Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7,
No.
8,
Agustus 2022
EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN DARING PADA PENDEMI COVID-19 DI FAKULTAS EKONOMI KAMPUS PAYAKUMBUH
Yindrizal,
Susiana, Erizal, Afdilla Mutia, Vebrinaldo Rio
Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Kampus Payakumbuh,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Penelititian ini bertujuan untuk melihat sejauh
mana efektivitas pembelajaran
daring di Fakultas Ekonomi Kampus
Payakumbuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam memperoleh data, dimana kuesioner dikirim melalui Google From kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Kampus Payakumbuh yang terdaftar secara akademik pada semester genap 2021/2022. Pembelajaran
daring yang menggantikan pembelajaran
konvensional yang harus dipilih oleh perguruan tinggi untuk kepastian
berlangsungnya proses pembelajaran
tetap berjalan, sehingga pembelajaran daring menuntut kreatifitas dosen juga dituntut dalam menciptakan materi ajar. Pembelajaran daring
menuntut dan menumbuhkan kemandirian mahasiswa (selft regulated learning). Hasil penelitian ini mengatakan bahwa persiapan pelaksanaan pembelajaran daring kurang matang, dimana pembelajaran belum dapat dicapai dengan maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran daring, baik dari segi
kesiapan perguruan tinggi, dosen maupun
mahasiswa, sehingga menjadikan pembelajaran daring menjadi efektif.
Kata Kunci: Efektivitas,
Pembelajaran Daring, Pandemi Covid
Abstract
This research aims to
see the extent of the effectiveness of online learning at the Faculty of
Economics, Payakumbuh Campus. The method used in this
study is a quantitative method with a descriptive approach. This study used
questionnaires as an instrument in obtaining data, where questionnaires were
sent via Google From to respondents. The respondents
in this study were students of the Faculty of Economics, Payakumbuh
Campus who were academically registered in the even semester of 2021/2022.
Online learning that replaces conventional learning that must be chosen by
universities to ensure the continuation of the learning process continues, so
that online learning demands the creativity of lecturers is also required in
creating teaching materials. Online learning demands and fosters student
independence (self-regulated learning). The results of this study say that the
preparation for the implementation of online learning is not mature, where
learning has not been achieved optimally. Therefore, it is necessary to
evaluate online learning, both in terms of the readiness of universities,
lecturers and students, so as to make online learning effective.
Keywords: Effectiveness, Online Learning, Covid Pandemic
Pendahuluan
Kedatangan Coronavirus (Covid-19) telah merubah kehidupan berbagai bidang penduduk dunia ini, termasuk bidang pendidikan (Rachmawati
et al., 2020). �Hal ini mengancam dunia kualitas pendidikan, karena terjadinya penutupan sekolah untuk menghindari
penyebaran Covid-19 ini, termasuk di Indonesia Indonesia (Wakhudin et al., 2020). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid-19 dan ditindak lanjuti oleh Siaran Pers Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (Humas) Kemendikbud
No: 055/SIPRES/A6/III/2020 tertanggal 16 Maret 2020 terkait wabah Covid-19. Kemudian Dirjen Dikti Kemendikbud
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) Di Perguruan Tinggi tentang penghentian sementara kegiatan akademik, yaitu dengan mengganti
pembelajaran konvensional (tatap muka) dengan
pembelajaran daring (website LLDikti
Wilayah 7) (Hasan & Bao, 2020).
Dengan kebijakan tersebut, proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka, sekarang
dilaksanakan secara daring
(online) dengan dukungan teknologi informasi, dimana proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan WhatsApp,
google meeting, e_learning,
zoom meeting, google classroom, quipeer dan sebagainya. Penggunaan teknologi informasi dimasa pendemi Covid-19 berperan cukup penting untuk mendukung
pembelajaran daring, sehingga
banyak perguruan tinggi berinvestasi dalam membangun dan meningkatkan kualitas e-learning
system untuk
dimanfaatkan oleh dosen untuk menempatkan materi kuliah dan mahasiswa untuk mengakses materi tersebut (Al-Okaily, Alqudah, Matar, Lutfi, & Taamneh, 2020);
Harahap, 2015). Penggunaan e-learning system dapat mendukung komunikasi antara dosen dengan mahasiswa,
sehingga komunikasi terjalin lebih optimal (Alqudah et al., 2020);
(Juliette, A., & Velandia, 2020);
(Kacetl & Semradova, 2020).
Dengan demikian, proses diskusi tentang materi pembelajaran dapat berjalan dengan dukungan sistem ini.
Masa pendemi Covid-19 terjadinya perubahan metode pembelajaran dari luring ke daring, sehingga dosen dan mahasiswa dituntut untuk menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring, namun capaian pembelajaran dapat dicapai sesuai
dengan sumber daya yang tersedia di perguruan tinggi tersebut. Penggunaan teknologi (e-learning system) menjadi perdebatan
dalam pencapaian proses pembelajaran, hal ini dilihat dari
tingkat keseriusan mahasiswa menghadapai perubahan tersebut dan metode yang digunakan dosen melihat capaian
keberhasilan dalam pembelajaran (Agustin & Mulyani, 2016);
Hardaker & Singh, 2011). Hal ini tidak terlepas dari kesiapan mahasiswa
dan dosen dalam menajalan sistem ini, karena sistem
ini berjalan dengan dukungan jaringan internet pada domisili mahasiswa dan dosen. Kurang baiknya sinyal internet akan mempengaruhi ekfektivitas pembelajaran daring,
sehingga tidak tercapainya target dari pembelajaran tersebut.
Efektivitas
pembelajaran daring merupakan
hal yang penting, karena menjadi tolak ukur dalam
pencapaian kinerja perguruan tinggi. Pembelajaran daring adalah suatu inovasi bidang
pendidikan dengan dukungan teknologi informasi. Terselenggaranya pembelajaran daring berjalan dengan baik dengan
dukungan jaringan internet dengan jumlah peserta
yang tidak dibatasi (Hilna, Maula, & Uswatun, 2020);
Rigianti, 2020). Keberhadilan
pembelajaran dapat dinilai dengan dari tingkat keberhasilan
dan efektivitas dari proses
pembelajaran tersebut (Elzainy, El Sadik, & Al Abdulmonem, 2020);
(Harahap, 2015).
Pembelajaran daring merupakan
inovasi dalam pendidikan untuk memenuhi standar pendidikan di perguruan tinggi dengan dukungan
teknologi informasi, sehingga proses belajar dan mengajar dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Kenyataan
yang terjadi pada pembelajaran
daring masih menimbulkan masalah, karena penyampaian materi dalam pembelajaran daring kurang dapat dipahami
oleh semua mahasiswa. Hal ini disebabkan dengan terjadinya pergeseran peran dari guru dan dosen selama pembelajaran daring (Khurriyati, Setiawan, & Mirnawati, 2021).
Dengan pergeseran ini, gurtu dan dosen kesulitan mengontrol kelasnya, karena terbatasnya ruang virtual (Asmuni, 2020);
(Fifit Humairoh, Achmad Supriyanto, 2016).
Walaupun demikian, pembelajaran daring salah satu jalan terbaik untuk
mendukung proses pembelajaran
dimasa Covid-19, tetapi pembelajaran ini tidak mungkin untuk
dilaksanakan secara permanen. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian (Damayanthi, 2020)
yang mengatakan bahwa sebagian mahasiswa (48%) tidak setuju untuk
penggunaan pembelajaran
daring secara permanen. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Wijaya (2020) yang mengatakan
bahwa tidak semua mahasiswa dapat memahami dengan baik materi
yang diberikan oleh dosen, sehingga mahasiswa masih menginginkan pembelajaran secara tatap muka.
Kajian
Pustaka
Revolusi
industry 4.0 telah membawa perkembangan diberbagai bidang, sehingga meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan internet untuk digitalisasi. Dimulainya era industry 4.0 dengan
digunakannya digitalisasi informasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) diberbagai
sector, termasuk sector Pendidikan (Putrawangsa & Hasanah, 2018).
Dunia pendidikan juga merespon
era revolusi industri 4.0 ini dengan memanfaatnya
untuk pembelajaran secara daring dimasa pendemi covid-19. Ali Ghufron
Mukti (2018) mengatakan, bahwa
pembelajaran pada era rewvolusi
industry 4.0 dapat dikelompokkan
menjadi: (1) Model konvensional
tatap muka (face to face), (2) Model daring dan otomatisasi, dan (3) Model blanded learning. Model pembelajaran daring sebagai pembalajaran jarak jauh dirasa
sangat tepat untuk digunakan (Chick et al., 2020).
Untuk mendukung pembelajaran daring, dapat digunakan berbagai aplikasi oleh dosen, seperti halnya whatsupp, google
meeting, zoom meeting, google classroom, quipeer dan
sebagainya (Sukirwan,
2020). Penggunaan media pendukung diharapkan dapat mengapresiasi proses pembelajaran daring, sehingga pembelajaran daring dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Efektivitas merupakan faktor yang sangat penting dalam pelajaran, karena dapat menentukan
seberapa jauh target tercapainya target yang telah ditentukan. Efektivitas mengacu kepada target yang telah ditentukan, sehingga efektivitas mempengaruhi tingkat keberhasilan model pembelajaran yang
digunakan. Mahmudi (2010) mengatakan
bahwa efektivitas digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit dalam mencapai target yang telah ditentukan. Keefektivan dalam pembelajaran merupakan startegi yang tepat digunakan untuk mencapai tujuan dengan cepat.
(Supriyono & Sugirin, 2014)
mengatakan bahwa efektivitas pembelajaran merujuk kepada keberhasilan dari komponen pembelajaran yang diorganisir dengan baik, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Keefektivan pembelajaran yang berdimensikan
mental, fisik, maupun sosial merupakan tujuan pembelajaran, sehingga memudahkan mahasiswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Hilna et al., 2020)
yang mengatakan bahwa pembelajaran secara daring belum efektif dilakukan.
Kurang efektifnya pembelajaran
daring karena masih menghadapi kendala secara ekonomi maupun secara pembelajarannya
sendiri (Jamaluddin, Ratnasih, Gunawan, & Paujiah, 2020).
Namun demikian, walaupun pelaksanaan perkuliahan daring banyak menghadapi hambatan dan keluhan terutama kendala jaringan internet yang tidak stabil menjadi keluhan dari dosen
maupun mahasiswa. Dengan keluhan tersebut, pelaksanaan perkuliahan daring berjalan kurang efektif, karena dosen kurang
dapat dengan maksimal dalam mengontrol kelasnya. Dwi, Amelia, Hasanah, Rahman
& Putra (2020) juga mengatakan bahwa pembelajaran daring kurang efektif dilaksanakan, karena kurangnya dukungan sarana dan prasarana serta kurang siapnya
edukasi teknologi pendukung.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang didasarkan
pada angka-angka dan statistika
dalam meneliti suatu populasi atau sampel tertentu.
Penelitian kuantitatif berhubungan secara numerik. Akan tetapi, penelitian kuantitatif meliputi pembuktian teori dan kebenaran, penyusunan fakta, penyajian deskripsi statistik, dan analisis hasil dengan prosedur
yang sistematis dengan menggunakan data berupa angka-angka yang dapat dijelaskan secara konkrit.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan karakteristik yang melibatkan sampel dan populasi dan sangat bergantung
pada data numerik dan analisis
statistik. Penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survei yang dilakukan secara online (Sugiyono, 2017);
Groves et al., 2011; Suryana & Priatna, 2008; Gunawan, 2017). Menurut (Sugiyono, 2017),
metode analisis deskriptif kuantitatif adalah analisis data dimana data yang terkumpul dideskripsikan apa adanya, tanpa menarik
kesimpulan yang berlaku umum. (Arikunto, 2014)
mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berguna untuk menyelidiki
keadaan, kondisi, dan sebagainya yang dinyatakan, dan hasilnya disajikan dalam bentuk laporan
penelitian.
Penelitian ini menggunakan
data primer yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner secara online dengan menggunakan google from yang disebarkan
kepada responden, sehingga responden dapat mengisi kuesioner
ditempat mereka masing-masing.
Kuesioner
menggunakan skala Likert dengan menyediakan pertanyaan Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS),
Ragu-Ragu (RG), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Dalam pertanyaan penelitian ini pilihan pertanyaan
Netral (N) tidak disertakan. Selain
itu, pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka
untuk mencari dokumen, artikel, dan lain-lain
yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran online.
Pengujian instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas uji realibilitas. Sugiyono (2017) mengatakan bahwa validitas adalah untuk mengukur derajat ketepatan antara data riil dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Melihat
validitas instrument penelitian
ini dengan menggunakan rumus product momen pearson, sedangkan untuk menghitung korelasinya digunakan program Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) versi 23. Uji validitas
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai
r tabel pada derajat kepercayaan 5%. Setiap instrument
dianggap valid jika nilai r hitung > dari nilai r tabel
dan dianggap tidak valid apabila nilai r hitung < dari nilai r tabel. Dengan jumlah responden
(n) sebanyak 75 orang, sehingga
nilai r tabelnya adalah 0,227.
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan seluruh item dinyatakan valid, seperti pada
tabel-1 berikut.
Tabel 1: Instrumen Kuesioner
Nomor Pertanyaan |
R Hitung |
R Tabel |
Hasil |
Pertanyaan-1 |
0,672 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-2 |
0,679 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-3 |
0,769 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-4 |
0,654 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-5 |
0,759 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-6 |
0,752 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-7 |
0,803 |
0,227 |
Valid |
Pertanyaan-8 |
0,801 |
0,227 |
Valid |
(Sugiyono, 2017)
mengatakan bahwa uji realibilitas digunakan untuk melihat sejauh
mana hasil pengukuran objek yang sama akan menghasilkan data yang sama, sehingga data tersebut dapat dipercaya. Instsrumen penenelitian dikatakan reliable apabila uji realibilitasnya memiliki nilai cronbach�s alpha > 0,70.� Dengan menggunakan alat bantu Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) versi 23 diperoleh hasil uji realibilitasnya sebesar 0,94, dimana hal ini reliabel.
Sedangkan data responden dari penelitian ini, bahwa 68% adalah mahasiswa berjenis kelamin perempuan dan sisanya 32% adalah mahasiswa laki-laki.
Hasil dan Pembahasan
Inovasi
pendidikan dimasa pendemi covid-19 yang melibatkan teknologi informasi yaitu dengan menggunakan
metode pembelajaran daring.
Pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran
daring dirasakan tepat untuk digunakan dalam masa pendemi covid-19 (Chick et al., 2020).
Kenyamanan dan keefektifan pembalajaran daring sangat nyaman
bagi peserta dilakukan dimaasa pendemi covid-19 (Herliandry,
Devi., 2020; Zhang et al., 2020). Tujuan pembelajaran daring adalah untuk memenuhi standar pendidikan, sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.
Untuk mendukung pembelajaran daring dapat menggunakan aplikasi, seperti WhatsApp, google
meeting, zoom meeting, google classroom, quipeer dan
sebagainya (Sukirwan,
2020). Dengan mengguakan aplikasi sebagai pendukung, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif yang dapat mengantarkan mahasiswa untuk mencapai target pembelajaran yang diinginkan, seperti hasil pembelajaran
yang maksimal. Pembelajaran
dapat dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Selanjutnya, dengan diberlakukannya pembelajaran daring yang bertujuan
untuk meningkatkan kesempatan belajar mandiri kepada mahasiswa (Darma et al., 2020).
Hasil pengisian kuesioner yang
dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ekonomi Kampus Payakumbuh tentang efektifitas pembelajaran daring dapat dilihat pada tabel-2 berikut.
Tabel 2: �Hasil Jawaban Pertanyaan
Jawaban |
||
Jumlah |
% |
|
Sangat Tidak Setuju
(STS) |
2 |
2% |
Tidak Setuju (TS) |
15 |
20% |
Ragu-Ragu (RG) |
30 |
40% |
Setuju (S) |
24 |
32% |
bSangat Setuju (SS) |
5 |
6% |
Jumlah |
75 |
100% |
Sumber:
Data primer Diolah (2022)
Berdasarkan
tabel 2 diatas yang menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 2 orang
(2%), yang menjawab Tidak Setuju (TS) sebanyak 15 orang
(20%), yang menjawab Ragu-Ragu (RG) sebanyak 30 orang (40%), yang menjawab
Setuju 24 orang (32%), dan yang menjawab
Sangat Setuju (SS) sebanyak
5 orang (6%). Berdasarkan jawaban
tersebut dapat mahasiswa dapat dikelompokkan atas 2, yaitu kelompok yang menyatakan setuju dengan perkuliahan daring, dimana seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian menggunakan e-learning berjalan efektif. Kelompok yang kedua adalah kelompok
yang tidak setuju dengan perkuliahan daring, dimana seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian menggunakan e-learning.
Dalam hal ini dapat
dilihat bahwa yang menjawab STS, TS dan RG berjumlah
sebanyak 47 orang (62%) dan kelompok
yang menjawab S dan SS sebanyak
29 orang (38%). Artinya disini,
bahwa sebesar 62% menyatakan kurang efektifnya perkuliahan daring dan
seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian menggunakan e-learning.� Sedangkan yang setuju untuk pelaksanaan
perkuliahan daring dan semua
aktivitasnya dilakukan dengan e-learning
hanya sebesar 38%. Dengan demikian, hanya sebesar 38% mahasiswa yang efektif menggunakan e-learning
untuk pembelajaran daring
dan menggunakannya untuk memahami bahan ajar yang diberikan dosen, berdiskusi, konsultasi, dan ujian.
Bahan
ajar yang diberikan dosen untuk perkuliahan daring disediakan dalam bentuk modul maupun
lainnya tidak mudah dipahami secara menyeluruh oleh mahasiswa (Sadikin, A., & Hakim,
N., 2019). Perkuliahan
daring dengan dukungan materi dan tugas tidak cukup untuk dipahami oleh mahasiswa, sehingga kurang optimalnya pemahaman materi oleh mahasiswa yang mengakibatkan perkuliahan berjalan kurang efektif. Pembelajaran
daring menuntut kreatifitas
dosen untuk dapat menciptakan materi yang akan disempaikan kepada mahasiswa, seperti halnya pembuatan video pembelajaran, karena pembelajaran daring mampu untuk menumbuhkan kemandirian (selft regulated
learning). Hasil penelitian Chandrawati
(2010) mengatakan bahwa pengajar menyajiakn materi melalui aplikasi yang menarik, sehingga diminati oleh mahasiswa. Mustakim (2020) mengatakan bahwa untuk meningkatkan efektivitas kualitas pembelajaran daring sebaiknya materi disampaikan dengan ringkas dan materi juga diberikan dalam bentuk video.
Model pembelajaran dikatakan efektif adalah dengan tercapainya
tujuan proses belajar dan mengajar, sehingga peserta didik dapat
mengambil manfaat dari pembelajaran tersebut (Baroh, 2010).� Muasaroh (2010) mengatakan bawha aspek dalam efektivitas
pembelajaran daring adalah rencana program dari pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran dapat terlaksana sesuai program dan berjalan dengan efektif. Pembelajaran daring juga mempunyai
kendala, yaitu tidak semua mahasiswa
mampu memahami materi yang disampaikan oleh dosen secara daring. Keterbatasan lain yang menghambat
proses pembelajaran daring adalah
kurang optimalnya dukungan akses interneDosen juga mengalami kesulitan dalam mengontrol suasana pembelajaran, karena terbatasnya ruang virtual dalam proses pembelajaran daring tersebut (Asmuni, 2020);
(Fifit Humairoh, Achmad Supriyanto, 2016).
Sedangkan Damayanthi (2020)
mengatakan bahwa efektifnya pembelajaran daring
juga dilihat dari kesiapan dari pengajar
dan peserta didiknya.
Pelaksanaan
pembelajaran daring berdasarkan
uraian diatas perlu dilakukan pembenahan dari berbagai aspek, baik itu dosen,
mahasiswa dan sarana prasarana pendukung. Pembenahan tersebut diharapkan untuk menjadikan pembelajaran daring menjadi efektif. Hasil penelitian Kurniasari (2020) mengatakan, bahwa tugas yang banyak dari dosen menyebabkan
pembelajaran daring berjalan
kurang efektif. Hasil penelitian Aan Widiyono (2020) mengatakan bahwa sistem perkuliahan yang efektif selama masa pendemi adalah sistem daring dan luring (blanded learning). Pelaksanaan perkuliahan daring perlu dilakukan evaluasi dari segi persiapan,
baik dari sisi perguruan tinggi maupun dari
sisi dosen dan mahasiswa (Rusdiana, E., &
Nugroho, A. 2020).
Kesimpulan
Pembelajaran daring adalah inovasi pendidikan dalam pembelajaran dimasa pendemi Covid-19 untuk memenuhi standar pendidikan. Pembelajaran daring yang menggantikan
pembelajaran konvensional merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih oleh perguruan tinggi untuk kepastian
berlangsungnya proses pembelajaran
tetap berjalan. Pembelajaran daring diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang nyaman dan efektif bagi mahasiswa
dan dosen. Kenyataannya, pembelajaran daring masih banyak menimbulkan masalah, karena terjadinya pergeseran peran dosen selama
pembelajaran daring. Pembelajaran
daring menuntut menumbuhkan
kemandirian mahasiswa (selft regulated learning), sehingga kreatifitas dosen juga dituntut dalam menciptakan materi ajar.
Kondisi sekarang ini,
materi yang disampaikan dosen secara daring kurang dapat dipahami
dengan baik oleh mahasiswa, selain itu dosen juga mengalami kesulitan mengontrol suasana selama pembelajaran daring. Akan tetapi pembajaran daring dilaksanakan tanpa persiapan yang matang, sehingga tujuan dari pembelajaran belum dapat dicapai
dengan maksimal. �Pembelajaran daring perlu dilakukan evaluasi, baik dari segi kesiapan
perguruan tinggi, dosen maupun mahasiswa.
Evaluasi ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran daring menjadi efektif.
Saran kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat mengembangan kesempurnaan mengenai dampak ketidak mampuan mahasiswa dapat beriteraksi dan dapat memahami materi pembelajaran daring terhadap hasil capaian belajar.
Agustin, Henri, & Mulyani, Erly. (2016). Studi empiris
penerimaan dan penggunaan e-learning system di kalangan mahasiswa akuntansi
fakultas ekonomi unp. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI).
Google Scholar
Al-Okaily, Manaf, Alqudah, Hamza, Matar, Ali, Lutfi,
Abdalwali, & Taamneh, Abdallah. (2020). Dataset on the Acceptance of
e-learning System among Universities Students� under the COVID-19 Pandemic
Conditions. Data in Brief, 32, 106176. Google Scholar
Alqudah, Noor M., Jammal, Hisham M., Saleh, Omar, Khader,
Yousef, Obeidat, Nail, & Alqudah, Jumana. (2020). Perception and experience
of academic Jordanian ophthalmologists with E-Learning for undergraduate course
during the COVID-19 pandemic. Annals of Medicine and Surgery, 59,
44�47. Google Scholar
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar
Asmuni, A. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Paedagogy, 7(4),
281. Retrieved from https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2941.
Chick, Robert Connor, Clifton, Guy Travis, Peace, Kaitlin M.,
Propper, Brandon W., Hale, Diane F., Alseidi, Adnan A., & Vreeland, Timothy
J. (2020). Using technology to maintain the education of residents during the COVID-19
pandemic. Journal of Surgical Education, 77(4), 729�732. Google Scholar
Damayanthi, Adriana. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring
di Masa Pandemi Covid-19 pada Perguruan Tinggi Keagamaan Katolik. EDUTECH,
19(3), 189�210. Google Scholar
Elzainy, Ahmed, El Sadik, Abir, & Al Abdulmonem, Waleed.
(2020). Experience of e-learning and online assessment during the COVID-19
pandemic at the College of Medicine, Qassim University. Journal of Taibah
University Medical Sciences, 15(6), 456�462.
Google Scholar
Fifit Humairoh, Achmad Supriyanto, B. (2016). Implementasi
Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan. Teori, Penelitian, Dan Pengembangan. 1(12),
2277�2280. Retrieved from https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.77.
Harahap, Seprida Hanum. (2015). Pemanfaatan e-learning
berbasis LCMS Moodle sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sistem
informasi akuntansi. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 15(1). Google Scholar
Hilna, Putria, Maula, Luthfi Hamdani, & Uswatun, Din
Azwar. (2020). Analisis Proses Pembelajaran Proses Pembelajaran Dalam Jaringan
(Daring) Masa Pandemi Covid-19 pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Elementary
School, 7(2). Google Scholar
Jamaluddin, Dindin, Ratnasih, Teti, Gunawan, Heri, &
Paujiah, Epa. (2020). Pembelajaran daring masa pandemik Covid-19 pada calon
guru: hambatan, solusi dan proyeksi. LP2M. Google Scholar
Juliette, A., & Velandia, S. (2020). How An Online
Tutor Motivates E-Learning English. Heliyon, 6(May).
Kacetl, Jaroslav, & Semradova, Ilona. (2020). Reflection
on blended learning and e-learning�case study. Procedia Computer Science,
176, 1322�1327. Google Scholar
Khurriyati, Yulia, Setiawan, Fajar, & Mirnawati, Lilik
Binti. (2021). Dampak pembelajaran daring terhadap hasil belajar siswa MI
Muhammadiyah 5 Surabaya. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 91�104. Google Scholar
Putrawangsa, Susilahudin, & Hasanah, Uswatun. (2018).
Integrasi Teknologi Digital Dalam Pembelajaran Di Era Industri 4.0: Kajian dari
Perspektif Pembelajaran Matematika. Jurnal Tatsqif, 16(1), 42�54. Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta:
Bandung
Supriyono, Kandung, & Sugirin, Sugirin. (2014).
Pengembangan media pembelajaran membaca bahasa inggris smp berbasis web. Jurnal
Inovasi Teknologi Pendidikan, 1(1), 49�64. Google Scholar
Yindrizal, Susiana, Erizal,
Afdilla Mutia, Vebrinaldo Rio (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |