Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7,
No.
8,
Agustus 2022
ANALISIS PENGARUH
PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (STUDI KASUS
KAB/KOTA DAN 34 PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2015-2019)
Abdul Halim,
Dewi Rahayu, Muzdalifah
Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh realisasi pengeluaran
pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan, pendidikan, perumahan dan fasilitas
umum, melalui infrastruktur (jalan dan jembatan) terhadap indeks pembangunan
manusia (IPM).
Penelitian ini, menggunakan jenis data panel sebanyak 5
tahun dari tahun 2015-2019 dan data diambil dari kab/kota ditambah 34 provinsi
di Indonesia, sehingga observasi penelitian ini berjumlah 170. Peneliti
menggunakan� model regresi data panel
dengan metode PLS estimasi model fixed effect models menggunakan aplikasi
pengolahan data eviews edisi ke-11. Hasil penelitiannya, secara parsial
realisasi pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan, perumahan dan
fasilitas umum, melalui infrastuktur (jalan dan jembatan) berpengaruh secara
signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Sedangkan realisasi pengeluaran
pemerintah daerah menurut fungsi pendidikan tidak berpengaruh secara
signifikan. Namun, secara simultan berpengaruh terhadap indeks pembangunan
manusia.
Kata Kunci: IPM, Realisasi Pengeluaran
Pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Fasilitas
Umum, Infrastuktur (jalan dan jembatan) kab/kota dan 34 provinsi di Indonesia �(Fixed
Effect Model) FEM PLS
Abstrak
This study aims to analyze the effect of the realization
of local government spending by function of health, education, housing and
public facilities, through infrastructure (roads and bridges) on the human
development index (HDI). This study uses panel data for 5 years from 2015-2019
and data is taken from regencies/cities plus 34 provinces in Indonesia, so that
the observations of this research are 170. The researcher uses a panel data
regression model with the PLS method of estimation of the fixed effect models
using the 11th edition of the Eviews data processing application. The results
of the research show that partially the realization of local government
expenditures according to the function of health, housing and public
facilities, through infrastructure (roads and bridges) has a significant effect
on the human development index. Meanwhile, the realization of local government
expenditure according to the function of education has no significant effect.
However, it simultaneously affects the human development index.
Keywords: Human Development
Index, Local Government Expenditure Realization by function of health,
education, housing and public facilities, infrastructure (roads and bridges)
districts/cities and 34 provinces in Indonesia (Fixed Effect Model) FEM PLS
Pendahuluan
Indonesia
memiliki jumlah populasi yang besar, berada di urutan� ke-4 di dunia dan urutan pertama diantara
negara-negara ASEAN. Jumlah populasi yang besar merupakan suatu hal yang
positif, karena jumlah populasi yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai
subjek pembangunan. Subjek artinya, masyarakat atau penduduk ditempatkan
sebagai pelaku dari pembangunan. Sementara sebagai objek, masyarakat atau
penduduk ditempatkan sebagai sasaran dari pembangunan. Sumber Daya Manusia atau
SDM merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pembangunan pada suatu Negara
Namun disisi lain, jumlah populasi yang besar menjadi beban bagi pembangunan
(apabila penduduknya tidak berkualitas). Memiliki jumlah populasi yang besar,
tentu merupakan suatu tantangan tersendiri untuk pemerintah dalam melakukan
berbagai kebijakan. Salah satu kebijakan yang bisa di dilakukan dengan
meningkatkan Indeks Manusia (IPM) melalui pengeluaran pemerintah.
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan kinerja
suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia (BPS,2019). Pembangunan manusia
sangatlah penting, pembangunan manusia adalah salah satu indikator majunya
suatu negara. Negara dikatakan maju tidak hanya dilihat dari nilai pendapatan
domestik brutonya saja, namun juga melihat aspek harapan hidup masyarakat,
pendidikan masyarakat dan juga standarisasi hidup layak yang memang dicerminkan
lewat angka indeks tersebut (Human
Centered Development) (UNDP, 2007). Secara teknis, bila standarisasi
kehidupan yang layak sudah didapatkan oleh masyarakat, maka secara praktis akan
meningkatkan produktifitas masyarakat yang akan tercerminkan lewat pendapatan
domestik bruto. Secara rinci, standarisasi kehidupan yang layak menurut IPM
dibagi menjadi 3 dimensi yaitu:
a.
Dimensi
umur panjang dan hidup sehat (kesehatan)
b.
Dimensi
pengetahuan dan rata-rata lama sekolah penduduk (pendidikan)
c.
Dimensi
standar hidup layak (purchasing power
parity). (perumahan dan fasilitas umum)
Di Indonesia,
upaya dalam meningkatkan nilai IPM, dilakukan dengan menggunakan instrument
kebijakan fiskal. Maka dari itu, kita kaitkan dimensi IPM (yang goalsnya untuk meningkatkan) dengan
bidang pemerintahan/kementrian. Instrumen yang akan kita lihat dalam upaya
peningkatan IPM Indonesia adalah kebijakan fiskal, dalam artian pengeluaran
pemerintah, dan yang sesuai dengan dimensi-dimensi yang sudah dibreakdown
diatas adalah:
a.
Pengeluaran
pemerintah dalam sektor kesehatan
b.
Pengeluaran
pemerintah dalam sektor pendidikan
c.
Pengeluaran pemerintah dalam sektor perumahan dan
fasilitas umum
Tabel 1
Total Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah menurut Fungsi Kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Fasilitas Umum, Jalan dan Jembatan Tahun 2015-2019 (Triliun Rupiah)
SEKTOR |
TAHUN |
||||
2015 |
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
|
Kesehatan |
110,61 |
102,20 |
134,90 |
148,29 |
167,18 |
Pendidikan |
259,36 |
181,49 |
295,69 |
308,04 |
336,14 |
Perumahan dan Fasilitas Umum |
129,53 |
149,57 |
151,77 |
144,19 |
148,29 |
Infrasrtuktur
Jalan dan Jembatan |
70,82 |
157,52 |
141,271 |
133,11 |
139,28 |
Sumber: djpk.kemenkeu (2020)
Dapat dilihat
dari tabel di atas, realisasi pengeluaran pemerintah daerah cenderung mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Hal tersebut perlu menjadi perhatian oleh pemerintah
pusat maupun daerah untuk melihat seberapa efektif pengeluaran pemerintah
daerah menurut fungsi kesehatan, pendidikan, perumahan dan fasilitas umum,
pengeluaran infrastuktur jalan dan jembatan�
terhadap hasil dan manfaat yang di dapatkan yaitu IPM.
Menurut Brata
(2005) , hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran di sektor publik
(kesehatan & pendidikan) sangat bermanfaat untuk meningkatkan nilai IPM/HDI
(pembangunan manusia) dan mengurangi penduduk miskin (mengurangi juga indeks
gini). Menurut Aulia Noval Putra (2018), hasil penelitiannya pengeluaran
pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan berpengaruh positif terhadap IPM,
sedangkan sektor perumahan/fasilitas umum berpengaruh negatif.
Menurut BPS (2019),
bagi Indonesia, IPM adalah data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja
pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan dana. Kondisi alam Indonesia yang cukup banyak memiliki banyak gunung, laut,
sungai, dan jarak yang jauh antar daerah. Keberadaan sarana pendukung seperti
infrastruktur jalan dan jembatan sangat penting untuk meningkatkan IPM di
Indonesia. Karena infrastuktur ini merupakan akses utama untuk memperoleh
fasilitas kesehatan pendidikan, perumahan dan fasilitas umum yang lebih baik,
terutama untuk daerah-daerah terpencil di daerah / wilayah Indonesia.
Pokok-pokok
permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
pengeluaran pemerintah secara parsial dan simultan terhadap indeks pembangunan
manusia, dan sektor apa yang harus menjadi prioritas utama untuk mengefektifkan
pengeluaran pemerintah.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah secara
parsial dan simultan terhadap indeks pembangunan manusia, dan sektor apa yang
harus menjadi prioritas utama untuk mengefektifkan pengeluaran pemerintah.
Menurut UNDP (1995), beberapa konsep penting pembangunan
manusia yaitu:
a.
Pembangunan
mengutamakan penduduk sebagai pusatnya.
b.
Pembangunan
yang dimaksudkan bertujuan untuk memperbesar pilihan bagi penduduk, bukan hanya
untuk meningkatkan pendapatan.
c.
Pembangunan
manusia memperhatikan upaya-upaya dalam memanfaatkan kemampuan/kapasitas
manusia tersebut (setelah diberikannya perluasan pilihan-pilihan) secara
optimal.
d.
Pembangunan
manusia mempunyai empat pilar pokok dalam prosesnya, yang pertama adalah
produktivitas, yang kedua adalah pemerataan, yang ketiga kesinambungan dan yang
terakhir adalah pemberdayaan.
e.
Pembangunan
manusia menjadi landasan dasar dalam menentukan tujuan dan arah pembangungan
dengan cara menganalisis pilihan- pilihan tersebut.
Klassifikasi
jenis Belanja (PMK No.102/PMK.02/2018 tentang klasifikasi anggaran dan PMK No.
187/PMK.02/2019 perubahan) yaitu : Belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
belanja modal, belanja bunga utang, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja lain-lain, transfer ke daerah dan dana desa.
Dalam UU nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya pada pasal 11 ayat (5) dan
dalam keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 35/PUU-XI/2013, dinyatakan bahwa
belanja pemerintah pusat dapat diklasifikasikan menjadi per fungsi dan
organisasi. Pengklasifikasian berdasarkan fungsi dibagi menjadi 11 fungsi yang
menyangkut beberapa aspek dalam pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Menurut fungsi artinya klasifikasi ini digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan anggaran berbasis kinerja guna memperoleh manfaat
sebesar-besarnya. Rincian belanja Negara menurut fungsi antara lain terdiri
dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan
hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan
dan perlindungan sosial, disesuaikan dengan tugas masing-masing Kementerian
Negara/Lembaga.
Berdasarkan PP
RI No. 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah, yang dimaksud dengan
keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala bentuk kekayaan
yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan kewajiban Daerah
tersebut. Pengelolaan keuangan meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban,dan pengawasan. Pada pasal 27
ayat 1 menjelaskan, APBD terdiri atas :
a.
Pendapatan
daerah terdiri dari PAD (pajak,retribusi daerah, pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan, lain-lain PAD yang sah) pendapatan transfer (transfer pemerintah
pusat dan transfer antar daerah), lain-lain pendapatan daerah yang sah (hibah,
dana darurat, lain-lain pendapatan dengan ketentuan pearturan
perundang-undangan)
b.
Belanja
daerah diselaraskan dan dipadukan dengan belanja negara menurut fungsi yang
terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, perlindungan
lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata,
pendidikan, dan perlindungan sosial. Program dan kegiatan belanja daerah paling
sedikit mencakup target dan sasaran, indikator capaian keluaran, indikator
capaian hasil. Klassifikasi belanja daerah terdiri dari belanja operasi,
belanja modal, belanja tidak terduga, dan belanja transfer.
c.
Pembiayaan
daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan (SilPA, pencairan dana cadangan,
dll), pengeluaran pembiayaan (pembayaran pokok utang jatuh tempo, penyertaan
modal, dll).
Metode Penelitian
Ruang lingkup
penelitian ini adalah Indonesia dengan mengambil sampel (cross section) 34 provinsi ditambah kab/kota di Indonesia, dan
tahun (time series) sebanyak 5
seri/tahun, dari tahun 2015-2019. Metode analisis yang akan peneliti gunakan
adalah model regresi data panel.
Jenis pada penelitian kali ini adalah bersifat
kuantitatif, dimana kuantitatif digunakan karena peristiwa pengeluaran
pemerintah dan pembangunan manusia dijelaskan dengan angka-angka yang nantinya
akan diolah menggunakan aplikasi pengolahan data eviews 11. Jumlah Observasi 170 data.
Metode Pengambilan Data
Jenis data yang
akan peneliti gunakan adalah data sekunder, karena tidak diperoleh langsung
dari sumbernya yaitu Badan Pusat Statistika (BPS, 2019) dan juga dari
Direktorat Jendral Perbendaharaan Negara (Kementrian Keuangan RI, 2019), yang
diambil dari kurun waktu 2015-2019.
Model Penelitian &
Operasional Variabel Penelitian
Model penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah model regresi data panel dengan metode PLS,
berikut adalah model yang digunakan:
Y = α + 𝛽i X
1 + 𝛽2 X2 + 𝛽3 X3 + 𝛽4 X4
Penjelasan:
Y�������� : Indeks
Pembangunan Manusia
�������� :
Constanta
X1������ :
Pengeluaran Pemerintah Daerah Menurut Fungsi Kesehatan
X2������ :
Pengeluaran Pemerintah Daerah Menurut Fungsi Pendidikan
X3������ :
Pengeluaran Pemerintah Daerah Menurut Fungsi Perumahan dan Fasi-
����������� �litas Umum
X4 ����� :
Pengeluaran Pemerintah Daerah Melalui Infrastruktur (Jalan dan Jembatan)
Operasional variabel-variabel penelitian dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1.
Indeks
Pembangunan Manusia adalah satuan indeks komponen yang dihasilkan dari hitungan
perkalian antara indeks komponen kesehatan (angka harapan hidup), indeks
komponen pendidikan (harapan sekolah dan rata-rata lama sekolah), dan indeks
komponen pengeluaran (total pengeluaran, pengeluaran maksimal dan pengeluaran
minimal), data yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Indonesia menurut
provinsi (34) di Indonesia pada tahun 2015-2019 dengan satuan persen (%).
2.
Pengeluaran
pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan Data yang digunakan adalah realisasi
pengeluaran pemerintah pada realisasi APBD menurut fungsi kesehatan (total
belanja pegawai,belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja lainnya di
tiap kab/kota ditambah provinsi pada masing-masing daerah). Fungsi kesehatan
terdiri dari obat dan peralatan kesehatan, pelayanan kesehatan perorangan,
pelayanan kesehatan masyarakat, KB, penelitian dan dan pengembangan kesehatan,
kesehatan lainnya (PMK No :102/PMK.02/2018). Datanya pada tahun 2015-2019
dengan satuan rupiah.
3.
Pengeluaran
pemerintah daerah menurut fungsi pendidikan. Data yang digunakan adalah
realisasi pengeluaran pemerintah pada realisasi APBD menurut fungsi pendidikan
(total belanja pegawai,belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja lainnya
di tiap kab/kota ditambah provinsi pada masing-masing daerah). Fungsi
pendidikan terdiri dari PAUD, PD,PM, Pendidikan formal dan nonformal,
pendidikan kedinasan, pendidikan tinggi, pelayanan bantuan terhadap pendidikan,
pendidikan keagamaan, penlitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan, pembinaan
kepemudaan dan olahraga, pengembangan budaya, pendidikan lainnya (PMK No
:102/PMK.02/2018). Datanya pada tahun 2015-2019 dengan satuan rupiah.
4.
Pengeluaran
Pemerintah Daerah menurut fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum. Data yang
digunakan realisasi pengeluaran pemerintah pada realisasi APBD menurut fungsi
perumahan dan fasilitas umum, (total belanja pegawai,belanja barang dan jasa,
belanja modal, dan belanja lainnya di tiap kab/kota ditambah provinsi pada
masing-masing daerah). Fungsi perumahan dan fasilitas umur terdiri dari
pengembangan perumahan, pemberdayaan komunitas fasilitas umum, penyediaan air
minum, penerangan jalan, penelitian dan pengembangan perumahan dan fasilitas
umum lainnya, perumahan dan fasilitas umum lainnya (PMK No :102/PMK.02/2018).
Datanya pada tahun 2015-2019 dengan satuan rupiah.
5.
Pengeluaran
Pemerintah melalui infrastuktur (jalan dan jembatan). Data yang digunakan
realisasi pengeluaran pemerintah pada realisasi APBD melalui infrastuktur yang
terdiri dari jalan dan jembatan (total realisasi pengeluaran infrastuktur jalan
dan jembatan di tiap kab/kota ditambah provinsi pada masing-masing daerah)
datanya pada tahun 2015-2019.
Menurut Gujarati
dalam Ghozali (2017), Ada tiga macam pendekatan yang biasa digunakan untuk
mengestimasi model regresi linear dengan jenis data panel yaitu Pendekatan Common Effect Model (CEM), Pendekatan Fixed
Effect Model (FEM), dan Pendekatan
Random Effect Model (REM). Uji spesifikasi yang dilakukan diantaranya uji
Chow, uji Hausman, dan uji Lagrange Multiplier (LM test). Ketika menetapkan
bentuk asumsi yang paling tepat, diperlukan juga menetapkan metode estimasi
yang paling tepat diantaranya estimasi Ordinary
Least Square (OLS) dan Panel Least
Square (PLS), jika diasumsikan tidak memiliki masalah pada heteroskedastis.
Selanjutnya
sebelum dilakukan pengujian statistik maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitasm uji heterokedastisitas, dan
autokorelasi. Dalam pengujian statistik dilihat beberapa aspek nilai statistik
dalam model yang akan diuji, diantaranya adalah uji R-squared atau koefisien
determinasi (R2), uji F-statistik dan yang terakhir adalah uji t-statistik
dengan taraf signifikansi 0,05 (5%).
Hasil dan Pembahasan
Analisis Deskriptif Statistik
Tabel 2
IPM 34 Provinsi di Indonesia Tahun
2015- 2019 (%)
Tahun |
Rata-Rata
(Mean) |
Tertinggi (Maximum) |
Terendah (Minimum) |
Selisih (Range) |
Keterangan
Daerah |
|
Tertinggi |
Terendah |
|||||
2015 |
68,58 |
78,99 |
57,25 |
21,74 |
DKI Jakarta |
Papua |
2016 |
69,16 |
79,60 |
58,05 |
21,55 |
DKI Jakarta |
Papua |
2017 |
69,99 |
80,06 |
59,09 |
20,97 |
DKI Jakarta |
Papua |
2018 |
70,39 |
80,47 |
60,06 |
20,41 |
DKI Jakarta |
Papua |
2019 |
71,04 |
80,76 |
60,84 |
19,92 |
DKI Jakarta |
Papua |
Sumber : (BPS) berbagai tahun (Data diolah)
Berdasarkan
Tabel 2 menunjukkan
bahwa nilai rata-rata IPM di 34 Provinsi di Indonesia tahun 2015-2019 mengalami
kenaikan setiap tahunnya, yaitu berkisar antara 68,577 � 71,040. IPM tertinggi
berada di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019.
Ada tiga faktor
penting penentu kualitas hidup masyarat di Ibu Kota yang tergolong baik
sehingga menyumbang angka IPM tertinggi di Indonesia yaitu kualitas hidup
masyarakat di Jakarta yang tergolong sangat baik. Biasanya umur panjang dan
hidup sehat, dari sisi pengetahuan, dan standar hidup layak (BPS). Sedangkan
IPM terendah ada di Provinsi Papua pada tahun 2015. Walaupun provinsi Papua
tingkat IPM-nya terendah, tetapi dari segi pertumbuhan IPM setiap tahunnya mengalami peningkatan yang sangat signifikan
dibandingkan provinsi DKI Jakarta.
Tabel 3
Realisasi APBD Menurut Fungsi Kesehatan
Kab/Kota ditambah �34 Provinsi di
Indonesia Tahun 2015- 2019 (Rupiah)
Tahun |
Rata-Rata (Mean) |
Tertinggi (Maximum) |
Terendah (Minimum) |
Selisih (Range) |
Keterangan Daerah |
|
Tertinggi |
Terendah |
|||||
2015 |
3.253.133.907.359 |
14.293.573.111.307 |
763.924.754.784 |
13.529.648.356.523 |
Jawa Timur |
Sulawesi Barat |
2016 |
3.005.820.311.150 |
12.925.491.846.456 |
102.197.890.579.089 |
12.278.271.199.263 |
Jawa Barat |
Kaltara |
2017 |
3.967.550.049.669 |
16.711.320.240.114 |
982.057.984.745 |
15.729.262.255.369 |
Jawa Timur |
Kaltara |
2018 |
4.361.434.524.969 |
17.637.570.549.148 |
967.812.808.851 |
16.669.757.740.297 |
Jawa Timur |
Kaltara |
2019 |
4.916.977.562.622 |
19.940.054.487.998 |
1.119.407.461.313 |
18.820.647.026.685 |
Jawa Timur |
Kaltara |
Sumber : (Kementrian Keuangan RI,) berbagai tahun (Data diolah)
Tabel 4
Realisasi APBD
Menurut Fungsi Pendidikan Kab/Kota ditambah �34 Provinsi di Indonesia Tahun 2015- 2019
(Rupiah)
Tahun |
Rata-Rata (Mean) |
Tertinggi (Maximum) |
Terendah (Minimum) |
Selisih (Range) |
Keterangan Daerah |
|
Tertinggi |
Terendah |
|||||
2015 |
7.628.127.793.999 |
33.375.104.788.456 |
1.512.553.562.708 |
31.862.551.225.747 |
Jawa Barat |
Sulawesi Barat |
2016 |
5.337.694.325.196 |
29.356.101.362.597 |
951.029.836.514 |
28.405.071.526.083 |
Jawa Barat |
Kaltara |
2017 |
8.696.725.955.038 |
36.686.251.629.971 |
1.566.328.021.996 |
35.119.923.607.976 |
Jawa Timur |
Kaltara |
2018 |
9.059.955.621.541 |
41.220.038.194.344 |
1.567.750.357.559 |
39.652.287.836.785 |
Jawa Barat |
Kaltara |
2019 |
9.886.510.339.923 |
43.849.406.899.237 |
1.621.424.869.166 |
42.227.982.030.072 |
Jawa Barat |
Kaltara |
Sumber : (Kementrian Keuangan RI,) berbagai tahun (Data diolah)
Tabel 5
Realisasi APBD
Menurut Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Kab/Kota ditambah �34 Provinsi di Indonesia Tahun 2015- 2019
(Rupiah)
Tahun |
Rata-Rata (Mean) |
Tertinggi (Maximum) |
Terendah (Minimum) |
Selisih (Range) |
Keterangan Daerah |
|
Tertinggi |
Terendah |
|||||
2015 |
3.809.844.816.022 |
10.738.047.080.236 |
716.838.676.453 |
10.021.208.403.783 |
Jawa Barat |
Gorontalo |
2016 |
4.399.102.238.280 |
15.436.748.717.935 |
706.364.032.570 |
14.730.384.685.365 |
DKI JAKARTA |
Gorontalo |
2017 |
4.463.762.397.876 |
14.029.569.607.125 |
804.963.091.414 |
13.224.606.515.710 |
Jawa Barat |
Gorontalo |
2018 |
4.240.743.977.939 |
13.113.403.127.247 |
935.845.465.923 |
12.177.557.661.324 |
Jawa Barat |
Gorontalo |
2019 |
4.361.557.195.249 |
13.316.094.643.998 |
818.135.914.281 |
12.497.958.729.718 |
Jawa Barat |
Gorontalo |
Sumber : (Kementrian Keuangan RI,) berbagai tahun 2020 (Data diolah)
Tabel 6
Realisasi APBD Melalui
Infrastuktur (Jalan dan Jembatan) Kab/Kota ditambah �34 Provinsi di Indonesia Tahun 2015- 2019
(Rupiah)
Tahun |
Rata-Rata (Mean) |
Tertinggi (Maximum) |
Terendah (Minimum) |
Selisih (Range) |
Keterangan Daerah |
|
Tertinggi |
Terendah |
|||||
2015 |
2.082.850.780.887 |
7.045.600.845.175 |
247.200.945.899 |
6.798.399.899.276 |
Jawa Timur |
Sulawesi Barat |
2016 |
4.632.962.143.609 |
11.699.824.564.395 |
741.131.337.182 |
10.958.693.227.213 |
Jawa Tengah |
DI. Yogyakarta |
2017 |
4.155.043.707.016 |
10.900.955.431.562 |
966.743.001.507 |
9.934.212.430.055 |
Jawa Timur |
DI. Yogyakarta |
2018 |
3.915.110.535.913 |
10.127.137.085.082 |
1.068.109.410.228 |
9.059.027.674.854 |
Jawa Timur |
DI. Yogyakarta |
2019 |
4.096.480.391.630 |
11.136.674.457.284 |
1.069.764.359.620 |
10.066.910.097.664 |
Jawa Timur |
DI. Yogyakarta |
Sumber : (Kementrian Keuangan RI,) berbagai tahun 2020 (Data diolah)
Berdasarkan tabel-tabel pengeluaran pemerintah daerah di
atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata realisasi pengeluaran APBD menurut
fungsi kesehatan, pendidikan, perumahan dan fasilitas umum, dan infrastuktur
(jalan dan jembatan pada kab/kota ditambah 34 Provinsi di Indonesia tahun
2015-2019 cenderung kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2015 rata-rata
pengeluaran APBD melalui infrastuktur (jalan dan jembatan) paling rendah yaitu
sebesar 2.082.850.780.887 rupiah dan rata-rata tertinggi pada tahun 2019
sebesar 9.886.510.339.923 rupiah pada realisasi pengeluaran APBD menurut fungsi
pendidikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah realisasi anggaran
pada beberapa daerah di Indonesia di antaranya:
a.
Jumlah
kepadatan penduduk
b.
Jumlah Kab/Kota
pada suatu daerah
c.
Keadaan Alam /
geografis daerah
d.
Anggaran yang
tersedia
e.
Pendapatan
Daerah
Di lihat dari tabe-tabel di atas, realisasi pengeluaran
APBD yang besar tidak menjadi faktor utama dalam meningkatkan indeks
pembangunan manusia.
Penelitian yang dilakukan kali ini, memilih pendekatan
estimasi panel laeast square (PLS)
dengan fixed effect model (FEM). Hal
tersebut ditetapkan setelah melalui beberapa proses pemilihan model (uji chow & uji hausman) dan beberapa analisis uji asumsi klasik . Uji yang dilakukan untuk
menentukan model estimasi adalah uji chow
dan uji hausman. Dimana uji chow
adalah uji yang menentukan model antara common
effect model dan fixed effect model.
Sementara uji hausman adalah uji yang
menentukan model antara fixed effect
model dan juga random effect model).
Y = α + 𝛽i X 1 + 𝛽2 X2 + 𝛽3 X3 + 𝛽4 X4 yang kemudian di Log
Y = α + �Log 𝛽i X 1 + Log 𝛽2 X2 + Log 𝛽3 X3 + Log 𝛽4 X4
Tabel 7
Hasil Model
CEM, FEM, dan REM menggunakan Eviews-11
Variabel |
CEM |
FEM |
REM |
|||
|
Koef |
Prob. |
Koef |
Prob. |
Koef |
Prob. |
C Y Log X1 Log X2 Log X3 Lox X4 |
55,62 ����� 0,25 2,25 -0,05 -2,01 |
0,00 0,87 0,08 0,97 0,01 |
-5,74 3,28 -0,12 -1,49 0,98 |
4,26 0,00 0,65 0,00 0,00 |
-1,66 3,26 -0,13 -1,58 0,96 |
0,80 0,00 0,62 0,00 0,00 |
R2 Adjusted R2 F-Statistic Prob (F-Sta.) |
0,13 0,11 6,29 0.00 |
|
0,98 0,98 �343,95 0.00 |
|
0,70 0,70 98,37 0,00 |
|
Cross-Section
F Prob. (CS F) |
334,06 0.00 |
Uji Chow |
|
|||
Chi Square
Stat. Prob. (Chi Sq
Sta.) |
|
30,94 0,00 |
Hausman Test |
|||
|
|
|
|
Dari hasil pengujian Uji
Chow, di dapatkan nilai dari cross-section
F adalah 0.0000.
Dimana:
H0 = Common Effect Model
Ha = Fixed Effect Model
Nilai probabilitas
dari cross-section F adalah sebesar 0,00, maka H0 ditolak
(dikarenakan kurang dari 0.05), tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0.05
(α = 5%).
Hasil pengujian uji hausman,
di dapatkan nilai dari probabilitas cross-section
random adalah 0,00. Dimana:
H0 = Random Effect Model
Ha = Fixed Effect Model
Hasil dari uji hausman
bernilai 0,00 di mana hasil tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05 (5%), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Uji LM tidak digunakan apabila pada uji Chow dan uji Hausman menunjukan� model yang
paling tepat adalah Fixed� Effect�
Model. Maka sudah dibisa dipastikan model estimasi FEM adalah model yang digunakan untuk
penelitian kali ini. Dikarenakan adanya autokorelasi
dan multikolinearitas pada model ini, maka peneliti menggunakan bobot/weight pada model estimasi FEM, untuk dapat mengabaikan uji asumsi
klasik.
Menurut Gujarati
& Porter (2007), persamaan yang memenuhi asumsi klasik hanya persamaan yang
menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Dalam eviews model estimasi
yang menggunakan metode GLS hanya random effect model. FLGS mengasumsikan
adanya kondisi heterogenitas antara persamaan dan memperlihatkan adanya stuktur
residu yang berbeda antar persamaan, di mana setiap persamaan diasumsikan
homokedastisitas sehingga estimasi dengan model asumsi klasik tidak relevan
lagi.
Y = - 5, 74 + 3,28 -
0,12 � 1,49 + 0,98
a.
Nilai
Konstanta sebesar - 5,74 menunjukkan bahwa apabila pengeluaran pemerintah
daerah menurut fungsi kesehatan, pendidikan, perumahan/fasilitas umum dan
infrastuktur (Jalan dan Jembatan nilainya nol, maka angka Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) sebesar turun 5,74 %.
b.
Nilai
koefisien pengeluaran kesehatan sebesar 3,28 menunjukkan bahwa jika variabel
independen lain tetap dan pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi
kesehatan naik satu persen, maka angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) naik
sebesar 3,28 %.
c.
Nilai
koefisien pengeluaran daerah menurut fungsi pendidikan -0, 12 menunjukkan bahwa
jika variabel independen lain tetap dan pengeluaran pendidikan naik satu
persen, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) turun sebesar 0,12 %.
d.
Nilai
koefisien pengeluaran pemerintah daerah menurut perumahan dan fasilitas umum
-1,49 menunjukkan� bahwa jika variabel
independen lain tetap dan pengeluaran pemerintah daerah menurut fasilitas
umum/perumahan naik satu persen, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) turun
sebesar 1,49 %.
e.
Nilai
koefisien pengeluaran pemerintah daerah infrastuktur (jalan dan jembatan) 0,98
menunjukkan� bahwa jika variabel
independen lain tetap dan pengeluaran pemerintah daerah melalui infrastuktur
(jalan dan jembatan) naik satu persen, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
naik sebesar 0,98 %.
Uji R-squared atau uji koefisien determinasi adalah alat
uji statistik untuk menjelaskan seberapa mampu variabel independent (variabel
bebas) dapat menjelaskan variabel dependentnya (variabel terikat). Sesuai
dengan tabel model estimasi diatas, nilai R-squared (R2) yang
diperoleh dari model estimasi FEM pendekatan PLS adalah 0,98% yang artinya,
variabel pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan, pendidikan dan
perumahan dan fasilitas umum, melalui infrastuktur (jalan dan jembatan) mampu
menjelaskan variabel indeks pembangunan manusia sebesar 98%. Dapat dikatakan
indeks pembangunan manusia 98% dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah menurut
fungsi kesehatan, pendidikan, perumahan dan fasilitas umum, melalui
infrastuktur (jalan dan jembatan) sisanya sebesar 2% dapat
dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel lain diluar ketiga variabel tersebut.
Uji probality t-statistik adalah alat uji yang digunakan
untuk melihat keterkaitan variabel bebas dengan variabel terikat secara
individu (parsial).
a.
Variabel
pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan mempunyai nilai
probabilitas sebesar 0,00, dengan kata lain nilai probabilitas pengeluaran
pemerintah daerah menurut fungsi kesehatan lebih besar dibandingkan dengan
nilai alpha (0,05). Maka dapat disimpulkan, pengaruhnya signifikan terhadap variabel
bebas (indeks pembangunan manusia).
b.
Variabel
pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi pendidikan, mempunyai nilai
probabilitas t-statistik sebesar 0,65 . Dapat diartikan, nilai probabilitas
pada variabel pengeluaran pemerintah daerah menurut fugsi pendidikan lebih
besar dibandingkan dengan nilai derajat kepercayaannya (0,05). Dapat dikatakan
variabel ini mempunyai tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks
pembangunan manusia.
c.
Variabel
yang terakhir adalah variabel pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi
perumahan dan fasilitas umum. Nilai probabilitas t-statistik pada variabel ini
adalah 0,00, dimana jika dibandingkan dengan nilai alpha (0,05), nilai
probabilitas pengeluaran pemerintah menurut fungsi perumahan dan fasilitas umum
lebih kecil. Dapat dikatakan variabel ini berpengaruh signifikan terhadap
variabel indeks pembangunan manusia.
d.
Variabel
yang terakhir adalah variabel pengeluaran pemerintah daerah melalui
infrastuktur (jalan dan jembatan). Nilai probabilitas t-statistik pada variabel
ini adalah 0,00, dimana jika dibandingkan dengan nilai alpha (0,05), nilai
probabilitas pengeluaran pemerintah melalui infrastuktur (jalan dan jembatan)
lebih kecil. Dapat dikatakan variabel ini berpengaruh signifikan terhadap
variabel indeks pembangunan manusia.
Kesimpulan
Realisasi pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi
kesehatan, perumahan dan fasilitas umum, dan infrasturktur (jalan dan jembatan)
secara parsial berpengaruh signifikan (< 0,05) terhadap IPM Indonesia� pada tahun 2015-2019. Tanda positif pada
pengeluaran pemerintah menurut fungsi kesehatan dan melalui infrastuktur (jalan
dan jembatan), berarti semakin besar realisasi dapat meningkatkan Indeks
pembangunan manusia di Indonesia. Sedangkan tanda negatif pada realisasi
pengeluaran pemerintah menurut fungsi perumahan dan fasilitas umum, berarti
apabila realisasinya di tingkatkan, dapat menimbulkan indeks pembangunan
manusia menurun pada periode tahun 2015-2019. Perumahan dan fasilitas umum,
memang termasuk investasi jangka panjang bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan
indeks pembangunan manusia.
Realisasi pengeluaran pemerintah daerah menurut fungsi
pendidikan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan (>0,05)
terhadap indeks pembangunan manusia pada tahun 2015-2019. Karena nilainya tidak
signifikan, maka analisis tanda positif tidak digunakan. Memiliki anggaran
pendidikan sebesar (20%) dari APBD, ternyata realisasi anggarannya tidak
mempengaruhi indeks pembangunan manusia pada tahun 2015-2019. Pemerintah pusat
dan daerah harus bekerjasama dalam melakukan perencanaan, kebijakan dan
pengawasan agar nantinya realisasi APBD lebih efektif dan efisien untuk
meningkatkan indeks pembangunan manusia.�
Indikator pendidikan merupakan salah satu investasi jangka panjang.
Ralisasi pengeluaran pemerintah daerah secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan (0,05) terhadap indeks
pembangunan manusia di Indonesia pada tahun 2015- 2019. Artinya keempat
variabel ini menjadi prioritas utama�
(98%) pengaruhnya bagi peningkatan indeks pembangunan manusia di
Indonesia.
Sektor apa yang menjadi prioritas utama oleh pemerintah
daerah dalam mengambil kebijakan, agar pengeluaran pemerintah daerah menjadi
lebih efektif dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia adalah pada sektor
kesehatan, karena berpengaruh signifikan terhadap peningkatan indeks
pembangunan manusia di Indonesia. Selain itu, sektor pendidikan juga menjadi
prioritas utama bagi pemerintah daerah, karena dengan anggaran yang besar,
ternyata dalam periode tahun 2015-2019 hasilnya tidak signifikan terhadap
indeks pembangunan manusia.
BIBLIOGRAFI
Anwar, M. A.
(1995). Sumber Daya, Teknologi, dan
Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pusat Utama.
BPS. (2019). Berita Resmi Statistik (BRS) Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2019. Jakarta: BPS.
Brata, A. G.
(2005). Investasi Sektor Publik Lokal,
Pembangunan Manusia, Dan Kemiskinan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian -
Universitas Atma Jaya.
Ghozali, I.
(2017). Model Persamaan Struktural Konsep
Dan Aplikasi Program AMOS 24. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Gujarati,
Damodar N dan Dawn C. Porter. 2015. Dasar-Dasar
Ekonometrika Edisi 5 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Notoatmodjo, S.
(2007). Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
UNDP. (1995). Human Development Report 1995. New York:
Oxford University Press.
UNDP. (2007). Human Development Report 2007/2008. New
York: United Nation Development Programme.
Abdul
Halim, Dewi Rahayu, Muzdalifah (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |