Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 9, September 2022
PENINGKATAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR MELALUI QUALITY OF WORKLIFE DAN EMPLOYEE
ENGAGEMENT: PERAN MODERASI PERSON ORGANIZATION FIT
Zaenal Arifin, Suhana
PPS Unisbank Semarang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menganalisis Pengaruh Quality Work Life dan Employee Engagement terhadap Organizational Citizenship Behavior yang dimoderatori oleh Person Organization Fit. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pegawai BPR Gunung Kawi Semarang,
BPR Weleri Jayapersada dan
BPR Panasayu Arthalayan.
Dimana semua anggota populasi juga menjadi anggota sampel penelitian. Pengukuran menggunakan skala likert sebanyak 7 (tujuh) alternatif jawaban. Cara pengujiannya menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Dalam hal ini digunakan
koefisien determinasi dan kriteria F (Goodnes of Fit) sebagai model pengujian. Untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini digunakan analisis
regresi. Berdasarkan kesimpulan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (i) kualitas kehidupan
kerja berpengaruh signifikan terhadap
Organizational Citizenship Behavioral, (ii) Employee Engagement tidak berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavioral, (iii)
Person Organization Fit memiliki berpengaruh
positif terhadap
Organizational Citizenship Behavior, (iv) Person Organization Fit tidak mengurangi dampak kualitas kehidupan kerja terhadap Organizational Citizenship Behavioral, dan (v)
Person Organization Fit tidak memoderasi
pengaruh Organizational Citizenship Behavioral.
Kata Kunci: Quality
of Work Life; Employee Engagement; Person Organization
���������������������
Fit and Organizational Citizenship Behavioral
Abstract
This study to analyze the�
Impact of Quality Work Life and Employee Engagement on Organizational
Citizenship Behavioral moderated by Person Organization Fit. In this study, the
population was employees of BPR Gunung Kawi Semarang, BPR Weleri Jayapersada
and BPR Panasayu Arthalayan. Where all members of the population are also
members of the research sample. The measurement uses a Likert scale of 7
(seven) alternative answers. Means of testing using validity and reliability
tests. In this case, the coefficient of determination and criteria F (Goodnes
of Fit) are used as the test model. To test the hypothesis in this study used
regression analysis. According to the conclusions of the study, it can be
concluded as follows: (i) the quality of work life has a significant effect on
Organizational Citizenship Behavioral, (ii)Employee Engagement not affect
Organizational Citizenship Behavioral, (iii)Person Organization Fit have
positive impact on Organizational Citizenship Behavioral, (iv)Person Organization
Fit does not reduce the impact on the quality of work life on Organizational
Citizenship Behavioral, and (v)Person Organization Fit does not moderate the
effect Organizational Citizenship Behavioral.
Keywords: Quality of Work Life; Employee
Engagement; Person Organization
������������������ Fit and
Organizational Citizenship Behavioral
Pendahuluan
�Dalam melaksanakan rencana bisnis yang telah
disusun oleh Direksi dan Komisaris agar rencana bisnis bisa tercapai setiap
karyawan dituntut untuk disiplin proses�
dan melaksanakan sesuai standar operasional yang berlaku, Hal ini dapat
terlaksana apabila terdapat kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life)
yang baik.��� Kualitas kehidupan kerja
mendorong karyawan untuk berkontribusi melebihi persyaratan peran mereka di
tempat kerja dan dihargai dengan apa yang dihasilkan sebagai hasil dari
pekerjaan mereka dan apa yang dihasilkan dari pekerjaannya.� Perilaku�
menolong� orang� lain,�
menjadi� sukarelawan untuk� tugas-tugas�
ekstra,� patuh� terhadap�
aturan-aturan� dan� prosedur-prosedur� di�
tempat� kerja sangat memungkinkan
dapat diwujudkan ketika kualitas kehidupan kerja Karyawan� terbangun dengan baik.� Perilaku-perilaku� ini�
menggambarkan� "nilai
tambah� karyawan"� yang�
merupakan� salah� satu�
bentuk �perilaku� pro sosial,�
yaitu� perilaku� sosial�
yang� positif,� konstruktif�
dan� bermakna membantu. Besarnya dampak
kualitas kehidupan kerja terhadap peningkatan OCB karyawan sejalan dengan
temuan penelitian penelitian (Ruhana, 2020)
dan (Christianus, 2020)
yang menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja karyawan.
Penelitian lain
dilakukan oleh Melati (2014), yang hasilnya menunjukkan bahwa kualitas
kehidupan kerja tidak mempengaruhi OCB.
Gambaran Kualitas
Kehidupan Kerja karyawan PT.BPR Gunung Kawi Kota Semarang, BPR Weleri
Jayapersada Kendal dan BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera Pemalang� dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Kualitas Kehidupan
Kerja� terhadap Organizational�� OCB Karyawan
No. |
Kualitas Kehidupan Kerja |
Penilaian |
||
Setuju |
Kurang Setuju |
Tidak Setuju |
||
1 |
Pegawai mendapatkan kompensasi yang adil dan madai |
22,33 |
49,67 |
28,00 |
2 |
Lingkungan kerja aman dan sehat |
23,67 |
34,00 |
42,33 |
3 |
Bekerja seoptimal mungkin |
38,33 |
39,00 |
22,67 |
4 |
Mendapat ruang hidup dan
berinteraksi sosial yang luas |
51,67 |
23,00 |
25,33 |
���� Sumber: Data Observasi Awal, 2021
����������
Karena adanya
perbedaan penelitian (research gaps) oleh beberapa ahli, serta fenomena gab,
maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai �Dampak kualitas kehidupan
kerja terhadap OCB�.
Fenomena yang
sering terjadi adalah kinerja perusahaan yang baik dalam mencapai tujuan, namun
dapat tergerus oleh perilaku karyawan yang ingin mengurangi perannya di
perusahaan. Apalagi jika melihat tren perbankan yang sedang terjadi saat ini,
yaitu pembajakan terhadap karyawan, terutama pemasar yang memiliki potensi dan
yang bergabung dengan perusahaan baru. Namun hal ini tidak akan terjadi jika ada
keterlibatan karyawan dalam organisasi dan kepuasan kerja sedemikian rupa
sehingga karyawan bekerja dengan antusias dan bekerja di luar deskripsi
pekerjaan. Obyek penelitian ini adalah PT.BPR Gunung Kawi Kota Semarang, BPR
Weleri Jayapersada Kendal dan BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera Pemalang, yang
bertujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi penduduk Kota
Semarang. Shaufeli (2002) yang mengatakan bahwa employee engagement
adalah suatu kondisi dimana karyawan merasa positif dan terikat dengan tempat
kerjanya. Employee engagement bukan merupakan sebuah perasaan sesaat terhadap
keadaan tertentu sedangkan kepuasan kerja merupakan pandangan positif terhadap
apa yang diberikan oleh organisasi kepada individu. Employee engagement memang
menjadi masalah bagi para praktisi Human Recourse Managemen. Literatur ilmiah
menunjukkan bahwa keterlibatan terkait dengan ide-ide lain dari perilaku
organisasi (Saks, 2006). Kedua ide ini
dalam perilaku organisasi berbicara tentang hubungan antara karyawan dan
perusahaan Robinson dalam (Saks, 2006). Selain itu tidak
ada komitmen, baik OCB tidak mencerminkan dua dimensi keterlibatan hubungan dua
arah, dan karyawan yang terlibat diharapkan memiliki pemahaman tentang bisnis.
Ketika karyawan terlibat (terlibat) dalam suatu perusahaan, karyawan sadar akan
bisnis tersebut. Kesadaran akan bisnis perusahaan membuat karyawan memberikan
segalanya untuk perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang terlibat
lebih produktif (Rath & Harter, 2010). Karyawan yang
menunjukkan kemampuan terbaiknya akan berdampak pada kinerja perusahaan. (Saks, 2006)
berpendapat bahwa banyak yang berpendapat bahwa keterlibatan karyawan memprediksi
kinerja karyawan, keberhasilan organisasi, dan hasil keuangan (misalnya,
pengembalian pemegang saham total). Selain itu, menurut Kahn dalam (Luthans, 2006), keterlibatan
adalah ide multidimensi. Karyawan bisa emosional terikat secara kognitif atau
fisik untuk mengambil lebih banyak peran di perusahaan mereka. Interaksi
terjadi ketika seseorang secara sadar waspada dan/atau terhubung secara
emosional dengan orang lain. Di sisi lain, karyawan yang tidak terikat juga
dapat menolak untuk menyelesaikan tugas kerja dan pergi secara sadar dan
emosional (Luthans, 2006). Banyak yang
berpendapat bahwa keterlibatan karyawan memprediksi kinerja karyawan,
keberhasilan organisasi, dan hasil keuangan (misalnya, pengembalian pemegang
saham total) (Saks, 2006). Selain itu,
menurut Kahn dalam (Luthans, 2006), keterlibatan
adalah ide multidimensi. Karyawan mungkin terikat secara emosional, kognitif,
atau fisik untuk mengambil lebih banyak peran di perusahaan mereka. Interaksi
terjadi ketika seseorang secara sadar waspada dan/atau terhubung secara
emosional dengan orang lain. Di sisi lain, karyawan yang tidak terikat juga
dapat menolak untuk menyelesaikan tugas kerja dan pergi secara sadar dan
emosional (Luthans, 2006). Saks (2006)
berpendapat bahwa banyak yang berpendapat bahwa keterlibatan karyawan
memprediksi kinerja karyawan, keberhasilan organisasi, dan hasil keuangan
(misalnya, pengembalian pemegang saham total). Selain itu, menurut Kahn dalam (Luthans, 2006), keterlibatan
adalah ide multidimensi. Karyawan mungkin terikat secara emosional, kognitif,
atau fisik untuk mengambil lebih banyak peran di perusahaan mereka. Interaksi
terjadi ketika seseorang secara sadar waspada dan/atau terhubung secara
emosional dengan orang lain. Di samping itu, karyawan yang tidak terikat juga
dapat menolak untuk menyelesaikan tugas kerja dan pergi secara sadar dan
emosional (Luthans, 2006). Keterlibatan
adalah konsep multidimensi. Karyawan mungkin terikat secara emosional,
kognitif, atau fisik untuk mengambil lebih banyak peran di perusahaan mereka.
Interaksi terjadi ketika seseorang secara sadar waspada dan/atau terhubung
secara emosional dengan orang lain. Di sisi lain, karyawan yang tidak terikat
juga dapat menolak untuk menyelesaikan tugas kerja dan pergi secara sadar dan
emosional (Luthans, 2006).
Berdasarkan
permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai sejauh mana tingkat employee engagement yang terdapat pada setiap
karyawan dan dampaknya terhadap organizational citizenship behavior
Person-to-organization
fit (PO fit) didefinisikan sebagai kesesuaian antara pekerja dan organisasi (Silverthorne, 2004). Menurut (Sjahruddin & Sudiro,
2013)
selain menjodohkan PO, disebutkan juga bahwa kepribadian merupakan prediktor
kuat OCB. (Purba & Seniati, 2004) juga mencatat dalam penelitian
mereka bahwa kepribadian memiliki dampak yang signifikan terhadap OCB. Besarnya
dampak PO Fit terhadap OCB ini sejalan dengan sebuah penelitian (Khaola & Sebotsa, 2015)
yang mengemukakan bahwa salah satu faktor kecocokan organisasi dapat
mempengaruhi tingkat OCB dalam suatu organisasi. (Bangun et al., 2017)
dan (Aussy & Sudarma, 2017)
melakukan penelitian lain, yang hasilnya menunjukkan bahwa kualitas kehidupan
kerja tidak mempengaruhi OCB.
Fenomena yang
terjadi di PT.BPR Gunung Kawi Kota Semarang, BPR Weleri Jayapersada Kendal dan
BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera Pemalang menunjukkan bahwa Person Organization
Fit kurang berpengaruh terhadap OCB. Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan
melihat gambaran Person Organization Fit karyawan PT.BPR Gunung Kawi Kota
Semarang, BPR Weleri Jayapersada Kendal dan BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera
Pemalang� berikut:
Tabel 2
Person Organization
Fit terhadap OCB
No. |
Person Organization Fit |
Penilaian |
||
Setuju |
Kurang Setuju |
Tidak Setuju |
||
1 |
Merasa bahwa ada kesesuaian antara nilai-nilai intrinsik pribadi� dengan organisasi |
22,33 |
49,67 |
28,00 |
2 |
Merasa ada kesesuaian antara tujuan individu dengan organisasi, dalam hal ini pemimpin
dan rekannya |
23,67 |
34,00 |
42,33 |
3 |
Merasa ada kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan karyawan dan kekuatan yang terdappat dalam lingkungan kerja dengan system dan struktur organisasi |
38,33 |
39,00 |
22,67 |
4 |
Merasa benar-benar cocok dengan tempat saya bekerja |
36,33 |
39,67 |
24,00 |
Sumber: Data
Observasi Awal, 2021
��������
Karena adanya
research gab dan fenomena gab ini, penelitian lebih lanjut tentang "
Pengaruh Person Organization Fit untuk OCB" diperlukan.
Berdasarkan uraian
di atas dan penelitian sebelumnya yang menunjukkan perbedaan hasil gab
penelitian dan terkait dengan fenomena yang berkembang saat ini dalam jasa
layanan keuangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: �Pengaruh QWL dan employee engagement terhadap Organizational Civic
Behavior (OCB) dimoderasi Person Organization Fit �.
Metode
Penelitian
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.BPR Gunung Kawi
Semarang, PT.BPR Weleri Jayapersada dan PT.BPR Panasayu Arthalayan. Menurut data sekunder
dari ketiga BPR tersebut dapat diketahui sebaran populasi sebagai berikut:
Tabel 3
Sebaran Populasi
Penelitian
No |
Nama |
Jml Pegawai Laki-Laki |
Jml Pegawai Wanita |
Jml Pegawai |
1. |
Pegawai PT.BPR Gunung
Kawi Kota Semarang |
28 |
12 |
40 |
2. |
Karyawan PT.BPR Weleri
Jayapersada |
16 |
10 |
26 |
3. |
Karyawan PT.BPR Panasayu
Arthalayan |
18 |
16 |
34 |
|
Jumlah |
62 |
38 |
100 |
������ Sumber: Data
Sekunder, 2022
�
������ ��Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populas (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini sampel merupakan
semua anggota populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik� teknik sensus yaitu teknik pengambilan sampel
dimana semua anggota populasi merupakan anggota sampel penelitian.
B. Instrumen Penelitian
Untuk menjaring data, dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner
dengan� skala likert berbentuk checklist
yang� berisi mengenai pernyataan yang
berhubungan dengan variabel-variabel penelitian dengan 7 alternatif jawaban
untuk mengukur setiap variabel penelitian dengan jawaban Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Agak Setuju (AS), Netral (N), Agak Tidak Setuju (ATS), Tidak Setuju
(TS) sampai Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan dalam kuesioner mencerminkan
indikator-indikator setiap variabel, baik variabel bebas maupun variabel
terikat.
C. Pengujian Instrumen
�������� Pengujian validitas menggambarkan
tingkat valid atau� tidak, suatu
instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini
dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang disajikan dalam kuesioner
benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti. Untuk menguji apakah item-item
pernyataan betul-betul merupakan indikator (faktor yang signifikan setiap
variabelnya) maka menggunakan analisis faktor berikut:
1) Analisis faktor
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), nilai KMO yang dikehendaki harus lebih dari 0,5
dimana berarti kecukupan sampel terpenuhi dan analisis factor dapat diteruskan.
2) Loading Factor
(Component matrix), jika angka-angka yang berada di component matrix lebih
besar dari 0,4 maka jumlah item/indikator pertanyaan dalam kuesioner dikatakan
valid.
������� Pengujian Reliabilitas digunakan untuk
mengetahui bagaimana suatu hasil instrument tersebut konsisten, dalam
penggunaannya. Dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang
konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Pengujian
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha. Kalkulasi alpha
memanfaatkan bantuan SPSS dan batas kritis untuk nilai alpha untuk
mengindikasikan kuesioner yang reliabel adalah 0,7. Jadi nilai koefisien alpha
> 0.70 merupakan indikator bahwa kuesioner tersebut reliabel.
D.
Pengujian Hipotesis
������ Pengujian hipotesis dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
secara parsial. Menurut (Ghozali, 2018)
kriteria pengujian hipotesis penelitian adalah: Apabila sig < 0,05 maka
hipotesis diterima dan apabila sig ≥ 0.05 maka hipotesis ditolak.
Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengujian,
diketahui bahwa instrumen yang digunakan untuk ketepatan alat ukur dalam
mengukur variable Kompetensi
Profesional, Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja dan Kinerja dinyatakan
valid. Karena nilai loading factor semua indikator lebih besar dari
0,4 dan memenuhi syarat kecukupan sampel yaitu nilai besaran
KMO lebih besar dari 0,5 yakni 0,832, 0,707,
0,850 dan 0,867.
Sedang hasil
pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut: instrumen QWL, Employee
Engagement, Person Organization Fit dan OCB dinyatakan
memiliki kehandalan atau konsistensi dari instrument penelitian. karena nilai cronbach
Alpha-nya sebesar 0,893, 0,839, 0,925 dan 0,939 >
0,7.
3. Analisis Regresi Berganda
Tabel
4
Hasil Analisis Regresi Berganda
NO |
Model Regresi |
Uji Mdel |
Uji Rgresi |
Ket |
|||
Uji Deter minasi |
Uji F |
Β |
Sig |
||||
F hitung |
sig |
||||||
I |
Model Regresi Quasi Moderated |
|
|
|
|
|
|
|
Pengaruh Kualitas Kehidupan
Kerja, Employee Engagement,� Person
Organization Fit, Moderated 1, dan Moderated 2 terhadap Organizational
Citizenship Behavior Karyawan Y = 0,679X1-0,274X2+1,162Z � 0,001X1Z+ 0,000X2Z |
0,721 |
48.465 |
0.000 |
|
|
|
|
Kualitas Kehidupan Kerja
terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan |
|
|
|
0,679 |
0,047 |
H1 diterima |
|
Employee Engagement terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan |
|
|
|
-0,274 |
0,412 |
H2 ditolak |
|
Person Organization Fit
terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan |
|
|
|
1,162 |
0,002 |
H3 diterima |
|
Moderated 1 terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan |
|
|
|
-0,001 |
0,058 |
H4 ditolak |
|
Moderated 2 terhadap Organizational
Citizenship Behavior Karyawan |
|
|
|
0,000 |
0,424 |
H5 ditolak |
4. Uji
Model
a) Uji
F
Berdasarkan tabel 4 nilai Uji Goodness of fit� sebesar
48,465 dengan probabilitas signifikan 0.000 kurang dari 0,05. yang berarti bahwa variabel Kualitas Kehidupan Kerja, Employee Engagement dan Person Organization Fit secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT. BPR Gunung Kawi Kota Semarang, BPR Weleri Jayapersada Kendal
dan BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera Pemalang.
5. Koefisien
Determinasi
Berdasarkan tabel 4
diperoleh nilai koefisien determinasi (adjusted R square) regresi model quasi
moderated sebesar 0,706 yang berarti variabel Kualitas Kehidupan Kerja, Employee Engagement dan Person Organization Fit
mampu menjelaskan variabel Organizational Citizenship Behavior Karyawan sebesar
70,6 % sedangkan sisanya sebesar 29,4% dijelaskan variabel lain diluar model penelitian.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini
menerima hipotesis yang menyatakan Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan.� Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
kualtias kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap Organizational
Citizenship Behavior karyawan sehingga dapat diinterpretasikan bahwa semakin
baik kualitas kehidupan kerja maka semakin tinggi Organizational Citizenship
Behavior karyawan.���
Temuan di lapangan
menunjukkan karyawan merasa memiliki kualitas kehidupann kerja yang baik, antara lain: (1) Karyawan merasa mendapatkan
kompensasi yang adil, (2) Karyawan mendapatkan
suasana lingkungan kerja yang aman dan sehat, (3)
Karyawan dapat mengembangkan kapasitasnya seoptimal mungkin,
(4) Karyawan merasakan adanya kekuaasan yang sesuai aturan yang berlaku di organisasi, dan (5) Karyawan tidak pernah mendapatkan
perlakuan kesewenang-wenangan.
Hal ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan (Jena & Pradhan, 2017), (Libertya & Azzuhri, 2016), dan (Christianus, 2020)
menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja berpengaruh terhadap OCB. Karyawan
yang memiliki kualitas kehidupan kerja yang tinggi akan mendorong timbulnya
OCB, karena memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk berbicara positif
tentang organisasi, kesediaan membantu individu yang
lain, dan melakukan kinerja yang melebihi perkiraan normal.
Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwaEmployee Engagement di sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan.� Hal ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Tjahjaningsih, 2016)
yang menunjukkan bahwa
Employee Engagement berpengaruh signifikan
terhadap OCB.
Keadaan ini terjadi
mengingat Employee Engagement karyawan
belum terbentuk dengan baik.� Temuan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak
karyawan yang memiliki
Employee Engagement rendah, antara
lain : (1) masih terdengar pembicaraan negatif,� (2) Kurangnya� loyalitas terhadap pekerjaan dan (3)� belum optimalnya karyawan dalam bekerja.
Hasil penelitian
ini menerima hipotesis yang menyatakan Person
Organization Fit di sekolah berpengaruh
positif dan signifikan� terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan.�
Terciptanya kondisi dimana karyawan merasa ada kesesuaian
nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesuaian antara kebutuhan diri dan kekuatan oorganisasi, kesamaan kultur dan kecocokan kerja mendorong terbangunnya OCB karyawan.
Person Organization Fit (P-O
fit) mewakili kompatibilitas
dengan tempat kerja yang dirasakan seseorang (Wei, 2013). P-O fit berpengaruh terhadap indikator OCB-I dan OCB-O. Secara
keseluruhan, OCB secara luas dianggap sangat penting dan bermanfaat bagi organisasi (Wei, 2013). Menurut (Tugal & Kilic, 2015)
dalam beberapa tahun terakhir, PO Fit telah menjadi
konstruksi penting bagi periset dan praktisi organisasi untuk memprediksi
berbagai perilaku dan perilaku di tempat kerja.
Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwa Person Organization Fit memoderasi pengaruh
Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan. Hal ini terjadi karena terdapat sedikit
kesenjangan dalam pemenuhan kebutuhan karyawan.
Padahal pemenuhan kebutuhan akan mendorong karyawan yang menampilkan kesadaran
(conscientiousness) yang tinggi dan memiliki tanggung jawab yang lebih� besar.� Sehingga kayawan akan berperan lebih besar
pula. Dengan kata lain, Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang
merupakan kontribusi individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan
di-reward oleh perolehan�
kinerja� tugas terbwntuk
dengan baik.�
Beberapa faktor perlu dipenuhi dalam menciptakan program kulitas
kehidupan kerja antara lain restrukturasi kerja,
sistem imbalan, lingkungan kerja,
partisipasi kerja, kebanggaan,
pengembangan karier, penyelesaian konflik,
komunikasi, kesehatan kerja dan lain sebagainya.
Hasil penelitian ini menolak
hipotesis yang menyatakan bahwa Person Organization Fit memoderasi pengaruh
Employee Engagement terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan. Hal ini terjadi karena Employee Engagement belum
terbangun dengan baik. Sehingga peran Person
Organization Fit dalam memperkuat pengaruh Employee Engagement terhadap
Organizational Citizenship Behavior karyawan menjadi kurang.
Tingkat kesesuaian nilai individu dengan nilai-nilai organisasi atau person
organization fit (P-O Fit) sangat bergantung pada bagaimana organisasi mampu
memenuhi kebutuhan karyawan (Cable & Judge, 1994; Turban & Keon, 1993). Pemenuhan kebutuhan akan mendorong karyawan yang menampilkan kesadaran (conscientiousness) yang tinggi
dan memiliki tanggung jawab yang lebih� besar.� Sehingga kayawan akan berperan
lebih besar pula. Dengan kata lain,� Organizational Citizenship� Behavior�
(OCB)�� yang merupakan
kontribusi individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan di-reward�
oleh� perolehan� kinerja� tugas terbwntuk dengan baik. Engagement memiliki� hubungan� positif� terhadap� PO-Fit dan memiliki
hubungan negatif dengan intention to quit dan dipercaya
juga berhubungan dengan kinerja dan perilaku peran ekstra (extra-role behaviour), yang sering juga disebut sebagai perilaku anggota organisasi atau Organization
Citizenship Behaviour (OCB).� Karyawan perlu secara sadar
mengikat dirinya dengan pekerjaannya, dan ketika mereka sudah
terikat maka mereka memperkerjakan dan mengekspresikan diri mereka secara fisik,
kognitif dan emosional selama pelaksanaan pekerjaannya.
Kesimpulan
Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT.BPR Gunung Kawi Kota
Semarang, BPR Weleri Jayapersada
Kendal dan BPR Panasayu Arthalayan
Sejahtera Pemalang.�
Employee Engagement tidak berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT.BPR Gunung Kawi Kota
Semarang, BPR Weleri Jayapersada
Kendal dan BPR Panasayu Arthalayan
Sejahtera Pemalang.
Person Organization Fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT. BPR Gunung Kawi Kota Semarang, BPR Weleri
Jayapersada Kendal dan BPR Panasayu
Arthalayan Sejahtera Pemalang.�
Person Organization Fit tidak memoderasi pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT.BPR Gunung Kawi Kota
Semarang, BPR Weleri Jayapersada
Kendal dan BPR Panasayu Arthalayan
Sejahtera Pemalang
Person Organization Fit tidak memoderasi pengaruh Employee Engagement terhadap
Organizational Citizenship Behavior Karyawan PT.BPR Gunung Kawi Kota Semarang, BPR Weleri
Jayapersada Kendal dan BPR Panasayu
Arthalayan Sejahtera Pemalang.
BIBLIOGRAFI
Aussy, W. N. A., & Sudarma, K. (2017). Pengaruh person organization
fit dan personality pada organizational citizenship behavior dengan
organizational commitment sebagai variabel intervening. Management Analysis
Journal, 6(3), 285�296. Google Scholar
Bangun, O. V., Supartha, I. W. G., & Subudi, M. (2017).
Pengaruh person-job fit dan person-organization fit terhadap komitmen
organisasional dan organizational citizenship behavior (OCB). E-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 6(5), 2071�2102. Google Scholar
Cable, D. M., & Judge, T. A. (1994). Pay preferences and
job search decisions: A person‐organization fit perspective. Personnel
Psychology, 47(2), 317�348. Google Scholar
Christianus, I. (2020). Pengaruh Quality of Work Life
(QWL) dan Keadilan Organisasional pada Organizational Citizenship Behavior(OCB)
dengan Komitmen Organizational sebagai Variabel Mediasi. Kalimantan Barat.
Sanata Dharma University. Google Scholar
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS. Yogyakarta: Universitas Diponegoro. Edisi 9). Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 490. Google Scholar
Jena, L. K., & Pradhan, S. (2017). Joy at work: Initial
measurement and validation in Indian context. The Psychologist-Manager
Journal, 20(2), 106. Google Scholar
Khaola, P. P., & Sebotsa, T. (2015). Person-organisation
fit, organisational commitment and organisational citizenship behaviour. Danish
Journal of Management and Business Sciences, 7, 67�74. Google Scholar
Libertya, D. N., & Azzuhri, M. (2016). Pengaruh quality
of work life (QWL) terhadap kepuasan kerja dan dampaknya terhadap
organizational citizenship behavior (OCB)(Studi pada Bank Rakyat Indonesia
Kantor Cabang Malang Martadinata). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
Brawijaya, 4(2). Google Scholar
Luthans, F. (2006). Perilaku organisasi. Google Scholar
Purba, D. E., & Seniati, A. N. L. (2004). Pengaruh
kepribadian dan komitmen organisasi terhadap organizational citizenship
behavior. Makara Human Behavior Studies in Asia, 8(3), 105�111. Google Scholar
Rath, T., & Harter, J. (2010). The economics of
wellbeing. Gallup Press Retrieved January, 23, 2015. Google Scholar
Ruhana, I. (2020). The effect of quality of work life (QWL)
on job satisfaction and organization citizenship behavior (OCB)(A study of
nurse at numerous hospitals in Malang, Indonesia). JPAS (Journal of Public
Administration Studies), 4(2), 51�58. Google Scholar
Saks, A. M. (2006). Antecedents and consequences of employee
engagement. Journal of Managerial Psychology. Google Scholar
Silverthorne, C. (2004). The impact of organizational culture
and person‐organization fit on organizational commitment and job satisfaction
in Taiwan. Leadership & Organization Development Journal. Google Scholar
Sjahruddin, H., & Sudiro, A. A. (2013). Organizational
justice, organizational commitment and trust in manager as predictor of organizational
citizenship behavior. Interdiciplinary J. of Contemporary Res. Bus.(IJCRB),
4(12), 133�141. Google Scholar
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
R&D. Alfabeta. Google Scholar
Tjahjaningsih, C. C. E. (2016). Pengaruh employee engagement
dan modal sosial terhadap kinerja karyawan dengan OCB (Organizational
Citizenship Behaviour) sebagai mediasi (Studi pada Bank Jateng kantor pusat). Media
Ekonomi Dan Manajemen, 30(2). Google Scholar
Tugal, F. N., & Kilic, K. C. (2015). Person-organization
fit: It�s relationships with job attitudes and behaviors of Turkish
academicians. International Review of Management and Marketing, 5(4),
195�202. Google Scholar
Turban, D. B., & Keon, T. L. (1993). Organizational
attractiveness: An interactionist perspective. Journal of Applied Psychology,
78(2), 184. Google Scholar
Wei, Y.-C. (2013). Person�organization fit and organizational
citizenship behavior: Time perspective. Journal of Management &
Organization, 19(1), 101�114. Google Scholar
Copyright holder: Zaenal
Arifin, Suhana (2022) |
First publication
right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |