marwoto
Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Palembang dan Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya Palembang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
��������������������������������������������������������������������������������������������
Abstrak
Latar Belakang: Faktor Pria merupakan 30% faktor penyebab infertilitas pada PASUTRI di masa produktif.
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi infertilitas pada pria, salah satunya dengan penggunaan obat penyubur atau
afrodisiak yaitu daun gendola. Tujuan
penelitian, untuk mengetahui efektivitas fraksi aktif daun
gendola terhadap jumlah spermatozoa dan kadar
hormone testosterone tikus jantan
(Rattus norvegicus). Penelitian ini diadakan pada bulan Agustus � November 2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Metode: Penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design. Hewan uji yang dipakai sebanyak 33 ekor terbagi secara random dalam 11 kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri atas 3 ekor tikus
dengan rincian kelompok diberi n-heksan 1 mg/kgBB, n-heksan 5 mg/kgBB, fraksi n-heksana
dosis 10 mg/kgBB, fraksi etil asetat
dosis 1 mg/kgBB, fraksi etil asetat
5 mg/kgBB, fraksi etil asetat dosis
10 mg/kgBB, fraksi methanol
air dosis 1 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 5 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 10 mg/kgBB diberikan secara oral selama 30 hari. kelompok kontrol negative diberikan Na CMC 1% sebanyak 1 cc
secara oral selama 30 hari. Kelompok kontrol dengan diberikan Testosteron Enanthate dengan dosis 5 mg/kgBB yang dilarutkan dengan sesame oil / minyak wijen sebanyak 1 cc secara injeksi intramuscular di paha tikus. Hasil: Terdapat peningkatan kadar hormone
testosterone dan jumlah spermatozoa pada tikus jantan setelah
pemberian fraksi aktif daun gendola
bila dibandingkan dengan testosterone enanthate dan Na CMC 1%. Kesimpulan: Dalam penelitian ini menyatakan bahwa fraksi Basella alba berperan dalam
meningkatkan kesuburan tikus jantan
Kata
Kunci: kesuburan, testosterone, jumlah spermatozoa fraksi, Basella alba
Abstract
Background: Infertility is 30% caused by male problems. There are so many ways to
solve this, one of them is taking traditional medicine, gendola
leaves. This research was aim to analyze the effect of gendola
leaves to increase sperms count and testosterone in male rat (Rattus
norvegicus). This study was conducted in Medical Faculty of Sriwijaya
University on August until November 2020. Methods:
The rats were classified to 11 groups which consist of 3 rats. They were given
fraction suspension of gendola leaves for 30 days per
oral in doses n-hexan 1 mg/kgBB,
n-hexane 5 mg/kgBB, n-hexane 10 mg/kgBB, ethyl acetate 1 mg/kgBB, ethyl acetate 5 mg/kgBB,
ethyl acetate 10 mg/kgBB, methanol-water fraction1
mg/kgBB, methanol-water dosis
5 mg/kgBB, methanol-water 10 mg/kgBB
given in 30 days. As a negative control given Sodium Carboxymethil Cellulose 1% per oral for 30 days. As a
positive control given testosterone enanthate 5mg/KGBB on 0 day and 12 day. Results:� There was increased of testosterone and sperm counts after given
fraction of Basella alba for 30 days compared to testosterone enanthate and Na CMC
1%. Conclusion: in this study we can
conclude that fraction of gendola leaves increase
male fertility
Keywords:
fertility, testosterone, sperm counts, fraction, Basella
alba
Pendahuluan
Infertilitas
masih merupakan salah satu masalah kesehatan
yang menjadi momok bagi pasangan suami
istri. Infertilitas merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memiliki
anak setelah melakukan aktivitas seksual secara aktif selama satu
tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi (WHO, 2012).
Prevalensi
infertilitas di dunia secara
global pada tahun 2010 sekitar
50-80 juta jiwa atau 8-10 % pasangan usia subur. Menurut
Badan Pusat Statistik bahwa
ada sekitar 10-15% pasangan infertil dari total 237 juta penduduk Indonesia. (BPS, 2013). Penelitian
di Palembang, Sumatera Selatan terhadap 246 pasangan infertil menunjukkan faktor pria sebagai penyebab
infertilitas sebesar 48,4%
(Arsyad, 1987).
Infertilitas
dapat disebabkan oleh 30% gangguan pada pria, 60% gangguan pada wanita dan 10% oleh
keduanya. (Konsensus Penanganan Infertilitas, 2013). Infertilitas pria dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi gangguan produksi sperma terkait kelainan genetic (sindroma Klinefelter, delesi kromosom Y), Gangguan pada
spermatogenesis, stereidogenesis, gangguan
regulasi hormonal pada sel-sel
testicular, kerusakan langsung
terkait anatomi (cryptochidisme, varicocele) dan faktor
idiopatik.
Keadaan
infertilitas pria dapat diketahui melalui pemeriksaan analisis sperma dan pemeriksaan kadar testosterone (Khaidir, 2006). Testosteron merupakan hormon androgen utama yang diproduksi oleh sel leydig dalam
testis (Walker 2009). Analisis sperma
dilakukan untuk memeriksa jumlah spermatozoa, motilitas (motilitas baik, motilitas kurang baik, dan tidak motil), morfologi
spermatozoa (normal atau abnormal baik
kepala, leher, maupun ekor), viabilitas
(daya hidup), viskositas dan pH yang merupakan
parameter standar pemeriksaan
sperma. (Arsyad, 1994).
Telah banyak
usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri infertil untuk mendapatkan keturunan, baik berupa pengobatan secara modern dan konvensional.
Salah satu pengobatan
modern yang dipakai yaitu penggunaan testosteron sebagai hormon terapi pengganti (testosterone replacement treatment) bagi penderita gangguan disfungsi seksual (Grech et al, 2014). Akan tetapi
penggunaan obat ini masih jarang
dipakai, mengingat harga yang relatif mahal dan memberikan efek samping pusing, mual, muntah, tekanan
darah meningkat, serta meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke apabila testosteron ini digunakan dalam jangka waktu lama (Eva Decroli, 2017).
�Alternatif penggunaan tanaman obat sebagai penyubur
pria sudah mulai dipakai di dunia medis. Di Indonesia sendiri, penggunaan ramuan tradisional untuk meningkatkan kesuburan sudah sering digunakan
masyarakat berdasarkan pengalaman turun-menurun, namun belum ada
dasar ilmiah yang jelas (Depkes RI, 1989). Salah satu tanaman yang sering dijadikan obat adalah daun
gendola (Basella
alba). Daun gendola digunakan sebagai obat wasir dan anti peradangan di negara India dan Cina
(Kumar et al., 2015). Menurut Arokoyo yang melakukan penelitian dengan menggunakan tikus yang dibuat menjadi DM (diberikan
streptozotocin 50mg/KgBB secara
intraperitoneal) menyatakan bahwa
Basella alba memberikan
efek antidiabetik (menurunkan kadar gula darah) dan efek profertility (meningkatkan kualitas sperma), terkait dengan kandungan antioksidan dan peningkatan hormon gonad (Arokoyo, 2017).
�Penelitian
di Kamerun menyatakan bahwa daun Basella alba dipakai untuk
meningkatkan kesuburan pria. Pemurnian sel leydig yang didapatkan dari tikus jantan galur
Sprague dawley yang
diinkubasi dan diberi ekstrak Basella alba selama 4 jam memberikan efek peningkatan secara signifikan kadar testosteron, estradiol dan kadar aromaterase mRNA serta meningkatkan viabilitas sel Leydig (Nantia et al., 2011).
Pada penelitian
di Kamerun (Manfo et al., 2014)
didapatkan hasil bahwa kemampuan ekstrak daun gendola
yang diberikan sebanyak 1
mg/KgBB selama 30 hari pada tikus Wistar dan dilanjutkan pemberian ekstrak Carpolobia alba sebanyak 0,1 mg/kgBB selama 60 hari memberikan hasil bahwa ekstrak daun
ini dapat melawan efek toksik
dari tikus yang diberi pestisida maneb (manganese ethylenebis / dithiocarbamate) dikarenakan adanya efek antioksidan
pada ekstrak daun gendola. Beberapa senyawa yang terkandung dalam tanaman gendola
memberikan efek antioksidan, seperti senyawa phenol, carotenoids,
ascorbic acid, saponin, coumarin dan limonoid. Penelitian lain membuktikan bahwa ekstrak methanol Basella
alba memberikan efek peningkatan aktivitas androgenik pada produksi testosteron di sel leydig (Nathalie et al., 2015).
Penggunaan
ekstrak daun gendola sudah banyak
diteliti penggunaannya bersama dengan tanaman lain, berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik
untuk meneliti penggunaan daun gendola sebagai obat untuk meningkatkan
jumlah spermatozoa dan kadar
testosteron dengan menggunakan pelarut n-heksan, methanol air dan etil asetat.��
Metode
Penelitian �
Penelitian
ini adalah penelitian eksperimental secara in vivo dengan menggunakan fraksi daun gendola
(Basella alba) terhadap
jumlah spermatozoa dan kadar
testosteron tikus jantan. Tikus jantan
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 33 ekor yang semuanya telah memenuhi kriteria inklusi yang akan dibagi menjadi 11 kelompok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
dengan November 2020 di Laboratorium
Biokimia, Biologi Kedokteran dan Animal
House Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Perlakuan
pada masing-masing kelompok yaitu
dengan diberikan larutan fraksi Basella alba n-heksan
1 mg/kgBB, n-heksan 5 mg/kgBB, fraksi n-heksana dosis 10 mg/kgBB, fraksi etil
asetat dosis 1 mg/kgBB, fraksi etil
asetat 5 mg/kgBB, fraksi etil asetat
dosis 10 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 1 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 5 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 10 mg/kgBB diberikan secara oral selama 30 hari. kelompok kontrol negatif diberikan Na CMC 1% sebanyak 1 cc
secara oral selama 30 hari. Kelompok kontrol dengan diberikan Testosteron Enanthate dengan dosis 5 mg/kgBB yang dilarutkan dengan sesame oil / minyak wijen sebanyak 1 cc secara injeksi intramuscular di paha tikus pada hari ke 0 dan 12.
Fraksi Daun Gendola (Basella
alba)
Daun gendola (Basella alba) didapatkan dari Sringganis Balai tanaman obat Bogor dan mendapatkan sertifikat identifikasi keaslian tanaman dari LIPI Cibinong. Basella alba dikeringkan didalam
rumah kaca Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya
selama 30 hari. Setelah daun kering,
di blender dan terbentuk simplisia.
Simplisia dimaserasi dengan menggunakan methanol 96% selama 2
x 24 jam, kemudian dilakukan
penyaringan dengan corong pisah dan diuapkan dengan rotary evaporator
sehingga didapatkan pasta kental. Dari fraksi methanol ini dilanjutkan dengan membuat fraksi dengan menambahkan
methanol air dengan perbandingan
1 : 1 sebanyak 200 ml. Selanjutnya dimasukkan ke dalam corong
pisah, kemudian difraksinasi dengan menambahkan 200ml n-heksana, dikocok lalu didiamkan sampai terbentuk dua lapisan terpisah.
Lapisan n-heksana dipisahkan ke dalam botol
selai dan ditambahkan n-heksana baru pada lapisan methanol-air.
Proses ini diulangi beberapa kali sampai larutan bewarna bening dengan cara
yang sama.
Proses fraksinasi dilanjutkan dengan memakai pelarut etil asetat
dengan cara dan volume yang
sama utuk mendapatkan fraksi n heksan. Fraksi n-heksan cair, fraksi
etil asetat cair, dan fraksi methanol-air diuapkan dengan Rotary evaporator sampai
didapatkan fraksi kental dan keringkan dengan hair dryer sehingga didapatkan fraksi kering. Hasil fraksi yang didapatkan dapat dilakukan uji aktivitas fraksi untuk menilai fertilitas
(jumlah spermatozoa dan kadar
hormon testosteron) tikus.
Perlakuan pada Hewan Uji
Persiapan Hewan
Tikus jantan berusia 2-3 bulan diadaptasi terlebih dahulu selama seminggu
serta diberi makan dan minum secara ad libitum,
dimasukkan kedalam kandang yang ditutup dengan kassa dengan
pengelompokan 3 tikus setiap kandang. Cahaya ruangan dikontrol setiap hari, diatur suhu
dan kelembapan kandang
23-39�C.� ��
Pengelompokan Hewan Percobaan
Tikus dikelompokkan menjadi 11 kelompok dipilih secara acak masing-masing 3 ekor. dengan rincian kelompok diberi n-heksan 1 mg/kgBB, n-heksan 5 mg/kgBB, fraksi n-heksana dosis 10 mg/kgBB, fraksi etil
asetat 1 mg/kgBB, fraksi etil asetat
5 mg/kgBB, fraksi etil asetat 10 mg/kgBB, fraksi methanol air 1 mg/kgBB, fraksi methanol air 5 mg/kgBB, fraksi methanol air 10 mg/kgBB diberikan secara oral selama 30 hari. �Kelompok kontrol negatif diberikan Na CMC 1% sebanyak 1 cc secara oral selama 30 hari. Kelompok kontrol dengan diberikan Testosteron Enanthate dengan dosis 5 mg/kgBB yang dilarutkan dengan sesame oil / minyak wijen sebanyak
1 cc secara injeksi
intramuscular di paha tikus.
Setelah perlakuan pemberian fraksi daun gendola, pada hari ke-31 tiap kelompok diambil dahulu sampel darahnya
melalui vena sinus orbita lalu simpan sampel
darah dalam tabung darah EDTA yang telah disediakan. Kemudian tikus dinarkosis dengan kloroform, dibedah, lalu organ reproduksi yang meliputi testis, epididimis, diambil, dibersihkan lalu dilakukan pemisahan cauda epididimis
dari testis dengan cara memotong bagian
proksimal corpus epididimis
dan bagian distal vas deferens. Selanjutnya,
cauda epididimis dimasukkan
ke dalam cawan petri yang berisi 1 ml NaCL 0,9%, kemudian cauda epididimis dipotong-potong sampai halus dan diaduk dengan NaCL
0,9% sehingga terbentuk suspensi spermatozoa.
Jumlah Spermatozoa
Suspensi
spermatozoa yang telah diperoleh
terlebih dahulu dibuat homogen dengan cara digetarkan
dengan tangan atau diaduk dengan
hati-hati dengan gelas pengaduk. Suspensi spermatozoa dihisap sebanyak 0,005 ml sampel, setelah itu cairan
pengencer dihisap dalam pipet sampai tanda 1,01.
Cara membuat suspensi spermatozoa yang homogen
untuk pemeriksaan jumlah spermatozoa, yaitu dengan melihat terlebih dahulu jumlah sperma dengan
pembesaran 400X perlapangan
pandang. Jika didapatkan lebih dari 101 spermatozoa dalam satu kali lapangan pandang, maka buat pengenceran
dengan perbandingan 1: 20
(50�L semen: 950 �L NaCl 0,9%) dan dihitung pada Grid
5,4 dan 6.
Suspensi
spermatozoa diteteskan dari
pipet, tepat pada pinggir gelas penutup itu
hingga menyebar. Bilik hitung hemasitometer
Improved Neubauer diletakkan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Kemudian konsentrasi spermatozoa pada bidang
grid 4, 5, 6 dihitung sebanyak
dua chamber (Cao et al., 2011).
Selisih antara dua chamber tidak boleh melebihi jumlah yang diperbolehkan sesuai dengan tabel
berikut.
Tabel 1
Tabel Selisih perhitungan
jumlah spermatozoa menurut
WHO (Cao et al.,
2011)
Jumlahkan
semua spermatozoa yang telah
kita lihat pada grid 5, 4,
dan 6 pada chamber 1 dan chamber 2. Selisih antara chamber 1 dan 2 tidak boleh melebihi nilai yang ada pada tabel 1. Total perhitungan disubsitusi dalam rumus penentuan konsentrasi spermatozoa dalam
milliliter (ml) suspensi sekresi
cauda epididimis sebagai berikut:
N
= Jumlah total spermatozoa yang dihitung
pada kotak grid 4, 5, 6.
n
= jumlah row/baris yang dihitung
Misalnya konsentrasi pada sampel 1 + 19 (pengenceran 1 : 20),� Nilai N yang didapatkan
pada chamber 1 220 spermatozoa dan chamber 2 218 spermatozoa, (220-218 = 2). Penjumlahan 220 + 218 = 438. Maka
berdasarkan tabel 7 selisih antara chamber 1 dan 2 masih diperbolehkan.
Jumlah
Spermatozoa (C) = (N/n) X (1/v) X dilution factor X106���
C
= 438/15 X 1/20 x 20 spermatozoa per nL = 29,2 X 106
Spermatozoa.
Prosedur Pemeriksaan Kadar Testosteron
Data kadar
testosteron bebas didapatkan dengan cara:
1. Mengambil darah tikus sebanyak 2 ml dengan kapiler mikrohematokrit dari sinus
orbitalis, kemudian dimasukkan
kedalam tabung reaksi
2. Tabung reaksi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit untuk memisahkan serum dan sel-sel darah
3. Dengan menggunakan
alat mini-Vidas, serum dan reagen ditempatkan dalam Reagent Strip siap pakai dan solid phase berupa
Solid Phase Receptacle (SPR). Mini-Vidas adalah immunology analyzer yang bekerja
secara otomatis dengan menggunakan teknologi pembacaan Enzyme-Linked
Fluorescence Immuno-Assay (ELFA). Proses pengetesan dilakukan secara otomatis dan hasil pembacaan Fluorescent yaitu
Relative Fluorescent Value (RFV) akan dikonversikan menjadi hasil akhir tes
kualitatif dan kuantitatif.
Hasil Dan Pembahasan
Uji fitokimia
Uji
fitokimia dilakukan di Laboratorium Biokimia Unsri untuk mengetahui
senyawa yang terkandung di dalam fraksi daun
gendola
Tabel 2
Hasil uji fitokimia fraksi daun gendola
No |
Uji
Fitokimia |
Kejadian |
Metanol air |
Etil asetat |
N-heksan |
1.
|
Alkaloid
|
|
|
|
|
a. Pereaksi Dragendorf |
Endapan warna
merah jingga |
+ |
+ |
- |
|
|
b. Pereaksi
Mayer |
Endapan warna putih jingga |
+ |
+ |
- |
2.
|
Flavonoid |
Terbentuk warna merah |
+ |
+ |
- |
3.
|
Tannin |
Warna biru kehitaman |
+ |
+ |
- |
4.
|
Saponin |
Terbentuk busa
yang mantap dan tinggi |
+ |
- |
+ |
5.
|
Triterpenoid |
Terbentuk cincin
kecoklatan |
+ |
- |
- |
|
Steroid |
Terbentuk cincin
biru kehijauan |
- |
+ |
+ |
Pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa fraksi metanol air mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, saponin dan
tannin. Fraksi etil asetat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, dan tannin. Fraksi n heksan mengandung senyawa steroid dan
saponin.
Karakteristik Sampel
Homogenitas Berat
Badan Tikus
Hasil analisis uji homogenitas berat badan tikus diuji dengan
menggunakan Levene test didapatkan bahwa p =0,078 (p>alpha)
varians data berat badan tikus tidak berbeda
bermakna antar kelompok perlakuan artinya berat badan tikus homogen. Sehingga pada persyaratan penelitian eksperimental terpenuhi.
�
Tabel 3
Homogenitas Berat badan Tikus
Levene statistic |
Df1 |
Df2 |
Sig. |
2,042 |
10 |
22 |
0,078 |
Pengaruh Fraksi
Daun Gendola Terhadap Hormon Testosteron Tikus Jantan
Data hormon testosteron yang telah diperoleh dari pemeriksaan melalui alat mini VIDAS dari BBLK Palembang, analisis perbandingan hormon testosteron terhadap kelompok perlakuan diuji dengan menggunakan
uji one way Anova didapatkan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna rerata kadar hormon testosteron
pada seluruh kelompok perlakuan nilai p=0,000 (p<0,05). Hasil analisis
dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4
Perbandingan Hormon Testosteron Setelah Pemberian Fraksi Aktif Daun Gendola
(Basella Alba)
Kelompok Perlakuan |
N |
Mean � SD |
P value |
n-heksan 1mg/KgBB n-heksan 5mg/KgBB n-heksan 10mg/KgBB etil asetat 1mg/kgBB etil asetat 5mg/kgBB etil asetat 10mg/kgBB methanol air 1mg/kgBB methanol air 5mg/kgBB methanol air10mg/kgBB Testosteron
enanthate Na CMC 1% |
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 |
2,80 � 0,59 3,75 � 0,74 8,31 � 0,81 2,02 � 0,54 2,05 � 0,64 2,37 � 0,22 3,71� 0,38 3,63 � 0,39 5,48 � 2,18 14,05 � 1,3 �0,40 � 0,10 |
0,000 |
Uji One Way Anova
p<α
Perbandingan Jumlah
Spermatozoa Setelah Pemberian
Fraksi Aktif Daun Gendola (Basella alba)
Hasil analisis perbandingan efektivitas jumlah spermatozoa terhadap kelompok perlakuan diuji dengan menggunakan
uji One Way Anova
didapatkan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna rerata jumlah spermatozoa pada seluruh kelompok perlakuan nilai p=0,000 (p<0,05).
Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5
Perbandingan Jumlah sperma Setelah Pemberian Fraksi Aktif daun Gendola
(Basella Alba)
Kelompok Perlakuan |
N |
Mean � SD |
P value |
n-heksan 1mg/KgBB n-heksan 5mg/KgBB n-heksan 10mg/KgBB etil asetat 1mg/kgBB etil asetat 5mg/kgBB etil asetat 10mg/kgBB methanol air 1mg/kgBB methanol air 5mg/kgBB methanol air10mg/kgBB Testosteron
enanthate Na CMC 1% |
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 |
32,78�7,30 36,63�3,18 38,40�7,37 17,03�1,95 20,20�1,99 16,58�5,41 33,36�3,88 25,43�1,26 22,20�5,32 42,73�3,59 15,73�1,05 |
0,000 |
Uji One Way Anova
p<α
Pada analisis statistik dengan menggunakan uji One
Way Anova didapatkan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna rerata kadar hormon
testosteron nilai p=0,000 (p<0,05). Dilanjutkan
dengan uji post hoc Games Howell didapatkan pada fraksi n-heksan 10 mg/kgBB didapatkan pvalue = 0,057, sedangkan pada fraksi methanol air
10 mg/kgBB didapatkan pvalue = 0,066. Hal ini berarti tidak berbeda
bermakna dengan kontrol positif (testosteron enanthate), dengan
kata lain pada dosis 10mg/kgBB
fraksi n-heksan dan
methanol air 10mg/kgBB mempunyai
efektivitas yang sama dalam meningkatkan kadar hormon testosteron
pada tikus jantan.
Hasil analisis perbandingan efektivitas jumlah spermatozoa terhadap kelompok perlakuan diuji dengan menggunakan
uji One Way Anova
didapatkan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna rerata jumlah spermatozoa pada seluruh kelompok perlakuan nilai p=0,000 (p<0,05).
Kemudian dilanjutkan uji Post Hoc Games Howell, didapatkan jumlah spermatozoa
pada masing-masing kelompok menunjukkan
bahwa fraksi n-heksan dan methanol air pada dosis
minimum (1 mg/kgBB) sudah menunjukkan tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif (testosteron enanthate), dimana pvalue = 0,0631
(p>0,05) dengan kata lain pada dosis
rendah pun n-heksan dan
methanol air sudah mempunyai
efektivitas yang sama dalam meningkatkan jumlah spermatozoa pada tikus jantan yang terbukti secara statistic.� �
Berdasarkan
penelitian Manfo, dosis Baesella alba yang
digunakan adalah 1 mg/KgBB selama 30 hari dapat meningkatkan
kadar hormone testosterone (Manfo et al., 2014).
Mekanisme Basella
alba ini adalah dengan masuknya
zat-zat yang terkandung dalam tanaman ini
secara oral, diserap dalam darah, masuk
kedalam sirkulasi darah mempengaruhi hypothalamus
yang menghasilkan Gonadthrophin Releasing Hormon (GnRH) memacu hipofisis anterior memproduksi FSH dan LH. FSH memacu
sel sertoli menghasilkan inhibin dan Androgen Binding Protein (ABP). LH merangsang
sel leydig yang berperan dalam produksi hormone testosterone (androgen). Testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig akan terikat dengan ABP yang berasal dari sel
sertoli yang membantu
proses spermatogenesis. Testosteron yang berada di epididymis akan membantu pematangan spermatozoa sehingga terbentuklah spermatozoa
dewasa dengan motilitas dan morfologi yang
optimal. Jika kadar testosterone rendah
maka volume semen pun akan turun dan begitu juga dengan jumlah spermatozoa yang dihasilkan melalui proses
spermatogenesis.
Peningkatan
jumlah kadr testosterone
dan jumlah spermatozoa ini disebabkan karena adanya senyawa saponin yang terdapat pada n-heksan dan methanol
air, serta steroid yang didapatkan
pada fraksi n-heksan. Senyawa steroid akan berguna dalam proses sintesa testosterone yang juga berpengaruh
dalam proses spermatogenesis di testis. Peningkatan sterol sebagai akibat dari pemberian
fraksi methanol air dan n-heksan
akan mengakibatkan meningkatnya sintesis
testosterone. Testosteron yang dihasilkan
mempengaruhi hipofisis untuk mempengaruhi GnRH, merangsang hipofisis untuk menghasilkan FSH yang menghasilkan sel sertoli dan LH yang menghasilkan sel leydig yang juga menghasilkan hormone testosterone yang berperan
dalam spermatogenesis. Dengan
meningkatnya kadar hormone
testosterone di dalam sirkulasi,
maka sekaligus akan meningkatkan jumlah spermatozoa.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi aktif daun
gendola dapat meningkatkan jumlah spermatozoa
dan kadar hormone testosterone.
Saran agar dapat dikembangkan penelitian ini selanjutnya dengan membuat preparat histologis dari tubulus seminiferus
dan epididymis sehingga dapat
melihat perkembangan seluruh staging dari
spermatogenesis setelah pemberian
fraksi daun gondola (Basella alba).
Arokoyo, D. S. (2017). Antidiabetic and profertility
mechanisms of aqueous extract of Basella alba in male Wistar rats.
http://etd.cput.ac.za/handle/20.500.11838/2769 Google Scholar
Cao, X. W., Lin, K., Li, C. Y., & Yuan, C. W. (2011). [A
review of WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human
Semen (5th edition)]. Zhonghua Nan Ke Xue = National Journal of Andrology,
17(12), 1059�1063. Google Scholar
Eva Decroli. (2017). Tesroteron and Benefit for Men�S Health.
Journal of Chemical Information and Modeling, 110(9), 1689�1699.
Manfo, F. P. T., Nantia, E. A., Dechaud, H., Tchana, A. N.,
Zabot, M. T., Pugeat, M., & Moundipa, P. F. (2014). Protective effect of
Basella alba and Carpolobia alba extracts against maneb-induced male
infertility. Pharmaceutical Biology, 52(1), 97�104. https://doi.org/10.3109/13880209.2013.816860 Google Scholar
Nantia, E. A., Travert, C., Manfo, F. P. T., Carreau, S.,
Monsees, T. K., & Moundipa, P. F. (2011). Effects of the methanol extract
of Basella alba L (Basellaceae) on steroid production in Leydig cells. International
Journal of Molecular Sciences, 12(1), 376�384.
https://doi.org/10.3390/ijms12010376 Google Scholar
Nathalie, S., Edjenguele, B., Nantia, E. A., Manfo, P. T.,
Vidari, G., & Fewou, P. M. (2015). By. September.
Copyright
holder: Yuni Fitrianti, Arum Setiawan, Joko Marwoto
(2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |