Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 8, Agustus 2022
PENUTUPAN
DEFEK PASCA EKSISI MENGGUNAKAN RHOMBOID FLAP PADA KARSINOMA SEL BASAL
Dina Febriani, Ammarilis Murastami, Danu Yuliarto,
Wibisono Nugraha, Fatimah Fitriani,
Bobby Febrianto, Achmad
Satya Negara, Winda Wijayanti,
Irene Ardiani
Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Latar belakang: Karsinoma sel basal (KSB) adalah jenis kanker kulit
yang berkembang dari sel-sel basal non keratin di epidermis. Eksisi
bedah dengan pengangkatan lesi lengkap, dicapai baik dengan margin keamanan atau dengan
kontrol mikrografik dianggap sebagai pengobatan yang paling efektif untuk KSB. Flap kulit dilakukan bila penutupan primer tidak memungkinkan untuk menutup defek kulit
akibat eksisi tumor flap
transposisi banyak digunakan karena dapat menghasilkan tampilan kosmetik yang baik. Kombinasi terapi tersebut diharapkan memberikan angka kepuasan tinggi terhadap pasien dan komplikasi yang
minimal. Kasus: Seorang
perempuan, usia 69 tahun, datang ke
Poli Kulit dan Kelamin RS
UNS Surakarta dengan keluhan
muncul benjolan kering di dahi kiri sejak 8 bulan
yang lalu. Benjolan dirasa semakin melebar dan terasa gatal serta didapatnya
nyeri. Ketika banjolan digaruk akan berdarah.
Pada hasil pemeriksaan fisik pada regio temporal tampak plak hiperpigmentasi
berbatas tegas dengan ukuran 1,5 x 3 cm. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis
dengan Karsinoma sel basal. Diskusi: Manajemen terapi karsinoma sel basar
didasarkan pada pedoman terapi untuk karsinoma
sel basal subtipe histologi agresif. Eksisi adalah salah satu terapi pilihan
untuk kasus ini. Tujuan manajemen
terapi suatu tumor adalah mengangkat seluruh tumor dengan hasil kosmetik yang dapat diterima. Penutupan luka bedah yang luas dapat disertai dengan transposisi flap. Transposisi
flap adalah salah satu
dari desain random pattern flap
yang kompleks. Teknik yang sering
dilakukan adalah Rhomboid
flap. Rhomboid flap merupakan tehnik flap yang sangat populer
untuk dapat menutup banyak defek dengan penyembuhan
yang efektif serta tampilan yang baik secara kosmetik. Pengamatan dan penilaian hasil tindakan kombinasi eksisi dan transposisi flap akan dilakukan berkala secara subjektif dan objektif pada bulan ke-3, 6 dan
12 paska operasi
Kata
Kunci: Karsinoma Sel Basal, Eksisi, Transposisi flap, Rhomboid Flap
Abstract
Backgroud: Basal
cell carcinoma (BCC) is a type of skin cancer that develops from
non-keratinized basal cells in the epidermis. Surgical excision with complete
lesion therapy, accomplished either by margin or by micrographic control is
considered the most effective treatment for BCC. Skin Flaps are performed when
primary closure is not possible to cover skin defects due to tumor excision.
The transposition Flap is widely used because it provides a good cosmetic
appearance. The combination therapy is expected to provide a high rate of
patient satisfaction and minimal complications. Case: A woman, aged 69
years, came to the Dermatology and Venereology Clinic, RS UNS Surakarta with
complaints of dry lumps appearing on the left forehead for 8 months ago. The
lump feels wider and feels itchy and painful. When the lump is scratched it
will bleed. On physical examination, the temporal region showed a well-defined
hyperpigmented plaque with a size of 1 x 3 cm. From the history and physical
examination, the patient was diagnosed with Basal Cell Carcinoma. Discussion:
Therapeutic management of basal cell carcinoma based on therapeutic guidelines
for aggressive histologic subtype of basal cell carcinoma. Excision is the
treatment of choice in this case. The goal of therapeutic management of a tumor
is to remove the tumor with acceptable cosmetic results. Closure of extensive
surgical wounds may be accompanied by a transposition Flap. The transposition
Flap is one of the complex random pattern Flap designs. The technique that is
often used is the Rhomboid Flap. Rhomboid Flap is a very popular Flap technique
to cover many defects with effective healing and good appearance and the
results of the combined excision and objective Flap action will be carried out
periodically and objectively on the 3rd, 6th, and 12th postoperatively.
Keyword:
Basal
cell carcinoma, Excision, Transposition Flap, Rhomboid Flap
Pendahuluan
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia
yang melindunginya dari lingkungan. Kulit, sebagai organ penting dan vital, mencerminkan kesehatan manusia dan sangat kompleks, elastis dan sensitif.1 Karsinoma sel basal (KSB) adalah jenis kanker kulit
yang berkembang dari sel-sel basal non keratin di epidermis.2 Basalioma, epitel sel basal, ulkus Rodent, ulkus Jacob dan
tumor Komprecher
merupakan nama lain dari KSB.1 Karsinoma sel basal dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal yang signifikan, yang mengakibatkan kerusakan dan infiltrasi ke dalam struktur
vital di bawahnya jika tidak ditangani. Paparan sinar matahari
berulang, terapi radiasi, riwayat keluarga KSB yang positif, imunosupresi dan kulit yang cerah (Fitzpatrik tipe kulit I atau
II) merupakan faktor risiko terjadinya KSB.3 Karsinoma sel basal agresif secara lokal, dapat
menyerang kulit dan struktur yang berdekatan.4
Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling umum terjadi dengan urutan pertama di seluruh dunia. Pria umumnya memiliki tingkat KSB yang lebih tinggi daripada wanita. Karsinoma sel basal lebih sering terjadi di lokasi geografis dengan paparan UV yang lebih besar. Selama
30 tahun terakhir, tingkat insiden diperkirakan telah meningkat antara 20% dan 80%.
Angka kejadian KSB juga meningkat
seiring bertambahnya usia, dengan rentang
usia diagnosis rata-rata 68 tahun.2
Pilihan terapi ditentukan oleh usia dan jenis kelamin pasien, serta lokasi, ukuran
dan jenis lesi. Semua pasien dengan
suspek KSB harus menjalani biopsi untuk memastikan diagnosis dan menentukan subtipe histologis. Tujuan utama tatalaksana KSB adalah untuk mengangkat
tumor sepenuhnya untuk mencegah kekambuhan, memperbaiki gangguan fungsional yang disebabkan oleh
tumor dan memberikan hasil kosmetik terbaik kepada pasien, terutama karena sebagian besar KSB berlokasi pada daerah wajah. Karsinoma sel basal biasanya diobati dengan pembedahan, tetapi beberapa jenis KSB dapat diobati secara
medis atau dengan terapi radiasi.
Mohs micrographic surgery (MMS), eksisi bedah standar, elektrodesikasi dengan kuretase (EDC), radiasi, terapi fotodinamik, bedah beku dan terapi topikal.5,6 Food
and Drug Administration (FDA) telah menyetujui krim topikal 5-fluorouracil (5-FU) dan Imiquimod 5 persen untuk mengobati
KSB superfisial. Kerugiannya
adalah bahwa konfirmasi histologis dari pembersihan tumor tidak secara lengkap
apabila hanya dengan terapi topikal.7,8
Eksisi bedah dengan pengangkatan lesi lengkap, dicapai
baik dengan margin keamanan atau dengan
kontrol mikrografik dianggap sebagai pengobatan yang paling efektif untuk KSB.9 Pedoman National Comprehensive Cancer Network
(NCCN) mengkategorikan KSB sebagai
risiko rendah dan tinggi, berdasarkan subtipe histologis, ukuran dan risiko kekambuhan. Untuk tumor risiko rendah yang terdefinisi dengan baik, NCCN merekomendasikan margin
perifer 4 mm untuk mencapai tingkat eksisi lengkap 95% sedangkan, untuk lesi berisiko tinggi,
disarankan margin perifer 4
hingga 6 mm.10 Pedoman European Dermatology Forum (EDF) tentang margin eksisi bedah KSB merekomendasikan margin
perifer 3 hingga 4 mm untuk KSB risiko rendah, dan margin perifer 5 hingga 10 mm untuk KSB risiko tinggi.11 Perawatan KSB yang
memadai dianggap sebagai reseksi lengkap dengan margin yang jelas. Perluasan mikroskopis tumor dapat terjadi di luar batas klinis. Perawatan
bedah pada KSB bertujuan untuk mengangkat tumor yang terlihat secara klinis dan perluasan mikroskopisnya ke dalam kulit yang tampak normal di sekitarnya. Eliminasi tumor berserta perluasan mikroskopisnya ke dalam kulit
dicapai dengan eksisi tumor bersama dengan margin kulit normal secara klinis. Jaringan adiposa subdermal resisten terhadap penyebaran sehingga penting untuk melakukan
eksisi KSB ke tingkat jaringan adiposa subdermal.9
Flap kulit dilakukan bila penutupan primer tidak memungkinkan untuk menutup defek kulit
akibat eksisi tumor.12 Dari segi pergerakannya, random pattern flap dibagi menjadi empat jenis, termasuk
advance flap, transposisi flap, rotasi flap dan interpolasi
flap.13 Transposisi flap,
juga disebut lifting flap, menggunakan
jaringan donor yang telah diperiksa sebelumnya tidak memiliki perluasan mikroskopis yang diinsisi dan dipindahkan ke tempat pertukaran
dengan jaringan utuh untuk menutup
luka. Flap transposisi
yang paling umum digunakan dalam bedah kulit
termasuk transposisi
bilobed flap, belah ketupat dan nasolabial (melolabial) serta z-plasty.14
Makalah ini melaporkan satu kasus penggunaan metode kombinasi rhomboid flap pada karsinoma
sel basal diregio temporal
sinistra. Tulisan penulisan makalah
in adalah untuk lebih memahami teknik rhomboid flap
sebagai pilihan metode eksisi pada KSB
Kasus
Seorang perempuan, usia 69 tahun, datang ke Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan keluhan muncul benjolan kering di dahi kiri sejak 8 bulan
yang lalu. Benjolan dirasa semakin melebar dan terasa gatal serta didapatnya
nyeri dan mudah berdarah. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus dan tidak ada keluhan serupa
sebelumnya. Pada hasil pemeriksaan fisik pada regio temporal tampak plak hiperpigmentasi berbatas tegas dengan ukuran 1,5 x 3 cm (Gambar 1).
Berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik, diagnosis banding pasien ini adalah karsinoma
sel basal dan karsinoma sel squamosa. Pada pemeriksaan biopsi didapatkan jaringan kulit dengan gambaran tumor epithelial
tersusun solid dan trabekuler
yang sudah menginfiltrasi ke jaringan sekitar
dengan tepi yang tersusun polisading. Pada pemeriksaan menggunakan mikroskop didapatkan gambaran sel polimorfik,
sitoplasma eosinofilik,
inti bulat, oval� hiperkromatis
dan didapatkan mitosis cukup
menggambarkan adanya keganasan. Stroma desmoplastik dengan celah yang memisahkan stroma dengan tumor.
Dari hasil pemeriksaan biopsi didapatkan kesimpulan karsinoma sel basal dengan tipe superfisial (Gambar 2). Pemeriksaan
dermoskopi menunjukkan telangiektasis dengan arborizing
vessels dari berbagai arah dengan pola
yang tidak teratur, masa
keratin, beberapa area keputihan,
ulserasi disertai krusta coklat dan kehitaman serta skuama superfisial
(Gambar 3).
���������
Gambar 1.
(A-C) Pada Regio temporal didapatkan
massa tumor multiple masing-masing berukuran 1,5 x 3 cm disertai erosi (panah merah)
dan krusta kehitaman (panah hijau).
Gambar 2. Pemeriksaan Histopatologi dengan Pewarnaan HE
(A-B). Pada pembesaran
10X epidermis menunjukkan gambaran
papilomatosis, akantosis, hiperkeratosis ringan (panah biru) dengan kelenjar sebasea (panah merah) berada tepat dibawah epidermis (C). Pada pembesaran
40X massa keratin (panah kuning) dikelilingi sel-sel kecil hiperkromatik dan sel skuamosa dengan
sel-sel besar berinti terang. (D). Pada pembesaran
100X tumor berupa sel-sel poligonal, hiperkromatik, nukleus prominen dengan tepi palisading (panah kuning).
Pada pasien ini kembali dilakukan
prosedur eksisi dan transpositional
flap desain Rhomboid Flap, dengan langkah sebagai berikut (Gambar 4):
1. Dilakukan anastesi umum
2.
Pembuatan
marker pada lokasi operasi membentuk elips dengan panjang 2,5 cm dan lebar 4 cm.
3.
Dilakukan prosedur aseptik antiseptic
4.
Dilakukan eksisi pada lesi dilakukan sepanjang garis bangun elips
5.
Pengambilan lesi dan pastikan lesi terangkat
semua
6. Undermining
7.
Insisi pada garis Flap sesuai
dengan yang telah ditandai
8.
Undermining menggunakan klem arteri pada dasar flap dilakukan setelah eksisi komplit. Jaringan dari area
donor digerakkan untuk menutup defek setelah
tegangan dan mobilitas jaringan dievaluasi.
9. Jaringan
donor ditarik kearah resipien dan dilakukan penjahitan pada titik tengah sebagai jahitan kunci
10. Luka
eksisi ditutup dengan jahitan interruptus menggunakan benang 5/0 polyprophylene monofilament non-absorbable.
Gambar 3. Gambaran
dermoskopi. (A) tampak ulserasi disertai krusta coklat dan kehitaman (panah merah). (B) lesi tampak telangiektasis dan penjalaran vaskuler dengan pola tidak
teratur (panah hijau) dan Tampak skuama superfisial (panah biru) dan tampak arborizing vessels (panah
merah).
Gambar 4.
Prosedur operasi. (A) Penandaan daerah eksisi dengan membentuk
bangun belah ketupat dengan sudut 60˚ dan
120˚. (B) Prosedur bedah
eksisi dengan Rhomboid
Flap. (C) Hasil prosedur bedah eksisi dengan
flap transposisi desain
rhomboid.
Evaluasi
7 hari setelah operasi tampak penutupan luka lengkap tanpa tanda
infeksi dan tidak didapatkan skar hipertrofik (Gambar 1 Lampiran 1). Evaluasi 14 hari setelah operasi tampak garis bekas jahitan tanpa komplikasi
dengan hasil kosmetik yang dapat diterima pasien (Gambar 2 Lampiran 1). Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya, meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan kambuh dan upaya menghidari faktor risiko. Pengawasan jangka panjang dilakukan dengan perencanaan observasi setiap 6 bulan.
Hasil dan Pembahasan
Karsinoma sel
basal (KSB), sebelumnya dikenal
sebagai epitel sel basal adalah kanker paling umum pada manusia. Karsinoma sel basal sebagian besar muncul
pada kulit yang rusak akibat sinar matahari
dan jarang berkembang pada selaput lendir atau telapak tangan
dan telapak kaki. Karsinoma
sel basal biasanya merupakan tumor yang tumbuh lambat yang jarang bermetastasis namun KSB dapat bermanifesatasi merusak jaringan lokal ketika pengobatan
tidak memadai atau tertunda Karsinoma sel basal terjadi pada kepala atau leher pada sebagian besar kasus, tetapi dapat
melibatkan batang tubuh dan ekstremitas.15 Secara klinis,
KSB biasanya muncul sebagai daging atau papula mutiara
berwarna merah muda dan terjadi di kepala atau leher.
Ulserasi atau pembuluh telangiektasis juga sering terlihat.16 Pada pasien dalam kasus ini
didapatkan adanya jaringan lokal pada bagian dahi dimana
merupakan lokasi yang
paling sering terjadi KSB.
Tumor tumbuh lambat dan tidak nyeri. Didapatkan
adanya perdarahan ketika digaruk. Berdasarkan studi retrospektif oleh Demirseren
(2014) di Turki menunjukan bahwa
lokasi tersering terjadinya KSB adalah di daerah kepala dan leher, terutama pada bagian yang sering terpapar oleh matahari.17
Klasifikasi morfologi KSB meliputi: nodular (dengan mikronodular), infiltratif (dengan morfoik), subtipe superfisial dan campuran. Subtipe nodular paling sering terjadi di kepala (terutama hidung dan dahi), leher dan punggung atas, sedangkan subtipe mikronodular paling sering terjadi di sekitar mata. Morfeaform terlokalisasi
terutama pada hidung, sudut mata, dahi
dan pipi.18 Lesi KSB superfisial, biasanya multifokal, terlokalisasi pada batang tubuh. Dalam
beberapa kasus KSB superfisial dapat muncul di kepala, di dalam bagian parietal kulit kepala. Lokasi paling umum untuk sel
basal nodular adalah wajah,
terutama hidung, pipi, dahi, lipatan nasolabial dan kelopak mata. Pasien
sering memiliki riwayat krusta dan perdarahan berulang dari hasil anamnesis. Karsinoma sel basal nodular berpigmen lebih sering terjadi pada individu berkulit gelap. Karsinoma sel basal superfisial muncul sebagai merah muda-merah, bersisik, makula atau patch serta mungkin terdapat
telangiektasis.19 Secara klinis, KSB superfisial dapat tampak mirip
dengan penyakit kulit inflamasi seperti eksim atau
psoriasis.1,20 Pada pasien dalam kasus ini
lesi berbentuk nodular serta terdapat riwayat krusta dan perdarahan berulang. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Samarasinghe (2011) di Inggris yang menjelaskan bahwa pada KSB dapat terjadi perdarahan berulang serta apabila tidak ditatalaksana
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas, kerusakan, infiltrasi tulang rawan, otot
atau tulang bahkan dengan perluasan
intrakranial.21
Pada
kasus ini berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik, diagnosis banding pasien ini adalah karsinoma
sel basal dan karsinoma sel squamosa. Dalam tinjauan literatur diagnosis
banding untuk KSB termasuk
tumor adneksa dengan folikel, kelenjar keringat atau diferensiasi
sebasea dan jenis KSS (Karsinoma Sel Skuamosa)
karena memiliki etiologi yang sama22,
selain itu karsinoma sel basal nodular memiliki bentuk manifestasi yang mirip dengan trikoblastoma.23 Dalam kasus ini,
histopatologi membantu menegakkan diagnosis KSB.22 Karsinoma sel skuamosa
memiliki lesi prekursor yang disebut aktinik keratosis, menunjukkan perkembangan tumor dan memiliki potensi untuk bermetastasis
dalam tubuh. Radiasi matahari ultraviolet (UV)
adalah faktor risiko utama dalam
pengembangan karsinoma sel skuamosa kulit
dan paparan kumulatif yang diterima selama seumur hidup memainkan
peran utama dalam perkembangan kanker ini. Diagnosis KSS didasarkan pada interpretasi tentang informasi klinis, termasuk penampilan dan morfologi, lokasi anatomi, dan riwayat yang dilaporkan pasien. Sementara presentasi klinis KSS in situ
yang paling sering adalah patch bersisik
eritematosa atau plak sedikit meningkat,
yang hampir tidak terlihat oleh pasien, KSS invasif sering mengalami ulserasi dan dapat berupa patchy, papulonodular, papillomatous, atau
exophytic. Meskipun
histopatologi dan eksisi bedah tetap menjadi
standar emas untuk diagnosis dan pengobatan
KSS, teknik pencitraan diagnostik baru seperti dermoskopi dan mikroskop reflektansi confocal meningkatkan akurasi diagnostik neoplasma keratinisasi ini. Dermoskopi adalah teknik diagnostik noninvasif untuk penegakan diagnosis KSS. Eksisi bedah adalah modalitas
pengobatan utama untuk karsinoma sel skuamosa kulit.24,25
Pemeriksaan histopatologis merupakan gold standard untuk memeriksa jaringan yang diduga terkena KSB guna mengonfirmasi diagnosis klinis dan dermoskopi KSB, akan tetapi pemeriksaan
histopatologis tidak selalu dapat mendiagnosis
secara tepat dan membedakan beberapa jenis KSB yang mirip secara morfologis dengan karsinoma jenis lain seperti ameloblastoma perifer atau karsinoma
basoskuamosa.18,19,25 Dalam penelitian di Indonesia
oleh Sukmawati (2016) menjelaskan
uji imunohistokimia dengan
BerEP4. Hal ini merupakan antibodi untuk EpCAM. Dalam penelitian
tersebut BerEP4 memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi serta telah terbukti mampu meningkatkan akurasi dalam mendeteksi
sel-sel KSB.26
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan biopsi untuk menegakkan
diagnosis. Dari pemeriksaan biopsi
didapatkan hasil tumor
epithelial yang tersusun solid dan trabekuler infiltrat ke jaringan sekitar
dengan bagian tepi tersusun polisading.
Sel-sel polimorfik, sitoplasma eosinofilik, inti bulat, oval dan hiperkromatis. Didapatkan mitosis yang cukup, stroma
desmoplastik dengan celah yang memisahkan stroma dengan tumor. Dari hasil pemeriksaan biopsi didapatkan kesimpulan Karsinoma sel basar
jenis solid tipe superfisial. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Genders (2016) di Belanda menjelaskan bahwa biopsi merupakan salah satu gold standar untuk penegakan diagnosis karsinoma sel basal.27
�Karsinoma sel basal perlu dieksisi secara lengkap, karena lesi reskuren
lebih agrasif dan akan lebih sulit
untuk diobati. Berdasarkan pedoman dari Belanda dan Eropa untuk margen eksisi
3mm untuk subtipe KSB non agresif (yaitu, nodular dan superfisial) dan margin 5 mm untuk
KSB yang lebih besar atau KSB dengan subtipe histologis yang agresif (yaitu, infiltratif atau mikronodular).4,9,28 Hal ini mirip dengan, pedoman
National Comprehensive Cancer Network
(NCCN) dimana berdasarkan subtipe histologis, ukuran, dan risiko kekambuhan mengklasifikasikan KSB
sebagai risiko rendah atau tinggi.28 Pada pasien dikasus ini dilakukan eksisi
dengan dibuat pada pola dua buah
segitiga sama sisi membentuk bangun belah ketupat dengan sudut 60˚ dan
120˚, hal ini berhubungan dengan prosedur penutupan luka bekas eksisi
dengan transposisi flap
dengan desain Rhomboid
yang akan digunakan. Teknik
ini sejalan dengan prosedur yang dilakukan oleh Arif (2019) di
Indonesia yang melakukan prosedur
eksisi kemudian diikuti transposisi flap dengan desain Rhomboid
pada pasien dengan
diagnosis KSB, didapatkan bahwa
teknik ini menghasilkan kepuasan paska operasi yang baik.29
Transposisi
flap, juga dikenal sebagai
lifting flap, digunakan untuk menutup luka dengan merekrut
jaringan donor noncontiguous yang diinsisi
dan digeser untuk menggantikan jaringan utuh. Transposisi flap
yang paling umum digunakan dalam operasi kulit
adalah flap Rhomboid.30 Flap
Rhomboid sangat berguna untuk
memperbaiki defek canthi medial dan lateral, pipi dan dua pertiga lateral atas hidung, tetapi
juga memiliki kegunaan yang
besar untuk defek dahi lateral, pelipis, daerah perioral, dagu inferior dan tangan punggung. Flap dirancang dari sumbu pendek
defek. Keuntungan dari desain ini
termasuk defek sekunder yang lebih kecil serta empat
kemungkinan susunan flap,
memungkinkan ahli bedah untuk memilih
orientasi yang menghasilkan
penutupan luka yang ideal dengan tegangan parut yang rendah. Susunan flap yang dipilih harus dirancang sedemikian rupa sehingga penutupan tempat donor (defek sekunder) disejajarkan untuk mengambil keuntungan dari area kelemahan maksimum dan menghindari struktur yang
sensitif.31
Pada pasien ini dilakukan transposisi flap
dengan desain Rhomboid.
Teknik ini dipilih karena desain Rhomboid flap
merupakan desain yang
paling sering digunakan dalam penutupan bekas luka didaerah
temporal. Rhomboid atau Limberg
flap adalah salah satu
desain flap yang sering
digunakan untuk menutup defek pada kanker kulit. Rhomboid flap
terutama digunakan pada daerah kantus medial, hidung atas, kelopak
mata bawah, pelipis dan pipi perifer. Bedah eksisi dengan
desain Rhomboid flap dipilih untuk kasus
ini berdasarkan pertimbangan lokasi, defek yang akan terjadi dan skin laxity. Rhomboid flap merupakan salah satu desain transpotitional flap
yang dibuat berbentuk belah ketupat. Desain flap rhomboid adalah dengan dua
sudut 120 � dan dua sudut 60 � yang akhirnya berbentuk seperti belah ketupat (Gambar 5). Semua
sisinya sama, dan biasanya empat lipatan dapat diangkat
dari satu belah ketupat. Flap rhomboid adalah lipatan kulit dan jaringan subkutan yang diputar di sekitar titik pivot, X, ke dalam defek
yang berdekatan. Teknik elevasinya
sederhan dimana flap
mempertahankan pleksus vaskular subpapiler dan subdermal
untuk memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
dengan cangkok kulit dengan ukuran
dan lokasi yang sama. Flap
rhomboid berukuran lebih besar dapat mengandalkan
suplai vaskular perforator.
Penurunan ketegangan pada flap
mengurangi kemungkinan nekrosis jaringan donor. Flap
harus diposisikan ke arah tegangan
minimal dan ekstensibilitas maksimum.
Penempatan sayatan sejajar dengan garis relaksasi kulit (RSTL/ Relaxed
skin tension lines) memungkinkan bekas luka yang dihasilkan berada di dalam lipatan kulit
sepanjang garis ekstensibilitas
maksimal dan menghasilkan bekas luka yang lebih minimun.32
Hasil Rhomboid flap dilaporkan lebih baik dibandingkan
skin grafts dengan bentuk
dan lokasi yang serupa dikarenakan pleksus vaskular sub-papillary dan sub-dermal tetap
dipertahankan pada flap yang tidak didapatkan pada grafts. Kesederhanaan dan efikasi flap
ini menjadikan flap ini unggul secara
kosmetik dengan sedikit sekali komplikasi. Desain Rhomboid flap ini
memiliki keunggulan seperti yang dijelaskan oleh Hon
(2020) di Amerika bahwa keunggulan
utama Rhomboid flap adalah
dapat mengarahkan tegangan kulit hanya dari satu
aksis ke arah defek.33
Pada salah satu studi oleh Arif (2019) di Indonesia juga menunjukan
penggunaan Rhomboid flap sebagai
salah satu pilihan terbaik untuk penutupan
paska eksisi pada karsinoma yang berapa pada daerah temporal.29
Gambar 5. (A) Transposisi Flap
Desain Rhomboid seperti yang digunakan pada kasus ini (B)� Tranposisi Flap Desain Rectangle.30
Prognosis
untuk pasien dengan KSB sangat baik, dengan tingkat kelangsungan hidup 100% untuk kasus yang belum menyebar ke tempat lain.
Karsinoma sel basal yang tidak dilakukan tatalaksana, dapat mengakibatkan morbiditas yang signifikan dan kerusakan kosmetik tidak jarang terjadi. Biasanya, tumor sel basal membesar secara perlahan, tanpa henti dan cenderung merusak secara lokal. Tumor periorbital dapat menyerang orbit, menyebabkan kebutaan, jika diagnosis dan pengobatan tertunda. Karsinoma sel basal yang timbul di kantus medial cenderung dalam dan invasif dan lebih sulit untuk ditangani,
sehingga KSB jenis ini dapat menyebabkan
ekstensi perineural dan hilangnya
fungsi saraf. Karsinoma Sel Basal adalah neoplasma ganas, jarang bermetastasis.
Insiden KSB metastasis diperkirakan
kurang dari 0,1%. Tempat metastasis yang paling umum
adalah kelenjar getah bening, paru-paru
dan tulang. Meskipun pengobatan bersifat kuratif pada lebih dari 95% kasus, KSB dapat kambuh, terutama
pada tahun pertama atau berkembang di tempat baru, oleh karena itu pemeriksaan
kulit secara teratur dianjurkan.34
Kesimpulan
Seorang
perempuan 69 tahun, dengan keluhan benjolan kering di dahi kiri. Pada pasien kami lakukan prosedur eksisi dan transposisi flap dengan desain Rhomboid. Penatalaksanaan
tumor ganas harus mempertimbangkan faktor pengangkatan seluruh tumor tetapi menghasilkan nilai kosmetik yang dapat diterima. Rhomboid flap
merupakan tehnik flap
yang sangat populer untuk dapat menutup banyak
defek dengan penyembuhan yang efektif serta tampilan yang baik secara kosmetik.
Pengamatan dan penilaian hasil tindakan kombinasi eksisi dan transposisi flap akan dilakukan berkala secara subjektif dan objektif pada bulan ke-3, 6 dan
12 paska operasi.
BIBLIOGRAFI
1.������� Tan, S. T., Ghaznawie, M. &
Reginata, G. Deteksi Dini Karsinoma Sel Basal. Indones. J. Cancer. 2016:
10(2): 61-7.
2.������� Cameron, M. C. et al. Basal cell
carcinoma: Epidemiology; pathophysiology; clinical and histological subtypes;
and disease associations. J. Am. Acad. Dermatol. 2019: 80(2): 303�17.
3.������� Davis, K. E. Skin Cancer: Back to
Basics: Basal Cell Carcinoma. J. Dermatol. Nurses. Assoc. 2020: 12 (1): 78�84.
4.������� Baheti, A. D. et al. Basal cell
carcinoma: a comprehensive review for the radiologist. AJR. Am. J.
Roentgenol. 2015: 204(2):
132�40.
5.������� Drucker, A. M. et al. Treatments
of primary basal cell carcinoma of the skin: A systematic review and network
meta-analysis. Ann. Intern. Med. 2018: 169(7): 456�66.
6.������� Nestor, M. C. for C. & C. R. &
Berman, B. C. for clinical & cosmetic reserach. Guidelines on the use of
SRT for treating NMSC and keloids. Jcad . 2019:
12(8): 12�8.
7.������� Cosgarea, R., Susan, M., Crisan, M.
& Senila, S. Photodynamic therapy using topical 5-aminolaevulinic acid vs.
surgery for basal cell carcinoma. J. Eur. Acad. Dermatology Venereol.
2013: 27(8): 980�4
8.������� Roozeboom, M. H. et al.
Photodynamic therapy vs. topical imiquimod for treatment of superficial basal
cell carcinoma: A subgroup analysis within a noninferiority randomized
controlled trial. Br. J. Dermatol. 2015: 172(3): 739�45.
9.������� Quazi, S. J., Aslam, N., Saleem, H.,
Rahman, J. & Khan, S. Surgical Margin of Excision in Basal Cell Carcinoma:
A Systematic Review of Literature. Cureus. 2020: 12(7): 211-8.
10.����� Christopher K. Bichakjian, MD; Thomas
Olencki, D. et al. Basal Cell Skin Cancer ,
Clinical Practice Guidelines in Oncology. Clin. Pract. Guidel. Oncol.
2016: 14(5): 574�97.
11.����� Trakatelli, M. et al. Update of the
European guidelines for basal cell carcinoma management: Developed by the
guideline subcommittee of the European Dermatology Forum. Eur. J.
Dermatology. 2014: 24 (3):
312�29.
12.����� Djawad, K., Wahab, S. & Nurdin, A.
Successful basal cell carcinoma defect reconstruction using combination of
rotation and advancement flap: Two case reports. Dermatol Reports. 2021:
13(2): 75�7.
13.����� Patel, K. G. & Sykes, J. M. Concepts
in local flap design and classification. Oper. Tech. Otolaryngol. - Head
Neck Surg. 2011: 22(1):
13�23.
14.����� Deng, M. et al. Expertise in Head
and Neck Cutaneous Reconstructive Surgery. Dermatologic Surg. 2019: 45(6), 782�90.
15.����� Dai, J. et al. Identification of critically
carcinogenesis-related genes in basal cell carcinoma. Onco. Targets. Ther.
2018: 11(1), 6957�67.
16.����� Rosner, M. Basal Cell Carcinoma. Clin.
Ophthalmic Oncol. 9, 76�80 (2016).
17.����� Demirseren, D. D., Ceran, C., Aksam, B.,
Demirseren, M. E. & Metin, A. Basal Cell Carcinoma of the Head and Neck
Region: A Retrospective Analysis of Completely Excised 331 Cases. J. Skin
Cancer. 2014: 1(1):1�6.
18.����� Mackiewicz-Wysocka, M., Bowszyc-Dmochowska,
M., Strzelecka-Weklar, D., Dańczak-Pazdrowska, A. & Adamski, Z. Basal
cell carcinoma - Diagnosis. Wspolczesna Onkol. 2013: 17(14): 337�42.
19.����� Firnhaber, J. M. Diagnosis and treatment
of basal cell and squamous cell carcinoma. Am. Fam. Physician. 2012: 86(2): 161�8.
20.����� Weber, P., Tschandl, P., Sinz, C. &
Kittler, H. Dermatoscopy of Neoplastic Skin Lesions: Recent Advances, Updates,
and Revisions. Curr. Treat. Options Oncol. 2018: 19(11): 1-7.
21.����� Samarasinghe, V., Madan, V. & Lear, J.
T. Focus on Basal Cell Carcinoma. J. Skin Cancer. 2011: 20(11): 1�5.
22.����� Dourmishev, L., Rusinova, D. & Botev,
I. Clinical variants, stages, and management of basal cell carcinoma. Indian
Dermatol. Online J. 2013: 4(1):
12-7.
23.����� Patel, P., Nawrocki, S., Hinther, K. &
Khachemoune, A. Trichoblastomas Mimicking Basal Cell Carcinoma: The Importance
of Identification and Differentiation. Cureus. 2020� 12(5): 1�22.
24.����� Combalia, A. & Carrera, C. Dermatology
Practical & Conceptual Squamous Cell Carcinoma :
An Update on Diagnosis and Treatment. 2020: 10(3): 1�9.
25.����� Li, G. High-Definition Optical Coherence
Tomography in the Diagnosis of Basal Cell Carcinoma Evaluated by an Experienced
Versus Inexperienced Investigator. J. Clin. Exp. Dermatol. Res. 2014: 5(4): 1-4.
26.����� Tansil, S., Dan, T. A. N. & Paulo, A.
Penggunaan Uji Imunohistokimia BerEP4. 2016: 10(3): 79�85.
27.����� Genders, R. E., Kuizinga, M. C., Teune, T.
M., Van Der Kruijk, M. & Van Rengen, A. Does biopsy accurately assess basal
cell carcinoma (BCC) subtype? J. Am. Acad. Dermatol. 2016: 74(1): 758�60.
28.����� Clinical, N., Guidelines, P. &
Guidelines, N. NCCN Guidelines Version 1.2018 Panel Members Basal Cell Skin
Cancer. Natl. Compr. Cancer Netw. (2018).
29.����� Widiatmoko, A. dkk. Eksisi dengan Rhomboid Flap pada Karsinoma
Basoskuamosa di Area Temporal : Laporan Kasus
Excision with Rhomboid Flap on Temporal Basosquamous Carcinoma : A Case
Report. Period. Dermatology Venereol. (2019).
30.����� Shan R. Baker, MD, F. Baker :
Local Flaps in Facial Reconstruction. (2007).
31.����� Sakamoto, Y., Nakajima, H. & Kishi, K.
The rhombic bilobed flap, a simple, geometrically designed flap. J. Cutan.
Aesthet. Surg. 2014: 7(3),
160-161.
32.����� Kang, A. S. & Kang, K. S. Rhomboid
flap: Indications, applications, techniques and results. A comprehensive
review. Ann. Med. Surg. 2021: 68(7):
1-6.
33.����� Hon, H. H. & Chandra, S. R. Rhomboid
Flap. Atlas Oral Maxillofac. Surg. Clin. North Am. 2020: 28(1): 17�22.
34.����� Brocke, R. C. C. Basal cell carcinoma. Clin.
Med. J. R. Coll. Physicians London. 2021: 5(18): 551�4.
Dina Febriani, Danu Yuliarto,
Wibisono Nugraha, Fatimah Fitriani,
Bobby Febrianto, Achmad
Satya Negara, Winda Wijayanti,
Irene Ardiani, Ammarilis Murastami �(2022) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |