Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 8, Agustus 2022

 

ACADEMIC ADJUSTMENT SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA MASA TRANSISI PEMBELAJARAN DARING DAN TATAP MUKA

 

Anissa Rizky Andriany, Mahesti Pertiwi, Ifta Pradipta, Regitha Ananda Putri

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pandemi covid 19 yang telah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun memaksa seluruh elemen Pendidikan untuk dapat beradaptasi dengan cepat sesuai dengan situasi yang tidak terduga, tidak terkecuali siswa berkebutuhan khusus. Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentu berdampak pada efektifitas pembelajaran dan beresiko pada kemungkinan adanya learning loss pada peserta didik berkebutuhan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kemampuan siswa berkebutuhan khusus untuk menyesuaikan diri secara akademik berdasarkan persepsi orang tua di masa transisi. Penyesuaian diri akademik (academic adjustment) merupakan kemampuan seseorang utnuk mengelola dan mengatasi berbagai tuntutan akademik di dalam lingkup Pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan mix method. Teknik pengumpulan data menggunakan instrument google form yang diisi oleh 40 responden dan wawancara melalui zoom meeting, google meeting, whatsapp, dan telepon kepada 10 responden penelitian yang berserdia dihubungi secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa academic adjustment siswa berkebutuhan khusus di masa transisi belum optimal.

Kata Kunci: Academic Adjustment; Anak Berkebutuhan Khusus; Transisi; Pembelajaran daring

 

Abstract

The COVID-19 pandemic which has lasted for approximately 2 years has forced all elements of education to be able to adapt quickly according to unexpected situations, including students with special needs. Various policies taken by the government certainly have an impact on the effectiveness of learning and risk the possibility of learning loss for students with special needs. This study aims to see how the ability of students with special needs to adjust academically based on the perception of parents in the transition period. Academic adjustment is a person's ability to manage and cope with various academic demands within the scope of education. This research is descriptive research which using the mix method. The data collection technique is planned to use the google form instrument and interviews through zoom meetings, google meetings, whatsapp, and telephone to 40 research respondents. The results showed that the academic adjustment of students with special needs in the transition period was not optimal.

 

Keywords: Academic Adjustments; The child with special needed; Transition; Online learning

 

Pendahuluan

Covid 19 sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia dalam waktu dua tahun belakangan ini. Di Indonesia sendiri, tantangan terhadap penanganan masalah Covid-19 membuat pemerintah menerapkan beberapa kebijakan yang berdampak pada aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali pada sektor Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus. Pembelajaran jarak jauh dianggap menjadi alternatif terbaik yang dapat dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung walaupun siswa berada di rumah.

Pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh adalah proses pembelajaran yang menggunakan jaringan internet sebagai tempat menyalurkan ilmu pengetahuan (Syarifudin, 2020). Pembelajaran jarak jauh sendiri diyakini dapat membuat siswa memiliki waktu yang banyak untuk belajar, dan siswa dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Ketersediaan aplikasi atau media seperti google classroom, video conference, telepon, live chat, zoom meeting, maupun grup whatsapp dianggap akan memudahkan guru dan siswa untuk dapat saling berinteraksi (Andriany, 2021). Namun, pada kenyataannya pembelajaran jarak jauh masih dianggap kurang efektif bagi siswa berkebutuhan khusus, karena siswa berkebutuhan khusus masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam proses belajar di masa pandemi ini.

Di awal tahun 2022, melalui kementerian Pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (Kemdikbudristek) pemerintah telah mengeluarkan surat edaran tentang pertemuan tatap muka terbatas. Di dalam SE Nomor 2 Mendikbudristek tahun 2022 disebutkan bahwa pemerintah mengizinkan untuk diadakannya PTM Terbatas pada wilayah PPKM Level 2. Sementara pelaksanaan PTM Terbatas pada satuan Pendidikan yang berada di daerah PPKM level 1, 3 dan 4 tetap mengikuti ketentuan SKB 4 menteri. Pemberhentian PTM Terbatas hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu dan bersifat sementara.

Pelaksanaan pembelajaran secara daring pada masa pandemi covid 19 menghadirkan permasalahan tersendiri bagi guru, orang tua dan terutama bagi anak berkebutuhan khusus (Andriany, 2021). Ketidaksiapan guru, orang tua dan siswa berkebutuhan khusus untuk menghadapi pesatnya perkembangan teknologi serta penggunaan media sosial dan aplikasi yang digunakan sebagai media pembelajaran daring turut menjadi faktor terhambatnya efektifitas pembelajaran daring. Masalah yang b elum selesai ini terus bertambah dengan adanya perubahan lain yang terkesan begitu mendadak bagi siswa berkebutuhan khusus mengakibatkan ketidakjelasan proses pembelajaran yang dilalui oleh para siswa berkebutuhan khusus dan beresiko mengalami learning loss dalam proses belajar.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi orang tua mengenai kemampuan menyesuaikan diri akademik (academic adjustment) pada siswa berkebutuhan khusus pada masa transisi pembelajaran daring dan PTM Terbatas. academic adjustment merupakan proses penyesuaian diri siswa dalam bidang akademik yang artinya, siswa mampu menyelesaikan kewajiban serta syarat-syarat akademik dengan cara yang sesuai, menyeluruh, memuaskan dan menyenangkan. Academic adjustment melihat bagaimana sikap siswaterhadap tugas akademik, motivasi siswa dalam mengerjakan tugas sekolah serta kepuasan siswa terhadap program akademik yang ditawarkan pihak sekolah (Baker & Siryk, 1984). Academic adjustment merupakan perilaku siswa yang bernilai positif mengenai kegiatan dan tujuan akademik siswa, selain itu kualitas lingkungan akademik serta evaluasi positif dari usaha siswa termasuk di dalamnya (Baker & Siryk, 1984). Baker (1984) menjelaskan bahwa penyesuaian akademik (academic adjustment) berkaitan dengan bagaimana cara siswa mengelola tuntutan pendidikan serta pengalaman di sekolah. Penyesuaian akademik sebagai aspek penting dalam adaptasi siswa yang berkaitan dengan ketekunan akademik termasuk proses belajar-mengajar serta pencapaian akademik serta kesehatan mental siswa selama masa sekolah.

Penelitian ini menjadi penting karena nantinya akan menjadi acuan untuk dapat diberikan penanganan lebih lanjut pada guru, orang tua, maupun siswa berkebutuhan khusus dalam menghadapi situasi yang terus berubah seperti saat ini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method) dengan metode non-eksperimental dalam menganalisis data-data yang telah dikumpulkan melalui alat ukur untuk mengukur variabel academic adjustment. Selain itu, untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan teknik deskriptif. adalah sebuah penelitian yang menggunakan metode atau pendekatan studi kasus (Creswell & Creswell, 2018). Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Jenis penelitian yang termasuk dalam kategori deskriptif adalah studi kasus dan penelitian survei. Pendekatan yang dilakukan adalah cross-sectional dengan satu kali pengambilan data tanpa memanipulasi variabel penelitian (Gravetter & Forzano, 2012).

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan penelitian survei dengan subjek penelitian adalah orangtua anak berkebutuhan khusus. Survei dilakukan dengan menyebarkan angket melalui Google Form terhadap orangtua anak berkebutuhan khusus. Google Form atau Google Formulir adalah fitur di Google yang bertujuan untuk memudahkan membuat survei melalui internet (Sudaryo, Sofiati, Medidjati & Hadiana, 2019). Metode dalam penelitian terdiri dari kuantitatif dan data kualitatif berdasarkan jenis pertanyaan yang diberikan, yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Metoda kuantitatif digunakan saat menghitung jumlah pilihan jawaban responden dengan cara tabulasi data dan presentase jawaban yang masuk. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisa jawaban dari pertanyaan terbuka yang diberikan.

Penelitian ini dilakukan pada Mei�Juni 2022, melalui google form dan aplikasi zoom meeting, google meeting, whatsapp, dan telepon seluler. Peneliti menggunakan Google form untuk menghimpun data kuesioner serta memastikan kesediaan orangtua ABK untuk dihubungi secara langsung. Kemudian, aplikasi zoom meeting, google meeting, whatsapp, dan telepon seluler digunakan oleh peneliti untuk mewawancarai orangtua ABK yang sebelumnya telah mengisi google form, serta hal ini dalam upaya menghindari resiko menyebarnya virus corona kepada pihak-pihak terkait.��

Penelitian ini melibatkan 40 responden orangtua ABK yang berasal dari SLB, Sekolah Inklusi, ataupun Lembaga Terapi yang menjalani transisi pembelajaran daring dan pertemuan tatap muka terbatas di masa Pandemi Covid-19. orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar untuk mempersepsikan kemampuan academic adjustment anaknya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Adapun, kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak berkebutuhan khusus, anaknya sedang menjalani masa transisi pembelajaran daring dan pertemuan tatap muka terbatas. Data demografis partisipan telah diperiksa dan dipastikan validitasnya (tidak ada partisipan yang mengisi dua kali, semua item jawaban terjawab).

Aspek survei yang diberikan pada orangtua berkaitan dengan pendampingan mereka terhadap anak berkebutuhan khusus selama masa transisi pembelajaran daring dan pertemuan tatap muka terbatas. Kisi-kisi survei orangtua, yakni profil orangtua, pelaksanaan transisi pembelajaran daring dan pertemuan tatap muka terbatas (metode, media, materi), pengalaman orangtua saat mendampingi proses transisi pembelajaran daring dan pertemuan tatap muka terbatas, kendala dan permasalahan dalam mendampingi anak saat transisi pembelajaran daring dan pertemuan tatap muka terbatas, aktifitas lainnya dari orangtua kepada anak saat berada di rumah, serta saran dan harapan orangtua. Pertanyaan untuk responden orangtua ABK berjumlah 25 pertanyaan, terdiri dari pertanyaan tertutup atau kategorial. Kuisioner yang terdiri dari 25 pertanyaan tertutup, menggunakan skala Likert. Instrumen penelitian yang digunakan adalah modifikasi dari kuesioner Student Adaptation to College Questionnaire berdasarkan teori Baker & Bohdan (1999). Kuisioner yang dibuat melihat dari dimensi motivation dengan 6 pertanyaan, dimensi application dengan 4 pertanyaan, performance dengan 9 pertanyaan, dan academic environtments dengan 6 pertanyaan. Pilihan jawaban yang disediakan adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian, analisa data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif bergantung pertanyaan yang diajukan. Analisa kuantitatif berdasarkan data persentase yang didapatkan. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur SACQ. Selanjutnya, peneliti melakukan uji normalitas dan kemudian uji korelasi. Pengolahan data menggunakan aplikasi Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 21.00. Kemudian, analisa kualitatif dilakukan berdasarkan jawaban responden.

 

Hasil dan Pembahasan

Profil Responden

Berdasarkan data yang diperoleh selama bulan Mei � Juni 2022, jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 40 orang. Sebanyak 34 (85%) orang sebagai ibu anak berkebutuhan khusus, dan sisanya 6 orang (15%) sebagai ayah. Beberapa informasi terkait usia, latar belakang pendidikan, jenjajng ajar, jumlah siswa yang diajar, dan masa kerja dapat dilihat pada tabel 1.

 

Tabel 1. Profil Responden Orangtua

 

Frekuensi

Persentase (%)

Usia (dalam tahun)

 

 

30 � 39

40 � 49

50 � 59

26

12

2

65%

30%

5%

Status pekerjaan orang tua

 

 

Ibu/ Ayah rumah tangga

Bekerja

30

10

75%

25%

 

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa responden orangtua ABK memiliki latar belakang dan kondisi yang cukup beragam. Sebagian besar responden berada di usia 30�49 tahun. Selain itu, sebagian besar dari responden merupakan ibu rumah tangga yang memang sebelum adanya pandemi telah berada di rumah. Selanjutnya, data mengenai anak berkebutuhan khusus dari responden dapat dilihat pada tabel 2.

 

Tabel 2. Profil Kebutuhan Khusus Anak Responden

 

Frekuensi

Persentase (%)

Jenis kelamin anak

 

 

Perempuan

Laki-laki

24

18

57,2%

42,8%

Usia anak (dalam tahun)

 

 

3 � 6

7 � 10

11 � 14

15 � 18

19 � 22

2

8

12

18

2

4,8%

19,1%

28,6%

42,7%

4,8%

Jenis kebutuhan khusus

 

 

Tuna netra

Tuna rungu

Tuna wicara

Tuna grahita

Tuna daksa

Tuna laras

Berkesulitan belajar

Lamban belajar

Autisme

ADHD

Komorbid

Lainnya

2

4

2

7

7

3

1

6

8

2

4,8%

9,5%

4,8%

16,7%

16,7%

7,1%

2,3%

14,3%

19%

4,8%

Jenis sekolah anak

 

 

Sekolah negeri inklusi

SLB

Sekolah swasta

Lainnya

20

12

8

2

47,6%

28,6%

19%

4,8%

Jenjang pendidikan anak

 

 

TK

SD

SMP

SMA

Lainnya

1

23

23

2

2,3%

54,8%

38,1%

4,8%

 

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (57,2%) anak berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 42,7% (presentase terbanyak) berusia 15-18 tahun. Kemudian, sebanyak 54,8% , atau lebih dari separuh responden berada di jenjang Pendidikan SD.

 

Hasil Survei Academic Adjustment

1.     Motivation (Motivasi)

Motivasi dalam penelitian ini dimaknai sebagai dorongan yang dimiliki oleh siswa mengenai tujuan Pendidikan serta keberadaannya di sekolah (Baker & Siryk, 1984). Seorang siswa dikatakan memiliki motivasi, apabila siswa memiliki alasan yang jelas untuk mengikuti proses belajar di sekolah, serta menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan. Gambaran motivasi yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden dapat dilihat dari grafik berikut:

 

Grafik 1

Dimensi Motivasi

 

Dari grafik 1 didapatkan hasil sebanyak 67% orang tua merasa bahwa anaknya memiliki motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran secara tatap muka di masa transisi pembelajaran daring dan PTM terbatas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada orang tua, mereka mempersepsikan bahwa anak mereka (siswa berkebutuhan khusus) terlihat bersemangat untuk mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas di masa transisi. Orang tua juga merasa ketika anak mereka mengikuti PTMT di masa transisi, perilaku belajar anak mereka menjadi lebih terkendali, seperti mulai mau mengerjakan tugas serta memiliki kedisiplinan yang mulai berkembang.

2.     Application

Pada dimensi ini, appalication merupakan salah satu inisiatif siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki dimensi application ini biasanya memiliki usaha untuk mencari informasi mengenai tugas akademik serta kehadiran siswa di kelasnya. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian siswa terhadap proses pencapaian tujuan akademis belajarnya. Gambaran application yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden dapat dilihat dari grafik berikut:

 

Grafik 2

Dimensi Application

 

Dapat diketahui bahwa dari hasil grafik diatas, sebanyak 44% orang tua merasa bahwa anaknya memiliki Application. Namun 44% ini masih di bawah dari 50%. Maka untuk dimensi application ini dikategorikan rendah, dimana anak-anak (siswa yang memiliki berkebutuhan khusus) ini cenderung kurang memiliki inisiatif dalam pencapaian akademisnya.

3.     Performance

Pada dimensi Performance ini membahas efektivitas pencapaian akademis siswa dan lingkungan sekolahnya. Siswa yang memiliki performance tinggi biasanya memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas sekolah dan melakukan segala kegiatan yang ada disekolah dengan baik atau bisa dikatakan hasil yang dimiliki siswa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sekolah. Gambaran performance yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden dapat dilihat dari grafik berikut:

 

Grafik 3

Dimensi Performance

 

Dapat ditemukan hasil dari grafik 3 diatas bahwa sebanyak 98% orang tua merasa kemampuan performance anaknya rendah. Dapat dilihat bahwa rata-rata orang tua menjawab setuju anaknya memiliki kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah, memiliki kesulitan konsentrasi, memiliki kesulitan dalam mengerjaan tugas rumah, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa performance anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti kegiatan sekolah memiliki performance yang cenderung rendah.

 

 

4.     Academic Environtments

Dimensi academic environtments merupakan suatu pengukuran kepuasan belajar siswa pada penyesuaian lingkungan sekolahnya. Misalnya, kualitas mata pelajaran, kualitas guru, dan situasi akademik dengan kegiatan belajar-mengajarnya sudah sesuai atau belum dengan yang diterapkan disekolah. Gambaran academic environtments yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden dapat dilihat dari grafik berikut:

Grafik 4

Dimensi academic environtments

 

Dapat diketahui bahwa sebanyak 78% orang tua merasa bahwa academic environtments yang dimiliki sekolah sudah sesuai dengan yang sekolah terapkan. Saat masa transisi ini sekolah pastinya telah menyiapkan semua kebutuhan siswa dengan sangat baik. Dan semua itu bisa diterima oleh para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

 

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Academic Adjustment siswa berkebutuhan khusus pada masa transisi kali ini memiliki tingkat motivasi dan academic adjustment yang baik. Orang tua telah menyiapkan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus pada masa transisi ini, begitu juga dengan sekolah. Sekolah telah menyiapkan segala yang dibutuhkan pada masa pembelajaran transisi kali ini. Maka dari itu, siswa juga ikut semangat dalam mengikuti kegiatan belajar di masa transisi ini. Namun dapat disimpulkan juga bahwa masih ada siswa berkebutuhan khusus yang masih sulit untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dimasa transisi ini. Siswa cenderung kesulitan berkonsentrasi, siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas rumah, dan juga siswa kesulitan dalam mengerjakan ujian secara mandiri. Namun dibalik itu semua, sekolah dan orang tua telah menyiapkan segala hal untuk kemajuan belajar siswa. Sekolah telah menyiapkan lingkungan, guru, kurikulum dalam pembelajaran yang sesuai dengan siswa berkebutuhan khusus.

 


BIBLIOGRAFI

 

Andriany, A.R., Pratiwi, A. M. A., & Pertiwi, M. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Daring Pada Siswa Berkebutuhan Khusus. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 6 (10). http://dx.doi.org/10.36418/Syntax-Literate.v6i10.4348

 

Baker, R. W., & Bohdan, S. (1999). Student Adaptation to College (SACQ). Torranco, CA: Western Psychological Services.

 

Pertiwi, M., Andriany, A. R., & Pratiwi, A. M. A. (2021). Gambaran Peran Orang Tua dalam Efektivitas Model Pembelajaran Daring pada Siswa Berkebutuhan Khusus. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(10). http://dx.doi.org.10.36418/Syntax- Literate.v6i10.4361

 

Copyright holder:

Anissa Rizky Andriany, Mahesti Pertiwi, Ifta Pradipta, Regitha Ananda Putri

(2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: