Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7,
No.
8,
Agustus 2022
EFEKTIVITAS
ANTIMIKROBA BAKTERI PROBIOTIK DARI USUS ITIK
PEDAGING
Anas domesticus
TERHADAP PERTUMBUHAN Vibrio spp.
Ade
Irma, Wahdaniar,
Miladiarsi
Fakultas Teknologi Kesehatan,
Universitas Megarezky, Makassar, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian �Efektivitas Antimikroba Bakteri Probiotik dari Usus Itik Pedaging Anas domesticus terhadap Pertumbuhan Vibrio
spp.�. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri probiotik dari usus itik pedaging Anas domesticus berdasarkan perbedaan lama inkubasi kultur probiotik terhadap pertumbuhan Vibrio spp. Kemampuan
dari isolat H terhadap pertumbuhan Vibrio spp. dapat
diketahui dengan melakukan uji daya hambat. Berdasarkan uji daya hambat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa isolat H memiliki kemampuan dalam membunuh atau bersifat
bakteriosidal terhadap pertumbuhan Vibrio spp dengan membentuk zona bening disekitar blank disk. Indikasi ini membuktikan bahwa isolat H mampu menghasilkan senyawa metabolit selama pertumbuhannya. Lama inkubasi kultur isolat H berpengaruh terhadap senyawa metabolit yang dihasilkan. Produksi optimum senyawa metabolit berada pada kondisi kultur 48 jam
yang ditunjukkan dengan adanya penambahan zona bening disekitar blank disk. Isolat
H juga memiliki kemampuan
yang tinggi terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi dibandingkan dengan V. parahaemolyticus dan V. cholera.
Kata
Kunci: Antimikroba,
Inkubasi Probiotik, Vibrio spp.
Abstract
A
research on the �Efectivenessof the
Antimicrobe of the Probiotic Bacteria from the Intestine of the Broiler Duck
Anas domesticus on the Growth of Vibrio spp�. This research aimed to investigate the capacity of
the probiotic bacteria of the intestine of the broiler duck Anas domesticus based on the difference of the culture probiotic
incubation period in inhibiting the growth of the Vibrio spp. The ability of H isolate in inhibiting the growth of Vibrio spp. can be known
by doing a test on the inhibiting power. The test of the inhibiting power which
had been done indicated that H isolate
had the
capacity to kill or to act as a bactericidal against the growth of Vibrio spp.
by forming a clear zone around the blank disk. This indication roved that H
isolate could produce a metabolic compound during its growing process. During
the culture H isolate influenced the resulted metabolic compound. The optimum
production of the metabolic compound in the culture condition of 48 hours was
shown by additional clear zone around the blank disc. The H isolate also had
higher capacity toward the growth of Vbrio harveyi compared to Vibrio parahaemolyticus, and Vibrio
cholera.
Keywords:� Antimicrobe, Probiotic Incubation, Vibrio
spp.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi dalam kegiatan
budidaya perikanan saat ini sudah mulai banyak dimanfaatkan mikroba oleh para
petambak yang ternyata dapat secara langsung meningkatkan produksi tambak. Keberhasilan budidaya perikanan
diantaranya ditentukan oleh
faktor kualitas air dan populasi patogen. Kualitas air terutama kadar bahan organik
yang melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor penyebab
penurunan produksi budidaya perikanan di Indonesia. �
Demikian halnya pada budidaya udang, adanya
serangan bakteri yang menyebabkan kematian benih/larva udang. Bakteri Vibrio menyerang larva udang yaitu pada
saat udang dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan
bahwa bakteri Vibrio termasuk
oportunistik patogen. Dengan adanya kemunculan berbagai jenis penyakit di
perairan yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
sp. telah berdampak terhadap penurunan hasil produksi budidaya perikanan.
Akibat infeksi mikroorganisme patogen tersebut, banyak organisme perairan yang
dibudidayakan mengalami kematian massal sehingga menimbulkan kerugian ekonomi
yang cukup tinggi (Shortt,
1999). Penyakit vibriosis yang disebabkan oleh bakteri genus Vibrio telah lama menjadi masalah
utama bagi pelaku industri budidaya udang khususnya pada larva/benih udang.
Penyakit vibriosis
tersebut telah menyebabkan kerugian
besar serta kehancuran pada berbagai budidaya
udang (Roza dan Zafran, 1998).
Bakteri
Vibrio merupakan bakteri akuatik yang dapat ditemukan di sungai, muara
sungai, kolam, dan laut. Penyakit vibriosis tahun 1991 telah menyerang larva udang di Indonesia dan mengakibatkan
penurunan produksi larva hingga 70% yang menyebabkan kerugian mencapai US$ 85 juta. Berbagai metode dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit
vibriosis. Salah satu cara dengan menggunakan antibiotik dan makanan yang berkualitas. Namun residu antibiotik serta makanan yang digunakan mampu bertahan dalam lingkungan perairan setelah digunakan beberapa bulan dan berpotensi sebagai pencemar (Lee et al., 2005), dapat mempengaruhi komunitas mikroba di lingkungan sekitarnya, kualitas produk udang, dan mengawali terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga menyebabkan penurunan efisiensi antibiotik dalam mengatasi infeksi pada hewan maupun manusia.
Individu yang bersifat resisten terhadap antibiotik diasosiasikan dengan penggunaan antibiotik (Parker, 1974).
Salah satu alternatif dalam upaya pengendalian penyakit Vibrio yang aman
dan ramah lingkungan adalah pemberian probiotik. Bakteri probiotik bersifat
non patogen dan memiliki kemampuan menghambat dan
membunuh
bakteri patogen, serta menghambat komunikasi antar sel-sel bakteri sehingga tidak
terjadi korum sensing yang
dapat
menyebabkan timbulnya sifat patogen (Senok, 2009), dapat berfungsi sebagai
bakteri pengurai dan penetralisir kualitas air, serta memungkinkan sebagai
makanan di dalam perairan.
Salah
satu jenis ternak yang memiliki Bakteri Asam Laktat
(BAL) pada ususnya adalah itik Anas domesticus sehingga tingkat kesehatan itik tergolong baik. Itik Anas domesticus mampu
mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan ayam, tingkat kematiannya kecil, tahan terhadap
penyakit, dan pada penggunaan
kualitas pakan yang rendah itik masih
dapat berproduksi. Komoditas unggulan dari itik adalah
daging dan telur. Menurut Verschuere
et al. (2000), probiotik mampu
memberikan keuntungan bagi inang dengan
memodifikasi komunitas mikroba atau berasosiasi
dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi dan pemanfaatan pakan, meningkatkan respon inang terhadap
penyakit, dan memperbaiki kualitas lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut maka probiotik
tidak hanya berfungsi sebagai agen biokontrol untuk mengurangi serangan penyakit atau bioremediasi untuk memperbaiki kualitas lingkungan, melainkan dapat pula meningkatkan nilai nutrisi pakan dan laju penyerapan nutrient (Saxelin, 1997).
Dari beberapa penelitian sebelummnya yang
telah dilakukan oleh Dwyana, (2005), telah banyak diperoleh isolat probiotik
yang berpotensi sebagai imunostimulan dan penghasil antimikroba. Isolat
probiotik yang digunakan pada penelitian ini yaitu berasal dari usus itik
pedaging Anas domesticus. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Anastiawan (2013), bahwa isolat probiotik
dari usus itik pedaging Anas domesticus menunjukkan
karakteristik bakteri probiotik yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
senyawa yang mampu untuk membunuh bakteri patogen.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa probiotik mampu menghasilkan antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Salah satu bakteri patogen
yang menyerang udang para petambak yaitu Vibrio sp. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas antimikroba bakteri probiotik dari usus itik pedaging Anas domesticus
terhadap pertumbuhan Vibrio spp.
Metode Penelitian
Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlemeyer (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), corong (Pyrex), cawan petri, sendok tanduk, rak tabung, ose,
botol vial, bunsen, batang pengaduk, pipet tetes, spoit, korek api,
oven (Heraues), otoklaf
(All American), timbangan digital, inkubator (Memmmert), enkas, vortex, jangka sorong, hot plate (Cole Parmer Instrumen
Company), shaker (Health Shaker Rotator), spektrofotometer
UV (Spectonic 20 Milton Roy Company) dan Laminary Air Flow
(LAF).
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat bakteri
probiotik, isolat bakteri Vibrio harveyi, Vibrio parahemolyticus,
Vibrio cholera, media Thiosulfate
Citrate Bilesalt Sucrose agar (TCBS-agar), media Nutrient Agar (NA), deMann Rogosa Sharpe
Agar (MRSA), deMann Rogosa Sharpe
Broth (MRSB), tisu, blank disk, kapas,
cling wrap, kertas
label, aluminium foil, spritus, dan akuades steril.
Sterilisasi Alat
Alat yang terbuat dari gelas
atau kaca disterilkan dengan menggunakan oven dengan suhu 180 oC selama 2 jam. Sedangkan alat-alat yang terbuat dari logam misalnya
ose dicuci dengan alkohol 70% kemudian dipijarkan di atas api bunsen
sampai membara. Sterilisasi medium dengan menggunakan uap panas bertekanan dengan menggunakan otoklaf pada suhu 121 oC dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.
Pembuatan
Medium
Media Thiosulfate
Citrate Bilesalt Sucrose agar (TCBS-Agar)
Sebanyak
8,8 gr media TCBS-Agar dilarutkan ke
dalam 100 mL aquades. Tutup mulut erlenmeyer
dengan alumunium foil hingga rapat dan selanjutnya dipanaskan menggunakan hot plate hingga larut. Digunakan pula stirel agar proses homogen lebih cepat.��
Media Nutrien Agar (NA)
Medium NA ditimbang
sebanyak 2,3 g kemudian dilarutkan dalam 100 mL akuades kemudian dipanaskan hingga semua bahan larut.
Selanjutnya disterilkan menggunakan otoklaf pada suhu 121 oC dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.
Media deMann Rogosa Sharpe
Agar (MRSA)
Sebanyak
5,2 gr MRS Broth dan 3 gr agar dilarutkan ke dalam 100 mL aquades, selanjutnya dipanaskan hingga larut. Dalam proses pemanasan tersebut ditambahkan pula kalsium karbonat (CaCO3) secukupnya.
Media kemudian disterilkan menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0C, tekanan 2
atm.
�Media deMann Rogosa Sharpe
Broth (MRSB)
Sebanyak
5,2 gr media MRSB dilarutkan ke
dalam 100 mL aquades, selanjutnya dipanaskan hingga larut. Media kemudian disterilkan menggunakan otoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C, tekanan 2
atm.
Pengambilan Sampel
Penelitian
Sampel Vibrio spp.
Sampel
penelitian berupa bakteri patogen yakni Vibrio spp.
diperoleh dari stok kampus yakni
Fakultas Kelautan,
Universitas Hasanuddin, Makassar dan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Barru. Dua sampel yang digunakan tersebut diantaranya Vibrio harveyi dan Vibrio
parahemolyticus yang berasal
dari Laboratorium Bioteknologi, Dinas Kelautan dan Perikanan Barru. Sedangkan Vibrio
cholera yang merupakan stok
dari Fakultas Kelautan, Universitas Hasanuddin.
Sampel Probiotik
Sampel
bakteri probiotik yang digunakan berasal dari koleksi kultur Laboratorium Mikrobiologi,
Universitas Hasanuddin, Makassar yang telah diuji keefektifannya
dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Anastiawan, 2013). Berdasarkan hasil isolasi
dan karakterisasi diperoleh
salah satu jenis isolat yang diberi nama isolat H.
Tahap Peremajann
Bakteri
Peremajaan Bakteri
Vibrio spp.
Stok sampel
bakteri Vibrio
spp. selanjutnya dilakukan
peremajaan dengan cara ditumbuhkan ulang pada cawan petri yang berisi media selektif TCBS-agar. Koloni terpisah yang didapat dari media TCBS-agar sebelumnya diambil sebanyak satu ose
bulat dan digores pada
media TCBS-agar yang baru, kemudian
diinkubasi di inkubator
pada suhu 37�C selama 24. Koloni terpisah yang didapat dari media TCBS-agar setelah diinkubasi, kemudian diambil sebanyak satu ose
bulat dan digores pada
media Nutrien Agar (NA) miring, kemudian
diinkubasi di inkubator
pada suhu 37�C selama 24.
Peremajaan Bakteri
Probiotik
Stok bakteri
probiotik dari Laboratorium Mikrobiologi,
Universitas Hasanuddin yang akan
digunakan diremajakan dengan menggores ulang pada media MRSA, dimana
media tersebut merupakan
media pertumbuhan untuk bakteri probiotik. Koloni terpisah diambil dengan menggunakan ose bulat dan digores pada media MRSA
yang baru, kemudian diinkubasi di inkubator pada suhu 37�C selama 24 jam.
Tahap Prakultur
Bakteri Probiotik
Prakultur bakteri probiotik
dilakukan dengan mengambil satu ose bulat bakteri
probiotik yang telah diremajakan pada medium Man
Ragosa Sharpe Agar (MRSA) miring, selanjutnya dimasukkan ke dalam medium Man Ragosa Sharpe
Broth (MRSB) sebanyak 50 mL, kemudian diinkubasi sambil shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 2 x 24 jam.
Tahap Kultur Bakteri Probiotik
Kultur bakteri probiotik dilakukan dengan mengambil 1 mL hasil prakultur pada medium Man
Ragosa Sharpe Broth (MRSB) dengan
menggunakan pipet, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 100 mL MRSB yang baru. Selanjutnya diinkubasi selama 1-4 x 24 jam
pada shaker dengan kecepatan
150 rpm. Tiap inkubasi 1 x
24 jam diambil untuk dilakukan uji daya hambat.
Uji Daya Hambat terhadap
Bakteri Vibrio
spp.
Langkah awal
dilakukan dengan menghitung nilai optical density (OD) bakteri
Vibrio spp. di spektrofotometer
UV pada panjang gelombang
580 nm. Uji daya hambat dilakukan dengan mengambil 2 mL hasil kultur probiotik pada
medium Man Ragosa
Sharpe Broth (MRSB) yang telah diinkubasi selama 1 x 24 jam dengan menggunakan pipet, kemudian dimasukkan ke dalam botol
vial yang berisi blank
disk. Kemudian blank disk pada botol vial tersebut direndam selama 10 menit. Selanjutnya 5 mL NaCl fisiologis ditambahkan ke dalam isolat Vibrio spp. yang telah diremajakan pada medium NA
miring yang kemudian divortex
agar koloni bakteri yang menempel pada permukaan medium dapat larut. Sebanyak
1 mL isolat Vibrio spp. diinokulasikan
pada medium NA yang berisi 50 mL dengan
metode tuang dan dibiarkan memadat. Setelah medium NA memadat, blank disk steril yang telah direndam dalam isolat probiotik diletakkan pada permukaan medium.
Selanjutnya diinkubasi di inkubator pada suhu 370C
selama 1-2 x 24 jam. Diameter zona bening yang terbentuk diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Hal yang sama dilakukan dengan uji daya hambat terhadap kondisi kultur isolat H yang berbeda yaitu 48 jam, 72 jam dan
96 jam (setiap interval 1 x 24 jam).
Prosedur Analisis
Hasil yang diperoleh dari pengujian daya hambat diambil secara deskriptip dengan membandingkan antara lama kultur dengan zona bening yang terbentuk sebagai antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Vibrio spp.
dengan metode ranking.
Hasil Dan Pembahasan
Bakteri Probiotik
Bakteri probiotik yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan bakteri
asam laktat (BAL) yang telah dikarakterisasi dan diisolasi oleh Anastiawan (2013)
yang berasal dari saluran pencernaan itik pedaging Anas domesticus.
Berdasarkan hasil isolasi dan karakterisasi diperoleh salah satu jenis isolat yang diberi nama isolat
H. Isolat ini memilki karakteristik yaitu memiliki bentuk morfologi bulat (coccus)
dan termasuk bakteri gram
positif. Savadago et al. (2006) menjelaskan bahwa bakteri asam
laktat terdiri dari sekelompok bakteri gram positif, tidak membentuk spora serta berbentuk
batang dan bulat yang bersifat non motil. Salah satu syarat digunakan
probiotik ini karena dapat tahan
pada kondisi asam (pH rendah). Hal tersebut ditegaskan pula oleh Guera et al. (2006), kemampuan isolat BAL untuk hidup pada pH yang sangat asam berpotensi sebagai probiotik yang memberikan efe baik bagi
kesehatan.
Gambar 1 : Isolat H pada
medium Man
Ragosa Sharpe
Agar (MRSA)
Bakteri Uji
C B A
A C B
������
Gambar 2: Pertumbuhan Vibrio pada medium TCBS Agar
A. Vibrio cholera, B. Vibrio parahaemolyticus,
dan C. Vibrio harveyi
Uji Daya Hambat
Kemampuan
isolat probiotik H terhadap pertumbuhan bakteri patogen dapat dilihat dari
hasil uji daya hambat.� Uji daya hambat ini
dilakukan pada lama inkubasi
kultur isolat H yang berbeda
terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi,
Vibrio parahaemolyticus, dan Vibrio cholera. Lama inkubasi
kultur isolat H yaitu 24
jam sampai 96 jam dilakukan
uji daya hambat terhadap ketiga jenis Vibrio tersebut. Tujuan dilakukannya uji daya hambat pada lama inkubasi kultur isolat H yang berbeda yaitu untuk mengetahui
kemampuan optimum dari bakteri probiotik dalam menghambat pertumbuhan dari Vibrio spp. Selanjutnya
dilakukan pengamatan selama
1-2 x 24 jam setelah uji daya
hambat, untuk mengetahui apakah isolat H yang diuji bersifat bakteriostatik atau bakteriosidal terhadap pertumbuhan Vibrio spp. Penentuan
efektivitas dari antimikroba dilakukan dengan mengamati zona bening yang terbentuk disekitar blank disk
yang telah direndam oleh
kultur probiotik.
Hasil uji daya hambat
kultur isolat H pada lama inkubasi
yang berbeda terhadap pertumbuhan Vibrio spp.
dapat dilihat pada grafik (gambar 4, 5 dan 6) berikut.
Gambar 3. Grafik
Rata-Rata Diameter Zona Bening Isolat
H terhadap
Vibrio harveyi selama Inkubasi 1-2 x 24 jam pada
Suhu 370C
Gambar 4. Grafik
Rata-Rata Diameter Zona Bening Isolat
H terhadap
Vibrio parahaemolyticus selama Inkubasi 1-2 x 24 jam pada
Suhu 370C
Gambar 5. Grafik
Rata-Rata Diameter Zona Bening Isolat
H terhadap
Vibrio cholera selama Inkubasi 1-2 x 24 jam pada
Suhu 370C
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan
bahwa lama inkubasi mempengaruhi kemampuan isolat H terhadap pertumbuhan Vibrio
spp. Untuk Vibrio
harveyi, lama kultur 24 jam menghasilkan
diameter zona bening sebesar
15,7 mm dan mengalami penambahan
pada kondisi kultur 48 jam dengan
hasil pengukuran 16,0 mm. Namun pada lama kultur 72 jam, zona bening
yang terbentuk 13,5 mm. Berkurangnya
zona bening yang terbentuk berkaitan dengan pertumbuhan dari mikroba tersebut, semakin lama inkubasi kultur isolat H maka pertumbuhan
mikroba semakin sedikit sehingga kemampuan untuk menghasilkan senyawa metabolit semakin berkurang. Terlihat pada lama
kultur 96 jam, adanya penurunan
kemampuan dari isolat H untuk menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi
dengan terbentuknya
diameter zona bening sebesar
12,2 mm. Demikian pula yang terjadi
pada V. parahaemolyticus dan V.
cholera pada kondisi kultur 48 jam dihasilkan diameter zona bening
yang tertinggi.�
Dalam hal ini produksi optimum dalam menghasilkan senyawa metabolit yaitu pada lama lama inkubasi probiotik 48 jam. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ibrahim (2009)
yang menyatakan bahwa, pada
lama inkubasi probiotik 48
jam jumlah bakteri asam laktat (BAL) bertambah karena bakteri pembentuk asam tumbuh dengan
baik tanpa ada saingan, saat
itu juga bakteri patogen tidak dapat
hidup karena tidak tahan asam
dan bakteri asam laktat dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri patogen.
Isolat H memiliki kemampuan membunuh atau bersifat
bakteriosidal terhadap pertumbuhan dari Vibrio spp. yang disebabkan
adanya senyawa metabolit yang dikeluarkan selama pertumbuhannya. Suriawiria (1983) menjelaskan bahwa, terhambatnya pertumbuhan mikroba uji disebabkan adanya metabolit yang dihasilkan oleh bakteri probiotik. Bakteri probiotik atau bakteri asam
laktat (BAL) yang merupakan
golongan mikroorganisme
yang bermanfaat bagi inangnya dan mampu menghasilkan senyawa metabolit yang dapat membunuh bakteri patogen. Hal ini ditegaskan pula oleh Yulinery dkk (2009), yang menyatakan bahwa pertumbuhan BAL menghasilkan senyawa atau metabolit seperti asam laktat
yang meningkatkan keasaman lingkungan pertumbuhan dan terbentuknya bakteriosin. Masuknya senyawa antimikroba mengakibatkan perubahan permeabilitas pada dinding sel bakteri.
Hal ini menyebabkan kebocoran nutrisi dan terganggunya metabolisme sel yang berakibat pada kematian bakteri tersebut (Presscot et al.,
2003). Oleh karena sifatnya
yang bakteriosida, menurut
Ray dan Daeschel (1992) zona penghambatan
yang dibentuk bakteriosin berupa zona bening yang jelas, bulat, dan luas.
Zona bening Zona bening Zona bening
���������
���
�
����� Vibrio harveyi���������������������� Vibrio parahaemolyticus������������������ ����Vibrio cholera
(B)
Gambar 6. Hasil Pengamatan Uji Daya Hambat pada Lama Inkubasi
Kultur Isolat H selama
48 jam
(A) Inkubasi 1x24 jam
(B) Inkubasi 2x24 jam
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri isolat H dapat membunuh atau bersifat bakteriosidal
terhadap pertumbuhan Vibrio spp. Keadaan
ini dapat dilihat berdasarkan pada gambar di atas (Gambar 6.), bahwa lama inkubasi isolat H mempengaruhi diameter
zona bening yang dihasilkan.
Hal ini ditunjukkan dari adanya penambahan
zona bening pada inkubasi 2
x 24 jam sebesar 0,3 mm pada kondisi
kultur 48 jam dalam menghambat
Vibrio harveyi.
Terjadi hal yang sama pada Vibrio
parahaemolyticus dan Vibrio cholera.
Ketiga jenis bakteri Vibrio tersebut termasuk bakteri Gram negatif dan adanya perbedaan besar zona bening yang dibentuk pada setiap bakteri disebabkan adanya perbedaan
aktivitas hambatan yang dipengaruhi oleh jenis dinding sel bakteri
yang dihambat. Hal ini berpengaruh terhadap ketahanan suatu bakteri patogen terhadap zat antimikroba
karena perbedaan struktur dinding selnya. Prescott et al. (2002), menjelaskan
bahwa penghambatan BAL terhadap bakteri patogen dipengaruhi oleh perbedaan dinding sel dan lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel. Semakin tipis lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel dan perbedaan dinding sel bakteri
patogen maka bakteri tersebut semakin sensitif terhadap BAL. Jabarsyah
(2013) juga menyatakan bahwa
lebar daerah hambatan disekitar blank disk tergantung
pada daya serap terhadap probiotik kedalam agar dan kepekaan Vibrio terhadap
probiotik yang digunakan.
Kemampuan dari isolat H dapat
menghambat pertumbuhan dari Vibrio spp. Isolat H memiliki kemampuan
yang tinggi dalam menghambat pertumbuhan dari
Vibrio harveyi
dibandingkan dengan V. parahaemolyticus
dan V. cholera. Hal ini terlihat dari
besarnya diameter zona bening
yang terbentuk pada bakteri
uji Vibrio harveyi.
Keadaan ini membuktikan bahwa Vibrio harveyi
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap isolat H.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa: 1). Isolat H memiliki kemampuan membunuh atau bersifat
bakteriosidal terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi, Vibrio parahaemolyticus
dan Vibrio cholera. 2). Lama inkubasi yang berbeda mempengaruhi kemampuan isolat H. Pada inkubasi 48 jam menunjukkan diameter zona bening
yang tinggi dan mempengaruhi
pertumbuhan dari Vibrio harveyi, Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio cholera.
BIBLIOGRAFI
Dwyana. Z.
2005. Panduan Penelitian Bakteri
Asam Laktat. Kursus Singkat Pemanfaatan BAL dalam bidang Pangan dan Kesehatan.
Univ. Hasanuddin. Makassar 14-24 November 2005.
Fardiaz, S.
1992. Mikrobiologi Pangan.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Guerra et
al. 2006, Production of Four Potentially Probiotic Lactic Acid Bacteria and
their Evaluation as Feed Additives for Weaned Piglets, Animal Feed Science
and Technology 134 (2006) 89�107).
Ibrahim,
S.M 2009. Effect of Antimicrobial Metabolites Produced by Lactic Acid Bacteria
on Quality Aspect of Frozen Tilapia (Oreochromis niloticus)
Filets. World Journal of Fish and Marine Scienes. 1 (1):40-45. Melalui
http://www.idosi.org.
�
Jabarsyah. A., David. R., dan Arniati. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih
terhadap Pertumbuhan Vibrio sp.http://repository.borneo.ac.id.
Vol.2, No.1
Lavilla-Pitogo, C.R, M.C.L Baticados, E.R Cruz-Lacierda and L.D De La Pena. 1990. Occurrence
of luminous bacterial diseases of Penaeus monodon larvae in the Philiphines. Aquaculture, 91: 1-13.
Lee et al. 2005. Genetic and Proteomic
Analysis of Factors Affecting Serum Cholesterol Reduction by Lactobacillus
acidophilus A4. Appl. Environ. Microbiol.
76(14): 4829-4835.
Parker,
R.B. 1974. Probiotics, the other half of antibiotic story. Anim. Nutr. Heath. 29 : 4 � 8.
Prescott.
L. M., Horley. J. P., and Klein. D.A. 2002. Microbiology
5th ed. Boston: Mc Graw-Hill.
Prescott,
L.M., Harley, J.P., and Klein, D.A. 2003. Microbiology 6th edition. Mc.Graw-Hill. Boston.
Ray, B.
and M. Daeschel. 1992. Food Biopreservatives
of Microbial Origin. Boca Raton: CRC Press.
Roza, D., dan I., Zafran. 1998. Pengendalian Vibrio harveyi secara Biologis pada Larva Udang Windu (Peneaus monodon): Aplikasi Bakteri Penghambat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 4 (2): 24 - 30.
Savadago et
al. 2006. Bacteriocins and Lactid Acid Bacteria �
A Minireview, African Journal og Biotechnology. Vol. 5 (9). pp. 678 � 683.
Saxelin, M. 1997. Lactobacillus a Human
Probiotic Strain with
Thorough
Clinical Documentation. Food Rev Int.
Vol. 13: 293�313.
Senok, A.C. 2009. Probiotics in the Arabian Gulf Region. Food
& Nutrition Researc. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
2651754/pdf/FNR-53-1842.pdf. Opened: November 29. 2010.
Suriawiria, U. 1983. Mikrobiologi
Masa Depan Penuh Kecerahan Di Dalam Pembangunan,
Kumpulan Beberapa Tulisan dari
Unus Suriawiria. Jurusan Biologi ITB.
Bandung. Hlm. 67-68.
Shortt, C. 1999. Probiotic Century: Historical and Current
Perspectives Trends Food Science Tecnologi. 10:
411-417.
Verschuere et
al. 2000. Probiotic Bacteria as Biological Control Agents in Aquaculture. Microbiology
and Molecular Biology Review. Dec. 2000: 655-671.
Yulinery T., Petria,
I.Y. dan Nurhidayat, N. 2009. Penggunaan
Antimikrobia dari Isolat Lactobacillus Terseleksi
sebagai Bahan Pengawet Alami untuk Menghambat Pertumbuhan Vibrio sp. dan Staphylococcus aureus pada
Fillet Ikan Kakap. Berk. Penel.
Hayati. J. 15: 85�92.
Ade
Irma, Wahdaniar, Miladiarsi
(2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |