Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 8, Agustus 2022
EFEKTIFITAS
PEMBERIAN PENYULUHAN MAKANAN IBU MENYUSUI TERHADAP
PENINGKATAN VOLUME ASI DI PUSKESMAS BABELAN I KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022
Yosefina Bunga
Hurint, Omega DR Tahun
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta,
Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pertumbuhan dan
perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI
tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia
sekitar enam bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan makanan ibu menyusui� terhadap peningkatan volume ASI.
Penelitian
ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Babelan I pada bulan Maret � Juni 2022. Jenis penelitian ini adalah
ksperimen dan uji statistik
yang digunakan adalah dependent t test.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Babelan I. Teknik pemilihan sampel dengan pendekatan accidental sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 28 responden.
Hasil uji statistik paired
sample test menunjukan nilai sig. 0,000
(p value < alpha 0,05), artinya �pemberian penyuluhan efektif meningkatkan
volume produksi asi pada ibu menyusui atau ada perbedaan volume poduksi asi
pada ibu sebelum dan setelah diberikan intervensi. Peneliti berharap puskesmas
dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan secara rutin kepada ibu saat hamil,
bersalin dan di masa nifas.
Kata Kunci: penyuluhan makanan, volume
ASI, pertumbuhan bayi
Abstract
The growth and development of infants is largely
determined by the amount of breast milk obtained, including energy and other
nutrients contained in the milk. Breast milk without other food ingredients can
meet the needs of growth until the age of about six months. The purpose of this
study was to determine the effect of providing food counseling for breastfeeding
mothers to increase the volume of breast milk.
This research was conducted in the working area of the
Babelan I Health Center in March � June 2022. This type of research is
experimental and the statistical test used is the dependent t test. The
population of this study were all breastfeeding mothers in the working area of
the Babelan I Health Center. The sample selection technique was
an accidental sampling approach with a total sample of 28 respondents. The results of the paired sample test statistic showed
the value of sig. 0.000 (p value < alpha 0.05), meaning that the provision
of counseling is effective in increasing the volume of breast milk production
in breastfeeding mothers or there is a difference in the volume of breast milk
production in mothers before and after the intervention. Researchers hope that
the puskesmas can increase regular outreach activities to mothers during
pregnancy, childbirth and during the puerperium.
Keywords: food counseling, breast milk volume, baby growth
Pendahuluan
Air
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat digantikan
dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menggantikan
ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi (Kusparlina, 2020).
Pertumbuhan
dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI
tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia
sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin
dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada
beras (Syukrianti and Yeyen, 2019).
Dalam
pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin
yaitu sejak dini atau bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting
dalam peningkatan kualitas manusia adalah ASI. Pemberian ASI semaksimal mungkin
merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi
penerus di masa depan. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan
penggunaan ASI termasuk ASI ekslusif telah memadai, hal ini terbukti dengan
telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan ASI (GNPP-ASI)
oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang bertemakan
"Dengan ASI, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia".
Dalam pidatonya Presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal
harus diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Sanima at al, 2017).
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu status gizi ibu, ibu yang
cemas, perawatan payudara, pengaruh proses persalinan, umur kehamilan saat
persalinan, berat bayi, frekuensi menyusui, teknik menyusui, rawat gabung,
penggunaan alat kontrasepsi, alkohol, merokok dan obatobatan. Pemberian ASI
yang dianjurkan ditingkat internasional dan nasional adalah pemberian ASI
segera setengah jam setelah bayi lahir, kemudian pemberian ASI saja sampai bayi
berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI diteruskan sampai 2 tahun dengan
pemberian makanan pendamping ASI (Prananjaya and Rudiyanti,
2013).
Hasil
penelitian membuktikan pola makan ibu menyusui lebih dari separuh (66,7%) masuk
kategori baik dan produksi ASI ibu menyusui lebih dari separuh (60,0%) masuk
kategori sangat baik. Hasil korelasi spearmen rank didapatkan p-value= (0,002)
< (0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan dengan
produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan hasil penelitian maka cara ibu
untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan memperhatikan pola makan seperti
makan tepat waktu dan mengkonsumsi makanan secukupnya berupa sayuran, daging,
kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air putih (Imasrani at al, 2016).
Makanan
yang dikonsumsi ibu secara tidak langsung mempengaruhi kualitas, maupun jumlah
air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan,
tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. Apabila ibu menyusui
mengurangi makan atau menahan rasa lapar maka akan mengurangi produksi ASI.
Pada kenyataanya, tidak ada makanan atau minuman khusus yang dapat memproduksi
ASI secara ajaib, meskipun banyak orang yang mempercayai bahwa makanan atau
minuman tertentu akan meningkatkan produksi ASI. Pola makan adalah salah satu
penentu keberhasilan ibu dalam menyusui. Sehingga ibu yang menyusui perlu
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Nutrisi yang seimbang akan
menghasilkan gizi yang baik dan berkualitas. Beberapa penelitian membuktikan
ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6
bulan, sebaliknya ibu yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu menyusui selama
itu bahkan tidak jarang air susunya tidak keluar (Fitriani&Wahyuni 2021).
Beberapa
ibu ada yang beranggapan bahwa sekalipun ibu tidak mengkonsumsi menu yang
seimbang akan tetapi persediaan ASI nya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya,
pada dasarnya anggapan para ibu ini sebenarnya kurang relevan. Apabila ibu
mengabaikan pengaturan menu seimbangnya dengan cara mengurangi porsi
karbohidrat, lemak, dan sayursayuran serta buah-buahan maka akan berdampak pada
produksi ASInya. Nutrisi ASI yang baik akan berpengaruh pada perkembangan
bayinya. Pola makan ibu yang tidak seimbang di masa menyusui menyebabkan
rentannya tubuh ibu, kelelahan yang sangat. Dampaknya produksi ASI akan
menurun. Tubuh ibu telah bekerja keras dalam memproduksi ASI, serta melakukan
berbagai macam aktifitas dalam rangka merawat bayinya. Sehingga disarankan bagi
ibu menyusui untuk tetap menjaga pola makan yang baik (Sanima at al, 2017).
Hasil
penelitian didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui
dengan kelancaran ASI dengan nilai p = 0,040 (p ≤ 0,05). Pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai
bayi dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan kelancaran ASI (Sulistyoningsih, 2020).
Hasil penelitian lainnya yang mendukung penelitian menggambarkan bahwa paritas
(p-value 0,000), proses persalinan (p- value=0,000), penggunaan alat
kontrasepsi (p- value=0,029), pemberian makanan pralakteral (p-value 0,000),
perawatan payudara (p- value=0,001), frekuensi menyusui (pvalue=0,001) dan gizi
ibu (p- value=0,000) berhubungan dengan produksi ASI, sedangkan, usia ibu (p-
value=0,147), umur kehamilan saat persalinan (p- value=0,586), dan Inisiasi
menyusui dini (p- value=0,175) tidak berhubungan dengan produksi ASI.
Kesimpulan penelitian ini dari 10 variabel yang diteliti terdapat 7 variabel
yang berhubungan dengan produksi ASI, sehinga peneliti menyarankan bagi
keluarga agar mendampingi ibu dan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan
konseling serta bimbingan bagi para ibu dimulai dari kehamilan untuk dapat
melakukan manajemen laktasi agar produksi ASI menjadi meningkat (Dahliansyah, 2018).
�Studi pendahuluan yang dilakukan penelitian
pada bulan Februari 2022 di RT 03/ RW 01 di wilayah Babelan I didapatkan pola
makan yang berbeda pada sebagian ibu menyusui. Perbedaan ini dikarenakan adanya
perbedaan keluarga. Pola makan para ibu menyusui yang mempunyai pendapatan
lebih, telah memenuhi pedoman gizi seimbang. Demikian sebaliknya, yang memiliki
pendapatan kurang didapatkan belum memenuhi pedoman gizi seimbang. Dari hasil
interview para ibu menyusui disampaikan bahwa produksi ASI berlimpah serta bayi
mengkonsumsi ASI dengan baik. Jumlah ibu menyusui di wilayah ini cukup besar
yaitu pada tahun 2019 sebanyak 765 orang, tahun 2020 sebanyak 821 orang dan
tahun 2021 khusus dalam data 6 bulan saja didapatkan jumlah ibu menyusui
sebanyak 321 orang. Dari 321 orang tersebut ditemukan 70% ibu menyusui
memberikan ASI Ekslusif sedangkan sisanya 30% ibu menyusui ASI disertai
pemberian susu formula sebagai tambahan pada bayi.
Penyuluhan
kesehatan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan cara segar dan
memotivasi para kaum ibu menyusui dan merubah paradigm serta kebiasaan bahwa
makan sederhana juga mampu memperbanyak ASI yang terpenting adalah kita ingin
berusaha memperbaiki dan memnfaatkan waktu untuk berbuat. Kita lihat kembali
bahwa toeri mengatakan penyuluhan kesehatan adalah suatu penerapan konsep
pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan
kesehatan adalah suatu pedagogic praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab
itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan
pada bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada dasarnya untuk meningkatkan
derajat kesehatan (kesejahteraan), menurunkan ketergantungan, dan memberikan
kesempatan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk
mengaktualisasikan dirinya dengan tujuan menjadikan kesehatan sebagai sesuatu
yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau
kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat, mendorong pengembangan
dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Ketertarikan peneliti ingin melakukan
penelitian berjudul pengaruh pemberian penyuluhan makanan ibu menyusui adalah
masih banyaknya kasus ibu menyusui ASI disertai pemberian susu formula sebagai
tambahan pada bayi.Kasus ini yang ditemukan pada saat kunjungan Nifas Kedua
(4-28 hari)� dimana dilakukan wawancara
oleh bidan pada saat ibu mengantarkan bayinya untuk mendapatkan Imunisasi Dasar
di Puskesmas Babelan I. Survey awal yang dilakukan di masyarakat dengan metode
Wawancara didapatkan hasil bahwa masih kurangnya pengetahuan tentang makanan yang
tepat yang memperbanyak ASI terkadang tidak makan teratur dan menu dan varian
menu yang belum sangat di aplikasikan oleh ibu. Beberapa ibu ada yang tahu
tetapi enggan mengolah karena faktor kesibukan dan ada juga ibu hamil yang
memang benar belum mampu membelinya padahal banyak yang murah yang mensuport
banyaknya ASI sejak kehamilan.
Berdasarkan
hal dan pemaparan gagasan dan ide di atas tersebut peneliti merasa sangat
tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pengaruh penyuluhan kesehatan
tentang makanan ibu menyusui terhadap kelancaran produksi ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan makanan ibu menyusui� terhadap peningkatan volume ASI.
Metode
Penelitian
Ruang lingkup pada
penelitian mengkaji tentang ASI pada ibu menyusui yang dikaitkan dengan
penyuluhan tentang konsumsi makanan. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Babelan I pada bulan Maret
� Juni 2022. Jenis penelitian ini adalah
Eksperimen dan Uji Statistik. Uji Statistik yang digunakan adalah uji dependent t
test. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Babelan I. Teknik pemilihan
sampel dengan pendekatan accidental
sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 24 responden.
Hasil Penelitian
1. Analisis Data Univariat
Tabel 1
Karakteristik Responden ibu menyusui di wilayah kerja
Karakteristik Responden |
F |
% |
Umur <20 Tahun 20-25Tahun >25 Tahun |
10 10 8 |
35,7 35,7 29,6 |
TingkatPendidikan Pendidikan Rendah Pendidikan Menengah/ atas Pendidikan tinggi |
0 15 13 |
0 53,5 46,4 |
Tingkat Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja |
14 14 |
50,0 50,0 |
JumlahAnak 1 OrangAnak 2 OrangAnak >3Orang anak |
4 20 4 |
14,2 716 14,2 |
Riwayat persalinan Persalinan normal Persalinan SC |
18 10 |
64,2 35,8 |
PemberianASIEkslusif Tidak ASI Ekslusif �� Asi Ekslusif |
18 10 |
64,3 35,7 |
Produksi ASI (sebelum intervensi) <150cc � >150 cc |
10 18 |
12,0 88,0 |
Produksi ASI (setelah intervensi) <150cc >150 cc |
5 23 |
7,0 93,0 |
Puskesmas Babelan I Kabupaten Bekasi tahun 2022
(n =28)
Berdasarkan Data pada Tabel 1 umur ibu menyusui sebanyak
59.7 % < 20 tahun dan 20-25 adalah 35,7 % pendidikan menengah atas terbanyak yaitu53,5 %, ibu bekerja dan
tidak sama besar yaitu 50 %, ibu mempunyai 2 anak 71,6 %, persalinan normal 64,2 % dan 64,3 % tidak ASI Ekslusif. Jika dilihat dari karakteristik diatas mayoritas ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Babelan I tidak memberikan ASI Ekslusif.
Berdasarkan Data pada Tabel 1 di atas produksi ASI sebelum intervensi jumlah ASI <
150 cc sebanyak 12 % dan 88 % > 150 cc dan produksi ASI setelah intervensi
lebih banyak rata-rata > 150 cc yaitu 93 % saat pemompaan ASI.
2.
Analisis Bivariat
a. Produksi ASI sebelum
Intervensi
Tabel 2
Distribusi
produksi ASI sebelum intervensi
Kondisi |
Mean |
Min |
Max |
N |
Std deviasi |
Sig. |
Sebelum intervensi Setelah intervensi |
160,35 265,00 |
100 200 |
190 350 |
28 28 |
25,8 43,3 |
0,000 |
Sumber: Data Tahun 2022
Berdasarkan�
table 2
diketahui bahwa produksi ASI sebelum dilakukan intervensi� rata-rata berat� 160, 35 cc dengan volume terendah 100,0 cc,� maximum 190,0 cc serta standar
devisiasi 25,8. Sedangkan
volume asi setelah diberikan intervensi menunjukan ada peningkatan, rata-rata
produksi asi adalah 265,0, nilai minimum 200 cc dan maksimum 3550 cc dengan
standar deviasi 43,3. Hasil uji statistik paired
sample test menunjukan nilai sig. 0,000
(p value < alpha 0,05), dengan demikian keputusannya Ho ditolak dan Ha
diterima. Kesimpulannya pemberian penyuluhan efektif meningkatkan volume
produksi asi pada ibu menyusui.
Pembahasan
Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa terdapat
perbedaan� rata-rata volume produksi asi
pada ibu� sebelum dan setelah dberikan
penyuluhan, kenaikan volume produksi asi cukup signifikan hingga 100 %.� Kegiatan penyuluhan telah terbukti efektif
meningkatkan volume produksi asi pada ibu yang sedang menyusui (p value = 0,000).
Hasil
penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pola makan ibu menyusui lebih dari
separuh (66,7%) masuk kategori baik dan produksi ASI ibu menyusui lebih dari
separuh (60,0%) masuk kategori sangat baik. Hasil korelasi spearmen rank
didapatkan p-value= (0,002) < (0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan pola makan dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan hasil
penelitian maka cara ibu untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan
memperhatikan pola makan seperti makan tepat waktu dan mengkonsumsi makanan
secukupnya berupa sayuran, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air
putih (Imasrani at al, 2016).
Ibu yang mendapatkan
penyuluhan cenderung mengalami penngkatan produksi asi, alasannya
pengetahuannya meningkat dalam mengolah dan mengkonsumsi makanan. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan
sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber
protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan
yang tertumpu pada beras (Syukrianti
and Yeyen, 2019). Dalam pembangunan
bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak
dini atau bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
peningkatan kualitas manusia adalah ASI. Pemberian ASI semaksimal mungkin
merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi
penerus di masa depan (Sanima at al, 2017).
Masa menyusui adalah masa yang sangat
penting dan berharga bagi seorang ibu dan bayinya. Pada masa ini hubungan
emosional antara ibu dan anak akan terjalin, dengan periode yang cukup panjang.
Masa menyusui sangat baik bagi perkembangan mental dan psikis anak. Konsumsi
makanan yang bergizi sangat dibutuhkan ibu menyusui. Hasil riset membuktikan
bahwa ada hubungan pola makan dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan
hasil penelitian maka cara ibu untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan
memperhatikan pola makan seperti makan tepat waktu dan mengkonsumsi makanan
secukupnya berupa sayuran, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air
putih (Imasrani at al, 2016).
Makanan yang dikonsumsi ibu secara
tidak langsung mempengaruhi kualitas, maupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga
keseimbangan konsumsi gizi. trisi yang seimbang akan menghasilkan gizi yang
baik dan berkualitas. Beberapa penelitian membuktikan ibu dengan gizi yang
baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan, sebaliknya ibu
yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu menyusui selama itu bahkan tidak
jarang air susunya tidak keluar (Fitriani&Wahyuni 2021).
Teori
mengatakan bahwa penyuluhan
kesehatan merupakan suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan
dalam penelitian ini telah terbukti
mampu memotivasi para ibu untuk
meningkatkan volume produksi asi, paradigma ibu menyusui
mengalami perubahan, pengtahuan ibu tentang
kebiasaan makan makanan sederhana
juga mampu memperbanyak ASI yang terpenting adalah ibu ingin berusaha
memperbaiki dan memanfaatkan
waktu untuk mengolah makanan secara baik.
Kesimpulan
Peneliti
berharap hasil penlitian ini dapat dijadikan sebagai materi pengambilan
keputusan di Puskesmas Babelan 1 dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi. Para bayi berha mendapatkan asupan gizi melalui produksi
asi yang cukp dan berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan peran pemeintah
melalui puskesmas (petugas kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan paa ibu
menyusui melalui kegiatan penyuluhan. Setiap ibu hamil dan ibu menyusui wajib
mendapatkan penyuluhan tentang cara, tehnik meningkatkan volume produksi asi.
Penyuluhan harus dilakukan secara berkala sejak kehamilan, persalinan dan masa
nifas.
Dahliansyah, Dahliansyah, Diffah Hanim, and Harsono Salimo. 2018.
�Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi, Dan Kejadian Diare Dengan
Perkembangan Motorik Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.� Sari Pediatri
20(2): 70. Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV Google Scholar
Fitriani&Wahyuni. 2021. Asuhan Masa Nifas. 1st ed.
Deepublish.
Imasrani, Irma Yustina, Ngesti W Utami, and Susmini. 2016. �Kaitan
Pola Makan Seimbang Dengan Produksi ASI Ibu Menyusui.� Jurnal Care 4(3):
1�8. Google Scholar
Kusparlina, Eny Pemilu. 2020. �A Hubungan Antara Asupan Nutrisi
Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Yang Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan.� Jurnal
Delima Harapan 7(2): 113�17. Google Scholar
Maria Pollard. 2017. ASI (Asuhan Berbasis Bukti). Jakarta:
EGC. Google Scholar
Prananjaya, R, and Novita Rudiyanti. 2013. �Determinan Produksi
ASI Pada Ibu Menyusui.� Jurnal keperawatan IX (2): 227�37. Google Scholar
Salmah. 2018. �Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal Care Pada Ny
�R� Dengan Post Partum Blues 02-29 Juli 2018 Di Rsud Syekh Yusuf.�: 1�126.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/12979/1/SALMAH_70400114056.pdf. Google Scholar
Sanima, Ngesti W Utami, and Lasri. 2017. �Hubungan Pola Makan
Dengan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Posyandu Mawar Kelurahan Tlogomas
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.� Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan
2(3): 154�64. Google Scholar
Sulistyoningsih, Hariyani. 2020. �Hubungan Paritas Dan Pemberian
Asi Eksklusif Dengan Stunting Pada Balita (Literature Review).� Peran Tenaga
Kesehatan dalam Menurunkan Kejadian Stinting: 1�8. Google Scholar
Syukrianti, Syahda., and Finarti. Yeyen. 2019. �Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan Kelancaran Asi Di Rsud Rokan Hulu.� Jurnal
Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai 3(1): 33�41.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/views/424. Google Scholar
Tahun Omega. 2022. Statistika Untuk Ilmu Kesehatan: Teori dan Aplikasi(SPSS). Yogyakarta: Wahana Resolusi.
Yosefina
Bunga Hurint, Omega DR Tahun (2022) |
First publication
right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |