Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 8, Agustus 2022
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN ENTERPRENEUR PADA
PEMILIK USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Ajheng Mulamukti A. Pratiwi, Alvin Eryandra, Puti Archianti, Briyan Angga Ardiansah
Fakultas Psikologi,
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka,
Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
[email protected]
Abstrak
Karakteristik kewirausahaan juga terkait erat dengan keberhasilan perusahaan, karena merupakan kunci untuk memaksimalkan efisiensi. Terdapat 6 karakteristik kepribadian seorang enterpreneur yaitu risk taking, innovatives, locus of control, need for achievement, self efficacy dan tolerance of ambiguity. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik kepribadian wirausahawan pada usaha kecil dan menengah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari kuesioner penelitian milik Anwar & Saleem (2019) terdiri dari 39 aitem untuk mengukur Risk taking, innovatives, locus of control, need for achievement, self efficacy dan tolerance of ambiguity. Metode pengolahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Pada kategori risk taking terdapat sebanyak 28 responden memiliki tingkat risk taking dengan kategori rendah, 65 responden masuk kedalam kategori sedang dan 23 responden memiliki tingkat risk taking yang tinggi. Untuk kategori innovatives terdapat 29 responden memiliki tingkat innovatives rendah, 59 responden masuk kedalam kategori sedang dan 28 responden memiliki tingkat innovatives yang tinggi. Terdapat sebanyak 17 responden memiliki tingkat locus of control rendah, 74 responden masuk kedalam kategori sedang dan 25 responden memiliki tingkat locus of control yang tinggi. Pada kategori need for achievement terdapat sebanyak 25 responden memiliki tingkat need for achievement rendah, 62 responden masuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 29 responden memiliki tingkat need for achievement yang tinggi. Untuk self efficacy terdapat sebanyak 30 responden memiliki tingkat self efficacy rendah, 61 responden masuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 25 responden memiliki tingkat self efficacy yang tinggi. Pada kategori tolerance of ambiguity terdapat sebanyak 27 responden memiliki tingkat tolerance of ambiguity rendah, 58 responden masuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 31 responden memiliki tingkat tolerance of ambiguity yang tinggi.
Kata Kunci: Usaha mikro kecil menengah;
karakteristik kepribadian enterpreneur.
Abstract
The
characteristics of entrepreneurship are also closely related to the success of
the company, since it is the key to maximizing efficiency. There are 6
characteristics of an entrepreneur,
namely risk taking, innovatives, locus of control, need for achievement, self efficacy and tolerance of ambiguity. The purpose of this study is to find out
more about the personality characteristics of entrepreneurs in small and
medium-sized businesses. The measuring instrument used in this study was
adapted from the research questionnaire owned by Anwar & Saleem (2019)
consisting of 39 items to measure risk taking, innovatives,
locus of control, need for achievement, self efficacy
and tolerance of ambiguity. The processing method used in this research is
quantitative. In the risk
taking category, there were 28 respondents who had a low level of risk
taking, 65 respondents were included in the medium category and 23 respondents
had a high level of risk taking. For the innovatives
category, there were 29 respondents who had a low level of innovatives,
59 respondents were included in the medium category and 28 respondents had a
high level of innovatives. There were 17 respondents
who had a low locus of control level, 74 respondents fell into the medium
category and 25 respondents had a high locus of control level. In the need for
achievement category, there were 25 respondents who had a low need for
achievement level, 62 respondents were included in the medium category and as
many as 29 respondents had a high level of need for achievement For self-efficacy, there were as many as 30 respondents who
had a low level of self-efficacy, 61 respondents entered the medium category
and as many as 25 respondents had a high level of self-efficacy. In the
tolerance of ambiguity category, there were 27 respondents who had a low level
of tolerance, 58 respondents were included in the medium category and as many
as 31 respondents had a high level of tolerance of ambiguity
Keywords: Micro,
small and medium enterprises; personality characteristics of entrepreneurs.
Pendahuluan
Pada negara berkembang, keberadaan usaha kecil dan menengah (UMKM) dapat dikatakan memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian. UMKM mampu menjaga roda perekonomian tetap berputar dan mengurangi jumlah pengangguran. UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif mandiri yang beroperasi di semua sektor ekonomi dan dijalankan oleh perorangan atau Badan Usaha (Tambunan, 2012). Beberapa upaya untuk mengevaluasi keberhasilan dengan menentukan sejauh mana upaya yang dilakukan memberi (value). Peningkatan kesejahteraan sosial merupakan salah satu nilai yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan (Mair dan Marti, 2006). Saat ini, kapasitas UMKM untuk mengembangkan usahanya masih sangat bergantung pada keterampilan wirausaha pemiliknya.
Hanya pemilik bisnis dengan pola pikir kewirausahaan yang kuat yang dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan. Ketidakmampuan pemilik untuk mempertahankan kekuatannya dalam menghadapi kesulitan akan berdampak pada kinerja dan kegagalan perusahaan (Hill dan McGowan, 1999). Keunikan pribadi merupakan gambaran luas dari ciri-ciri kewirausahaan bagi pelaku UMKM. Karakteristik kewirausahaan juga terkait erat dengan keberhasilan perusahaan, karena merupakan kunci untuk memaksimalkan efisiensi. Hal ini karena memungkinkan UMKM untuk berpikir lebih kreatif (Dhamayantie & Fauzan, 2017). Bezzina (2010) menyatakan bahwa karateristik seorang wirausahawan yang berkualitas sulit untuk ditentukan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa saat menganalisa kepribadian seorang wirausahawan, karateristik, sikap, dan tindakan tertentu sering muncul (Grasse & Trembley, 2009). Beberapa ciri kepribadian wirausaha ini perlu diteliti lebih lanjut karena terkait dengan elemen internal yang terdapat pada individu. Seorang wirausahawan dapat memiliki sejumlah ciri pembeda yang membedakannya dari orang lain yang bukan wirausaha (Thomas & Mueller, 2000). Beberapa penelitian sebelumnya telah berusaha mengungkap ciri kepribadian seorang wirausahawan. Ada tiga karakteristik yang sering dijadikan acuan dalam meneliti seorang wirausahawan dalam konteks tertentu, menurut Tyszka,T (2011).Ketiga karakteristik tersebut adalah motivasi, efikasi diri, dan risk attitude.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa karakteristik seorang wirausahawan dapat dilihat dari kebutuhan akan prestasi, locus of control internal, self suffiency, toleransi terhadap ketidakpastian, kreativitas dan keberanian mengambil risiko (Bezzina, 2010). Sedangkan menurut Anwar & Saleem (2019) Risk taking, innovatives, locus of control, need for achievement, self efficacy dan tolerance of ambiguity merupakan beberapa karakteristik yang mampu menunjang seorang entrepreneur untuk dapat sukses dalam menekuni pekerjaannya. Kewirausahaan adalah proses dinamis menciptakan kekayaan dan proses menciptakan sesuatu yang baru yang memiliki nilai dengan mencurahkan waktu dan tenaga yang diperlukan, mengambil risiko finansial, psikologis, dan sosial, dan mendapatkan hasil berupa keuangan, kepuasan pribadi, dan kebebasan, menurut Kearney, C., Hisrich, RD, dan Antoncic, B. (2013).
Kewirausahaan adalah sifat kepribadian yang dapat dilihat dalam tindakan seseorang atau organisasi. Pengusaha di bidang kesehatan, pendidikan, dan bisnis pada dasarnya bekerja dengan cara yang sama; mereka hanya melakukannya dengan lebih baik dan berbeda (Drucker, 2007). Terlepas dari bidang pekerjaan, seseorang yang secara konsisten bekerja lebih baik dan berbeda dari yang lain adalah seorang wirausaha (Drucker, 2007). Berdasarkan fenomena yang dikemukakan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah para pemilik UMKM memiliki kepribadian dalam berwirausaha atau tidak. Hal ini menjadi penting untuk diketahui karena kepribadian ini tidak hanya membentuk para pemilik UMKM dalam berwirausaha akan tetapi bisa membantu mereka untuk meningkatkan kualitas usahanya.
Penelitian ini penting untuk dilakukan guna mengembangkan keilmuan psikologi khusus nya dalam
ranah industri dan organisasi. Selain untuk menjawab
pertanyaan penelitian terkait karakteristik kepribadian entrepreneur
yang dimiliki para pemilik
UMKM, hasil dari penelitian ini juga dapat meningkatkan kemampuan para pemiliki UMKM untuk berinovasi sehingga dapat meningkatkan kualitas usahanya. Saat ini keberhasilan usaha kecil dan menengah (UMKM) dalam meningkatkan pertumbuhan usaha masih tergantung
dari kemampuan pemiliknya Para pemilik harus meningkatkan kekuatannya untuk menghadapi tantangan sehingga mampu bersaing dengan usaha lainnya. Para pengusaha perlu menerapkan strategi untuk mendapatkan konsumen atau pelanggan baru dan juga untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
yang akan terjadi nantinya.
Tanpa adanya strategi yang tepat, perusahaan akan sulit untuk bertahan di tengah persaingan (Knight, 2000). Usaha kecil dan menengah (UMKM) hanya mengandalkan jiwa kewirausahaan dari pemiliknya saja tanpa disertai dengan kemampuan membuat program yang kreatif akan sulit berkembang karena hanya memiliki visi namun tidak disertai dengan strategi yang mendukungnya. Begitupula sebaliknya jika kemampuan dalam pembuatan program pemasaran yang kreatif akan sulit dilakukan jika tidak disertai dengan melihat tantangan yang dihadapi. Riyanti (2003) mengutip hasil penelitian Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996) terhadap 178 wirausaha di Singapura menunjukkan bahwa keberhasilan berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian yaitu sebesar 48%. Kewirausahaan dapat dipahami secara bebas berupa ruh, energi, perbuatan, kepribadian, serta potensial individu ketika berhadapan dengan bisnis dan aktivitas.
Bisnis dan aktivitas tersebut berupaya untuk menemukan, menciptakan, dan mengimplementasikan pekerjaan, teknologi, dan teknologi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam memberikan layanan produk. Dengan kata lain kewirausahaan adalah salah satu bentuk kreativitas dan kemampuan berinovasi, kreativitas dapat menciptakan nilai bagi diri sendiri, berguna bagi orang lain atau masyarakat, dan saling menguntungkan (Kholifah, 2020). Menurut Cunningham, J.B. & Lischeron, J. (1991) karakteristik psikologis pendidikan kewirausahaan berfokus pada faktor kepribadian dan menganggap wirausahawan memiliki kebutuhan, dorongan, sikap, keyakinan, dan nilai unik yang menentukan perilaku mereka dan yang membedakan mereka dari non-pengusaha.
Beberapa penelitian sebelumnya berusaha mengungkapkan ciri-ciri kepribadian seorang wirausahawan. Menurut Anwar & Saleem (2019) Risk taking, innovatives, locus of control, need for achievement, self efficacy dan tolerance of ambiguity merupakan beberapa karakteristik yang mampu menunjang seorang entrepreneur untuk dapat sukses dalam menekuni pekerjaannya.
a)
Risk taking
Seorang entrepreneur akan cenderung mengambil resiko setelah mereka terlebih dahulu menganalisis situasi secara hati-hati dan sudah mengembangkan strategi untuk bisa meminimalisir dampak dari resiko yang akan diambil (Bezzina, 2010)
b) Innovatives
Schumpeter (1942) mendefinisikan pengusaha sebagai individu yang mampu mereformasi atau merevolusi pola produksi dengan memanfaatkan penemuan atau, lebih pada umumnya, suatu kemungkinan teknologi yang belum dicoba untuk menghasilkan komoditas baru atau memproduksi satu hal yang lama dengan cara baru, dengan merevolusi industri dan sebagainya.
c) Locus of Control
Keinginan individu dalam memiliki kapasitas untuk mengendalikan situasi kehidupan (Leone dan Burns, 2000). Enterpreneur umumnya memiliki locus of inner control yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan non-pengusaha (Thomas dan Mueller, 2000).
d) Need for Achievement
Kebutuhan untuk mencapai prestasi mengusulkan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk mencapai prestasi berusaha untuk unggul, dan mencapai kemajuan. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih mungkin untuk masuk ke dunia wirausaha dengan pandangan untuk mencapai lebih banyak kepuasan prestasi yang bisa dia capai dari pilihan karir lainnya (Entrialgo et al., 2000; Stewart et al., 2003).
e) Self Efficacy
Keyakinan seseorang pada kemampuannya sendiri ketika dihadapkan pada beberapa situasi yang menuntut mobilisasi motivasi. , kognisi dan modus operandi” (Arafat et al., 2018)
f) Tolerance of Ambiguity
Ketidakpastian adalah situasi yang tidak dapat diatur karena ketersediaan yang tidak memadai data. Kemampuan untuk mentolerir ambiguitas tercermin dalam cara seseorang bereaksi terhadap ketidakjelasan dansituasi yang tidak menguntungkan (Wood, 2008)
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai penelitian yang menekankan pada data-data numerikal dan menggunakan sistem pengolahan berupa metode statistika (Azwar, 2011). Menurut Sugiyono (2015) penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang memandang bahwa suatu realitas, gejala atau fenomena dapat diklasifikasikan, teramati dan terukur. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang reprentatif. Adapun bentuk kuesioner yang diberikan pada responden berupa self-reporting questionnaire. Responden akan diminta untuk memilih jawaban yang tersedia pada kuesioner yang diberikan. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan oleh peneliti terdiri dari aitem-aitem berupa bahasa Inggris.
Oleh karena itu, peneliti akan melakukan proses translasi terlebih dahulu. Proses translasi yang dilakukan didasarkan pada tujuh tahapan transalasi yang disarankan oleh Sousa et al (2011). Tahapan transalasi tersebut terdiri dari: forward translation/oneway translation, synthesis I, blindback-translate, synthesis II, pilot test, uji sampel dari kedua budaya dan full psychometric testing. Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengetahui karakteristik kepribadian entrepreneur yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil adopsi dari kuesioner Anwar & Saleem (2019) yang terdiri dari 39 aitem untuk mengukur Risk taking, innovatives, locus of control, need for achievement, self efficacy dan tolerance of ambiguity.
Alat ukur pada penelitian ini terdiri dari tujuh respon jawaban Skala Likert. Menurut Sugiyono (2015) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai sebuah fenomena. Jawaban setiap butir pernyataan yang menggunakan Skala Likert memilki gradasi dari sangat positif hingga sangat negatif. Dalam penelitian ini respon jawaban Skala Likert tersebut yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = Cukup tidak setuju, 4 = netral, 5 = Cukup setuju, 6 = setuju dan 7 = sangat setuju. Adapun untuk melakukan pengolahan data dan analisa statistik, peneliti akan menggunakan bantuan program SPSS dan Excel. Apabila subjek penelitiannya terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya, maka dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari jumlah keseluruhan anggota yang diteliti (Oei, 2010; Azwar, 2011). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 116 responden dari seluruh wilayah di Indonesia.
Hasil dan Pembahasan
A. Profile Responden
Berdasarkan data yang diperoleh selama bulan Mei – Juni 2022, jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 116 orang. Sebanyak 85 (73,3%) orang pemilik UMKM berjenis kelamin perempuan, dan sisanya 31 orang (26,7%) laki-laki. Beberapa informasi terkait usia, lama usaha dijalankan, lokasi usaha, serta jumlah karyawan yang dimiliki, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Profil Responden
|
Frekuensi |
Persentase (%) |
Jenis kelamin |
|
|
Perempuan Laki-laki |
85 31 |
73,3% 26,7% |
Usia (dalam tahun) |
|
|
20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 |
56 47 12 1 |
48,3% 40,5% 10,3% 0,9,% |
Lama usaha
dijalankan (dalam tahun) |
|
|
1 – 5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 |
87 28 0 1 |
75% 24,2% 0 0,8% |
Lokasi |
|
|
JABODETABEK Luar JABODETABEK |
50 66 |
43,2% 56,8% |
Jumlah Karyawan |
|
|
0 – 4 5 – 9 |
100 16 |
86,2% 13,8% |
Berdasarkan tabel 1 profil responden terlihat bahwasanya pada kolom jenis kelamin terdapat 85 responden dengan presentase sebesar 73,3% berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 31 responden dengan presentase sebesar 26,7% berjenis kelamin laki-laki sehingga pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Pada kolom usia bisa kita lihat bahwasanya terdapat 56 responden dengan presentase sebesar 48,3% berada pada rentang usia 20 sampai 19 tahun, 47 responden dengan presentase sebesar 40,5% berada pada rentang usia 30 sampai 39 tahun, 12 responden dengan presentase sebesar 10,3% berada pada rentang usia 40 sampai 49 tahun dan 1 responden dengan presentase sebesar 0,9% berapa pada rentang usia 50 sampai 59 tahun.
Berdasarkan data-data tersebut pada penelitian ini didominasi oleh responden yang berada pada rentang usia 20 sampai 29 tahun. Pada kolom lama nya usaha dijalankan bisa dilihat bahwasanya terdapat 87 responden dengan presentase sebesar 75% sudah menjalankan usaha yang dimiliki selama satu sampai lima tahun. 28 responden dengan presentase sebesar 24,2% sudah menjalankan usaha yang dimiliki selama enam sampai sepuluh tahun. Satu responden dengan presentase sebesar 0,8% sudah menjalankan usaha yang dimiliki selama enam belas sampai dua puluh tahun. Dapat disimpulkan bahwasanya responden pada penelitian ini didominasi oleh pemilik UMKM yang sudah menjalankan usaha yang dimiliki nya selama satu sampai lima tahun.
Pada kolom lokasi bisa dilihat bahwasanya terdapat sebanyak 50 responden dengan presentase sebesar 43,2% berdomisili di Jabodetabek sedangkan untuk responden di luar Jabodetabek terdapat sebanyak 66 responden dengan presentase sebesar 56,8% sehingga pada penelitian ini responden yang berdomisili di luar Jabodetabek lebih banyak dibandingkan responden yang berdomisili di Jabodetabek. Pada kolom jumlah karyawan bisa dilihat bahwasanya terdapat sebanyak 100 responden dengan presentase sebesar 86,2% memiliki jumlah karyawan pada rentang 0-4 karyawan dan sebanyak 16 responden dengan presentase sebesar 13,8% memiliki jumlah karyawan pada rentang 5-9 karyawan sehingga pada penelitian ini didominasi oleh pemilik UMKM yang mempunyai jumlah karyawan 0-4 karyawan.
B. Analisa Kepribadian Pemilik UMKM
Tabel 2
Kategori Risk
Taking
Kategori Risk Taking |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
rendah |
28 |
24.1 |
24.1 |
24.1 |
Sedang |
65 |
56.0 |
56.0 |
80.2 |
|
tinggi |
23 |
19.8 |
19.8 |
100.0 |
|
Total |
116 |
100.0 |
100.0 |
|
Diagram 1
Batang Kategori Risk Taking
Berdasarkan tabel 2 kategori risk taking di atas bisa dilihat bahwasanya pada kolom frequency terdapat sebanyak 28 responden yang memiliki karakteristik kepribadian risk taking dengan kategori rendah, kemudian 65 responden memiliki karakteristik kepribadian risk taking dengan kategori sedang dan 23 responden memiliki karakteristik kepribadian risk taking dengan kategori tinggi.
Tabel 2
Kategori Innovatives
Kategori Innovatives |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
rendah |
29 |
25.0 |
25.0 |
25.0 |
sedang |
59 |
50.9 |
50.9 |
75.9 |
|
tinggi |
28 |
24.1 |
24.1 |
100.0 |
|
Total |
116 |
100.0 |
100.0 |
|
Diagram
1
Batang Kategori
Innovatives
Berdasarkan tabel
2 kategori innovatives di atas bisa dilihat bahwasanya
pada kolom frequency
terdapat sebanyak 29 responden memiliki karakteristik kepribadian innovatives dengan kategori rendah, kemudian 59 responden memiliki karakteristik kepribadian innovatives dengan kategori sedang dan 28 responden memiliki karakteristik kepribadian innovatives dengan kategori tinggi.
Tabel 3
Kategori Locus Of Control
Kategori Locus Of Control |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
rendah |
17 |
14.7 |
14.7 |
14.7 |
sedang |
74 |
63.8 |
63.8 |
78.4 |
|
tinggi |
25 |
21.6 |
21.6 |
100.0 |
|
Total |
116 |
100.0 |
100.0 |
|
Diagram
2
batang kategori
Locus Of Control
Berdasarkan tabel 3 kategori locus of control di atas bisa kita lihat bahwasanya pada kolom frequency terdapat sebanyak 17 responden memiliki karakteristik kepribadian locus of control dengan kategori rendah, kemudian 74 responden memiliki karakteristik kepribadian locus of control dengan kategori sedang dan 25 responden memiliki karakteristik kepribadian locus of control, dengan kategori tinggi.
Tabel 4
Kategori Need For Achievement
Kategori Need For Achievement |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
rendah |
25 |
21.6 |
21.6 |
21.6 |
sedang |
62 |
53.4 |
53.4 |
75.0 |
|
tinggi |
29 |
25.0 |
25.0 |
100.0 |
|
Total |
116 |
100.0 |
100.0 |
|
Diagram 3
Batang Kategori
Need For
Achievement
Berdasarkan tabel 4 kategori need for achievement di atas bisa kita lihat bahwasanya pada kolom frequency terdapat sebanyak 25 responden memiliki karakteristik kepribadian need for achievement dengan kategori rendah, kemudian 62 responden memiliki karakteristik kepribadian need for achievement dengan kategori sedang dan 29 responden memiliki karakteristik kepribadian need for achievement dengan kategori tinggi.
Tabel 5
Kategori Self Efficacy
Kategori Self Efficacy |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
rendah |
30 |
25.9 |
25.9 |
25.9 |
sedang |
61 |
52.6 |
52.6 |
78.4 |
|
tinggi |
25 |
21.6 |
21.6 |
100.0 |
|
Total |
116 |
100.0 |
100.0 |
|
Diagram 4
batang kategori
Self Efficacy
Berdasarkan tabel 5 kategori self efficacy di atas bisa kita lihat bahwasanya pada kolom frequency terdapat sebanyak 30 responden memiliki karakteristik kepribadian self efficacy dengan kategori rendah, kemudian 61 responden memiliki karakteristik kepribadian self efficacy dengan kategori sedang dan 25 responden memiliki karakteristik kepribadian self efficacy dengan kategori tinggi.
Tabel 6
Kategori Tolerance Of Ambiguity
Kategori Tolerance Of Ambiguity |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative
Percent |
|
Valid |
rendah |
27 |
23.3 |
23.3 |
23.3 |
sedang |
58 |
50.0 |
50.0 |
73.3 |
|
tinggi |
31 |
26.7 |
26.7 |
100.0 |
|
Total |
116 |
100.0 |
100.0 |
|
Diagram 5
Batang Kategori Tolerance Of Ambiguity
Berdasarkan tabel 6 kategori tolerance of ambiguity di atas bisa kita lihat bahwasanya pada kolom frequency terdapat sebanyak 27 responden memiliki karakteristik kepribadian tolerance of ambiguity dengan kategori rendah, kemudian 58 responden memiliki karakteristik tolerance of ambiguity dengan kategori sedang dan 31 responden memiliki karakteristik kepribadian tolerance of ambiguity dengan kategori tinggi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil olah data dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwasanya pada diri responden penelitian ini terdapat karakteristik kepribadian enterpreneur seorang wirausahawan pemilik UMKM. Pada kategori risk taking terdapat sebanyak 28 responden memiliki tingkat risk taking dengan kategori rendah, 65 responden masuk kedalam kategori sedang dan 23 responden memiliki tingkat risk taking yang tinggi. Untuk kategori innovatives terdapat 29 responden memiliki tingkat innovatives rendah, 59 responden masuk kedalam kategori sedang dan 28 responden memiliki tingkat innovatives yang tinggi. Terdapat sebanyak 17 responden memiliki tingkat locus of control rendah, 74 responden masuk kedalam kategori sedang dan 25 responden memiliki tingkat locus of control yang tinggi. Pada kategori need for achievement terdapat sebanyak 25 responden memiliki tingkat need for achievement rendah, 62 responden masuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 29 responden memiliki tingkat need for achievement yang tinggi. Untuk self efficacy terdapat sebanyak 30 responden memiliki tingkat self efficacy rendah, 61 responden masuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 25 responden memiliki tingkat self efficacy yang tinggi. Pada kategori tolerance of ambiguity terdapat sebanyak 27 responden memiliki tingkat tolerance of ambiguity rendah, 58 responden masuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 31 responden memiliki tingkat tolerance of ambiguity yang tinggi. Selain itu dilakukan pula analisis perbandingan antar kepribadian yaitu locus of control yaitu sebesar 20,7 %, lalu kepribadian innovatives yaitu sebesar 19,96%, selanjutnya self efficacy sebesar 16,49%, tolerance of ambiguity sebesar 15,48, keprobadian need for achievement sebesar 15,17% dan yang paling kecil adalah kepribadian Risk taking yaitu sebesar 12,18%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang paling tinggi adalah kepribadian locus of control.
Aldianto, L., Anggadwita, G., & Umbara, A. N. (2018). Entrepreneurship education program as
value creation: Empirical findings of universities in Bandung, Indonesia. Journal
of Science and Technology Policy Management.
Azwar, S. (2011). Sikap dan Perilaku. Dalam: Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3-22.
Cunningham, J.B. & Lischeron,
J. (1991), “Defining Entrepreneurship”, Journal of Small Business Management,
Vol. 29, 1991, pp. 45-61.
Global Entrepreneurship Monitor (GEM) (2001), Executive Report, GEM, London Business School, London.
Dhamayantie, E & Fauzan, R. (2017). Penguatan karakteristik dan kompetensi kewirausahaan untuk meningkatkan kinerja UMKM. Matrik: Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan. 11 (1)
Hill, Jimmy & Pauric McGowan. 1999.A Quality Approach to Developing Small Firm Marketing Planning Competencies, Qualitive Market Research: An International Journal. Vol 2. No 3
Instruksi Presiden. (1994) Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1995 Tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan Dan Membudayakan Kewirausahaan.
Kearney, C., Hisrich, R. D., & Antoncic,
B. (2013). The mediating role of corporate entrepreneurship for external
environment effects on performance. Journal of Business Economics and
Management, 14(sup1), S328-S357
Kholifah, T dan Ni’matul. (2020). “Mewujudkan
Ekonomi Mandiri Melalui
Pendidikan Entrepreneur Ala Nabi Muhammad.” Jurnal
Ilmiah Al- Hadi, 5 (2),
96-112
Knight, Gary.
2000. “Entrepreneurship and Marketing
Strategy: The SME Under Globalization”. Journal of International Marketing.
Vol 8. No 2
Lackéus, M. and Williams Middleton, K. (2015), “Venture creation programs: bridging entrepreneurship education and technology transfer”, Education and Training, Vol. 57 No. 1, pp. 48-73.
Meng, L.A & Liang T.W, 1996. Entrepreneur, Entrepreneurship and Entreprising Culture, Paris.Addison-Wisley Company
Peraturan Pemerintah (2010) Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi. 2003. Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Keberhasilan Usaha Skala Kecil. Phronesis.5/9
Susilaningsih, S. (2015). Pendidikan Kewirausahaan
di Perguruan Tiggi: Pentingkah untuk Semua Profesi?. Jurnal Economia, 11(1),
1-9.
Sousa,
V., D., & Rojjanasrirat, W. (2011). Translation,
adaptation and validation of
instruments or scales for use in cross-cultural health care research: a clear
and user-friendly guideline. Journal of Evaluation in Clinical Practice.
17(2011), 268-274. Doi: 10.1111/j.1365-2753.2010.01434.x
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung
Tyszka, T., Cieślik, J., Domurat, A., & Macko, A. (2011). Motivation, self-efficacy, and risk
attitudes among entrepreneurs during transition to a market economy. The
Journal of Socio-Economics, 40(2),
124-131.
Tambunan, Tulus (2012). Mikro
kecil dan menengah di
Indonesia: isu-isu penting
Ajheng Mulamukti
A. Pratiwi, Alvin Eryandra,
Puti Archianti, Briyan Angga Ardiansah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |