Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
MOTIVASI SOSIAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN,
KOMUNIKASI DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSKEMAS LUBANG BUAYA KECAMATAN CIPAYUNG KOTA JAKARTA
TIMUR
Bagus
Irawan, Juniarto Rojo Prasetyo
Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected]
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara
empiris pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai; pengaruh
komunikasi terhadap kinerja pegawai; pengaruh beban kerja terhadap kinerja
pegawai; motivasi sosial �mempengaruhi gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai; motivasi sosial
mempengaruhi komunikasi terhadap kinerja pegawai; motivasi sosial mempengaruhi
beban kerja terhadap kinerja pegawai. Responden penelitian adalah pegawai Puskesmas
kelurahan lubang buaya di jakarta timur. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive
sampling, untuk mendapatkan sampel dari 27 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Komunikasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai.Beban kerja berpengaruh terhadap
kinerja pegawai.Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
dengan motivasi sosial sebagai variabel moderasi. Komunikasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai dengan motivasi sosial sebagai variabel moderasi.Beban kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai dengan motivasi sosial sebagai variabel
moderasi
Kata Kunci:�� Gaya kepemimpinan, Komunikasi, Beban kerja, Motivasi sosial, Kinerja
Pegawai
����������������
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
The purpose of this study is to empirically prove the
influence of leadership style on employee performance; the effect of communication
on employee performance; the effect of workload on employee performance; social
motivation affects leadership style on employee performance; social motivation
affects communication on employee performance; social motivation affects
workload on employee performance. Research respondents were employees of the Puskesmas Lubang Buaya in East Jakarta. The research sample was determined
using purposive sampling, to obtain a sample of 27 respondents. The results
showed that leadership style had a significant effect on employee performance.
Communication has a significant effect on employee performance. Workload
affects employee performance. Leadership style has no significant effect on
employee performance with social motivation as a moderating variable.
Communication has no significant effect on employee performance with social
motivation as a moderating variable. Workload has no significant effect on
employee performance with social motivation as a moderating variable
Keywords: Leadership style, Communication,
Workload, Social motivation, Employee Performanc
Pendahuluan
Pandemi COVID-19 merupakan
sebuah krisis global dan bencana non alam berdampak di seluruh sektor kehidupan, bukan hanya mengancam
kesehatan masyarakat secara fisik, namun
juga dapat memberikan dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang. COVID-19
menjadi masalah paling penting dan menantang pada saat ini bagi
organisasi kesehatan dunia
dan pemerintah di seluruh
dunia.
Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka memiliki pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin,
uang dan material, yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai dan diatur sepenuhnya dalam upaya mendukung tercapainya tujuan yangingindicapai
organisasi (Sudarmayanti, 2007).
Dalam rangka meningkatkan menca pai tujuan yang
diinginkan maka sangat diperlukan peran pemimpin sebagai pmegang kebijakan dan keputusan tertinggi di instansi. Kepemimpinan perlu diberdayakan agar pelaksanaan tugas berhasil dengan baik. Pemimpin
perlu memberdayakan pegawai sekaligus mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya, dengan proses dan program
pemberdayaan akhirnya pegawai harus memiliki kinerja yang profesional dan fungsional.
Pemimpin harus
dapat membangkit- kan sikap kerja yang positif pada pegawainya. Sikap kerja yang positif dapat dilihat dari komuniksi,
beban kerja dan motivasi kerja dari pegawai. Dalam rangka membentuk kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahan maka perlu
adanya komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja, akan tetapi
da- lam kenyataannya
fungsi komunikasi kurang diperhatikan oleh organisasi tersebut. Hal semacam itu dapat menyebabkan
terjadinya missunderstanding (kesalahan per- sepsi) dalam komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan dalam organisasi.
Rosady Ruslan (2005: 79) mendefinisikan komunikasi sebagai proses men- ciptakan suatu kesamaan (commonness) atau
suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Komunikasi yang baik tidak hanya
berbicara ataupun surat-menyurat saja. Alex S. Nitisemito (2000: 239), menyatakan bahwa meski- pun perusahaan telah menggunakan alat- alat komunikasi yang mutakhir dan memiliki pimpinan pandai berbicara yang dapat menyampaikan dengan cepat seluruh instruksi-instruksi, petunjuk, saran, dan sebagainya, akan tetapi hal ini belum menjamin bahwa komunikasi telah dilakukan dengan baik. Hal ini memberikan pengertian bahwa dalam organisasi perusahaan yang telah menggunakan alat-alat komunikasi yang modern dan pimpinan yang pandai berbicara dapat saja terjadi miss comunication dan
miss understanding sehingga komunikasi memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja instansi secara keseluruhan.
Pimpinan juga diharapkan dapat memberikan perhatian kepada para ba- wahannya, sehingga mereka merasa diperhatikan oleh instansi, dengan demi- kian ada sebuah
ikatan batin yang kuat antara pimpinan dengan para bawahan. Pimpinan harus mampu melihat
keadaan organisasi pada khususnya dan juga mampu menampung segala keluhan dan keadaan para pegawai pada umumnya, pegawai mungkin dalam menjalankan pekerjaan mampu untuk mengerjakan dengan baik dan mungkin sebaliknya, oleh karena itu kinerja pegawai
hendak- nya tetap terus diperhatikan. Adanya pandemi covid-19 sangat berpengaruh
terhadap beban kerja pegawai. pegawai yang menangani pasien covid-19 juga mendapatkan beban mental karena takut terpapar dan takut jika sampai
menularkan kepada keluarga, Adanya pandemi covid-19 ini sangat mempengaruhi psikis pegawai khususnya perawat yang terjun langsung dalam menangani pasien sehingga dukungan sosial juga sangat diperlukan bagi pegawai.Menurut Schultz dalam Suwatno dan Donni Juni Priansa (2014:251) beban kerja di tempat kerja bukan
saja menyangkut kelebihan pekerjaan (work
overload), tetapi termasuk
pula yang setara / sama atau sebaliknya kekurangan atau terlalu rendah /kecil pekerjaan (work underload)
Salah satu untuk meningkatkan
kinerja pegawai yaitu dengan memperhatikan
beban kerja. Dengan pemberian kerja yang efektif instansi dapat mengetahui sejauh mana pegawainya dapat diberikan beban kerja yang maksimal dan sejauh mana pengaruh terhadap kinerja instansi itu sendiri. Dengan adanya motivasi
yang diberikan sesuai keinginannya akan sangat mempengaruhi kinerja seseorang.
Setiap organisasi tentu ingin mencapai
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat di dalamnya sangat penting. Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisasi selain pemimpin, komunikasi dan beban keja adalah
motivasi, maka haruslah dipahami motivasi manusia yang bekerja di dalam organisasi tersebut, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan
kata lain bahwa perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi (Robbins & Judge, 2007). Motivasi pegawai untuk bekerja biasanya
merupa- kan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan organisasional. Faktor individual muncul dari dalam diri pegawai
itu sendiri sedang kan faktor-faktor organisasional muncul dari organisasi, di mana kedua faktor tersebut
dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi pegawai di dalam bekerja. Puskesmas merupakan garda terdepan dalam memutus mata rantai
penularan Covid-19 karena berada di setiap kecamatan dan memiliki konsep wilayah. Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, puskesmas perlu melakukan berbagai upaya dalam penanganan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi. Pemutusan mata rantai Covid-19 saat ini hal tersebut
menjadi prioritas kerja bidang kesehatan.
Namun puskesmas tidak dapat meninggalkan
pelayanan lain yang menjadi
fungsi puskesmas yaitu melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama. Hal ini telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Kemenkes RI, 2020) dalam (FD Umpung et al, 2020
Keberhasilan puskesmas dalam melakukan tugas dan fungsinya sangat dipengaruhi oleh penataan dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) untuk melaksanakan kegiatan pokok puskesmas. Hasil survei pendahuluan diketahui bahwa pimpinan Kepala puskesmas lubang buaya jakarta
timur sering meninggalkan lokasi karena ada berbagai
kegiatan yang diikuti sehingga jarang melakukan pengawasan kepada pegawainya dan hal ini membuat
komunikasi antara pimpinan dengan pe- gawai hanya sebatas
pada rapat-rapat internal saja,
hal itu juga membuat beban kerja
tidak merata serta motivasi kerja pegawai menurun
karena kurangnya pengawasan dari pimpinan. Oleh sebab itu pimpinan puskemas
lubang buaya jakarta timur perlu
meningkatkan kinerjanya melalui kebijakan- kebijakan di bidang sumber daya manusia
khususnya mengenai kepemimpinan, komunikasi, beban kerja dan motivasi sosial, sehingga pimpinan
mampu meningkatkan komitmen organisasi para karyawan.
Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan menurut Mc. Farland �Suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempe- ngaruhi pekerjaan orang lain dalam memi- lih dan mencapai
tujuan yang telah dite- tapkan� (Sudarwan Danim, 2004: 55). M. Pfiffner mendefinisikan kepemmpinan yai- tu �Seni seni
mengkoordinasi dan membe- ri arah kepada
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan� (Sudarwan Danim, 2004: 55). �Kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pe- ngaruh pada kegiatan-kegiatan dari seke- lompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya� (T. Hani Handoko, 2003: 294).��� Seorang pemimpin yang baik harus dapat
mendelegasikan tugas, mengambil keputusan, melakukan komunikasi dan memotivasi bawahan. Seorang pemimpin memang harus memiliki
kualitas tertentu untuk memimpin. Jadi seorang yang dila- tih dengan kepemimpinan
yang tepat akan bisa menjadi pemimpin
yang baik. Perilaku pemimpin sering disebut juga dengan gaya kepemimpinan. Pemimpin yang efektif terlihat tidak mempunyai sifat- sifat yang berbeda dengan pemimpin yang tidak efektif, sehingga para ahli perilaku manajemen tidak lagi meneliti
persyaratan (kriteria). ����������������������������������������������
Seorang pemimpin yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif harus dapat
mendelegasikan tugas, mengambil keputusan, melakukan komunikasi dan memotivasi bahawan. Seorang pemimpin memang harus memiliki
kualitas tertentu untuk memimpin. Jadi seorang yang dila- tih dengan kepemimpinan
yang tepat akan bisa menjadi pemimpin
yang efektif. Dalam mengambil suatu keputusan ten- tang gaya apa yang harus diterapkan, seorang pemimpin (leader) harus senan- tiasa berdasarkan
data informasi yang sempurna.
Sebab jikainformasi kurang sempurna, maka seorang pemimpin
harus bersedia menerima risiko dan tanggung jawab atas keputusannya. Nilai seorang pemimpin (leader) bukanlah ditentukan oleh hasil yang dicapai secara pribadi, melainkan oleh kemampu- annya mencapai hasil dari pihak
yang berada di bawah pengawasannya serta pengaruh yang dipancarkannya kepada orang-orang atau pihak-pihak yang berhu- bungan dengan sang pemimpin. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat mempengaruhi motivasi stafnya. Dengan gaya kepemimpinan
yang benar, maka motivasi dari seluruh
karyawan akan me- ningkat. Ini dikarenakan
bahwa seorang pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam membim- bing,
mengarahkan serta membuat ba- wahannya
selalu termotivasi untuk me- ningkatkan kinerja mereka. Kepemimpinan adalah bagian pen- ting manajemen, tetapi tidak sama
dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasar- an. Pemimpin harus dapat memaksimal
kan wibawa yang dimilikinya untuk dapat mengusahakan orang lain bekerja sama dengan
dirinya. Kekuasaan merupakan suatu bagian dari sendi
kehidupan organisasi, pemimpin menggunakan kekuasaan dalam aktivitas sehari-hari, mereka me- manipulasi kekuasaan untuk mencapai tu- juan
dan memperkuat kedudukan mereka.
Komunikasi
�Komunikasi merupakan suatu upa- ya
yang dilakukan oleh seseorang
secara sadar untuk mengubah perilaku orang lain atau sekelompok orang lain dengan me- nyampaikan beberapa pesan� (Onong Uchana
Effendy, 2008: 55). Komunikasi adalah
sebagai berikut: �Komunikasi ada- lah pengiriman pesan-pesan dari seseo- rang dan diterima oleh
orang lain, atau sekelompok
orang dengan efek dan um-
pan balik yang langsung� (Riyono Pratikno, 2007: 42). Dari beberapa definisi komunikasi tersebut dapat diambil kesimpulan
yaitu, komunikasi merupakan proses pertukaran pesan-pesan atau simbol dari seseorang
penyampai pesan
(communicator) kepada penerima
pesan (communican). �Komunikasi organisasi
adalah pe- ngiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi� (Wiryanto, 2005: 12). Komunikasi
formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya ber- orientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara
kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Ada- pun komunikasi informal adalah komuni- kasi yang disetujui secara sosial. Orienta- sinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada
anggotanya secara
individual.������ Dalam
konteks komunikasi organisa- si mengolah
dan memproses informasi tersebut menurut Rosady Ruslan (2005: 553) ada
lima faktor penting yang harus diperhatikan agar organisasi berjalan efek- tif. Kelima
faktor tersebut, yaitu (1) kualitas media informasi, (2) aksesibilitas informa- si, (3) penyebaran informasi, (4) beban in- formasi, dan (5) ketepatan informasi.
Beban
Kerja
Beban
kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugastugas, lingkungan kerja dimana digunakan
sebagai teman kerja, keterampilan, perilaku, dan persepsi dari pekerja (Mudayana
dalam Hannani dan Ilyas,
2016:4). Salah satu indikator
beban kerja yaitu lingkungan kerja sebagai sesuatu
yang ada di sekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas (Koesomowidjojo,
2017:33). Disintesiskan beban
kerja adalah tugas dan tuntutan yang terlalu banyak serta kecepatan kerja yang terlalu tinggi menimbulkan stres terhadap karyawan untuk diselesaikan pada waktu tertentu, tercermin dari dimensi-dimensi: beban fisik; beban
mental; beban waktu; dan indikatorindikator: fisik fisiologis; fisik biomekanika; kewaspadaan; konsentrasi; mengerjakan pekerjaan dua/lebih
dalam waktu yang sama; kecepatan.
Motivasi
�Motivasi adalah sesuatu yang po- kok, yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja� (Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2003: 12). Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan
gairah atau semangat bekerja. �Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang mencip- takan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efek- tif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan� (Malayu S.P. Hasibuan, 2003: 143). Dalam suatu organisasi, perasaan tidak puas akan lebih
cepat ketahuan pa- da diri karyawan
daripada perasaan puas. Sama halnya dengan perilaku yang terjadi secara umum, keluhan/komplain
cende- rung lebih cepat muncul daripada
kepuas- an. Atau secara psikologis perilaku umum manusia,
perasaan tak puas akan tercer-
min dalam pekerjaannya.
Oleh karena itu, motivasi wajib dilakukan ketika perasaan tak puas
muncul ke permukaan. Ada be- berapa tanda yang perlu diwaspadai, yaitu:
a. Tidak mau bekerja sama
pada waktu usaha ekstra diperlukan.
b. Segan menjadi sukarelawan untuk me- lakukan pekerjaan ekstra.
c. Datang terlambat, tetapi pulang lebih awal
atau tidak masuk satu hari
tanpa keterangan yang jelas.
d. Memperpanjang
waktu istirahat minum kopi (coffe break) atau waktu makan
siang untuk mendapatkan waktu bebas pekerjaan.
e. Tidak menepati batas waktu karena tu-
gas tidak dapat diselesaikan secara te- pat waktu.
f. Tidak memiliki sifat-sifat standar yang dikehendaki.
g. Terus
menerus mengeluh tentang hal- hal
sepele.
h. Menyalahkan
orang lain pada waktu keadaan
tidak berjalan lancar.
i. Tidak mau mematuhi instruksi.
(Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2003: 18).
Oleh
karena itu, memotivasi adalah perlu, jika satu
dari aspek negatif itu terjadi,
tidaklah selalu berarti orang tersebut tidak bermotivasi, tetapi jika gabungan
dari dua atau tiga aspek
negatif tersebut terdapat pada karyawan, maka perlu perhatian
dari manajer perusahaan. Pemberian motivasi kepada karyawan mempunyai pengaruh dan peranan yang penting bagi perusahaan
atau organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentu- kan. Motivasi
dalam bekerja tidak hanya berwujud
kebutuhan ekonomi saja tetapi juga dalam bentuk kebutuhan
psikis se- bab ganjaran yang paling menyenangkan
dari bekerja adalah nilai sosial
dalam ben- tuk pengakuan, penghargaan, respek dan kekaguman terhadap pribadi seseorang meskipun ada beberapa orang dalam be- kerja hanya sebagai pemuas
egonya saja melalui kekuasaan atau menguasai orang lain. Jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut:
a. Motivasi Positif
Motivasi positif yaitu motivasi
yang diberikan manajer untuk memotivasi atau merangsang karyawan bawahan dengan memberikan hadiah kepada yang berprestasi, sehingga meningkat- kan semangat untuk bekerja.
b. Motivasi Negatif
Motivasi negatif yaitu motivasi
yang diberikan manajer kepada karyawan bawahan agar mau bekerja dengan sungguh-sungguh dengan memberikan hukuman. Hal ini dalam jangka
waktu pendek akan meningkatkan semangat kerja karena karyawan takut mendapat hukuman. Namun dalam jangka waktu
panjang hal tersebut akan menimbul-
kan dampak kurang baik (Suwatno,
2001: 146).
Penggunaan kedua jenis motivasi
tersebut harus tepat dan seimbang supa- ya dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan. Yang jadi masalah ialah kapan
motivasi posotif dan motivasi negatif dapat efektif merangsang
gairah kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk jangka pan- jang sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka
pendek. Akan tetapi, mana- jer harus konsisten
dan adil dalam menerapkannya.
Kinerja
Kinerja seorang pegawai merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan
tugasnya. Pihak manajemen dapat meng- ukur pegawai atas
unjuk kerjanya berda- sarkan kinerja
dari masing-masing. Kiner- ja adalah
sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi kinerja itu
sendiri terdiri dari banyak komponen
dan bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga. Pa- da dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap pegawai memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugas- nya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesem- patan yang diperoleh. Hal ini berarti bah- wa kinerja merupakan
hasil kerja pegawai dalam bekerja
untuk periode waktu terten- tu
dan penekanannya pada hasil
kerja yang diselesaikan karyawan dalam perio- de waktu tertentu.
Kinerja suatu lembaga tidak
terlepas dari kinerja karyawannya. Begitu juga de- ngan pemerintah daerah, kinerjanya sa- ngat ditentukan oleh kinerja pegawai yang bekerja di pemerintah daerah yang ber- sangkutan. �Kinerja adalah tingkat hasil karyawan
dalam mencapai persyaratan- persyaratan pekerjaan yang diberikan� (Henry Simamora, 2002: 502). Kinerja adalah
hasil kerja karyawan baik dari
segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan peru- sahaan.
Menurut Dale Timpe
�kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktivitas� (Eka Idham Iip K Lewa dan Subowo, 2005:
130). Meiner menyatakan bahwa �kinerja adalah sebagai kesuksesan yang dapat dicapai individu didalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran kesuksesan yang dicapai individu tidak dapat disama
kandengan individu yanglain� (Eka Idham Iip K Lewa dan Subowo, 2005:
130).
�Kinerja�� merupakan�� sesuatu�� yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu
tertentu, baik yang terkait dengan input, output,
outcome, benefit, maupun impact.� (Baban Sobandi dkk,
2007:176).Konsepkinerjapadadasarnyadapat
dilihat dari dua segi, yaitu
kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi.Kinerjaadalahgambaranmengenaitingkatpencapaianpelaksanaantugas
dalamsuatu organisasi, dalam upaya mewujud-
kan sasaran, tujuan, misi, dan visi orga- nisasi
tersebut (Indra Bastian, 2001: 329).
Pegawai adalah
orang yang melakukan pekerjaan
dengan mendapatkan imbalan jasa berupa
gaji dan tunjangan dari peme- rintah.
Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan(wadah yang telah ditentukan)kemungkinan��� besarakan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pegawai inilah yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan penye- lenggaraan pemerintahan.Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian kiner- ja pegawai adalah hasil kerja
perseorang-an dalam suatu organisasi.
Berdasarkan keterangan
di atas da- pat disimpulkan
bahwa kinerja adalah se- bagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus selama periode khusus. Kinerja keselu- ruhan pada pekerjaan adalah sama de- ngan jumlah atau
rata- rata kinerja pada fungsi
pekerjaan yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan
dan tidak dilakukan de- ngan karakteristik kinerja individu.
Penelitian ini bertujuan untuk meng analisis signifikansi pengaruh (1) gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai; (2) komunikasi terhadap kinerja pegawai, (3) beban kerja terhadap kinerja pegawai (4) gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai yang di moderasi oleh motivasi sosial; (5), komu- nikasi terhadap kinerja pegawai yang di- moderasi oleh motivasi sosial; (6) beban kerja terhadap kinerja pegawai yang dimoderasi oleh motivasi sosial di Puskesmas kelurahan lubang buaya jakarta timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dalam mempertimbangkan kebijakan dari Puskemas kelurahan lubang buaya jakarta timur dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai.
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1������ : Ada pengaruh
yang signifikan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
� H2���� : Ada pengaruh
yang signifikan komunikasi terhadap kinerja pegawai
H3������ : Ada pengaruh yang signifikan beban kerja terhadap
kinerja pegawai.
H4������ : Motivasi sosial memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai.
H5������ : Motivasi sosial
memoderasi pengaruh komunikasi terhadap kinerja pegawai�������������������� �
H6������ : Motivasi sosial memoderasi pengaruh beban kerja terhadap kinerja pegawai
Metode Penelitian
Dalam penelitian
ini peneliti memilih lokasi di Puskesmas kelurahan lubang buaya dengan
pertimbangan bahwa instansi ini berperan
meningkatkan kinerja pelayanan khususnya di bidang kesehatan.
Menurut Sugiyono
(2005: 90) me- nyebutkan bahwa
�populasi adalah wila- yah generalisasi yang terdiri atas objek/
subjek yang mempunyai karakteristik ter- tentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpul- an�. Berdasarkan pengertian diatas, maka populasi
yang diambil adalah semua pe- gawai Puskesmas kelurahan lubang buaya yang berjumlah 27 orang.
Sampel penelitian
ini adalah sebagian dari populasi
yang dapat mewakili keseluruhan populasi. Suharsimi Arikunto (2006: 120) menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian sensus. Teknik pe- nelitian sensus atau yaitu semua
anggota populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 27 orang pegawai.
Instrumen pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini mengkaji pengaruh kepemimpinan, komunikasi, beban kerja, motivasi
sosial dan kinerja dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan
sebagai skala penilaian dengan jenjang 1 sampai 5 dengan kriteria: (5) Sangat Setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak Setuju, (1) Sangat Tidak Setuju.
Sebelum digunakan
dalam penelitian instrumen yang telah dimodifikasi tersebut akan dilakukan pengujian-pengujian beru- pa uji validitas dan uji reliabilitas, dilanjut- kan dengan
uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji hete- roskedastisitas, dan uji normalitas.
Pengujian hipotesis
dengan meng- gunakan analisis regresi linear berganda, uji F, uji t, uji koefisien
determinasi, regresi dengan variabel moderating (Uji
Nilai Selisih Mutlak).
Hasil Dan Pembahasan
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1.
Hasil Uji Validitas Angket
Kepemimpinan (X1)
Hasil uji validitas
variabel gaya kepemimpinan sebanyak 14 item pertanyaan diperoleh p value < 0,05 sehingga
keselu- ruhan item tersebut valid dan dapat digunakan untuk analisis data.
2.
Hasil Uji Validitas Angket Komunikasi (X2)
Hasil uji validitas variabel komunikasi ��������������(X2) sebanyak
6 item pertanyaan di- peroleh p value < 0,05 sehingga kese- luruhan item tersebut valid dan dapat digunakan untuk analisis data.
3.
Hasil Uji Validitas Variabel (X3)
Hasil uji validitas
variabel beban kerja (X3) sebanyak 7 item pertanyaan diperoleh p value < 0,05 sehingga
keseluruhan item tersebut valid
dan dapat digunakan untuk analisis data.
4.
Hasil Uji Validitas Variabel (X4)
Hasil uji validitas
variabel motivasi sosial (X4) sebanyak 9 item pertanyaan diperoleh p value < 0,05 sehingga
keseluruhan item tersebut valid
dan dapat digunakan untuk analisis data.
5.
Hasil Uji Validitas Variabel
Kinerja Pegawai (Y)
Hasil uji validitas
variabel kinerja pegawai (Y) sebanyak 20 item pertanyaan diperoleh p value <
0,05 sehingga keseluruhan
item tersebut valid dan dapat digunakan untuk analisis data.
6.
Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas instrumen dapat disimpulkan bahwa nilai cronbach alpha variabel gaya
kepemimpinan (0,962), komunikasi
(0,826), beban kerja
(0,752), motivasi sosial (0,785), dan kinerja pegawai (0,933) masing-masing >
0,70, sehingga
�����diyatakan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolonieritas
Kriteria untuk melihat ada tidaknya
mul- tikolinieritas pada
model regresi dilihat dari besarnya nilai
Tolerance dan nilai Variance Inflation Factors (VIF).
Apabila nilai Tolerance
> 0,1 dan nilai VIF yang dihasilkan
dari masing-masing va- riabel < 10, tidak terjadi multikolinieritas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diketahui bahwa nilai tolerance > 0,10
dan nilai VIF < 10 berarti
tidak terjadi multikolonieritas,���� maka�� regresi atau model yang digunakan dalam penelitian ini bebas multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model re- gresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda di- sebut heteroskedastisitas. Model regesi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas
tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel kepemimpinan (0,134), komunikasi (0,287), beban kerja (0,416) dan motivasi (0,460),
masing-masing > 0,05 sehingga lolos
uji heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas
Data
Uji normalitas
pada penelitian ini digu- nakan kolmogorov
smirnov, jika p value >
0,05, maka sebaran data dikatakan mendekati distribusi normal atau nor
mal. Sebaliknya, jika p value >
0,05 maka sebaran data dikatakan tidak mendekati distribusi normal atau tidak normal. Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat
dijelaskan, bahwa secara keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan terdistribusikan secara normal, karena asimp. Sig. (2-tailed) (0,07)
> 0,05.
Analisis Regresi Linier Berganda
|
|
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
|
|
|
Model |
|
B |
Std. Error |
Beta |
t |
Sig. |
1 |
(Constant) |
46,261 |
8,649 |
|
5,349 |
,000 |
|
X1 |
-,336 |
,270 |
-,341 |
-1,247 |
,225 |
|
X2 |
1,939 |
,629 |
,878 |
3,082 |
,005 |
|
X3 |
,317 |
,360 |
,163 |
,881 |
,387 |
|
M |
,662 |
,380 |
,417 |
1,739 |
,096 |
|
Moderating_1 |
,016 |
,019 |
1,010 |
,830 |
,415 |
|
Moderating_2 |
,070 |
,039 |
1,924 |
1,810 |
,083 |
|
Moderating_3 |
,015 |
,038 |
,451 |
,386 |
,703 |
a. Dependent Variable: Y |
Hasil persamaan regresi beserta interpretasinya adalah sebagai berikut:
Y = 46,261-0,341X1+0,878X2 + 0,163X3 + 0,417X4 +1,010X5+1,924X6+0,451X7
a) Nilai positif 46,261
merupakan nilai konstanta variabel kinerja karyawan yang menunjukkan bahwa kinerja karyawan di puskesmaslubang buaya akan meningkat apabila diikuti dengan gaya kepemimpinan,
komunikasi, beban kerja dan motivasi sosial. Sehingga ke empat variabel
tersebut memiliki peran yang sangat besar terhadap kinerja karyawan.
b) Nilai koefisien regresi untuk variabel
kepemimpinan (X1) yaitu sebesar 0,341 dan bertanda positif, berarti dapat dikatakan bahwa
atasan memiliki gaya kepemimpinan yang tinggi, maka kualitas kinerja
karyawan yang dihasilkan akan tinggi dengan
asumsi variabel komunikasi dan motivasi dianggap tetap atau konstan.
c) Nilai koefisien
regresi untuk variabel komunikasi (X2) yaitu 0,878 �dan bertanda positif,
berarti semakin meningkatnya komunikasi maka dapat meningkatkan kinerja pegawai
dengan asumsi variabel kepemimpinan dan motivasi dianggap tetap atau konstan.
d) Nilai koefisien
regresi untuk variabel beban kerja (X3) yaitu 0,163 dan bertanda positif,
berarti semakin meningkatnya motivasi maka dapat meningkatkan kinerja pegawai
dengan asumsi variabel beban kerja dan motivasi dianggap �tetap atau �konstan.
e) Nilai koefisien
regresi untuk variabel Motivasi sosial (X4) yaitu 0,417 dan bertanda positif,
berarti semakin meningkatnya motivasi maka dapat meningkatkan kinerja pegawai
dengan asumsi variabel motivasi kerja dan motivasi dianggap� tetap atau konstan.
f) Nilai koefisien
regresi untuk variabel kepemimpinan (X5) yaitu sebesar 1,010 dan bertanda
positif, ��merupakan nilai koefisien regresi
interaksi motivasi sosial dengan gaya kepemimpinan yang berarti bahwa, interaksi motivasi sosial dengan gaya kepeimpinan memoderasi positif
terhadap kinerja karyawan. Kondisi
ini memiliki arti �bahwa,
jika interaksi motivasi sosial dengan gaya kepemimpinan meningkat, maka akan meningkatkan nilai kinerja karyawan.
g) Nilai koefisien
regresi untuk variabel komunikasi (X6) yaitu sebesar 1,924 dan bertanda
positif, ��merupakan nilai koefisien regresi
interaksi motivasi sosial
dengan komunikasi yang berarti bahwa, interaksi motivasi sosial dengan komunikasi memoderasi positif terhadap
��kinerja karyawan. Kondisi ini memiliki arti �bahwa, jika interaksi motivasi sosial dengan komunikasi meningkat, maka akan meningkatkan nilai kinerja karyawan.
h) Nilai koefisien
regresi untuk variabel beban kerja (X7) yaitu sebesar 0,451 dan bertanda
positif, ��merupakan nilai koefisien regresi
interaksi motivasi sosial
dengan beban kerja yang berarti bahwa, interaksi motivasi sosial dengan beban kerja memoderasi positif terhadap kinerja karyawan. Kondisi ini memiliki
arti �bahwa,
jika interaksi motivasi sosial dengan komunikasi meningkat, maka akan meningkatkan nilai kinerja karyawan
Uji t
Uji t digunakan untuk
menguji signi- fikansi pengaruh variabel bebas (kepe- mimpinan, komunikasi
,beban kerja dan motivasi) terhadap variabel terikat (kinerja pegawai).
a)
Hasil perhitungan uji t variabel gaya kepemimpinan
diperoleh nilai t hitung sebesar -1,247 dengan p value sebesar 0,225 > 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya gaya kepemimpinan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai di Puskesmas kelurahan lubang buaya jakarta
timur.
b)
Hasil perhitungan uji t variabel komunikasi
diperoleh nilai t hitung sebesar 3,082 dengan p value sebesar 0,005 < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya komunikasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai di Puskesmas kelurahan
lubang buaya jakarta timur
c)
Hasil perhitungan uji t variabel beban kerja
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,881 dengan p value sebesar 0,386 > 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak, arti- nya beban kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai di Puskesmas kelurahan lubang buaya jakarta
timur.
Uji F (Ketepatan Model)
Berdasarkan hasil analisis uji ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 5,979 sedangkan F tabel (a 0,05) untuk n = 27
sebesar 2.87. Jadi Fhitung>
dari Ftabel (a 0.05) atau 5,979 > 2.54, dengan tingkat signifikan sebesar 0.001 karena 0.001 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model layak sebagai prediktor pengaruh gaya kepemimpinan,
komunikasi, beban kerja dan motivasi sosial terhadap kinerja pegawai.
Koefisien Determinasi (R2)
Analisis ini digunakan untuk menge- tahui seberapa
besar sumbangan peng ruh yang diberikan
variabel bebas (kepe- mimpinan, komunikasi dan motivasi) terhadap variabel terikat (kinerja pegawai) yang dinyatakan dalam persentase. Pada penelitian ini koefisien determinasi (R2) dihitung dengan menggunakan program SPSS.
Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda dalam penelitian ini diperoleh koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar
0,688 artinya besarnya sumbangan pengaruh variabel kepemimpinan, komunikasi, beban kerja dan motivasi sosial terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 68,8%, sedang kan sisanya sebesar 31,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Kesimpulan
Hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya
kepemimpinan, komunikasi, dan beban kerja pegawai puskesmas lubang buaya jakarta timur. Dengan
nilai signifikan sebesar 0,001 < 0,05
hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai puskesmas lubang
buaya jakarta timur, dengan nilai thitung
<
t tabel atau -1,247 < 2,079 dan nilai signifikan 0,225
>
0,05.Terdapat pengaruh yang
signifikan antara komunikasi terhadap kinerja pegawai puskesmas lubang buaya
jakarta timur, dengan nilai thitung
> t tabel atau 3,082 > 2,079 dan nilai signifikan 0,005 <0,05. tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel beban kerja terhadap kinerja pegawai puskesmas lubang buaya jakarta
timur, dengan nilai thitung < t tabel atau 0,881 < 2,079 dan nilai
signifikan 0,387 > 0,05� hasil uji interaksi
menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,415 > 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa keberadaan motivasi sosial memperlemah pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai puskemas lubang buaya jakarta timur. hasil
uji interaksi menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,083 > 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan motivasi sosial memperlemah komunikasi terhadap
kinerja pegawai puskemas lubang buaya jakarta timur. hasil
uji interaksi menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,703 > 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan motivasi sosial memperlemah beban kerja terhadap
kinerja pegawai puskemas lubang buaya jakarta timur.
BIBLIOGRAFI
Ausrianti, Rizka,
and Rifka Putri Andayani. "Promosi
Kesehatan Jiwa Masyarakat Menghadapi Era New
Normal." Jurnal Abdimas
Saintika 2.2 (2020): 97-101. http://www.jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/abdimas/article/view/840
Alam, Syamsul, Sitti
Raodhah, and Surahmawati Surahmawati. "Analisis Kebutuhan Tenaga Kesehatan (Paramedis)
Berdasarkan Beban Kerja Dengan Menggunakan Metode Workload Indicator Staffing Needs (WISN) di Poliklinik Ass-Syifah UIN Alauddin Makassar." Al-sihah:
The Public Health Science Journal 10.2 (2018).
Edison, dkk.
2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Di PT
Capella Damanik Nusantara Kecamatan
Kandis Kabupaten Siak.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Farokhah, Laely, Yusfi Ubaidillah, and Rury Arista Yulianti. "Penyuluhan Disiplin��� Protokol
Kesehatan Covid-19 Di Kelurahan Gandul
Kecamatan Cinere Kota
Depok." Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ. Vol. 1. No. 1.
2020. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat/article/view/7970
Hasibuan, Malayu,
S.P. 2013. Manajemen Sumber
Daya Perusahaan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasibuan Malayu,
S.P (2014). Organisasi dan Motivasi,
Jakarta Bumi Askara.
Heider, Frizt.1958 ThePpsychology of interpersonal relations, New York: Wiley
Kementerian Kesehatan, 2004.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 Tahun 2014. Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kementerian Kesehatan, 2010. Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2010-2014.
Kadarisman, M. 2013. Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kartono. (2016). Pemimpin
dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal itu? (Cetakan ke-21). Jakarta: Rajawali
Pers.
Koesomowidjojo, Suci R. Mar�ih.2017.
�Paduan Praktis Menyusun Analisis Beban��� Kerja�.jakarta:Raih Asa Sukses.
Liweri, A. (2014). Strategi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Askara.
Lalujan dkk.
2016. Pengaruh Komunikasi Organisasi Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Di Perusahaan Umum Bulog Divisi Regional Sulawesi Utara. EMBA.
Mangkunegara,���������� A.������� P.�������� (2013). SDM�� dalam� Perusahaan. (Cetakan ke12). Bandung: Refika Aditama.
Marlina. R. (2015). Psikologi
Industri dan Organisasi.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Nugroho, R. A., Hartono, S & Sudarwati. (2016). Pengaruh Komitmen Organisasi, Motivasi Berprestasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan PT Wangsa Jatra Lestari.
Jurnal Bisnis Dan Ekonomi,
(Online), Vol. 23, No. 2,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014.
Rivai Veitzhal
dan Sagala Ella Jauvani.
(2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A.
Judge. 2013. Prilaku Organisasi.
Jakarta. Selamba Empat
Suhardi. (2013). Bentuk-
bentuk Motivasi, Jakarta Bumi Askara
Sahyuti, (2013). Manajemen
Kantor Praktis. (Cetakan
ke-20). Bandung: Alfabeta
Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS
Sugiyono. 2018 �Metode
Penelitian Kuantitatif�.
Bandung: Alfabeta.
Sumaki, Windy j, D. (n.d.). Pengaruh Disiplin Kerja, Budaya Organisasi,
Dan Komunikasi Terhadap
Kinerja Karyawan Pt. Pln
(Persero) Wilayah Suluttenggo Area Manado. Berkala Ilmiah Efesien, 15
Setyawan, Agus,
and Fairuz Azmila Purnomo. "Sosialisasi
Peningkatan Pengetahuan Ibu
Hamil dan Balita dalam Pemantauan Secara Mandiri Pada Era Pandemik COVID-19 di Kelurahan Ngesrep Semarang." Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
UNDIP 2020. Vol. 1. No. 1. 2020.http://www.proceedings.undip.ac.id/index.php/semnasppm2019/article/viewFile/395/250
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana. Jurnal
Thoha, M. (2015). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Umpung, Festy Debora, Junita Maya Pertiwi,
and Grace Ester Caroline Korompis.
Wibowo. 2016. Manajemen
Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.
Wirawan (2015). Manajemen
Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Zainal, veithzal
Rivai, dkk. 2014. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi Rajagrafin. Jakarta.
Bagus Irawan, Juniarto Rojo Prasetyo (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |