Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 8, Agustus 2022

 

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PENYULUHAN MAKANAN IBU MENYUSUI TERHADAP PENINGKATAN VOLUME ASI DI PUSKESMAS BABELAN I KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022

 

Yosefina Bunga Hurint, Omega DR Tahun

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan makanan ibu menyusui� terhadap peningkatan volume ASI. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Babelan I pada bulan Maret � Juni 2022. Jenis penelitian ini adalah ksperimen dan uji statistik yang digunakan adalah dependent t test. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Babelan I. Teknik pemilihan sampel dengan pendekatan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28 responden. Hasil uji statistik paired sample test menunjukan nilai sig. 0,000 (p value < alpha 0,05), artinya �pemberian penyuluhan efektif meningkatkan volume produksi asi pada ibu menyusui atau ada perbedaan volume poduksi asi pada ibu sebelum dan setelah diberikan intervensi. Peneliti berharap puskesmas dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan secara rutin kepada ibu saat hamil, bersalin dan di masa nifas.

 

Kata Kunci: penyuluhan makanan, volume ASI, pertumbuhan bayi

 

Abstract

The growth and development of infants is largely determined by the amount of breast milk obtained, including energy and other nutrients contained in the milk. Breast milk without other food ingredients can meet the needs of growth until the age of about six months. The purpose of this study was to determine the effect of providing food counseling for breastfeeding mothers to increase the volume of breast milk. This research was conducted in the working area of ​​the Babelan I Health Center in March � June 2022. This type of research is experimental and the statistical test used is the dependent t test. The population of this study were all breastfeeding mothers in the working area of ​​the Babelan I Health Center. The sample selection technique was an accidental sampling approach with a total sample of 28 respondents. The results of the paired sample test statistic showed the value of sig. 0.000 (p value < alpha 0.05), meaning that the provision of counseling is effective in increasing the volume of breast milk production in breastfeeding mothers or there is a difference in the volume of breast milk production in mothers before and after the intervention. Researchers hope that the puskesmas can increase regular outreach activities to mothers during pregnancy, childbirth and during the puerperium.

 

Keywords: food counseling, breast milk volume, baby growth

 

Pendahuluan

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat digantikan dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menggantikan ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi (Kusparlina, 2020).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras (Syukrianti and Yeyen, 2019).

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini atau bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah ASI. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI ekslusif telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan ASI (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang bertemakan "Dengan ASI, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia". Dalam pidatonya Presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Sanima at al, 2017).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu status gizi ibu, ibu yang cemas, perawatan payudara, pengaruh proses persalinan, umur kehamilan saat persalinan, berat bayi, frekuensi menyusui, teknik menyusui, rawat gabung, penggunaan alat kontrasepsi, alkohol, merokok dan obatobatan. Pemberian ASI yang dianjurkan ditingkat internasional dan nasional adalah pemberian ASI segera setengah jam setelah bayi lahir, kemudian pemberian ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI diteruskan sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI (Prananjaya and Rudiyanti, 2013).

Hasil penelitian membuktikan pola makan ibu menyusui lebih dari separuh (66,7%) masuk kategori baik dan produksi ASI ibu menyusui lebih dari separuh (60,0%) masuk kategori sangat baik. Hasil korelasi spearmen rank didapatkan p-value= (0,002) < (0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan hasil penelitian maka cara ibu untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan memperhatikan pola makan seperti makan tepat waktu dan mengkonsumsi makanan secukupnya berupa sayuran, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air putih (Imasrani at al, 2016).

Makanan yang dikonsumsi ibu secara tidak langsung mempengaruhi kualitas, maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. Apabila ibu menyusui mengurangi makan atau menahan rasa lapar maka akan mengurangi produksi ASI. Pada kenyataanya, tidak ada makanan atau minuman khusus yang dapat memproduksi ASI secara ajaib, meskipun banyak orang yang mempercayai bahwa makanan atau minuman tertentu akan meningkatkan produksi ASI. Pola makan adalah salah satu penentu keberhasilan ibu dalam menyusui. Sehingga ibu yang menyusui perlu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Nutrisi yang seimbang akan menghasilkan gizi yang baik dan berkualitas. Beberapa penelitian membuktikan ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan, sebaliknya ibu yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu menyusui selama itu bahkan tidak jarang air susunya tidak keluar (Fitriani&Wahyuni 2021).

Beberapa ibu ada yang beranggapan bahwa sekalipun ibu tidak mengkonsumsi menu yang seimbang akan tetapi persediaan ASI nya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya, pada dasarnya anggapan para ibu ini sebenarnya kurang relevan. Apabila ibu mengabaikan pengaturan menu seimbangnya dengan cara mengurangi porsi karbohidrat, lemak, dan sayursayuran serta buah-buahan maka akan berdampak pada produksi ASInya. Nutrisi ASI yang baik akan berpengaruh pada perkembangan bayinya. Pola makan ibu yang tidak seimbang di masa menyusui menyebabkan rentannya tubuh ibu, kelelahan yang sangat. Dampaknya produksi ASI akan menurun. Tubuh ibu telah bekerja keras dalam memproduksi ASI, serta melakukan berbagai macam aktifitas dalam rangka merawat bayinya. Sehingga disarankan bagi ibu menyusui untuk tetap menjaga pola makan yang baik (Sanima at al, 2017).

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan kelancaran ASI dengan nilai p = 0,040 (p ≤ 0,05). Pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan kelancaran ASI (Sulistyoningsih, 2020). Hasil penelitian lainnya yang mendukung penelitian menggambarkan bahwa paritas (p-value 0,000), proses persalinan (p- value=0,000), penggunaan alat kontrasepsi (p- value=0,029), pemberian makanan pralakteral (p-value 0,000), perawatan payudara (p- value=0,001), frekuensi menyusui (pvalue=0,001) dan gizi ibu (p- value=0,000) berhubungan dengan produksi ASI, sedangkan, usia ibu (p- value=0,147), umur kehamilan saat persalinan (p- value=0,586), dan Inisiasi menyusui dini (p- value=0,175) tidak berhubungan dengan produksi ASI. Kesimpulan penelitian ini dari 10 variabel yang diteliti terdapat 7 variabel yang berhubungan dengan produksi ASI, sehinga peneliti menyarankan bagi keluarga agar mendampingi ibu dan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan konseling serta bimbingan bagi para ibu dimulai dari kehamilan untuk dapat melakukan manajemen laktasi agar produksi ASI menjadi meningkat (Dahliansyah, 2018).

�Studi pendahuluan yang dilakukan penelitian pada bulan Februari 2022 di RT 03/ RW 01 di wilayah Babelan I didapatkan pola makan yang berbeda pada sebagian ibu menyusui. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan keluarga. Pola makan para ibu menyusui yang mempunyai pendapatan lebih, telah memenuhi pedoman gizi seimbang. Demikian sebaliknya, yang memiliki pendapatan kurang didapatkan belum memenuhi pedoman gizi seimbang. Dari hasil interview para ibu menyusui disampaikan bahwa produksi ASI berlimpah serta bayi mengkonsumsi ASI dengan baik. Jumlah ibu menyusui di wilayah ini cukup besar yaitu pada tahun 2019 sebanyak 765 orang, tahun 2020 sebanyak 821 orang dan tahun 2021 khusus dalam data 6 bulan saja didapatkan jumlah ibu menyusui sebanyak 321 orang. Dari 321 orang tersebut ditemukan 70% ibu menyusui memberikan ASI Ekslusif sedangkan sisanya 30% ibu menyusui ASI disertai pemberian susu formula sebagai tambahan pada bayi.

Penyuluhan kesehatan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan cara segar dan memotivasi para kaum ibu menyusui dan merubah paradigm serta kebiasaan bahwa makan sederhana juga mampu memperbanyak ASI yang terpenting adalah kita ingin berusaha memperbaiki dan memnfaatkan waktu untuk berbuat. Kita lihat kembali bahwa toeri mengatakan penyuluhan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogic praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada dasarnya untuk meningkatkan derajat kesehatan (kesejahteraan), menurunkan ketergantungan, dan memberikan kesempatan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk mengaktualisasikan dirinya dengan tujuan menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat, mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Ketertarikan peneliti ingin melakukan penelitian berjudul pengaruh pemberian penyuluhan makanan ibu menyusui adalah masih banyaknya kasus ibu menyusui ASI disertai pemberian susu formula sebagai tambahan pada bayi.Kasus ini yang ditemukan pada saat kunjungan Nifas Kedua (4-28 hari)� dimana dilakukan wawancara oleh bidan pada saat ibu mengantarkan bayinya untuk mendapatkan Imunisasi Dasar di Puskesmas Babelan I. Survey awal yang dilakukan di masyarakat dengan metode Wawancara didapatkan hasil bahwa masih kurangnya pengetahuan tentang makanan yang tepat yang memperbanyak ASI terkadang tidak makan teratur dan menu dan varian menu yang belum sangat di aplikasikan oleh ibu. Beberapa ibu ada yang tahu tetapi enggan mengolah karena faktor kesibukan dan ada juga ibu hamil yang memang benar belum mampu membelinya padahal banyak yang murah yang mensuport banyaknya ASI sejak kehamilan.

Berdasarkan hal dan pemaparan gagasan dan ide di atas tersebut peneliti merasa sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pengaruh penyuluhan kesehatan tentang makanan ibu menyusui terhadap kelancaran produksi ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan makanan ibu menyusui� terhadap peningkatan volume ASI.

 

Metode Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian mengkaji tentang ASI pada ibu menyusui yang dikaitkan dengan penyuluhan tentang konsumsi makanan. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Babelan I pada bulan Maret � Juni 2022. Jenis penelitian ini adalah Eksperimen dan Uji Statistik. Uji Statistik yang digunakan adalah uji dependent t test. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Babelan I. Teknik pemilihan sampel dengan pendekatan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 24 responden.

 

Hasil Penelitian

1.     Analisis Data Univariat

 

Tabel 1

Karakteristik Responden ibu menyusui di wilayah kerja

Karakteristik

Responden

F

%

Umur

<20 Tahun

20-25Tahun

>25 Tahun

 

10

10

8

 

35,7

35,7

29,6

TingkatPendidikan

Pendidikan Rendah

Pendidikan Menengah/ atas

Pendidikan tinggi

 

0

15

13

 

0

53,5

46,4

Tingkat Pekerjaan

Tidak Bekerja

Bekerja

 

14

14

 

50,0

50,0

JumlahAnak

1  OrangAnak

2  OrangAnak

>3Orang anak

 

4

20

4

 

14,2

716

14,2

Riwayat persalinan

Persalinan normal

Persalinan SC

 

18

10

 

64,2

35,8

PemberianASIEkslusif

Tidak ASI Ekslusif

�� Asi Ekslusif

 

18

10

 

64,3

35,7

 

Produksi ASI (sebelum intervensi)

<150cc

� >150 cc

 

10

18

 

 

12,0

88,0

 

Produksi ASI (setelah intervensi)

<150cc

>150 cc

 

5

23

 

 

7,0

93,0

 

Puskesmas Babelan I Kabupaten Bekasi tahun 2022

(n =28)

 

Berdasarkan Data pada Tabel 1 umur ibu menyusui sebanyak 59.7 % < 20 tahun dan 20-25 adalah 35,7 % pendidikan menengah atas terbanyak yaitu53,5 %, ibu bekerja dan tidak sama besar yaitu 50 %, ibu mempunyai 2 anak 71,6 %, persalinan normal 64,2 % dan 64,3 % tidak ASI Ekslusif. Jika dilihat dari karakteristik diatas mayoritas ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Babelan I tidak memberikan ASI Ekslusif.

Berdasarkan Data pada Tabel 1 di atas produksi ASI sebelum intervensi jumlah ASI < 150 cc sebanyak 12 % dan 88 % > 150 cc dan produksi ASI setelah intervensi lebih banyak rata-rata > 150 cc yaitu 93 % saat pemompaan ASI.

2.     Analisis Bivariat

a.     Produksi ASI sebelum Intervensi

 

Tabel 2

Distribusi produksi ASI sebelum intervensi

Kondisi

Mean

Min

Max

N

Std deviasi

Sig.

Sebelum intervensi

Setelah intervensi

160,35

265,00

100

200

190

350

28

28

25,8

43,3

 

0,000

Sumber: Data Tahun 2022

 

Berdasarkan� table 2 diketahui bahwa produksi ASI sebelum dilakukan intervensi� rata-rata berat� 160, 35 cc dengan volume terendah 100,0 cc,� maximum 190,0 cc serta standar devisiasi 25,8. Sedangkan volume asi setelah diberikan intervensi menunjukan ada peningkatan, rata-rata produksi asi adalah 265,0, nilai minimum 200 cc dan maksimum 3550 cc dengan standar deviasi 43,3. Hasil uji statistik paired sample test menunjukan nilai sig. 0,000 (p value < alpha 0,05), dengan demikian keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya pemberian penyuluhan efektif meningkatkan volume produksi asi pada ibu menyusui.

 

Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan� rata-rata volume produksi asi pada ibu� sebelum dan setelah dberikan penyuluhan, kenaikan volume produksi asi cukup signifikan hingga 100 %.� Kegiatan penyuluhan telah terbukti efektif meningkatkan volume produksi asi pada ibu yang sedang menyusui (p value = 0,000).

Hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pola makan ibu menyusui lebih dari separuh (66,7%) masuk kategori baik dan produksi ASI ibu menyusui lebih dari separuh (60,0%) masuk kategori sangat baik. Hasil korelasi spearmen rank didapatkan p-value= (0,002) < (0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan hasil penelitian maka cara ibu untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan memperhatikan pola makan seperti makan tepat waktu dan mengkonsumsi makanan secukupnya berupa sayuran, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air putih (Imasrani at al, 2016).

Ibu yang mendapatkan penyuluhan cenderung mengalami penngkatan produksi asi, alasannya pengetahuannya meningkat dalam mengolah dan mengkonsumsi makanan. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras (Syukrianti and Yeyen, 2019). Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini atau bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah ASI. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan (Sanima at al, 2017).

Masa menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu dan bayinya. Pada masa ini hubungan emosional antara ibu dan anak akan terjalin, dengan periode yang cukup panjang. Masa menyusui sangat baik bagi perkembangan mental dan psikis anak. Konsumsi makanan yang bergizi sangat dibutuhkan ibu menyusui. Hasil riset membuktikan bahwa ada hubungan pola makan dengan produksi ASI pada ibu menyusui. Berdasarkan hasil penelitian maka cara ibu untuk meningkatkan produksi ASI yaitu dengan memperhatikan pola makan seperti makan tepat waktu dan mengkonsumsi makanan secukupnya berupa sayuran, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air putih (Imasrani at al, 2016).

Makanan yang dikonsumsi ibu secara tidak langsung mempengaruhi kualitas, maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. trisi yang seimbang akan menghasilkan gizi yang baik dan berkualitas. Beberapa penelitian membuktikan ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan, sebaliknya ibu yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu menyusui selama itu bahkan tidak jarang air susunya tidak keluar (Fitriani&Wahyuni 2021).

Teori mengatakan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan dalam penelitian ini telah terbukti mampu memotivasi para ibu untuk meningkatkan volume produksi asi, paradigma ibu menyusui mengalami perubahan, pengtahuan ibu tentang kebiasaan makan makanan sederhana juga mampu memperbanyak ASI yang terpenting adalah ibu ingin berusaha memperbaiki dan memanfaatkan waktu untuk mengolah makanan secara baik.

 

Kesimpulan

Peneliti berharap hasil penlitian ini dapat dijadikan sebagai materi pengambilan keputusan di Puskesmas Babelan 1 dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Para bayi berha mendapatkan asupan gizi melalui produksi asi yang cukp dan berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan peran pemeintah melalui puskesmas (petugas kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan paa ibu menyusui melalui kegiatan penyuluhan. Setiap ibu hamil dan ibu menyusui wajib mendapatkan penyuluhan tentang cara, tehnik meningkatkan volume produksi asi. Penyuluhan harus dilakukan secara berkala sejak kehamilan, persalinan dan masa nifas.


BIBLIOGRAFI

 

Dahliansyah, Dahliansyah, Diffah Hanim, and Harsono Salimo. 2018. �Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi, Dan Kejadian Diare Dengan Perkembangan Motorik Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.� Sari Pediatri 20(2): 70. Google Scholar

 

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV Google Scholar

 

Fitriani&Wahyuni. 2021. Asuhan Masa Nifas. 1st ed. Deepublish.

 

Imasrani, Irma Yustina, Ngesti W Utami, and Susmini. 2016. �Kaitan Pola Makan Seimbang Dengan Produksi ASI Ibu Menyusui.� Jurnal Care 4(3): 1�8. Google Scholar

 

Kusparlina, Eny Pemilu. 2020. �A Hubungan Antara Asupan Nutrisi Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Yang Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan.� Jurnal Delima Harapan 7(2): 113�17. Google Scholar

 

Maria Pollard. 2017. ASI (Asuhan Berbasis Bukti). Jakarta: EGC. Google Scholar

 

Prananjaya, R, and Novita Rudiyanti. 2013. �Determinan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui.� Jurnal keperawatan IX (2): 227�37. Google Scholar

 

Salmah. 2018. �Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal Care Pada Ny �R� Dengan Post Partum Blues 02-29 Juli 2018 Di Rsud Syekh Yusuf.�: 1�126. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/12979/1/SALMAH_70400114056.pdf. Google Scholar

 

Sanima, Ngesti W Utami, and Lasri. 2017. �Hubungan Pola Makan Dengan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Posyandu Mawar Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.� Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan 2(3): 154�64. Google Scholar

 

Sulistyoningsih, Hariyani. 2020. �Hubungan Paritas Dan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Stunting Pada Balita (Literature Review).� Peran Tenaga Kesehatan dalam Menurunkan Kejadian Stinting: 1�8. Google Scholar

 

Syukrianti, Syahda., and Finarti. Yeyen. 2019. �Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan Kelancaran Asi Di Rsud Rokan Hulu.� Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai 3(1): 33�41. https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/views/424. Google Scholar

 

Tahun Omega. 2022. Statistika Untuk Ilmu Kesehatan: Teori dan Aplikasi(SPSS). Yogyakarta: Wahana Resolusi.

 

 

Copyright holder:

Yosefina Bunga Hurint, Omega DR Tahun (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: