Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 09, September 2022
����������������������������������������������������������
HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL INDEX DENGAN LAMA
PENYEMBUHAN OSTEOMIELITIS EKSTREMITAS BAWAH DI RSUD WALED
Fathin Syadzwana Athira1*,
Mohammad Erwin Indrakusuma2, Widiyatmiko Arifin Putro3
1* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya
Gunung Jati, Indonesia
2, 3 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung
Jati, Indonesia
Email:
*[email protected]
Osteomielitis
adalah suatu peradangan pada tulang yang disebabkan oleh infeksi. Insiden
osteomielitis di Indonesia adalah sekitar 0,5-2,4 kasus per 100.000 orang.
Salah satu pemeriksaan yang digunakan sebagai indikator kapasitas fungsional
pembuluh darah pada tungkai bawah dapat dilakukan dengan pemeriksaan Ankle Brachial Index. American Heart Association (AHA)
mendefinisikan ABI sebagai perbandingan tekanan darah sistolik yang diukur pada
arteri di pergelangan kaki dan arteri brachial. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan Ankle
Brachial Index dengan lama penyembuhan osteomyelitis ekstremitas bawah di
RSUD Waled. Metode penelitian
ini metode observasional menggunakan desain cross
sectional. Data responden pasien osteomielitis diambil sebanyak 19 sampel
di RSUD Waled pada bulan Juli tahun 2023. Penelitian ini dianalisis dengan uji
univariat dan bivariat menggunakan uji Spearman
untuk menganalisis hubungan Ankle
Brachial Index dengan lama penyembuhan osteomielitis ekstremitas bawah di
RSUD Waled. Data responden pasien osteomielitis dengan ABI <0,90 sebanyak 6
orang (31,6%) dan responden dengan nilai ABI 0,90-1,40 sebanyak 13 orang
(68,4%). Analisis hubungan dengan
uji spearman diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar -0,527 dengan nilai p value sebesar 0,010 (p< 0,05) yang memiliki makna terdapat
hubungan antara Ankle Brachial Index
dengan lama penyembuhan osteomielitis ekstremitas bawah. Kesimpulan penelitian ini terdapat
hubungan antara Ankle Brachial Index
dengan lama penyembuhan osteomielitis ekstremitas bawah di RSUD Waled.
Kata Kunci: Osteomielitis,
Ankle Brachial Index, Lama
Penyembuhan, Ekstremitas Bawah.
Osteomyelitis is an inflammation of the bone caused
by infection. The incidence of osteomyelitis in Indonesia is around 0.5-2.4
cases per 100,000 people. One examination used as an indicator of the
functional capacity of blood vessels in the lower limbs can be done with the
Ankle Brachial Index examination. The American Heart Association (AHA) defines
ABI as the ratio of systolic blood pressure measured in the arteries at the
ankle and brachial artery. The aim of this study is to analyze the relationship
between the Ankle Brachial Index and the duration of healing of lower extremity
osteomyelitis at Waled Regional Hospital. This research used an observational
method with a cross-sectional design. Data from 19 osteomyelitis patient
samples were collected at Waled Regional Hospital in July 2023. The study was
analyzed using univariate and bivariate tests, using the Spearman test to
analyze the relationship between the Ankle Brachial Index and the duration of
healing of lower extremity osteomyelitis at Waled Regional Hospital. Data from
osteomyelitis patients with an ABI <0.90 were 6 people (31.6%), and
respondents with an ABI value of 0.90-1.40 were 13 people (68.4%). The analysis
of the relationship with the Spearman test obtained a correlation coefficient
of -0.527 with a p-value of 0.010 (p < 0.05), meaning there is a
relationship between the Ankle Brachial Index and the duration of healing of
lower extremity osteomyelitis. In conclusion, this study found a relationship
between the Ankle Brachial Index and the duration of healing of lower extremity
osteomyelitis at Waled Regional Hospital.
Keywords:
Osteomyelitis,
Ankle Brachial Index, Length of Healing, Lower Extremity.
Pendahuluan
Osteomielitis
adalah suatu peradangan pada tulang yang disebabkan oleh infeksi.(1,2)
Kondisi ini dapat bersifat akut maupun kronik, dan dikarakterisasi oleh
destruksi struktur pada tulang dengan berbagai spektrum klinis. Etiologi
osteomielitis meliputi organisme piogenik seperti bakteri, fungi, maupun mycobacterium.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya osteomielitis meliputi
sistem imun yang lemah, trauma, riwayat operasi, diabetes melitus, dan PAD.(1,2)
Terlepas
dari lamanya penyakit ini telah diidentifikasi, data mengenai angka kejadian
osteomielitis sangat terbatas, khususnya di Indonesia. Insiden osteomielitis di
Amerika Serikat adalah 21,8 kasus per 100.000 orang per tahunnya, dimana kasus
osteomielitis lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Insiden osteomielitis di Indonesia adalah sekitar 0,5-2,4 kasus per
100.000 orang dan akan meningkat seiring degan bertambahnya usia. Penelitian
sebelumnya menemukan bahwa dari pasien dengan osteomielitis kronis, laki-laki
lebih banyak ditemukan daripada perempuan dan usia 17-25 tahun merupakan usia
paling banyak yang mengalami osteomielitis kronik.(2) Hal ini
menunjukan bahwa osteomielitis masih merupakan kasus yang membutuhkan perhatian
khusus di bidang medis.
Sifat
infeksi osteomielitis terdiri dari akut, subakut dan kronis hingga bisa
mengenai struktur sekunder tulang dengan presentasi masing-masing jenis
karakteristiknya berdasarkan waktu dan juga serangan dari penyakit
osteomielitis.(2) Osteomielitis pada orang dewasa paling banyak
biasanya bersifat kronis yang berlangsung selama beberapa bulan bahkan hingga
beberapa tahun. Osteomielitis kronis dapat terjadi karena adanya inokulasi dari
daerah infeksi lain yang berdekatan dan bisa juga melalui kontaminasi langsung
pada lokasi cedera. Kriteria dari penyembuhan osteomielitis bisa dilihat dari
hilangnya rasa nyeri dan luka yang sudah mengering.(2)
PAD
didefinisikan sebagai penyumbatan arteri pada ekstremitas bawah. Pada pasien
diabetes melitus dengan PAD, akan terjadi perubahan pada pembuluh darah perifer
yang mengakibatkan hipoksia pada jaringan dan mengakibatkan terjadinya
penurunan konsentrasi antibiotik di lokasi infeksi. Hal ini akan menyebabkan
proses penyembuhan luka menjadi terganggu, pengobatan menjadi sulit, tingkat
amputasi dan kematian meningkat.(5)
Ankle
Brachial Index (ABI) merupakan uji skrining non invasif
untuk mendeteksi Peripheral Arterial
Disease (PAD). Index ini membandingkan tekanan sistolik di ekstremitas
bawah dan ekstremitas atas. Perbandingan tersebut merupakan gambaran dari
resistensi pembuluh darah, di mana salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah diameter pembuluh darah. Pemeriksaan ABI ini merupakan pemeriksaan yang
direkomendasikan oleh American Heart
Association (AHA) karena pemeriksaan tersebut lebih sensitif dan spesifik
terhadap PAD dan juga bisa menjadi salah satu indikator bagi aterosklerotik
sistemik dan penanda dari prognostik pada kejadian kardiovaskuler meskipun
tidak terdapat manifestasi klinis PAD.(3)
Pada
umumnya, ABI diduga memiliki peran dalam penyembuhan luka. Salah satu studi
yang meninjau luka pada tumit menyatakan bahwa ABI tidak dapat digunakan untuk
luka tekan pada tumit. Studi lain menyebutkan bahwa ABI dapat memprediksi
keperluan lebih lanjut untuk melakukan amputasi pada luka diabetes, tetapi
bukan untuk penyembuhan luka itu sendiri.(4)
Mengingat
angka kejadian osteomielitis yang masih cukup tinggi disertai informasi yang
masih terbatas mengenai faktor yang memengaruhi proses penyembuhan
osteomielitis dan juga penelitian tentang osteomielitis yang berkaitan dengan Ankle Brachial Index (ABI) masih belum
ada, maka penelitian yang mengkaji bagaimana peran Ankle Brachial Index (ABI) dalam penyembuhan osteomielitis perlu
untuk dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengkaji mengenai hubungan
antara Ankle Brachial Index dengan
lama penyembuhan osteomielitis ekstremitas bawah.
Metode Penelitian
Penelitian
observasional menggunakan desain cross
sectional. Data responden pasien osteomielitis diambil sebanyak 19 sampel
di RSUD Waled pada bulan Juli tahun 2023. Penelitian ini dianalisis dengan uji
univariat dan bivariat menggunakan uji Spearman
untuk menganalisis hubungan Ankle
Brachial Index dengan lama penyembuhan osteomielitis ekstremitas bawah di
RSUD Waled.
Hasil dan Pembahasan
Dari
tabel 1 dapat diketahui bahwa responden dengan kategori dewasa sebanyak 6 orang
(31,6%), pra lansia sebanyak 11 orang (57,9%), dan lansia sebanyak 2 orang
(10,5%). Sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang
(21,1%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (78,9%).
Tabel 1
Distribusi
Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik
Responden |
Jumlah |
Presentase
(%) |
|
Umur |
Dewasa (18-44 tahun) |
6 |
31,6 |
Pra Lansia (45-59 tahun) |
11 |
57,9 |
|
Lansia (>60 tahun) |
2 |
10,5 |
|
Jumlah |
|
19 |
100 |
Jenis Kelamin |
Laki-Laki |
4 |
21,1 |
Perempuan |
15 |
78,9 |
|
Jumlah |
|
19 |
100 |
Pada tabel 2 menyatakan
bahwa nilai ABI responden <0,90 atau dibawah normal terdapat 6 (31,6%).
Kemudian nilai ABI responden 0,90-1,40 atau normal terdapat 13 (68,4%). Nilai ABI responden memiliki median
0,93 dengan rentang nilai 0,5-1,18.
Tabel 2
Distribusi
Nilai ABI pada Pasien Osteomielitis Ekstremitas
Bawah
di RSUD Waled
ABI |
Frekuensi |
Persentase
(%) |
|
|
Di bawah normal |
6 |
31.6 |
Normal Di atas normal |
13 0 |
68.4 0 |
|
Total |
19 |
100.0 |
Pada
tabel 3 menyatakan bahwa lama penyembuhan luka dalam <70 hari sebanyak 7
(36.8%), sedangkan ≥70 hari sebanyak 12 (63.2%). Lama penyembuhan
osteomielitis ekstremitas bawah pada responden memiliki nilai median 55 hari,
dengan rentang 30-172 hari.
Distribusi
Frekuensi Lama Penyembuhan Osteomielitis Ekstremitas
Bawah
di RSUD Waled
Lama
Penyembuhan Osteomielitis |
Frekuensi |
Persentase
(%) |
<70
hari |
7 |
36.8 |
≥70
hari |
12 |
63.2 |
Total |
19 |
100.0 |
Dari tabel 4, nilai ABI di bawah normal
terdapat 7 responden. Dari 7 responden terdapat 1 (14,3%) dengan lama
penyembuhan < 70 hari sedangkan 6 responden (85,7%) dengan lama penyembuhan
≥70 hari.
Responden nilai ABI normal terdapat 12
responden. Dari 12 responden terdapat 6 (50%) dengan lama penyembuhan < 70
hari sedangkan 6 responden (50%) dengan lama penyembuhan ≥70 hari.
Dapat diketahui setelah dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan metode Spearman diperoleh nilai p value sebesar
0,010 (p < 0.05) yang memiliki makna terdapat hubungan ABI dengan lama
penyembuhan luka. Sedangkan angka koefisien korelasi spearman diperoleh sebesar
-0,527, artinya tingkat kekuatan antara nilai ankle brachial index dengan lama
penyembuhan osteomyelitis ekstremitas bawah adalah sedang.
Pada uji analisis dengan nilai koefisien
korelasi sebesar -0,527, yaitu bernilai negatif sehingga hubungan antara Ankle
Brachial Index dengan lama penyembuhan osteomyelitis ekstremitas bawah bersifat
tidak searah (jenis hubungan berkebalikan), yang menandakan semakin rendah nilai ABI maka semakin lama durasi penyembuhan
luka pasien osteomyelitis.
Uji
Korelasi Nilai ABI dengan Lama Penyembuhan
Osteomielitis
Ekstremitas Bawah
Pembahasan
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang sulit diobati yang ditandai dengan
penghancuran progresif dan inflamasi dari tulang yang terinfeksi dan aposisi
tulang baru di tempat infeksi. Pada orang dewasa, osteomielitis biasanya merupakan
komplikasi dari luka terbuka akibat patah tulang, pembedahan, atau keduanya.
Infeksi ini dapat berkembang juga pada tulang yang tidak cedera setelah
bakteremia, kebanyakan pada anak-anak prapubertas dan pada pasien lanjut usia,
di mana infeksinya sebagian besar melibatkan kerangka aksial. Osteomielitis adalah hematogen
dalam banyak kasus, dengan S. aureus menjadi penyebab paling sering,
diisolasi dari darah atau jaringan. Gejala termasuk demam, bengkak, dan nyeri tulang lokal.(19,20) Osteomielitis kronis adalah
penyakit klinis umum dan gangguan yang menantang, ditandai dengan perjalanan
penyakit yang panjang, diagnosis dini yang sulit, dan tingkat kecacatan yang
tinggi. Karakteristik klinis
osteomyelitis kronis bervariasi, dan dapat dipengaruhi oleh geografi, waktu,
dan perbedaan patogenetik. Meskipun terapi medis dan bedah
kombinasi yang tepat, kekambuhan sering terjadi, seringkali dalam kisaran
20-30%, menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan, serta kerugian
ekonomi yang besar.(21)
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah
19 orang dengan didapatkan lama penyembuhan
luka dalam dalam <70hari sebanyak 7 (36.8%), sedangkan ≥70 hari
sebanyak 12 (63.2%).. Untuk nilai ABI responden <0,90 atau dibawah normal
terdapat 6 (31,6%). Kemudian nilai ABI responden 0,90-1,40 atau normal terdapat
13 (68,4%).
Pada
penelitian ini, jumlah sampel adalah sebanyak 19 orang
dengan pengambilan sampel menggunakan Total
Sampling dengan metode Cross
Sectional pada bulan Juli tahun 2023 di RSUD Waled Kabupaten Cirebon.
Distribusi responden pada penelitian ini didapatkan sebagian besar responden
berasal dari kelompok usia pra lansia (45-59 tahun) yaitu sebanyak 11 orang
(57,9%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (78,9%). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Pozo et al. (2018) yang menunjukkan usia rata-rata adalah
53,0 tahun (95% CI 49,8�56,2).(19)
Penelitian Ma et al. (2018) juga menunjukkan usia rata-rata saat diagnosis pertama
osteomielitis adalah 45,5 tahun dengan kelompok umur tertinggi adalah 41 sampai 50 tahun (29%).(21)
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Chrysochoou et al. (2016) yang menunjukkan sebagian besar respondennya (56%)
adalah perempuan.(20)
Penelitian
Huang et al. (2018)
juga menunjukkan sebanyak 88.4% respondennya adalah wanita.(22)
Orang dewasa yang lebih tua
memiliki durasi penyakit yang lebih lama dan jumlah komorbiditas yang lebih banyak yang membuat mereka
rentan terhadap osteomielitis.(22)
Usia yang lebih tua dan jenis kelamin perempuan juga dikaitkan dengan kejadian
komplikasi osteomyelitis seperti fraktur yang lebih tinggi.(23) Namun,
hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan penelitian Heideken et al. (2020) yang menunjukkan 61%
respondennya adalah laki-laki. Jenis kelamin laki-laki dikaitkan dengan angka
kejadian osteomyelitis yang lebih tinggi karena laki-laki lebih aktif secara
fisik dan lebih sering terlibat dalam olahraga kontak, yang menyebabkan
peningkatan risiko trauma benda tumpul.(24) Perbedaan hasil
penelitian ini dengan penelitian tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan
populasi dan karakteristik demografik yang ada pada lokasi penelitian.
b. Hubungan
Ankle Brachial Index dengan Lama Penyembuhan Osteomielitis Ekstremitas Bawah
Pada
penelitian ini didapatkan lama penyembuhan luka dalam 62 hari pada responden
memiliki jumlah yang sama yakni 2 responden (10,5%). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Zhang et al. (2021) yang menunjukkan rerata
penyembuhan adalah 48.81 � 20.43 (15-93) hari.(25)
Berdasarkan nilai ABI, responden dengan nilai ABI <0,90 atau dibawah normal
pada penelitian ini berjumlah 6 orang (31,6%). Kemudian nilai ABI responden 0,90-1,40
atau normal terdapat 13 orang (68,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Lavery et al. (2020) yang menunjukkan sebanyak 5 orang (7.6%) orang memiliki
ABI<0,90 dan 21 orang (31.8%) memiliki ABI 0,90-1,40.(26) Indeks
pergelangan kaki-brakialis (ABI) adalah alat non-invasif untuk penilaian status
vaskular. Ini terdiri dari rasio antara tekanan darah sistolik ekstremitas
bawah, khususnya pergelangan kaki, dan ekstremitas atas. Rasio ini
membandingkan resistensi pembuluh darah, dengan salah satu faktor utamanya
adalah diameter pembuluh darah. Diameter ini menyempit baik dari faktor
internal (plak, robekan intimal) maupun faktor eksternal seperti kompresi oleh
jaringan lunak. ABI mewakili rasio pergelangan kaki terhadap tekanan sistolik
brakialis dan direkomendasikan untuk dihitung dengan membagi tekanan sistolik
yang lebih tinggi dari pembuluh darah dorsalis pedis dan tibialis posterior di
pergelangan kaki dengan tekanan sistolik yang lebih tinggi yang diukur pada
arteri brakialis di kedua lengan. ABI banyak digunakan sebagai metode
non-invasif dalam melakukan penilaian vaskular ekstremitas bawah yang objektif
untuk memantau pasien yang berisiko terhadap perkembangan penyakit arteri perifer. Nilai normal untuk
penilaian ABI dalam populasi umum dianggap 1,00�1,40, dengan nilai 0,91�0,99
digolongkan sebagai 'garis batas', sedangkan nilai di bawah 0,91 menunjukkan
kemungkinan penyakit arteri perifer.(13,18,27,)
Osteomielitis
adalah infeksi serius pada tulang yang dapat bersifat akut atau kronis. Hal ini
adalah proses peradangan yang melibatkan tulang dan strukturnya yang disebabkan
oleh organisme piogenik yang menyebar melalui aliran darah, patah tulang, atau
pembedahan. Tulang dapat terinfeksi melalui jalur infeksi hematogen melalui
penyemaian bakteremik tulang dari sumber infeksi yang jauh, penyebaran yang
berdekatan dari jaringan dan sendi di sekitarnya, atau inokulasi langsung ke
tulang akibat trauma atau pembedahan.(28) Osteomielitis kronis
adalah sekunder dari inokulasi langsung patogen ke dalam tulang pada saat
trauma, sebagai akibat dari trauma bedah (yaitu mengikuti reduksi terbuka dan
fiksasi internal fraktur), dari luka terbuka kronis di atasnya atau infeksi
jaringan lunak yang berdekatan. Nyeri kronis, area eritema di sekitar tulang
yang terkena, pembengkakan dan nyeri tulang, gangguan penyembuhan luka yang
sering dikaitkan dengan nekrosis jaringan, peningkatan drainase atau saluran
sinus persisten, menggigil, demam ringan, dan malaise umum adalah beberapa
gejala klinis yang paling sering dilaporkan. Penyembuhan luka pada
osteomyelitis memiliki durasi yang berbeda-beda tergantung dengan kondisi
pasien.(29) Durasi penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh
ketidakpatuhan dengan perawatan medis, atau kurangnya kesadaran dari pihak
dokter yang merawat menerima terapi antibiotik yang terlalu singkat, atau
kurangnya pencitraan tindak lanjut dan pekerjaan laboratorium untuk menilai
respon terhadap pengobatan.(30)
Hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara ankle brachial index dengan lama penyembuhan osteomyelitis
ekstremitas bawah yang memiliki nilai p
value 0,010 (p
< 0.05). Pada uji analisis ini juga memiliki nilai koefisien korelasi
sebesar -0,527, yang
artinya memiliki hubungan sedang dan bernilai negatif (jenis hubungan tidak searah)
yang menandakan semakin rendah nilai ABI maka semakin lama durasi penyembuhan
luka pasien osteomyelitis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Verma et
al. (2018) yang menunjukkan nilai ABI
kurang dari 0,9 dikaitkan dengan penyembuhan luka yang buruk dan kekambuhan
ulkus (31)
Penelitian Depczynski et al. (2018) juga menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara ABI dengan osteomyelitis dimana osteomyelitis terjadi
sebanyak 21.7% pada ABI rendah (<0,80) dan sebanyak 12.3% pada ABI tinggi (>1.3).
(32)
Osteomielitis
terkait dengan insufisiensi vaskular biasanya terjadi akibat gangguan suplai
darah ke ekstremitas bawah, yang berkontribusi pada gangguan imunitas lokal dan
penyembuhan kulit, mendorong penyebaran infeksi serta pembentukan ulserasi
kulit pada titik-titik tekanan dan trauma serta menyebabkan penyembuhan luka
terganggu.(28) ABI berguna dalam evaluasi iskemia ekstremitas. Batas
rendah ABI dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dan penurunan fungsi
fisik. Jika
terdapat kelainan pada ABI, tingkatkan
pengawasan jika tidak ada kehilangan jaringan/gangren dan revaskularisasi jika
terjadi kehilangan jaringan atau gangren.
Setelah
revaskularisasi, terdapat korelasi antara perubahan nilai ABI dengan
penyembuhan luka ulkus (ABI delta lebih besar atau sama dengan 0,23, HR 1,87
untuk penyembuhan luka).(18,33)
Pada pasien dengan kehilangan jaringan dan gangren termasuk
pada osteomielitis, revaskularisasi yang lebih lengkap dengan mengembalikan
aliran darah langsung ke luka sangat diperlukan untuk mendukung penyembuhan
luka. Perfusi ini diperlukan untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat dan
migrasi sel imun pada daerah cedera. Tingkat suplai darah yang meningkat
biasanya diperlukan saat ulkus kulit hadir untuk menyelesaikan proses
penyembuhan luka dengan baik. Pasokan darah yang tidak memadai dapat
menyebabkan kematian sel, disfungsi endotel, peradangan, dan ketidakmampuan
untuk memberikan respons imunologi lokal yang tepat terhadap infeksi sehingga
menyebabkan gangguan penyembuhan luka.(33)
Kesimpulan
Penelitian
ini mengungkapkan bahwa 31,6% pasien osteomielitis memiliki Ankle Brachial
Index (ABI) di bawah rentang normal (<0,90), sementara 68,4% memiliki ABI
normal antara 0,90 hingga 1,40. Selain itu, 36,8% pasien osteomielitis pada
ekstremitas bawah berhasil sembuh dalam waktu kurang dari 70 hari, sementara
63,2% memerlukan 70 hari atau lebih, dengan durasi median 55 hari dan rentang
30-172 hari. Secara signifikan, terdapat korelasi yang signifikan antara Ankle
Brachial Index dan lama penyembuhan osteomielitis pada ekstremitas bawah di
RSUD Waled, seperti terlihat dari nilai p-value sebesar 0,010 (p<0,050) dan
koefisien korelasi sebesar -0,527. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ABI yang
lebih rendah berhubungan dengan durasi penyembuhan yang lebih lambat pada
pasien osteomielitis.
BIBLIOGRAFI
Aboyans, V.,
Criqui, M. H., Abraham, P., Allison, M. A., Creager, M. A., Diehm, C., et al.
(2015). Measurement and Interpretation of the Ankle-Brachial Index. AHA
Scientific Statement.
Bhowmik, D.,
Bhanot, R., Gautam, D., Rai, P., & Kumar, K. P. S. (2018). Osteomyelitis-
Symptoms, Causes and Treatment. Research Journal of Science and Technology,
10(2), 2.
Casey, S., et al.
(2019). The reliability of the ankle brachial index: a systematic review.
Journal of Foot and Ankle Research, 12(39), 2-3.
Chrysochoou, E.
A., et al. (2016). Case Report: A Rare Case of Clavicle Osteomyelitis in a
Child and Literature Review. Hindawi Publishing Corporation.
Crawford, F.,
Welch, K., Andras, A., & Chapell, F. M. (2016). Ankle brachial index for
the diagnosis of lower limb peripheral arterial disease. Cochrane Library.
Drake, R. L., et
al. (2019). GRAY Dasar-Dasar Anatomi Edisi kedua. Singapore: Elsevier.
Groll, M. E., et
al. (2018). Osteomyelitis: A Context for Wound Management. Clinical Management
Extra.
Heideken, J. V.,
et al. (2020). A 10-year retrospective survey of acute childhood osteomyelitis
in Stockholm, Sweden. Journal of Pediatrics and Child Health, 56, 1912-1917.
Huang, Y. F., et
al. (2018). Incidence and risk factors of osteomyelitis in adult and pediatric
systemic lupus erythematosus: a nationwide, population-based cohort study.
Indira, S. A.,
Lokarjana, L., & Pohan, D. K. (2016). Gambara Pasien Osteomielitis Kronis
di Bagian Bedah Ortopedi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2011-Desember
2016.
Kartika, D.,
Setyoko, Wahab, Z., & Andikaputri, K. (2022). Ankle Brachial Index pada
Penderita Diabetes dan Non Diabetes, dan Hubungannya dengan Aktivitas Fisik dan
Perilaku Merokok. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 18(1), 58.
Kristiani, A. L.,
Sumangkut, R. M., & Limpeleh, H. P. (2015). Hubungan Ankle Brachial Index
dengan Keparahan Ulkus pada Penderita Kaki Diabetik. Jurnal Biomedik (JBM),
7(3), 171-172.
Lavery, L. A., et
al. (2019). The Infected Diabetic Foot: Re-evaluating the Infectious Disease
Society of America Diabetic Foot Infection Classification. Oxford University
Press for the Infectious Disease Society of America.
Ma, X., et al.
(2018). Epidemiology, microbiology and therapeutic consequences of chronic
osteomyelitis in northern China: A retrospective analysis of 255 Patients.
Scientific Reports, 8(14895).
McClary, K. N.,
& Massey, P. (2022). Ankle Brachial Index. USA: StatPearls Publishing LLC.
Michael, et al.
(2021). Lower Extremity Peripheral Artery Disease: Contemporary Epidemiology,
Management Gaps, and Future Directions. AHA SCIENTIFIC STATEMENT. 171-184.
Momodu, I. I., et
al. (2023). Osteomyelitis. USA: StatPearls Publishing LLC.
Nabiu, M. R.,
Anandani, A., & Hardiansyah, N. P. (2019). Karakteristik Pasien Osteomielitis
di Rumah Sakit Pusat Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso. The Indonesian Journal
of Infectious Disease, 7(1), 36.
Nugraha, A.,
Rasyid, H. N., & Sukandar, H. (2021). Profile of Osteomyelitis Patients
Visiting the Orthopedic Clinic of Dr. Hasan Sadikin General Hospital,
Indonesia, in 2017�2018. Althea Medical Journal, 8(1), 43-44.
Panteli, M., et
al. (2016). Chronic osteomyelitis: what the surgeon needs to know. Efort open
reviews, 1, 128-135.
Pozo, E. G. D., et
al. (2018). Factors Predictive of Relapse in Adult Bacterial Osteomyelitis of
Long Bones. BMC Infectious Disease, 18(635), 1-2.
Rasyid, H. N.
(2018). Buku Monograf Penatalaksanaan Terkini Infeksi Tulang Kronis
(Osteomielitis Kronis). Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Rawung, R., &
Moningkey, C. (2019). Osteomyelitis: Literature review. Journal Biomedic (JBM),
17(2), 71.
Said, A.,
Novianti, A. D., & Fety, Y. (2021). Early Detection of Peripheral Artery
Disease through Ankle Brachial Index Examination in Prolanist Group at Puskesmas
Poasia. Health Information: Jurnal Penelitian, 13(1), 12-13.
Sylmova, G.,
Gusmanov, A., Batpenov, A., Kaliev, N., & Viderman, D. (2022). Risk Factors
for Postoperative Osteomyelitis among Patients after Bone Fracture: A Matched
Case�Control Study. Journal of Clinical Medicine, 11(6072), 1-2.
Wang, Z., et al.
(2016). A systematic review and meta-analysis of tests to predict wound healing
in diabetic foot. Journal of Vascular Surgery, 63(25), 29-34.
Yildiz, P. A.,
Ozdil, T., Dizbay, M., Tunccan, O. G., & Hizel, K. (2018). Peripheral
arterial disease increases the risk of multidrug-resistant bacteria and
amputation in diabetic foot infections. Turkish Journal of Medical Sciences,
48, 845.
Zhang, X., et al.
(2022). Clinical study on orthopaedic treatment of chronic osteomyelitis with
soft tissue defect in adults. International Wound Journal, 19, 1349-1356.
Copyright holder: Fathin
Syadzwana Athira, Mohammad Erwin Indrakusuma, Widiyatmiko Arifin Putro (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |