Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
9, September 2022
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI HONORER DI INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM
NEGERI, JAKARTA
Farah
Salsabila Nazhifah, Safuan
Universitas Jayabaya, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Salah satu faktor yang menjadi kriteria untuk mencapai kelancaran tujuan suatu organisasi atau instansi adalah
mengidentifikasi dan mengevaluasi
kinerja pegawainya/karyawannya. Oleh karena itu kinerja anggota
organisasi/pegawai menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
kinerja pegawai honorer di Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ialah Faktor Kemampuan yaitu kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. Faktor kemampuan dibutuhkan demi tercapainya kinerja yang baik, karena kemampuan
bekerja seseorang menunjukkan potensi dari diri orang tersebut dalam menjalankan aktivitas dan pekerjaannya. Faktor Motivasi merupakan sistem penghargaan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam sebuah
organisasi atau institusi yang nantinya akan mengarah pada peningkatan etos kerja.
Kata kunci: kinerja karyawan; kemampuan; �motivasi,
kompensasi�
Abstract
One of the factors
that become the criteria for achieving the smooth goals of an organization or
agency is to identify and evaluate the performance of its employees/employees.
Therefore, the performance of organizational members/employees is very
important to note so that organizational goals can be achieved effectively.
This study aims to determine what factors affect the performance of honorary
employees at the Institute of Domestic Administration, Jakarta. The research
method used is descriptive qualitative research method. The results showed that
the factors that affect performance is the ability factor, namely the capacity
of an individual to perform various tasks in a job. The ability factor is
needed to achieve good performance, because a person's ability to work shows the
potential of that person in carrying out his activities and work. Motivation
factor is a reward system that plays an important role in increasing employee
motivation in an organization or institution which will lead to an increase in
work ethic.
Keywords:
employee
performance; ability; motivation; compensation
Pendahuluan
Manajemen
sumber daya manusia merupakan suatu proses untuk menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer serta tenaga
kerja lainnya untuk dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Manajemen sumber daya manusia
merupakan suatu sistem yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi
sikap, perilaku, dan juga kinerja karyawan agar dapet memberikan kontribusi yang optimal dalam mencapai sasaran perusahaan atau organisasi. Manajemen sumber daya manusia
merupakan suatu aktivitas strategis karena mampu meningkatkan
kinerja perusahaan dengan memberikan kontribusi kepada kepuasan karyawan, inovasi, produktivitas, dan pengembangan reputasi yang baik.
Manajemen
kinerja dapat didefinisikan sebagai daya upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan mendorong pegawai melalui berbagai cara agar bekerja dengan penuh semangat,
efektif, efisien dan produktif, sesuai dengan proses kerja yang benar agar mencapai hasil kerja yang optimal. Menurut (Pieroni et al., 2002),
(Ittner & Larcker, 2001),
(Otley, 1999),
(Situmorang, 2013)
dan (Verbeeten, 2008)
praktek manajemen kinerja meliputi tujuan yang akan dicapai, pengalokasian hak-hak keputusan, serta pengukuran dan pengevalusaian kinerja organisasi. Praktek manajemen kinerja ini dapat meningkatkan
kinerja organisasi sektor publik
Sedangkan
menurut Kinerja merupakan suatu� fungsi� dari motivasi� dan kemampuan� untuk� menyelesaikan tugas� atau� pekerjaan� seseorang� sepatutnya memiliki derajat�� kesediaan�� dan�� keterampilan�� seseorang�� tidaklah�� cukup�� efektif�� untuk mengerjakan� sesuatu� tanpa� pemahaman� yang� jelas� tentang� apa� yang� dikerjakan� dan bagaimana mengerjakannya.� Hal yang
perlu� diingat� bahwa� kinerja� dalam� suatu organisasi� tidak� selalu mengalami peningkatan, tetapi juga terkadang mengalami penurunan.
Agar tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik maka sumber
daya manusia memegang peranan yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dan pengkajian yang lebih mendalam, Salah satu faktor yang menjadi kriteria untuk mencapai kelancaran tujuan suatu organisasi
atau instansi adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja pegawainya/karyawannya. Oleh karena itu kinerja
anggota organisasi/pegawai menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif. Seiring dengan perkembangannya, semua organisasi dituntut untuk dapat bersaing
memberikan pelayanan yang maksimal, tidak terkecuali organisasi pemerintah.
Menurut
(Mangkunegara, 2016),
salah satu cara yang dapat meningkatkan hasil kerja pegawai
adalah dengan pemberian kompensasi. Selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Kasenda, 2013),
bahwa kompensasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Jika pemberian kompensasi yang diberikan kepada pegawai tidak seimbang
maka prestasi kerja maupun kepuasan
kerja pegawai akan menurun. Kompensasi
merupakan salah satu bentuk penghargaan dari perusahaan atau organisasi terhadap sumber daya manusia yang terlibat di dalam perusahaan/organisasi tersebut. Kompensasi yang sesuai dan tepat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan dasar karyawan untuk membeli makanan,
minuman, perumahan yang didapat melalui gaji yang diterima seperti yang dijelaskan dalam teori Maslow tentang hierarki kebutuhan dasar manusia (Sari, 2009).
Selain kompensasi
ada faktor motivasi dan kemampuan yang perlu diperhatikan, dalam meningkatkan kinerja pegawai. hasil dari penelitian
yang dilaksanakan oleh (Kusjainah & Listyorini, 2015),
menunjukkan bahwa motivasi dan kemampuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Demikian
halnya dengan aparat pemerintah sebagai abdi masyarakat
dan abdi pemerintah, dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Karena hal tersebut sudah
merupakan salah satu fungsi yang harus dijalankan oleh pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan seluruh proses pelaksanaan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari tingkat
pusat hingga tingkat daerah.
Institut
Pemerntahan Dalam Negeri (IPDN) merupakan
Lembaga Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri, yang dibentuk dengan maksud untuk mempersiapkan
kader pemerintahan dalam negeri yang siap tugas dan siap dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat secara berdaya
guna dan berhasil guna.
Lembaga� pemerintah� merupakan� lembaga� yang memiliki� peran� dan� fungsi� yang� penting dalam� pemerintahan� baik� pada� tingkat� daerah� maupun� tingkat� nasional.� Hal ini� dikarenakan
dalam� pelaksanaan� kegiatannya� menggunakan�
dana� APBN� atau� menggunakan� dana�
APBD, sehingga para pelaksana
kerja atau dalam hal inikaryawan
harus memiliki etos kerja yang baik.
Penelitian� ini� dilakukan� pada� tenaga� kerja� bantuan yang mana biasa umumnya disebut sebagai Tenaga Honorer. Yang dimaksud tenaga kerja� bantuan� atau� honorer� dalam� dinas� tersebut� adalah� sesorang� yang� diangkat� oleh� pejabat Pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada� instansi� pemerintah.� Sedangkan� penghasilannya� menjadi� beban� Anggaran� Pendapatan Belanja� Negara� (APBN)�
atau� Anggaran� Pendapat� dan� Belanja� Daerah�
(APBD).
Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 48 tahun 2005 Pasal 1 yang dimaksud dengan : 1) Tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawain atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilankan jadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
2) Pejabat pembinaan pegawai adalah pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai negeri sipil di lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Instansi
adalah instansi pemerintahanan pusat dan instansi pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam� proses� peningkatan �kinerja� perlu� didukung� dari� strukur� organisasi� pemerintahan
yang� harus� mampu� memberikan� ruang� gerak� kebebasan� bertanggung� jawab� pada� pekerja pemerintah�� pelaksana� untuk� mengembangkan� kreatifitas� dan� beradaptasi� dengan� lingkungan yang �menyertai� pelaksanaan� tugas� dan� fungsinya� di� lapangan.� Oleh� sebab� itu,� pimpinan organisasi� atau� manajemen� tingkat� atas� organisasi� perlu� melakukan� upaya-upaya� pemeliharaan kinerja tenaga kerja bantuan
(honorer) dengan lebih baik. Karena kinerja merupakan penampilan hasil kerja tenaga kerja
bantuan (honorer) dan Aparat Sipil Negara baik secara kuantitas
maupun kualitas.� Mengingat� adanya� perbedaan� status�
kepegawaian�
anatar� kedua� kelompok� sumberdaya manusia tersebut, maka seyogyanya perhatian terhadap tenaga kerja bantuan (honorer) tidaklah diabaikan oleh organisasi, dengan tujuan agar tidak tercipta celah kesenjangan diantara mereka.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kualititatif. Menurut Denzin dan
Lincoln, penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk
oleh kata-kata berdasarkan teknik
pengumpulan dan analisis
data yang relevan yang diperoleh
dari situasi yang alamiah.
Objek
penelitian ini difokuskan pada faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai honorer di Institut Pemerintahan Dalam
Negeri (IPDN) Jakarta.
Kinerja
�adalah� manajemen� tentang� menciptakan� hubungan �dan� memastikan� komunikasi yang� efektif (Hamali, 2013). Penilaian� kinerja� adalah� proses �dengan� nama kinerja� individual� diukur� dan� dievaluasi.� Istilah
Kinerja berasal dari kata
job performance atau actual performance (kinerja atau pestasi
nyata) yang berkaitan dengan segala aktifitas
dalam suatu organisasi kerja.
Pengertian kinerja
oleh (Mukhlis, 2005) adalah
hasil kinerja sesuai kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektif yang dicapai seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2009) mengemukakan
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing�
masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara
Menurut (Sinambela et al., 2012) kinerja
merupakan implementasi dari teori keseimbangan,
yang mengatakan bahwa seseorang akan menunjukkan prestasi yang optimal
bila ia mendapatkan
manfaat (benefit) dan terdapat
adanya rangsangan (inducement)
dalam pekerjaannya secara adil dan masuk akal (reasonable).
Teori keseimbangan di atas memperlihatkan bahwa kinerja yang optimal akan dapat dicapai jika
terdapat rasa keadilan yang
dirasakan pegawai. Berbagai indikator yang dapat mengakibatkan rasa keadilan tersebut menurut teori ini
antara Iain adalah manfaat yang berarti bahwa seorang pegawai
dalam nnelaksanakan tugas-tugasnya dapat merasakan manfaatnya. Selanjutnya seorang pegawai juga harusnya memperoleh rangsangan dari berbagai pihak
terkait dalam bentuk pemberian motivasi, sehingga mereka dapat terpacu
untuk melakukan tugas-tugasnya; dan pekerjaan
yang dilakukan haruslah adil dan masuk akal, dalam artian
bahwa di antara sesama pegawai haruslah terdapat keadilan pembagian tugas dan insentif yang diperoleh.
Menurut (Suwati, 2013) faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja yaitu:
a.
Faktor kemampuan (ability)
Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan
reality (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia akan lebih
mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Pegawai juga perlu pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
Menurut (Sudarma, 2012) kemampuan
dibutuhkan demi tercapainya
kinerja yang baik, karena kemampuan bekerja seseorang menunjukkan potensi dari diri orang tersebut dalam menjalankan aktivitas. Kemampuan (ability) adalah
kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan. Kemampuan adalah suatu penilaian
terkini atas apa yang dikerjakan karyawan (Sudarma, 2012). Ada 3 pengukuran variabel kemampuan (Sudarma, 2012): a. Pengetahuan
adalah wawasan karyawan dalam melaksanakan maupun menyelesaikan tugasnya. b. Keterampilan adalah cara khusus dari
karyawan itu sendiri dalam melakukan
tugasnya c. Pengalaman kerja adalah karir
sesuai bidangnya yang dimiliki oleh karyawan yang mana dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan itu sendiri.
Berdasarkan hasil
wawancara, kemampuan anggota yang baik berpengaruh terhadap kinerja anggota. Pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja anggota sudah cukup
baik walaupun belum maksimal. Masing-masing anggota melakukan pekerjaan dengan kemampuan yang ada walaupun terbatas dan selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuannya. Hal ini menyebabkan masing-masing anggota
dapat untuk mengerjakan pekerjaanya dengan baik.
b.
Faktor motivasi (motivation)
Motivasi terbentuk
dari sikap (attitude)
seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai
tujuan organisasi (tujuan kerja)
Menurut (Ardana et al., 2012), motivasi
adalah sesuatu yang timbul dari dalam
diri sebagai sebuah kekuatan seseorang secara sadar untuk melakukan
aktifitas yang dapat menghasilkan suatu perubahan secara nyata untuk membantu
dirinya sendiri dan juga
orang lain dalam menangani suatu permasalahn yang dihadapinya sehingga dapat memberikan kepuasan bagi dirinya
dan juga bagi masyarakat. Sumber motivasi tergolong menjadi dua:
�
Motivasi Intrinsik : Motif-motif yang
berasal dari diri sendiri, karena
dari dalam individu sudah ada kemauan untuk
melakukan sesuatu. Faktor
yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah minat, sikap
positif dan kebutuhan. Kemajuan, perkembangan, tanggung Jawab, penghargaan, prestasi, pekerjaan itu sendiri merupakan
faktor intrinsik.
�
Motivasi ekstrinsik : Motif yang berasal dari luar
atau mendapat dorongan dari luar.
Menurut F.Herzberg
ada dua faktor
utama dalam dalam organisasi yang membuat karyawan puas dan mendorong mereka bekerja lebih baik lagi.
Yaitu, motivator dan faktor
kesehatan kerja. Upah, kondisi kerja, keamanan kerja, status, prosedur perusahaan, mutu penyeliaan, mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan
kerja, atasan, dan bawahan merupakan faktor-faktor entrinsik.
Motivasi Pada hakikatnya
sistem penghargaan sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan
motivasi kerja pegawai dalam sebuah
organisasi atau institusi yang nantinya akan mengarah pada peningkatan etos kerja. Kompensasi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan kepada pegawai atau karyawan
sebagai balas jasa atau konstribusi
yang mereka berikan kepada organisasi (Wardani, 2009). Menurut
(Dessler, 2007), �kompensasi
merupakan segala yang berupa pemberian baik berupa barang
maupun berupa uang yang telah diserahkan kepada pegawai dan mulai dari hasil
kerjanya�. Pada dasarnya terdapat dua cara
pembayaran keuangan yaitu pembayaran finansial langsung dan pembayaran non finansial.
Pembayaran finansial yakni pembayaran yang berupa upah, gaji, insentif,
komisi, dan bonus. Sedangkan
pembayaran non finansial adalah balas jasa
yang berupa tunjangan pemberian asuransi. Kompensasi merupakan suatu imbalan yang telah diberikan kepada karyawan atas tercapainya tujuan perusahaan� (Panggabean, 2009).
Kompensasi adalah
hak materi yang diberikan kepada pegawai sebagai honorarium atas tenaga yang telah dia berikan
dalam mengerjakan pekerjaannya, jika kompensasi meningkat maka akan semakin
meningkat pula kinerja pegawai tersebut (Baskoro, 2016). Tinggi kompensasi yang diberikan seharusnya berjalan lurus dengan tingkat
tenaga yang harus dikeluarkan, semakin besar tenaga yang dikeluarkan harusnya kompensasi yang diterima semakin besar pula, namun pada kenyataannya kompensasi berbanding lurus dengan tenaga
ekstra yang mereka berikan. Standarisasi honor yang diberikan berlaku merata untuk seluruh
Indonesia sehingga ditemukan
banyak sekali keluhan dari pegawai
terhadap kompensasi yang mereka terima yang dianggap masih kurang sesuai dengan
beban kerja yang mereka terima
Berdasarkan hasil
wawancara, besar kecilnya atau tepat
tidaknya pemberian penghargaan cukup menentukan motivasi kerja dan etos kerja karyawan atau pegawainya. Apabila penghargaan diberikan secara tepat dan benar, maka para karyawan atau pegawainya akan memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Sebaliknya apabila penghargaan finansial yang diberikan tidak memadai atau
kurang tepat maka prestasi kerja,
motivasi, dan kepuasan kerja sebuah karyawan
akan menurun.
Kesimpulan
Tenaga honorer
berperan aktif dalam membantu pelayanan di bidang administratif. Tenaga honorer cukup baik dalam
mendukung pelaksanaan pelayanan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jakarta. Selain itu peran tenaga
honorer yang bertugas membantu khususnya administrasi kepegawaian saat ini khususnya
mengenai kualitas dan kuantitas bisa dibilang sudah cukup memadai, tinggal bagaimana mengkoordinasi keadaan pegawai honorer dengan tugas masing- masing agar tidak tumpang tindih.� Faktor motivasi dan
kemampuan yang perlu diperhatikan, karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan kinerja pegawai. Berkaitan dengan penilaian atau persepsi pimpinan
dan staf pegawai di Institut Pemerintahan Dalam
Negeri, Jakarta, peran tenaga
honorer cukup tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam pelaksanaan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jakarta.
Ardana, I. K., Mujiati, N. I., & Utama, I. (2012).
Manajemen sumber daya manusia. Google Scholar
Baskoro, M. S. P. (2016). Pengelolaan kawasan ekowisata
berbasis masyarakat serta implikasinya terhadap ketahanan masyarakat desa
Sukarara. Jurnal Green Growth Dan Manajemen Lingkungan, 5(2), 18�28. Google Scholar
Dessler, G. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1
Edisi 10. Jakarta: Indeks. Google Scholar
Hamali, S. (2013). Konflik dan keraguan individu dalam
perspektif psikologi agama. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 8(1),
27�44. Google Scholar
Ittner, C. D., & Larcker, D. F. (2001). Assessing
empirical research in managerial accounting: a value-based management
perspective. Journal of Accounting and Economics, 32(1�3), 349�410. Google Scholar
Kasenda, R. (2013). Kompensasi dan motivasi pengaruhnya
terhadap kinerja karyawan pada PT. Bangun Wenang Beverages Company Manado. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3). Google Scholar
Kusjainah, K., & Listyorini, I. (2015). Peer Review-Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan: Model Pengujian dengan Variabel Mediasi. Telaah
Bisnis, 16(1), 17�30. Google Scholar
Mangkunegara, A. A. A. P. (2009). Perencanaan dan
pengembangan sumber daya manusia. Google Scholar
Mangkunegara, A. A. A. P. (2016). Manajemen sumber daya
manusia perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Mukhlis, H. (2005). Voting Yes to Chaos. The New York
Times, 18, 27. Google Scholar
Otley, D. (1999). Performance management: a framework for
management control systems research. Management Accounting Research, 10(4),
363�382. Google Scholar
Panggabean, H. E. H. (2009). Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Toba Samosir. Google Scholar
Pieroni, A., Janiak, V., D�rr, C. M., L�deke, S., Trachsel,
E., & Heinrich, M. (2002). In vitro antioxidant activity of non‐cultivated
vegetables of ethnic Albanians in southern Italy. Phytotherapy Research: An
International Journal Devoted to Pharmacological and Toxicological Evaluation
of Natural Product Derivatives, 16(5), 467�473. Google Scholar
Sari, E. (2009). Pengaruh Kompensasi dan Iklim Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja DiBritish. International SchoolDi Jakarta. Google Scholar
Sinambela, F., Windarti, T., & Siahaan, P. (2012).
Pengaruh waktu pada pembentukan kalsium fosfat dengan sistem membran selulosa
bakterial. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 15(3), 105�110. Google Scholar
Situmorang, N. B. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja Pegawai Organisasi Sektor Publik (Studi Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. UNIMED. Google Scholar
Sudarma, K. (2012). Mencapai sumber daya manusia unggul
(Analisis kinerja dan kualitas pelayanan). JDM (Jurnal Dinamika Manajemen),
3(1). Google Scholar
Suwati, Y. (2013). Pengaruh kompensasi dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT. Tunas Hijau Samarinda. Jurnal Ilmu
Administrasi Bisnis, 1(1), 41�55. Google Scholar
Verbeeten, F. H. M. (2008). Performance management practices
in public sector organizations: Impact on performance. Accounting, Auditing
& Accountability Journal. Google Scholar
Wardani, E. S. (2009). Pengaruh kompensasi, keahlian dan
motivasi Kerja terhadap prestasi kerja karyawan Pada PT. Pembangkitan jawa bali
Unit pembangkitan Muara Tawar. Jurnal Manajemen, 41, 2. Google Scholar
Farah
Salsabila Nazhifah, Safuan (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |