Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 8, Agustus 2022
PERAN SOFT SKILL TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN
FARMASI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Mexsi Mutia Rissa, Mujiyanti
Program Diploma III Farmasi, Akademi Farmasi Indonesia
Yogyakarta, Sekolah Menengah
Kejuruan Indonesia Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Soft skills merupakan
jenis keterampilan yang lebih banyak terkait
dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dan kesiapan kerja merupakan kondisi seseorang baik dari segi fisik
maupun mental untuk melakukan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencari
nafkah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh peran soft skill terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII jurusan farmasi di Sekolah Menengah Kejuruan Indonesia Yogyakarta. Populasi
pada penlitian ini adalah siswa kelas
XII jurusan farmasi di Sekolah Menengah Kejuruan Indonesia Yogyakarta. Teknik mengambilan
sampel dalam penelitian ini secara simple random sampling. Analisa menggunakan SPSS versi 23.0 dengan uji chi-square untuk
menguji hubungan atau pengaruh dua
variabel dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel soft skill
dengan variabel kesiapan kerja siswa jurusan farmasi.
Hasil penelitian menunjukkan
analisis statistik menggunakan chi-square diperoleh
nilai Asymp.sig
0,000 yang berarti kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara peran soft skill terhadap kesiapan kerja siswa jurusan
farmasi. Kesadaran akan memiliki soft skill
sangat penting untuk menunjang kualitas diri sehingga siswa
dapat menjadi lulusan yang siap kerja.
Kata Kunci: Softskill, Kesiapan kerja, Siswa jurusan farmasi
Abstract
Soft skills are a type of skill
that is more related to the sensitivity of a person's feelings to the
surrounding environment. �And workpreparation
is a condition of a person both physically and mentally to carry out an
activity with the aim of making a living. The purpose of this study is to determine
the influence of the
role of soft skills on the work readiness of class XII students majoring in pharmacy
at the Indonesian Vocational High School Yogyakarta. �The population in this study was class XII
students majoring in farmasi at Sekolah
Menengah Kejuruan Indonesia
Yogyakarta. The technique of taking samples in this study was simple random
sampling. �The analysis used SPSS version 23.0 with the c hi-square test to test the relationship or
influence of two variables and measure the strong relationship between variabel soft skills and the variables of work readiness of
students majoring in pharmacy. The results showed that the analysis ofk statistics using chi-square obtained an Asymp.sig value of
0.000 which means less than 0.05. This shows that there is a relationship
between the role of soft skills and the work
readiness of students majoring in pharmacy. �Awareness of having soft
skills is very important to support self-quality so that students can become
work-ready graduates.
Keywords: Soft skills,
Job readiness, Students majoring in pharmacy
Pendahuluan
Peranan penting di Era globalisasi dalam kemajuan bangsa adalah sumber daya
manusia yang berkualitas, tangguh dan terampil. Pendidikan,
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu media tempat memperoleh calon tenaga kerja
serta akan mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, produktif, dan mampu bersaing (Widarto, dkk, 2011). Dunia
Pendidikan mempunyai peran dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas sehingga dapat dikembangkan secara berkelanjutan guna menjalankan tantangan jaman yang terus mengalami perubahan serta untuk pembangunan di Indonesia.
Adapun usaha pemerintah dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dengan mengembangkan sekolah kejuruan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
2006 dimana profil lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu menguasai kompetisi program keahlian untuk memenuhi tuntunan dunia kerja maupun untuk mengikuti
Pendidikan tinggi sesuai bidang sehingga menghasilkan lulusan yang siap memasuki lapangan
kerja.
Menurut Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 pasal 15 dimana
Pendidikan kejuruan adalah sekolah menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk siap
bekerja pada bidang tertentu, dimana target sekolah menengah kejuruan adalah 80% alumni dapat terserap ke dunia kerja serta 20% dapat melanjutkan berwirausaha ataupun kuliah. Adapun tuntunan relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia kerja dapat diartikan bahwa seluruh calon
tenaga kerja diwajibkan menguasai sejumlah kompetensi yang dapat didemonstrasikan saat bekerja. Lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan tidak hanya menguasai kemampuan akademik namun juga harus menguasai kemampuan diluar akademik sebagai pendukung agar mampu bekerja produktif
dan berkualitas (Suryanto, dkk. 2013).
Sektor pendidikan menjadi
salah satu pihak yang berperan aktif dalam membangun sumber daya manusia
yang unggul, di era globalisasi
saat ini kualitas diri merupakan
salah satu faktor penting yang harus dimiliki tenaga kerja/calon tenaga
kerja dalam menghadapi tantangan dunia kerja. Tenaga kerja yang berkualitas, tercermin dari profesionalitas seseorang dalam bekerja. Sikap profesional seseorang tidak serta merta
timbul sendirinya, melainkan perlu adanya pelatihan terlebih dahulu. Pengaruh softskill antara dunia kerja dengan pembelajaran dapat dilihat dari
banyaknya kebutuhan softskill di dunia kerja serta kebutuhan pembelajaran softskill yang diberikan dalam system Pendidikan
(Sutrisno, 2016).
Adanya ketidak sesuaian
antara kebutuhan sumber daya manusia
dengan penyediaan tenaga kerja dari
institusi pendidikan kejuruan berkaitan dengan kesiapan mental individu salam menghadapi dunia kerja. Disaat memasuki dunia kerja dibutuhkan kesiapan mental, fisik, dan ilmu pengetahuan yang cukup. Dimana kesiapan kerja merupakan kondisi adanya keserasian antara keterampilan fisik, mental, dan ilmu pengetahuan sehingga setiap individu memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu, karena ada hubungannya
dengan pekerjaan
(Fitriyanto,2006).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik
(2020) menunjukan bahwa dalam satu tahun
terakhir Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) pada tahun 2020 sebesar
7,07 persen (9,77 juta
orang), meningkat sebesar
1,84 persen dibandingkan tahun 2019. Berikut ini akan disajikan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan pendidikan tertinggi lulusan tahun 2019-2020.
Tabel 1
Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan
Sumber:
(Badan Pusat Statistik, 2020)
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa daya serap angkatan
kerja dari lulusan tingkat pendidikan SMK masih rendah bahkan menjadi
salah satu jenjang pendidikan yang berkontribusi besar terhadap jumlah pengangguran di Indonesia.
Tingginya angka pengangguran terdidik dapat diakibatkan oleh banyaknya lulusan tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh tidak semua SMK mempunyai kualitas yang sama dan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang memadai, konsep link and match belum
terlaksana dengan baik dalam artian
keahlian yang dimiliki lulusan SMK dengan kebutuhan lapangan kerja belum sesuai
dan terbatasnya informasi lowongan kerja (Khurniawan dkk, 2019).
Berdasarkan Pusat Statistik yang dikeluarkan pada Agustus 2019, dimana PTP tertinggi berdasarkan tingkat pendidikan adalah lulusan SMK, yaitu sebesar 10,42%. SMK dengan
program keahlian farmasi merupakan pengembangan dari keahlian Kesehatan dan pekerjaan sosial ke arah seluruh
aspek dasar-dasar teknik pembuatan mutu produk, manajemen
produk obat, teknologi pengemasan produk serta kewirausahaan
di farmasi (Kementerian Pendidikan, 2017). SMK Farmasi salah satu pilihan masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam mensekolahkan
putra-putri mereka ke jenjang pendidikan
menengah kejuruan. Harapan orang
tua siswa kedepannya setelah lulus dari SMK Farmasi, putra putri mereka
dapat langsung siap kerja di berbagai
pelayanan kefarmasian, seperti apotik, klinik, industri farmasi serta obat
tradisional.
Perdana
(2019) Sumber Daya Manusia merupakan suatu asset utama dalam membangun kemajuan suatu bangsa. Ketersediaan sumber daya alam
(natural resources) yang melimpah dan adanya sumber daya
modal serta teknologi yang semakin canggih, tidak mempunyai kontribusi yang bernilai lebih, tanpa disertai
oleh adanya sumber daya manusia (human resources)
yang berkualitas. Dunia Pendidikan merupakan sumber utama dalam penyediaan
tenaga kerja (SDM) yang kompeten di pasar tenaga kerja. Namun masih
ada gap antara kebutuhan SDM di lapangan kerja dengan SDM yang dihasilkan oleh lembanga pendidikan (OECD, 2015)
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terjadi begitu pesat pada era globalisasi saat ini tentunya berimbas
pada pengelolaan sumber daya manusia. Perusahaan telah menetapkan kualifikasi yang tinggi pada angkatan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Caballero & Walker (2010) berpendapat bahwa perusahaan telah memiliki kriteria penilaian pada lulusan yang siap kerja. Menurut Slameto (2015) menyatakan bahwa kesiapan merupakan keseluruhan kondisi individu yang membuatnya siap untuk memberi respon
atau jawaban dengan cara tertentu
terhadap respon yang diberikan, diantaraya kondisi fisik, mental dan emosional, kebutuhan-kebutuhan,
motif dan tujuan, keterampilan,
pengetahuan dan pengertian
yang telah di pelajari..
Kesiapan kerja merupakan
keseluruhan kondisi individu yang meliputi kemantapan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan (Stevani, 2015). Menurut penelitian Afriani (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara penguasaan soft skill
dengan kesiapan kerja yaitu sebesar,
0,58%. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngaini (2017) bahwa terdapat pengaruh antara penguasaan soft skills dengan
kesipaan kerja. Sedangkan menurut Cahyaningrum (2018) dimana terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penguasaan soft skills
dengan kesiapan kerja sebesar 5,34%.
Kesiapan kerja suatu
kemampuan siswa untuk langsung terjun ke dunia kerja setelah lulus tanpa membutuhkan waktu penyesuaian yang lama di lingkungan kerja dengan didukung oleh kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar yang sesuai kebutuhan dunia kerja. Siswa dikatakan
memiliki kesiapan kerja jika mempunyai
sikap kritis, kemampuan berkomunikasi yang baik, tanggung jawab, memiliki ambisi maju dan berusaha mengikuti perkembangan bidang keahliannya terutama kefarmasian, dan sebagainya.
Perusahaan menganggap dengan
memiliki karyawan yang siap kerja merupakan
suatu hal yang berharga karena tenaga kerja yang siap kerja akan
memiliki kompetensi dan pengetahuan yang lebih untuk menghadapi era globalisasi (Tira Fatma, 2016). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, pentingnya soft skill
dalam kesiapan kerja bagi kelulusan
yang berkualitas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait �Peran Soft
skill Terhadap Kesiapan
Kerja Siswa Kelas XII Jurusan Farmasi di SMK Indonesia Yogyakarta�
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan
kuantitatif serta menggunakan
metode cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh soft
skill terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII jurusan
farmasi Sekolah Menegah
Farmasi Indonesia Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari 2022. Variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah variabel
bebas soft skill dan kesiapan
kerja sebagai variabel terikat.
Soft skill merupakan perwujudan seseorang yang terlihat dari pengelolaan
kepribadian seperti
kejujuran, tanggung jawab, berlaku adil. Perwujudan soft skill juga
terlihat dari kemampuan berinteraksi dengan orang lain, seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim,
dan kemampuan memecahkan masalah.
Kesiapan
kerja adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja sehingga mampu untuk melaksanakan
suatu kegiatan tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Populasi
pada penlitian ini adalah siswa kelas
XII jurusan farmasi di SMK
Kesehatan Indonesia Yogyakarta. Teknik mengambilan sampel dalam penelitian
ini secara simple random
sampling. Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa melihat dan memperhatikan kesamaan atau strata yang ada dalam populasi (Sugiono, 2016). Sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2012) yang menghasilkan 102 peserta didik sebagai responden.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang telah tervalidasi.
Analisa
Data
Analisa
menggunakan SPSS dengan uji
Chi Square, dimana uji Chi Square digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua
variabel dan mengukur kuatnya hubungan antara variable soft skill dengan
variabel kesiapan kerja siswa Farmasi
kelas XII di SMK Indonesia Yogyakarta.
�
Hasil Dan Pembahasan
Berikut
adalah tabel frekuensi dari profil responden berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan sebagai berikut;
Tabel 2
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Laki-laki |
8 |
7,8 |
Perempuan |
94 |
92,2 |
Total |
102 |
100 |
Berdasarkan
tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan sebanyak 94 orang atau 92,2% sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang atau 7,8% dari total keseluruhan. Menurut Ismail (2020) menyatakan bahwa jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin
laki � laki pada jurusan farmasi, dengan perbandingan 1:3. Sejalan dengan penelitian Najah (2016) mengenai pergeseran gender mahasiswa farmasi UGM dan USD yang menyebutkan
bahwa dari tahun ke tahun
jumlah perempuan kian mendominasi dari total jumlah mahasiswa.
Dalam
analisis dijelaskan distribusi data, yaitu data soft
skill dalam bentuk mean
atau rata-rata, modus, median, nilai terendah, dan nilai yang diperoleh siswa sebagai responden
dalam menjawab kuesioner.
Tabel 3
Distribusi Data Soft skill
Kategori |
Frekuensi |
Frekuensi (%) |
Rendah |
33 |
32,35 |
Tinggi |
69 |
67,65 |
Total |
102 |
100 |
Berdasarkan tabet diatas
data yang telah diproses menggunakan aplikasi SPSS Statistics
versi 23.0 maka diperoleh sebanyak 33 responden (32,35%) mempunyai kecenderungan rendah dan sebanyak 69 responden (67,65%) mempunyai kecenderungan tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan nilai variabel soft skill berada
pada kategori tinggi.
Dalam
analisis dijelaskan distribusi data, yaitu data kesiapan kerja dalam bentuk mean atau rata-rata, modus, median, nilai
terendah, dan nilai yang diperoleh siswa sebagai responden dalam menjawab kuesioner.
Tabel 4
Distribusi Data Kesiapan
Kerja
Kategori |
Frekuensi |
Frekuensi (%) |
Tidak |
47 |
46,08 |
Siap |
55 |
53,92 |
Total |
102 |
100 |
Berdasarkan data kesiapan kerja
pada tabet diatas telah diproses menggunakan aplikasi SPSS Statistics
versi 23.0 maka diperoleh sebanyak 47 responden (46,08%) mempunyai kecenderungan tidak siap dan sebanyak 55 responden (53,92%) mempunyai kecenderungan siap menghadapi dunia kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan nilai variabel kesiapan kerja berada pada kategori siap menghadapi dunia kerja.
Uji Statistik Hubungan Peran Soft
Skill Terhadap Kesiapan
Kerja
Hubungan peran soft skill terhadap kesiapan kerja siswa dilakukan
pengujian data dengan bantuan SPSS versi 23.0. sebelum dianalisa dilakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
memastikan data terdistribusi
normal atau tidak. Pada penelitian ini data diperoleh data tidak terdistribusi normal karena hasil yang didapatkan 0,000 yang artinya nilai p-value <
0,05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi normal.
Analisa yang digunakan selanjutnya
adalah chi-square untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan peran soft skill terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII jurusan farmasi di SMK Indonesia
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil analisis
statistik menggunakan chi-square
diperoleh nilai Asymp.sig 0,000 yang berarti
kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara peran soft skill
terhadap kesiapan kerja siswa jurusan
farmasi. Diketahui dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa semakin tingginya soft skill
siswa maka semakin siap dalam
menghadapi dunia kerja dan sebaliknya bahwa kurangnya soft skill siswa
mengakibatkan tidak siapnya menghadapi dunia kerja, dapat dilhat
dari tabel 4.
Tabel 5
Distribusi tabulasi soft skill terhadap
kesiapan kerja siswa
|
Kesiapan |
Total |
||
Kurang |
Siap |
|||
Soft skill |
Rendah |
25 |
8 |
33 |
Tinggi |
22 |
47 |
69 |
|
Total |
47 |
55 |
102 |
Berdasarkan tabel diatas
bahwa terdapat 25 siswa yang memiliki pengetahuan soft skill rendah
maka kesiapan kerja siswa tersebut
sangat kurang. Dari data tersebut
terbukti bahwa soft
skill sangat mempengarugi siswa
dalam kesiapan dalam menghadapi dunia kerja. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat pengaruh peran soft skill terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII jurusan farmasi di SMK Indonesia.
Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa soft skill siswa dapat mengembangkan dan memaksimalkan perilaku interpersonal
maupun intrapersonal terkait
kepercayaan diri, fleksibelitas, kejujuran dan integritas diri terhadap kesiapan kerja dalam pemilihan
pekerjaan dan mempunyai kematangan terhadap pekerjaan yang telah direncanakan. Soft skill berkenaan
dengan keterampilan psikolois yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh siswa dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi
dunia kerja. Oleh karena itu wajib bagi
siswa kelas XII jurusan farmasi SMK Indonesia
Yogyakarta untuk memiliki soft
skill agar kelak saat memsuki dunia kerja dapat melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab dengan baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan
oleh Irfan et al (2022) bahwa semakin baik soft skill
yang dimiliki oleh siswa maka semakin tinggi
pula kesiapannya untuk memasuki dunia kerja. Demikian juga dengan hasil penelitian dari Lie (2018) yang menyatakan bahwa adanya hubungan
yang kuat antara soft
skill terhadap kesiapan
kerja mahasiswa dalam menghadapi MEA. Sementara itu, nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,446 atau 44,6% yang berarti bahwa variabel soft skill mampu memberikan kontribusi atas perubahan yang terjadi pada variabel kesiapan kerja menghadapi MEA sebesar 44,6%.
Soft skills merupakan jenis keterampilan yang lebih banyak terkait
dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Karena soft skill terkait
dengan keterampilan psikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun
tetap bisa dirasakan seperti misalnya perilaku sopan, disiplin kemampuan untuk dapat bekerja sama,
membantu orang lain dan sebagainya.
Sekolah sebagai tempat pengembangan diri peserta didik
sudah seharusnya meningkatkan atau mempertahankan penerapan soft
skill dengan baik di
sela-sela pembelajaran. Selain
dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik tentunya soft
skill juga dapat menjadi
bekal peserta didik dalam memasuki
dunia kerja. Oleh karena itu, sewajarnya peserta didik dapat
menyadari pentingnya disiplin kerja sebagai penunjang dalam salah faktor kesiapan kerja dimana fakto-faktor kesiapan kerja tersbut dapat menambah
kualifikasi peserta didik untuk melamar
pekerjaan.
Kesimpulan
Pada
penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh peran soft skill terhadap kesiapan kerja siswa kelas
XII jurusan farmasi di SMK
Indonesia Yogyakarta. Dari perolehan data juga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh soft skill terhadap
kesiapan kerja dan sebaliknya, diketahui bahwa kurangnya soft skill
siswa mengakibatkan ketidak siapan dalam menghadapi dunia kerja. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
pembelajaran sehari-hari siswa didukung, didorong, dan dibina untuk dapat mempunyai
soft skill yang lebih baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa soft skill
sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan
kualitas diri agar menjadi lulusan yang siap kerja. Penting
untuk diketahui bahwa persepsi dalam dunia kerja mengedepankan nilai nilai dari soft skill disamping mempersiapkan kompetensi pengetahuan teoritis dalam menempuh dunia kerja. Penelitian ini terbatas pada faktor-faktor yang sering terjadi dalam cakupan. Tentunya masih banyak variabel lain yang dapat diteliti serta menjadi faktor
penting dalam kesiapan kerja. Evaluasi terkait kualifikasi soft skill yang dibutuhkan
dilapangan kerja perlu diperhatikan sehingga dalam masa pembelajaran mempunyai serminan soft skill atau kualitas diri yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
BIBLIOGRAFI
Afriani, Riska. (2015). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kompetensi Kejuruan, Penguasaan Soft
skills, dan Kematangan Karir
Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas
XII Akuntansi SMK Negeri 2 Magelang
Tahun Ajaran 2014/2015.
Economic Education Analysis Journal Vol 4 No 2 (453-468)
Badan Pusat Statistik. 2020. Persentase Penduduk yang mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir, 2015-2020. https://www.bpd.go.id/.
Diakses tanggal 3 Februari 2022.
Dikmenjur.
(2017). Tata Kelola Pelaksanaan Teaching Factory.
Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Irfan Andi Mihammad, Amiruddin, Sahabuddin Arimansyah, Putri Alizha Novia. (2022). �Pengaruh
Soft Skill dan Hard Skill Terhadap Kesiapan Kerja Sesuai Kebutuhan Industri 4.0 Peserta Didik Sekolah Menengah
Kejuruan Kota Makasar�
Journal of Vocational Instruction Vol 1(1) pp. 18-26
Ismail Asrul. (2020). Gambaran Karakteristik
Mahasiswa Dan Alumni Farmasi
Fkik Uin Alauddin Makassar: Sebuah Tinjauan Berbasis Gender.
Pusat Studi Gender Anak UTN Alauddin
Makassar.
Lie, Novia Lucas Cahyadi. (2018). �Pengaruh Soft
skill Terhadap Kesiapan
Kerja Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean Pada Mahasiswa
S1 Fakultas
Najah, Hakam.
(2016): Analisis Gender dalam
Pergeseran Komposisi Gender
Mahasiswa Farmasi; Lustrum Farmasi UGM ke-XIV, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ngaini,
Nurul. (2017). Pengaruh Kompetensi
Kejuruan, Efikasi Diri, Bimbingan Karir dan Penguasaan Soft
skills terhadap Kesiapan
Kerja. Economic Education Analysis Journal Vol 3 No 1
(1-19)
Notoatmodjo, S.
2012. Promosi kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Cahyaningrum, Syarah. (2017). Peran Soft skills dalam Memediasi Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri
dan Motivasi Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas
XIKompetensi Keahlian Akuntansi SMKNegeri 1 Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017. Economic Education Analysis Journal
(1-10)
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Slameto. (2015). Belajar
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono
(2016). Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung:
Alfabeta. Sugiyono (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryanto, D., Kamdi, W., Sutrisno. 2013. Relevansi Soft skill Yang Dibutuhkan
Dunia Usaha/Industri Dengan
Yang Dibelajarkan Di Sekolah
Menengah Kejuruan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol. 36, No. 2. Halaman 107- 118.
Sutrisno, B.
2016. Profil Model Pembelajaran
Soft skill Pada SMK Bidang Ekonomi Di
Surakarta. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 2, ISSN: 1412-383, Halaman 115-135.
Stevani.
(2015). Pengaruh Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan Keterampilan Siswa terhadap Kesiapan memasuki Dunia Kerja Siswa Administrasi
Perkantoran SMK N 3 Padang.� Journal of Economic and
Economic Education Vol 3 No 2 (185-195).
Widarto, dkk. 2011. Pentingnya soft
skill bagi dunia kerja.
Available at: (http:/www.careersoft.wordpress.com)/ soft_skills.htm. Diakses tanggal 20 April 2022.
Copyright holder: Mexsi Mutia Rissa, Mujiyanti (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |